Disusun oleh:
Bayu Prasetyo
G99151026
Pembimbing :
dr. Trilastiti W, Sp.KFR.
ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 73 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan Guru
Alamat
Status
: Menikah
Tanggal Masuk
: 5 Desember 2015
Tanggal Periksa
: 8 Desember 2015
: 01322420
B. Keluhan Utama :
Nyeri leher belakang menjalar sampai punggung.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri leher belakang menjalar sampai bagian
punggung sejak 1 bulan SMRS. Pasien sulit menggerakkan leher dan sulit
untuk menoleh ke kanan/kiri. Pada pasien juga didapatkan kelemahan
keempat anggota gerak. Menurut keluarga sejak saat itu pasien terlihat
lemah dan hanya tiduran saja. Sejak 2 hari terakhir pasien tidak mau
makan. Pasien sempat mondok di RS Gemolong 3 minggu yang lalu
dengan keluhan yang sama dan pulang sekitar 1 minggu yang lalu. Selama
2 tahun terakhir pasien berjalan dengan menggunakan bantuan kruk. Nyeri
kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), Gangguan BAK (-), BAB (-).
Pasien datang ke IGD RS Dr Moewardi dan diminta untuk mondok.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: (+)
: disangkal
Riwayat Stroke
: disangkal
Riwayat kejang
: disangkal
: disangkal
Riwayat Tumor
: disangkal
Riwayat Trauma
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Stroke
: disangkal
Riwayat Dislipidemia
: disangkal
Riwayat Hiperurisemia
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat olahraga
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis GCS E4V5M6,
kesan gizi cukup
B. Tanda Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), hiperpigmentasi (-),
hipopigmentasi (-).
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-).
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
G. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
I. Leher
Simetris, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-),
benjolan (-).
J. Thorax
1. Retraksi (-), simetris, normochest
2. Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Palpasi
Perkusi
L. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Ekstremitas
Oedem
+
-
+
-
Akral dingin
-
M. Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4V5M6
Fungsi Luhur
Tengah
Bawah
ka/ki
ka/ki
ka/ki
a. Lengan
-
Kekuatan
2/1
2/1
2/1
Tonus
n /n
n /n
n /n
Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
+2/+2
Reflek Triseps
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Hoffman
-/-
Reflek Tromner
-/Atas
Tengah
Bawah
ka/ki
ka/ki
ka/ki
b. Tungkai
-
Kekuatan
1/1
1/1
1/1
Tonus
n /n
n /n
n /n
Klonus
Lutut
-/-
Kaki
-/-
Reflek Fisiologis
Reflek Patella
+2/+2
Reflek Achilles
-
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Babinski
-/-
Reflek Chaddock
-/-
Reflek Oppenheim
-/-
Reflek Schaeffer
-/-
Reflek Rosolimo
-/-
Nn. Craniales
n. II, III
n. III, IV, VI
n. VII
n. XII
: sulit dievaluasi
Meningeal Sign
Kaku kuduk
:-
Brudzinksi I-II
:-
Laseque
:-
Kernig
:-
N. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
Penampilan : perempuan, tampak sesuai umur, berpakaian rapi,
perawatan diri cukup
Kesadaran
Aktivitas Motorik
: normoaktif
Pembicaraan
: normal
: Appropiate
Mood
: Eutimik
Gangguan Persepsi
-
Halusinasi
: (-)
Ilusi
: (-)
Proses Pikir
-
Bentuk
: realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
Daya Konsentrasi
: baik
