Anda di halaman 1dari 24

STATUS MAHASISWA

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus

: Tetraplegi

Nama Mahasiswa

: Iin Syafaat

NIM

: H2A009023

IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Dikirim oleh
No CM
Dirawat di ruang
Tanggal masuk RS
Tanggal keluar RS

: Tn. A
: 19 tahun
: laki-laki
: belum menikah
: SMA
: Islam
: Swasta
: Semarang
: 454839
:
: Dahlia 3
: 18-08-2014
:

Mengetahui,
Dokter Ruangan

Dokter Pembimbing

Koordinator Mahasiswa

DAFTAR MASALAH
NO

Masalah Aktif

Tanggal

1.

Lemah ke 4 anggota

18-08-2014

gerak

NO

Masalah Tidak Aktif

Tanggal

I. SUBTEKTIF
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan pada tanggal 18 agustus 2014 diruang Dahlia 3 RSUD Tugurejo
Semarang
1. Keluhan Utama

: lemah ke 4 anggota gerak

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Onset
: 1 SMRS
Lokasi
: ke 4 anggota gerak
Kualitas
: lemah sampai pasien tidak dapat berdiri dan berjalan, tangan
lemah tidak dapat melakukan kegiatan seperti menggenggam benda, membuka
botol dan melakukan kegiatan terampil yang lain.
Kuantitas
: semenjak sakit tidak dapat bekerja dan tidak dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya.
Kronologis : 1 hari SMRS pasien merasa ke 4 anggota geraknya lemah saat
pasien masih bekerja. Sampai dirumah keluhan pasien semakin bertambah dan
membuatnya tidak bisa berdiri, berjalan dan tangannnya tidak bisa digerakkan. 1
hari sebelumnya pasien bekerja membawa beban berat di pundaknya.
Faktor yang memperberat
: tidak ada
Faktor yang memperingan : tidak ada
Gejala lain : pasien merasa nyeri dibahu terutama pada bahu kanan. pasien juga
merasa baal pada ke 4 anggota geraknya, kesemutan pada seluruh tubuh. Pasien
juga merasa pusing, mual, tidak ada muntah dan tidak ada keluhan pada BAK dan
BAB.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes melitus
Riwayat Trauma
Riwayat Stroke

:
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes melitus

: disangkal
: disangkal

5. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi

Pasien adalah seorang anak yang bekerja dan tinggal dengan ke dua orant tua. Baiaya
rumah sakit ditanggung oleh BPJS.
II. OBYEKTIF
1. Status Praesent
KU
: tampak baik
Kesadaran
: composmentis
GCS
: E4 M6 V5 : 15
Vital sign
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 68 x/menit
RR
: 23 x/menit
Suhu
: 36,3 o C
Status Generalisata
Kepala

: Mesosephal,distribusi rambut merata, tanda trauma (-),

Mata

: konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-),Reflek cahaya

(+/+); Pupil isokor 3mm/3mm, nystagmus (-/-), ,


Hidung

: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

Telinga

: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri


tragus (-/-), sekret (-/-)

Mulut

: Lembab (-), Sianosis (-),

Leher

: Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)


kaku kuduk (-), , deviasi trakea (-), otot bantu pernafasan
(-)

Thorax

: Pergerakan dinding thorax statis simetris,


dinamis simetris; Ictus cordis tidak tampak.

