Oleh :
Dyonisa Nasirochmi P
G99142079
Pembimbing :
Desy Kurniawati Tandiyo, dr., Sp. KFR
I.
ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. L
Umur
: 33 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Status Perkawinan
: Belum menikah
Tanggal Periksa
: 13 Oktober 2015
No RM
: 01-31-64-66
B. Keluhan Utama
Nyeri pada panggul kanan dan kiri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada kedua panggul yang memberat
sejak 1 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan terusmenerus. Nyeri bertambah apabila kaki digerakkan. Nyeri sedikit
berkurang dengan istirahat. Semenjak nyeri muncul, pasien mengalami
hambatan dalam berjalan dan berdiri. Apabila pasien berdiri, pasien
kesulitan dalam menahan beban tubuhnya, dan tampak seperti mau
jatuh. Pasien hanya mampu berbaring dan apabila ingin duduk dan
pindah, harus dibantu oleh keluarga. Pasien berobat ke RSUD
Wonogiri 2 minggu SMRS namun belum ada perbaikan. Pasien
mengaku ada riwayat sering berdiri yang cukup lama dan aktivitas
mengangkat benda berat. Pasien sebelumnya mengaku tidak ada
riwayat jatuh.
Sejak 4 tahun yang lalu, pasien sudah merasakan kaku pada
kedua panggul yang hilang timbul. Kaku terutama dirasakan setelah
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat jatuh
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat olahraga
: disangkal
(+)
terkadang
pasien
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup
2. Status Gizi
BB
TB
IMT
: 55
: 160
: 21,48 (normoweight)
3. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
: 100/70 mmHg
: 88x / menit, isi cukup, irama teratur,
simetris
Respirasi
: 20x / menit
Suhu
VAS
:6
4
4. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), spider nervi
(-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
5. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-),
rambut hitam dengan uban, mudah rontok (-).
6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung
dan tak lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra
(-/-), sekret (-/-)
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
9. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah
tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
10. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, kelenjar getah
bening tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
11. Thorax
Simetris, Normochest, Retraksi (-)
12. Jantung
Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis kuat angkat, teraba di SIC V
linea midclavicularis sinistra
Perkusi
: Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
13. Pulmo
Inspeksi
: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
14. Trunk
Inspeksi
: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi
Perkusi
15. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
16. Ektremitas
Oedem
Akral dingin
Hip
Dextra
Sinistra
Deformitas
Peradangan
Varises
Palpasi
Nyeri tekan
Nyeri gerak
+
Active ROM
+
Active ROM
terbatas karena
terbatas karena
nyeri
nyeri
N
Inspeksi
Krepitasi
ROM
: Compos mentis
: Normoaktif
: Normal
: Kooperatif, kontak mata
cukup
: baik
Waktu
: baik
Tempat
: baik
c. Daya Ingat
: Jangka panjang
: baik
Jangka pendek
: baik
Ekstremitas bawah
Rasa Eksteroseptik
-
Suhu
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Nyeri
dbn
dbn
Raba
dbn
dbn
Rasa Propioseptik
-
Rasa Getar
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Rasa Posisi
dbn
dbn
Rasa Tekan
dbn
dbn
Rasa Kortikal
-
Stereognosis
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Barognosis
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Tonus :
Reflek fisiologis:
Reflek patologis:
+2
+2
+2
+2
Fleksi
Ekstensi
Lateral fleksi kanan
Lateral fleksi kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Fleksi
Ekstensi
Lateral Fleksi kanan
Lateral Fleksi kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Ektremitas Superior
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
0-90
0-30
0-35
0-35
0-45
0-45
ROM Aktif
Dekstr Sinistra
a
Pasif
ROM Pasif
Dekstra Sinistr
a
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Shoulder
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Elbow
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Wrist
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
Finger
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
Ektremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
ROM Pasif
Dekstra Sinistr
Fleksi
0-110
a
0-110
Ektensi
0-25
0-25
Abduksi
0-40
0-40
Adduksi
0-40
0-40
Eksorotasi
0-20
0-20
Endorotasi
0-15
0-15
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
Ekstensor M. Sternocleidomastoideum
Fleksor
Ektensor
Rotator
Pelvic Elevation
TRUNK
M. Rectus Abdominis
Thoracic group
Lumbal group
M. Obliquus Eksternus Abdominis
M. Quadratus Lumbaris
Ektremitas Superior
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Shoulder
Adduktor
Internal
Rotasi
Eksternal
Rotasi
Fleksor
Elbow
Wrist
Finger
Eksternsor
Supinator
Pronator
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Fleksor
Ekstensor
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Knee
Fleksor
Ekstensor
Ankle
Fleksor
5
5
5
5
5
Dekstra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
5
5
5
5
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi radialis
M. Ekstensor digitorum
M. Ekstensor carpi radialis
M. Ekstensor carpi ulnaris
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor digitorum
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Dekstra
2
2
2
2
5
5
5
Sinistra
2
2
2
2
5
5
5
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
10
Ekstensor M. Soleus
Score
Feeding
0 = unable
10
10
10
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Bladder
0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak
10
10
11
60 (Dependen
berat)
Hasil
Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
11.6
13.5-17.5
35
33 45
3.98
4.50 5.90
7.4
4.5 11.0
470
150 450
KIMIA KLINIK
105
60 140
6
12
Satuan
g/dl
%
106/ul
10/ul
10/ul
mg/dl
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinine
25
<35
25
<45
18
<50
0.8
0.9 1.3
ELEKTROLIT
131
136 145
3.6
3.3 5.1
97
98 106
Na
K
Cl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mmol/l
mmol/l
mmol/l
Alignment baik
Fisioterapi
pasien
mengalami
nyeri
saat
13
4.