Orientasi
: orang : baik
waktu : baik
tempat : baik
Daya Ingat
Daya Nilai
: baik
Insight
: derajat 6
Aktif
0-20o
0-30o
0-10o
0-10o
0-5o
0-5o
Dextra
Aktif
Pasif
0-20o
0-180o
0-20o
0-30o
Ektremitas Superior
Shoulder
Fleksi
Ektensi
Pasif
0-20o
0-30o
0-10o
0-10o
0-5o
0-5o
Sinistra
Aktif
Pasif
0-10o
0-180o
0-10o
0-30o
0-20o
0-20o
0-15o
0-15o
0-200
1351600
0-20o
0-20o
0-20o
0-20o
0-20o
0-20o
0-60o
0-30o
0-30o
0-30o
0-30o
Abduksi
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Elbow
Wrist
Finger
Trunk
Fleksi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
0-150o
0-75o
0-90o
0-90o
0-1350
1351800
0-90o
0-90o
0-50o
0-70o
0-30o
0-30o
0-90o
0-90o
0-90o
0-100o
0-30o
ROM Pasif
0-500
ROM Aktif
0-300
Ekstensi
0-300
0-300
Rotasi
0-350
0-200
Extremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
Flexi
Extensi
Abduksi
Adduksi
Flexi
Extensi
Dorsoflexi
Plantarflexi
Dextra
Aktif
Pasif
0o
0-90o
0o
0-30o
o
0
0-45o
0o
0-45o
0o
0-130o
o
0
130-180o
10o
0-40o
o
10
0-40o
0-10o
0-10o
0-10o
015o
0-100
1351600
0-10o
0-10o
0-10o
0-10o
0-10o
0-10o
0-40o
0-20o
0-20o
0-20o
0-20o
0-150o
0-75o
0-90o
0-90o
0-1350
1351800
0-90o
0-90o
0-50o
0-70o
0-30o
0-30o
0-90o
0-90o
0-90o
0-100o
0-30o
Sinistra
Aktif
Pasif
0o
0-90o
0o
0-30o
o
0
0-45o
0o
0-45o
0o
0-130o
o
130-150 130-180o
10o
0-40o
o
10
0-40o
Sinistra
Dekstra
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Eksternsor
Supinator
Pronator
Fleksor
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
Ekstensor
radialis
M. Ekstensor
Abduktor
digitorum
M. Ekstensor carpi
Adduktor
radialis
M. Ekstensor carpi
Fleksor
Ekstensor
ulnaris
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor
1
1
2
2
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Shoulder
Adduktor
Internal Rotasi
Eksternal
Rotasi
Fleksor
Elbow
Wrist
Finger
digitorum
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Knee
Fleksor
Ekstensor
Ankle
Fleksor
Ekstensor
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
M. Soleus
P. Status Ambulasi
10
Sinistra
1
1
1
1
1
1
1
1
Dekstra
1
1
1
1
1
1
1
1
Dependent
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.
Laboratorium Darah
Laboratorium
Hb (g/dL)
Hct (%)
AE (106/uL)
AL (103/uL)
AT (103/uL)
GDS (mg/dl)
HbA1c (%)
Glukosa 2 jam PP mg/dl
SGOT (/L)
SGPT (/L)
Asam urat (mg/dl)
Kolesterol total (mg/dl)
LDL (mg/dl)
HDL (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
Natrium (mmol/L)
Kalium (mmol/L)
Kalsium ion(mmol/L)
Kreatinin (mg/dl)
Ureum (mg/dl)
B.
Nilai
Nilai Normal
10,0
32
4,86
10,1
263
199
6,2
145
16
23
5
144
85
38
148
138
3,3
1,10
0,6
16
11,7-16,2
33-45
4,50-5,10
4,5-11
150-450
60-140
4,8-5,9
80-140
0-35
0-45
2,4-6,1
50-200
89-197
28-63
<150
136-145
3,3-5,1
1,17-1,29
0,9-1,3
<50
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Cervical Anterior Posterior dan Lateral
11
Foto Thorak PA
Kesimpulan:
1. Kardiomegali dengan aortosklerosis
12
ASSESSMENT
Klinis
Topis
: Cervical
DAFTAR MASALAH
A. Problem Medis
1. Tetraparese
2. Diabetes Mellitus tipe II
Fisioterapi
: tetraparese, immobilisasi
2.
Terapi Okupasi
4.
Sosiomedik
6.
Psikologi
:Kecemasan
pasien
dan
PENATALAKSANAAN
A. Terapi Medikamentosa
1. Infus Assering 20 tpm
2. Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
3. Injeksi Sohobion 1 ampul/24 jam
4. Metformin 2x500 mg
13
14
B. Rehabilitasi Medik:
1.