Cor:
Inspeksi

: Ictus cordis ttidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS, tak


kuat angkat,
nyeri tekan (-/-), tidak teraba massa (-/-)

Perkusi

Batas atas jantung

: ICS II Linea parasternal


sinistra

Pinggang jantung

: ICS III Linea parasternal

sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea
mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis
dextra
Auskultasi

: Bunyi jantung I & II normal &


murni, bising (-), gallop (-)

Suara mitral M1 & M2


Suara aorta A1 & A2

M1 > M2
A1 < A2

Suara pulmonal P1 & P2

P1 < P2

Pulmo
Dextra

Sinistra

Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Simetris statis &

Simetris

statis

&

dinamis, retraksi (-)

dinamis, retraksi (-)

Stem fremitus normal

Stem fremitus normal

kanan = kiri

kanan = kiri

Sonor seluruh lapang

Sonor seluruh lapang

paru

paru

SD paru vesikuler (+),

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru:

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-)

wheezing (-), ronki (-)

Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Abdomen
Inspeksi

Stem fremitus kanan =

Stem fremitus kanan =

kiri

kiri

Sonor seluruh lapang

Sonor seluruh lapang

paru

paru

SD paru vesikuler (+),

SD paru vesikuler (+),

suara tambahan paru :

suara tambahan paru:

wheezing (-), ronki (-)

wheezing (-), ronki (-)

:
: Dinding abdomen datar, spider nevi (-),
massa (-),warna kulit sama dengan warna kulit sekitar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal (15x/menit)

Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen, pekak


hepar (+), ascites (-)

Palpasi

2. Status Psikis
Tingkah laku
Perasaan Hati
Cara Berpikir
Daya Ingat
Kecerdasan
3. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk
Nyri tekan
Simetri
B. Leher
Sikap
Gerakan
Kaku kuduk
C. Saraf Kranial
N. I (Olfaktorius)

: Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba

: dalam batas normal


: eutim
: realistis
: baik
: baik
: mesosepal
: (-)
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: (-)

Subyektif
: dalam batas normal
Dengan Bahan
: dalam batas normal
N. II (Optikus)
Tajam Penglihatan: dalam batas normal
Penglihatan Warna
: dalam batas normal
Lapang Penglihatan
: dalam batas normal
P. Fundus Okuli
: dalam batas normal
N. III (Okulomotorius)
Palpebra
: dalam batas normal
Gerakan bola mata
: dalam batas normal
Fungsi dan reaksi pupil : dalam batas normal
Ukuran pupil
: daimeter : 3 mm/3 mm
Bentuk pupil
: isokor /isokor
Reflek cahaya langsung : (+/+)
Reflek cahaya tak langsung : (+/+)
Reflek akomodatif
: dalam batas normal
Strabismus divergen
: (-)
Diplopia
: (-)
N. IV (Throklearis)
Gerakan mata ke lateral bawah : dalam batas normal
Strabismus konvergen
: (-)
Diplopia
: (-)
N. V (Trigeminus)
Menggigit
: dalam batas normal
Membuka mulut
: dalam batas normal
Sensibilitas
: dalam batas normal
Reflek Kornea
: dalam batas normal
Reflek bersin
: dalam batas normal
Reflek Masseter
: dalam batas normal
Reflek Zigomatikus
: dalam batas normal
Trismus
: (-)
N. VI (Abdusen)
Gerakan Mata ke lateral : dalam batas normal
Srabismus konvergen
: dalam batas normal
Diplopia
: (-)
N. VII (Fasialis)
Kerutan kulit dahi
: dalam batas normal
Kedipan mata
: dalam batas normal
Lakrimasi
: dalam batas normal
Sudut mulut
: (-)
Tik fasialis
: (-)