Sosiomedik
5.
6. Psikologi
V. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
:
a. Infra Red (IR)
a. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS )
b. Latihan luas gerak sendi
c. Latihan penguatan otot quadriceps femoris dan hamstring
d. Ambulasi dengan kruk partial weightbearing kanan
2. Terapi wicara : tidak dilakukan
3. Okupasi Terapi
: Proper Body Mechanism (PBM) coxae
4. Sosiomedik : motivasi dan konseling pendamping pasien untuk selalu
berusaha menjalankan home program maupun program di rumah sakit
5. Ortesa-protesa : Kruk dual
6. Psikologi
: Psikoterapi suportif
VI.
14
C. Handicap
VII. GOAL
1. Meminimalkan impairment, disability dan handicap
2. Membantu pasien sehingga mampu mandiri dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari
3. Edukasi perihal home exercise
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
15
c. Trauma
d. Obesitas
e. Jenis kelamin
Umur < 45 lebih banyak laki-laki, umur > 45 lebih banyak
perempuan1
3. PATOGENESIS
a. Tulang rawan sendi
Stage I:
Gangguan
atau
perubahan
matriks
kartilago.
matriks,
kondrosit
berespon
dengan
rusak,
mempertahankan
jaringan,
atau
respon
ini
belum
diketahui,
namun
16
rawan
sendi
meliputi
peningkatan
densitas
tulang
tulang
rawan
yang
berbentuk
bulan
sabit
17
18
b. OA Sekunder
OA yang didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro serta imobilisasi
yang terlalu lama.4
5. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya pasien osteoarthritis mengatakan bahwa
keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang
perlahan-lahan.
a. Nyeri sendi
b. Hambatan gerakan sendi
c. Kaku sendi pagi hari
d. Atrofi otot-otot sekitar sendi
e. Krepitasi
f. Pembesaran sendi (deformitas)
g. Perubahan gaya berjalan.
Persendian yang paling sering terkena OA adalah pada
vertebra, panggul (hip), lutut, dan pergelangan kaki. Diperkirakan 30
40% lansia berusia 65 tahun terkena osteoarthritis pada lutut.4
Gambar 2. Predileksi OA
19
6. DIAGNOSIS
Diagnosis OA dapat ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan
radiologis menurut American College of Rheumatology (ACR)5.
Berdasarkan kriteria tersebut, OA dapat ditegakkan apabila:
a. Nyeri sendi
b. Memenuhi minimal satu dari tiga hal berikut:
i. Umur lebih dari 50 tahun
ii. Kaku sendi kurang dari 30 menit
iii. Krepitasi dan osteofit
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence5:
0
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis
dari anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi,
penilaian sendi yang terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai
kebutuhan individual.
Tujuan terapi adalah :
o
o
o
o
21
Efek
vasokonstriksi
fisiologis
pembuluh
terapi
darah
dingin
dan
adalah
perlambatan
selama 5 menit.
Terapi panas
Pada stadium subakut dan kronis untuk mengurangi nyeri,
menambah
kelenturan
sendi,
melemaskan
otot
dan
22
Transcutaneus
Electrical
Nerve
Stimulators
(TENS)
luas
gerak
sendi
(LGS)
/fleksibilitas
dan
23
memanjang
(eksentrik)
atau
memendek
24
dengan
pengurangan
simtom
dan
kecacatan.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Carter MA. Osteoarthritis. 2007. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi,
konsep klinis proses proses penyakit, Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.
2. Isbagio H. 2000. CDK: Struktur rawan sendi dan perubahannya pada
osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.
3. Felson DT. 2006. Osteoarthritis of the knee. NEJM; 354: 841-848.
4. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. 2009. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simardibrata MK, Setiati S, editors.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th edition. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. p. 2538 49.
5. Dieppe P. Osteoarthritis, a clinical features. 2008. In: Klippel JH, Stone JH,
Crofford LJ, White PH, editors. Primer on the rheumatic diseases. 13th ed.
New York: Springer Science & Business Media LLC. p.224-8.
6. Hansen KE dan Elliot ME. 2005. Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A
Pathophysiological Approach, McGraw-Hill. USA.
7. Barrack L, Booth E, et al. 2006. OKU : Orthopaedic knowledge update 3. Hip
and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis
Inflamatoric.
27