Disusun Oleh :
Priska Dewi Forceviana Savitri
01.211.6488
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
2016
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus
Nama Mahasiswa
NIM
: 01.211.6488
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. M
Umur
: 75 tahun
No. RM
: 450452
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
: Mangkang, Semarang
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Dirawat di ruang
: Alamanda
Tanggal masuk RS
: 12 Januari 2016
II.
DAFTAR MASALAH
Tanggal
12/1/2016
III.
Aktif
1. Ischialgia sinistra
2. Suspek HNP L IV-V, L V-SI
3. Nefrolitiasis sinistra
Tanggal
Pasif
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis kepada
keluarga pasien pada tanggal 14 Januari 2016, pukul 14.00 WIB di Ruang
Alamanda.
1. Keluhan Utama
: Nyeri pinggang kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
o Lokasi
: Pinggang kiri
2
o Onset
o Kualitas
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 Januari 2016, pukul 14.30 WIB
di Ruang Alamanda
1. Status Present
KU
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
2. Status Gizi
Berat Badan : 65 Kg
Tinggi Badan : 170 cm
IMT
: 22,49
Kesan
: Status gizi normoweight
3. Status Internus
Kepala
: kesan mesosefal, rambut putih lurus, luka (-)
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
central, reguler dan isokor 2,5 mm, reflek pupil direk (+/
+), reflek pupil indirek (+/+)
: nafas cuping hidung (-), sekret (-)
: serumen (-/-), nyeri tekan (-/-)
: bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
Hidung
Telinga
Mulut
berdarah (-).
Leher
Thorax
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
pembesaran organ
Ekstremitas
Akral pucat
Akral hangat
Capillary Refill
V.
Superior
-/+/+
< 2 detik/< 2 detik
Inferior
-/+/+
< 2 detik/< 2 detik
STATUS NEUROLOGIS
I. Fungsi Luhur
Kesadaran
:
Kualitatif
: compos mentis
Kuantitatif GCS
: E4M6V5
- Orientasi
: tempat, waktu dan situasi baik
- Daya ingat
Baru
: baik
Lama
: baik
- Gerakan abnormal
: tidak ditemukan
- Gangguan berbahasa
:
Afasia motorik : Afasia sensorik : Akalkuli
:2. Koordinasi dan Keseimbangan
Cara berjalan
: tidak dilakukan
Tes Romberg
: tidak dilakukan
Tes telunjuk telunjuk
: tidak dilakukan
3. Fungsi Vegetatif
Miksi
Defekasi
4. Nervi Cranialis
Nervus Kranialis
N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu subyektif
Daya Penghidu dengan bahan
N.II (Opticus)
a. Daya penglihatan
b. Penglihatan warna
c. Lapang pandang
d. Fundus okuli
N.III (Oculomotorius)
a. Ptosis
b. Gerak mata keatas
c. Gerak mata kebawah
d. Gerak mata media
e. Ukuran pupil
f. Bentuk pupil
g. Reflek cahaya langsung
h. Reflek cahaya tak langsung
i. Reflek akomodasi
j. Strabismus divergen
k. Diplopia
N.IV (Trochlearis) :
a. Gerak mata lateral bawah
b. Strabismus konvergen
c. Diplopia
N.V (Trigeminus)
a. Menggigit
b. Membuka mulut
c. Sensibilitas
d. Reflek kornea
e. Reflek bersin
f. Reflek masseter
g. Reflek zigomatikus
h. Trismus
N.VI (Abducens) :
a. Pergerakan mata (ke lateral)
b. Strabismus konvergen
c. Diplopia
N. VII (Facialis)
Kanan
Kiri
Normosmia
t.d.l
Normosmia
t.d.l
baik
baik
baik
t.d.l
baik
baik
baik
t.d.l
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
2,5 mm
Bulat, reguler
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
2,5 mm
Bulat, reguler
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
t.d.l
t.d.l
t.d.l
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
t.d.l
t.d.l
t.d.l
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
t.d.l
t.d.l
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
t.d.l
t.d.l
N
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
t.d.l
N IX (Glossopharyngeus)
a. Arkus faring
b. Uvula
c. Daya kecap 1/3 belakang
d. Reflek muntah
e. Sengau
f. Tersedak
N X (Vagus)
a. Arkus faring
b. Daya kecap 1/3 belakang
c. Bersuara
d. Menelan
N XI (Accesorius)
a. Memalingkan muka
b. Sikap bahu
c. Mengangkat bahu
d. Trofi otot bahu
N XII (Hypoglossus)
a. Sikap lidah
b. Menjulurkan lidah
c. Artikulasi
d. Tremor lidah