Lipatan nasolabial
: dalam batas normal
Pengecapan lidah 2/3 depan
: dalam batas normal
Reflek visual palpebra
: dalam batas normal
Reflek glabela
: (-)
Reflek aurikulo palpebra : (-)
Tanda Myerson
: (-)
Tanda Chevostek
: (-)
N. VIII (Akustikus)
Tes suara berbisik
: dalam batas normal
Tes Rinne
: dalam batas normal
Tes Weber
: dalam batas normal
Tes Schwabach
: dalam batas normal
N. IX (Glossofaringeus)
Arcus faring
: dalam batas normal
Pengecapan lidah 1/3 belakang : dalam batas normal
Reflek muntah
: dalam batas normal
Sengau
: dalam batas normal
Tersedak
: dalam batas normal
N. X (Vagus)
Arcus faring
: dalam batas normal
Bersuara (fonasi)
: dalam batas normal
Menelan
: dalam batas normal
Denyut nadi
: dalam batas normal
N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala
: dalam batas normal
Sikap bahu
: dalam batas normal
Mengangkat bahu
: dalam batas normal
Trofi otot bahu
: dalam batas normal
N. XII (Hipoglossus)
Sikap lidah
: dalam batas normal
Tremor lidah
: (-)
Artikulasi
: dalam batas normal
Menjulurkan lidah
: dalam batas normal
Kekuatan lidah
: dalam batas normal
Trofi otot lidah
: (-)
Fasikulasi lidah
: (-)
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
1. BADAN
Motorik
Respirasi
Duduk

: dalam batas normal


: dalam batas normal

Bentuk kolumna vertebra


: dalam batas normal
Pergerakan kolumna vertebra
: dalam batas normal
Sensibilitas
Taktil
: dalam batas normal
Nyeri
: (-)
Thermi
: dalam batas normal
Diskriminasi 2 titik : dalam batas normal
Sensibilitas posisi
: dalam batas normal
Reflek
Reflek kulit perut atas
: dalam batas normal
Reflek kulit perut tengah
: dalam batas normal
Reflek klit perut bawah
: dalam batas normal
Reflek kremaster
: dalam batas normal
2. ANGGOTA GERAK ATAS
Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Sensibilitas stereognosis
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas gramestesi
Sensibilitas barognosis
Sensibilitas posisi
Sensibilitas vibrasi
Reflek fidiologis
Biseps
Triceps
Radius
Ulna
Reflek Patologis
Reflek Trommer
Reflek Hoffman

:
:
:

Kanan
dalam batas normal
dalam batas normal
menurun

:
:
:

4 / 4
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:
:
:
:
:
:
:
:

dalam batas normal


(-)
Tidak dilakukan
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
tidak dilakukan

:
:
:
:

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:

(-)/(-)
(-)/(-)

Kiri

3. ANGGOTA GERAK BAWAH


Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
Reflek Fisiologis
Patella
Achiles
Reflek Patologis
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Gonda
Bing
Rossolimo
Mandel- Bechtrew
Pemeriksaan Klonus
Klonus paha/ lutut
Klonus kaki
Tes laseque
Tes Patrick
Tes kontra Patrick

:
:
:
:
:
:

dalam batas normal


dalam batas normal
menurun
4/4
dalam batas normal
dalam batas normal

:
:
:
:
:

menurun/ menurun
dalam batas normal
tidak dilakukan
menurun/menurun
menurun/ menurun

:
:

dalam batas normal


dalam batas normal

:
:
:
:
:
:
:
:
:

(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)

:
:
:
(-)/(-)
:

(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)

PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF


Miksi
:
dalam batas normal
Defekasi
:
dalam batas normal
Ereksi
:
dalam batas normal
TES TAMBAHAN

III.

Tes Nafziger
Tes Valsava

: (-)
: (-)

RINGKASAN
1 SMRS ke 4 anggota gerak lemah sampai pasien tidak dapat berdiri dan berjalan,
tangan lemah tidak dapat melakukan kegiatan seperti menggenggam benda, membuka
botol dan melakukan kegiatan terampil yang lain keluhan bertamabh berat saat pasien
bekerja. Semenjak sakit tidak dapat bekerja dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya. 1 hari sebelumnya pasien bekerja membawa beban berat di pundaknya.
Keluhan lain yang dirasakan pasien : merasa nyeri dibahu terutama pada bahu kanan,
pasien juga merasa baal pada ke 4 anggota geraknya, kesemutan pada seluruh tubuh.
Pasien juga merasa pusing, mual.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
- keadaan umum : tamapak baik,
- Kesadaran : composmentis,
- G C S : E4 M6 V5 : 15
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 68 x/menit, reguler, isi cukup,
RR : 23 x/menit, Suhu : 36,3 0C.
Status generalisata : dalam batas normal
Status neurologis :
Motorik : 4
4
4
4
Pergerakan :

Reflek fisisologis :
Reflek patologis :

kesan tetraparesis spastik

+
+
-

+
+

Pemeriksaan Nervus kranial : dalam batas normal


Sensibilitas :

IV.