Fisioterapi
3.
Okupasi terapi
Sosiomedik :
a.
b.
5.
Ortesa-Protesa
menggunakan
cervical
collar
6.
Psikologi
15
VIII. TUJUAN
1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan
2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
3. Meminimalkan impairment, disability dan handicap
4. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari
5. Edukasi perihal home exercise
IX.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
16
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hernia Nukleus Pulposus
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus
pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel
fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus
pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri
tulang
belakang
dapat
dilihat
pada
hernia
diskus
Nukleus
pulposus
(HNP)
atau
potrusi
Diskus
17
III. EPIDEMIOLOGI
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada
C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi
pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur
setelah 20 tahun.
IV. INSIDENS
- Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %
-
V. ETIOPATO FISIOLOGI
18
terkena.
HNP
dapat
dibagi
menjadi:
1.HNPsentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi
urine
2.HNPlateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat
dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa
nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler
negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di
punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan
di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks
patela negatif. Sensibilitas ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang
terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai
yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus
dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian
belakang (tanda laseque positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan
hasil positif.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai
diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap
awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya
traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar
dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi,
19
maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma
berikutnya saja.
Apabila trauma pada medula spinalis terjadi secaa mendadak, maka
dapat terjadi renjatan spinal (spinal shock). Pada anak-anak fase ini terjadi
lebih singkat dibandingkan orang dewasa yakni kurang dari 1 minggu. Ada
3 faktor yang mungkin berperan dalam mekanisme syok spinal yaitu:
hilangnya fasilitas traktus desendens, inhibisi dari bawah yang menetap
pada reflex ekstensor, dan degenerasi aksonal interneuron.
Fase renjatan spinal berdasarkan gambaran klinisnya dibagi
menjadi 2 yaitu:
a.
b.
20
dapat
menyebabkan
nucleus
pulposus
prolaps,
mendorong
utama
nyeri
radikuler
pleksus
servikobrakhialis.
membuat
kejang
paraparese
kadang-kadang
serangannya
21
2.
3.
22
(sevikobrachialis)
-
Nyeri radikal
paraparesis
-
VII.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan
23
penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi yang akurat yang
akurat.
IX. DIAGNOSIS BANDING
1
Tirah baring (bed rest) 3 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis
Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan
mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
24
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset
dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin,
termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan
kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada
NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada
diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain
berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara
fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
25
sikap tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
c. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif
adanya gangguan neurologis. Bilamana penderita HNP dioperasi yang
akan memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Pilihan operasi
lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan ray
dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin
yang menonjol.
C. DIABETES MELLITUS
1. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute
maupun relative.
2. Klinis
Berbagai
keluhan
dapat
ditemukan
pada
diabetes.
26
DNA Mitochondria
Lainnya
2) Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A,
leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya.
27
3) Penyakit
eksokrin
pankreas
trauma/pankreatektomi,
neoplasma,
pankreatitis,
fibrosis
kistik,
feokromositoma,
akromegali,
sindrom
hipertiroidisme
cushing,
stomatostatinoma,
aldosteronoma, lainnya.
5) Karena obat/ zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis beta
adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya.
6) Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya
7) Imunologi (jarang) : sindrom Stiff-man, antibodi anti
reseptor insulin, lainnya.
8) Sindroma
genetik
lain
sindrom
Down,
sindrom
Diabetes Kehamilan
4. Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa
darah sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM
b. Dengan TTGO.
c. Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah
dilakukan, dan diterima oleh pasien.
5. Komplikasi DM
28
b.
Komplikasi akut :
1)
2)
3)
Hipoglikemia
Komplikasi kronis :
1) Makroangiopati yang melibatkan :
2) Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
3) Neuropati
29
4) Gabungan
Kardiopati
kardiomiopati
5) Rentan infeksi
6) Kaki diabetik
7) Disfungsi ereksi
30
penyakit
jantung
koroner,
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. 756-763.
2. Priguna Sidharta.
31