e. Trofi otot lidah
f. Fasikulasi lidah
ANGGOTA
GERAK Kanan
Simetris
Simetris
t.d.l
t.d.l
(-)
(-)
Simetris
Simetris
t.d.l
t.d.l
(-)
(-)
Simetris
(+)
(+)
Simetris
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N
(+)
(+)
(+)
N
N
N
N
(-)
(-)
(-)
N
N
N
(-)
(-)
(-)
Kiri
ATAS
Inspeksi:
Drop hand
Claw hand
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik :
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Trofi
Sistem Sensoris :
Taktil
Nyeri
Thermal
Stereognosis
Diskriminasi 2 titik
Grafestesia
Barognosis
Sensibilitas Posisi
Reflek fisiologik :
Bisep
Trisep
Radius
Ulna
Reflek Patologi :
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Bebas
5-5-5
Normal
(-)
(-)
Bebas
5-5-5
Normal
(-)
(-)
(+) normal
(+) normal
t.d.l
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+) normal
(+)normal
t.d.l
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(+)normal
(-)
(-)
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Bebas
5-5-5
3-3-3 (nyeri)
Hoffman
Tromer
ANGGOTA
BAWAH
Inspeksi:
Drop foot
Claw foot
Pitchers foot
Kontraktur
Warna kulit
Sistem motorik
Gerakan
Kekuatan
GERAK
Tonus
trofi
Klonus
(+) normal
Eutrofi
(-)
(+) normal
Eutrofi
(-)
(+) normal
(+)normal
(+) normal
(+)normal
t.d.l
(+)normal
(+)normal
Sistem Sensoris :
Taktil
Nyeri
Thermal
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
Reflek fisiologi :
Patella
Achiles
t.d.l
(+)normal
(+)normal
+2
+2
+2
+2
Keterangan
Reflek Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Mendel Bechterew
Rossolimo
Gonda
Klonus patella
Klonus kaki
Kaku Kuduk
Kernig sign
Brudzinski I
Rangsang Meningeal
Brudzinski II
Tes Lasegue
Tes Bragard
Tes Sicard
Tes Patrik
Tes naffziger
Tes valsava
Rangsang Radikuler
VI.
VII.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
RINGKASAN
Pasien usia 78 datang dengan keluhan ischialgia sinistra yang
dijalarkan sampai telapak kaki. Nyeri bertambah saat pasien berjalan,
batuk, mengejan dan nyeri berkurang saat istirahat dengan posisi
terlentang.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU sakit sedang. N.craniales dbn
Pemeriksaan tambahan didapatkan tes laseque (+), tes bragard (+), tes
sicard (+), tes Patrick (+), tes contra Patrick (+) suspek HNP
(Hernia nucleus pulposus ). Nyeri ketok ginjal (-/+)
VIII. DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinik :
- Ischialgia sinistra
- Diagnosis Topik :
- Suspek Radix medulla spinalis L4-L5, L5-S1
- Diagnosis Etiologik
:
- suspek HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
Nefrolitiasis sinistra
IX.
RENCANA AWAL
Daftar Masalah
1. Suspek HNP
10
Rencana Terapi
Farmakologi
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi ketorolac 2 x 1 ampul
- Injeksi Mecobalamin 2 x 1 ampul
- Meloxicam 2 x 15 mg
- Diazepam 2 x 2mg
Non farmakologi
- Konsul spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
- Konsul spesialis bedah urologi
- Bed rest
Monitoring:
Keadaan umum
Tanda vital
Defisit neurologis
VAS
Edukasi
-
X.
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad sanam
: ad bonam
Ad fungsionam
: ad bonam
11
TINJAUAN PUSTAKA
12
HNP ini bisa terjadi pada seluruh ruas tulang belakang, mulai dari tulang leher
sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbal atau sacrum). HNP sering terjadi
pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi
pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi
kejadiannya meningkat setelah umur 20 tahun. Dengan insidens hernia
lumbosakral lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%.
Herniasi diskus dapat terjadi pada dua sisi, tetapi lebih sering terjadi pada satu
sisi.2
B. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis
dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari
tekanan yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat
dari tekanan normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik
yang berat
C. Anatomi
13
gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bias
terletak pada foramen intervertebra atau dalam kanalis vertebra.