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis

: Tetraparesis spastik

Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi

: Medula spinalis cervical 4-5


: trauma medula spinalis cervical 4-5

V.

RENCANA AWAL (PLANNING)


Masalah
:
Tetraparesis
Hipersetesi
Rencana Terapi
B1 B6 B12 : 3 x 1

Rencana Penegakan Diagnosis (Pemeriksaan yang dibutuhkan)


Foto cervical AP, LATERAL

Monitoring
Keadaan umum
Tanda vital
Edukasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
MEDULA SPINALIS
Anatomi medula spinalis
Panjang normal medula spinalis orang dewasa adalah 42-45 cm, pada bagian
superior dilanjutkan oleh batang otak, dan bagian inferior dilanjutkan oleh konus
medularis. Selama perkembangannya, kanalis sentralis mengalami perluasan
kearah lateral pada dua bagian yaitu pembesaran servical (intumensensia
servikalis) dan pembesaran lumbal (intumensia lumbalis) yang masing-masing
membentuk pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakral. 5
Medula spinalis dibagi menjadi kira-kira 8 segmen servikal, 12 segmen torakal, 5
segmen lumbal, 5 segmen sacral, dan beberapa segmen koksigeal yang kecil.
Masing-masing segmen bervariasi dalam panjangnya, namun di dalam sumsum
tulang belakang sendiri tidak ditemukan adanya batas-batas yang tegas di antara
segmen-segmen tersebut.5
Potongan melintang dari medulla spinalis tulang belakang memperlihatkan sulkus
mediana dorsalais, kolumna dorsalais, kolumna lateralis, komissura putih ventralis,
kolumna ventralis, fisura ventralis, fisura mediana ventralis, kolumna kelabu
ventralis, komisura kelabu ventralis, kanalis sentralis, septum mediana dorsalis. 5
Masing-masing segmen medula spinalis mempunyai 4 akar serabut saraf yang
terletak di daerah ventral dan dorsal medulla spinalis, masing-masing akar
dibentuk oleh 1-8 serabut saraf. Pada akar dorsalis didapatkan ganglion spinal yang
berdekatan dengan akar ventralis, yaitu yang berisi badan-badan sel saraf. Akibat
ada perbedaan dari kecepatan pertumbuhan antara sumsum tulang belakang dan
tulang belakang, maka segmen tulang belakang mengalami pergeseran kearah atas
dari vertebra yang bersesuaian, dengan ketidaksesuaian ini pada segmen paling
bawah dibagian lumbosakral, akar-akar saraf berjalan turun ke bagian bawah
sumsum tulang belakan untuk membentuk kauda equina.6
Akar saraf spinal
Akar ventral mempunyai akson neuron motorik alfa berdiameter besar keserabut
otot lurik ekstrafusal, akson neuron motorik gama yang lebih kecil yang

mempersarafi otot intrafusal dari gelendong otot (fusus neuromuskularis).