3. Nyeri acuan somatik
Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian lebih
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian
lebih dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri acuan
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam
ruang panggul yang dirasakan di daerah punggung.
5. Nyeri karena iskemia.
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka
komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi fasial yang sering berlebihan.
E.Klasifikasi
Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
1. Klasifikasi Menurut Penyebabnya
Nyeri punggung bawah menurut penyebabnya diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. NPB traumatik
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah
punggung bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh
trauma.
a.1. Trauma pada unsur miofasial
15
berderajat
I.
Pada
pergeserannya
secara
16
dan
osteofit-osteofit
yang
dapat
menimbulkan
penyempitan
dariforamina intervetebralis.
b.2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus
intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan
protusio discus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus
pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus intervertebralis L5-S1
dan L4-L5.
b.3. Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah
kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis
terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama
bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada
osteoatritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament
pada setiap gerakan sehingga menimbulkan NPB.
b.4. Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan,
penarikan, benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang,
sudah tentu akan memperlihatkan banyak kelainan degeneratif di sekitar discus
intervertebralis dan persendian fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat
terdapat tiga persendian, yaitu satu di depan yang dibentuk oleh korpus
vertebra dengan discus intervertebralis dan dua di belakang yang dibentuk oleh
prosesus artularis superior dan inferior kedua korpus vertebra yang ada di atas
dan di bawah discus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang terjadi
di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan profilerasi jaringan kapsel
persendian yang kemudian mengeras (hard lesion). Bangunan degeneratif itu
menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan menyempitkan
foramen intervertebra.
c. NPB akibat penyakit inflamasi
17
18
19
panjang, hingga tekanan dan tarikan pada daerah lumbal pada tiap gerakan
lebih besar daripada orang normal. Beban yang lebih berat pada otot-otot dan
ligament sering menimbulkan NPB.
g. NPB sebagai referred pain
Walaupun benar bahwa NPB dapat dirasakan seorang penderita ulkus
peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya, namun
penyakit penyakit visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan
manifestasi masing-masing organ yang terganggu.
NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu:
g.1 Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah
g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal,
yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik
dan motalitas punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap tubuh
mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.
g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satusatunya penyakit visceral.
g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan
adanya keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred
pain di daerah lumbal.
H. Infeksi
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi
akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). NPB yang
disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB
Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka pada
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma
adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat
menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya atau jumbainya dan
melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol
keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan melintang sebagai potongan
bebas pada canalis vertebralis.
-
Hernia Servikalis
Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejalagejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesi. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang
paraparese, kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
2,3
21
B. Faktor Resiko
Faktor resiko :
-
Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan
riwayat trauma sebelumnya.
Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah
raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok,
berat badan berlebih, batuk lama dan berulang. 3
C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
Aliran darah ke discus berkurang
Beban berat
Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar
dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya
menunggu waktu dan bisa terjadi pada trauma berikutnya. Jika beban pada
discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus (gel)
akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks. 4,5
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion
Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque. 7
D. Gejala Klinis
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala
klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
22
2. Ekstremitas superior :
Nyeri
Paraestesia penyebaran pada atas siku, punggung tangan pada jari bagian
tengah sering unilateral
Lhermitte signs : Sensasi listrik yang tiba-tiba pada bawah leher yang
diakibatkan oleh fleksi leher.
Spurling signs : Rasa nyeri pada leher yang diakibatkan kepala didorong
kebawah dan tekukan tersebut kearah sisi yang terkena
c. Hernia thorakalis
Nyeri radikal.
Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
paraparesis.
Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.
E. Diagnosa
Anamnesa :
berat.
Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 S1 (garis antara
Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik terlihat gaya jalan yang khas, membungkuk dan
miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta
kaki yang berjingkat. Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
Secara klinis dapat dilakukan beberapa gerakan seperti:
24
Tes Laseque
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapat mengangkat tungkai kurang dari 60 dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai
radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
Tes Refleks
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan
herniasi diskus. Namun, X- Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus
dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra. 8
-
MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna
vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi. 8
-
CT-Scan
Elektromyografi
25
h. Terapi
Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Muscle relaxan : digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian
jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
Terapi fisik
-
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset
dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan
kompres panas maupun dingin.
-Korset lumbal
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Raj. P.P, M.D., F.I.P.P, A.B.I.P.P. 2008. Intervertebral Disc: Anatomy27
28