Beberapa serabut otonom preganglion pada segmen torakal, lumbal atas, dan
sakral tengah dan beberapa akson berdiameter kecil yang berasal dari sel-sel di
dalam ganglion akar dorsalis akan menghantarkan informasi sensorik dari organorgan visceral torakal dan abdomen.6
Akar dorsalis, masing-masing akar dorsalis kecuali C1 berisi serabut aferen dari
sel-sel saraf dalam ganglionnya, akar dorsalis mengandung berbagai macam
serabut mulai dari struktur kulit dan struktur bagian dalam. Serabut yang terbesar
(Ia) berasal dari gelendong otot(fusus neuromuskulus) dan mengambil bagian
dalam reflek-reflek medulla spinalis, serabut yang berukuran sedang (A-beta)
menghantarkan impuls dari mekanoseptor di kulit dan sendi, serabut C, serabut
yang tak bermielin, A-delta, serabut bermielin membawa informasi rangsang
noksius misalnya nyeri dan suhu.6
Cabang-cabang saraf spinal
Cabang dorsalis utama: biasanya terdiri dari cabang medial yang mengurus
sebagian besar sistem sensorik, cabang lateral lebih kearah motorik.6
Cabang ventral utama: biasanya lebih besar membentuk pleksus servikal, brachial
dan lumbosakral. Dibagian torakal, cabang ini tetap terdiri dari bebrapa segmen
yaitu sebagai saraf-saraf interkostal.6
Rami kominikantes: cabang ini bergabung dengan saraf spinal menuju ke trunkus
simpatikus. Hanya saraf torakal dan bagian atas lumbal saja yang mengandung
ramus komonikan alba, tetapi untuk ramus komonikan kelabu didapatkan pada
semua saraf spinal.6
Jenis-jenis serabut saraf
Serabut eferen somatik: serabut motorik ini mempersarafi otot-otot rangka dan
berasal di dalam kolumna kelabu anterior dari medulla spinalis dan membentuk
akar ventralis dari saraf spinal.7

Serabut saraf aferen somatic: serabut ini menghgantarkan informasi sensorik dari
kulit, sendi, dan otot ke susunan saraf pusat. Serabut ini berasal dari sel-sel
unipolar di dalam ganglion saraf spinal yang terletak pada jalan akar dorsalis.
Cabang perifer dari sel-sel ganglionik ini didistribusikan ke struktur somatik,
cabang sentral menghantar impuls sensorik melalui akar dorsalis ke kolumna
kelabu dorsalis dan jaras asenden dari sumsum tulang belakang.7
Serabut eferen visceral : Serasebut otonom ini adalah serabut motorik yang
menuju ke visceral dan juga serabut simpatetik dari segmen torakal L1,L2
didistribusikan di seluruh tubuh ke visceral, kelenjar, dan otot polos. Serabut
parasimpatik yang berada dalam ketiga saraf sakral bagian tengah menuju ke
visseral panggul bagian bawah abdomen.7
Serabut aferen visceral: serabut ini menghantarkan informasi sensorik dari veseral.
Badan selnya terdapat di dalam ganglion akar dorsalis. Hasil percobaan terbaru
menunjukkan bahwa serabut aferen visceral ada yang memasuki medulla spinalis
melalui akar ventralis.7
Zat kelabu (Gray matter)
Kolumna:
Bagian ini mengandung kanalis sentralis, kolumna kelabu ventralis,kornu anterior,
kolumna kelabu intermediolateral hanya ditemukan bagian lateral torakal lumbal
atas, tidak pada sacral tengah, bagian ini mengandung sel-sel preganglion untuk
susunan saraf otonom. Kolumna kelabu dorsalis, kornu posterior, fasikulus
dorsolateral atau traktus lissauer adalah bagian dari jaras nyeri yang terletak di
perifer medula spinalis.8
Lamina:
Lamina I, lapisan marginal yang tipis mengandung banyak neuron yang
memberikan reaksi terhadap rangsangan noksius.
Lamina II, Dikenak dengan subtansia gelatinosa yang terdiri dari neuron-neuron
kecil dan beberapa diantaranya memberikan reaksi terhadap rangsangan noksius.

Lamina III-IV, secara bersama-sama sebagai nucleus proprius, masukan utamanya


adalah dari serabut-serabut yang menghantarkan perasaan posisi.
Lamina V, lapisan ini mengandung Sel-sel yang memberikan reaksi terhadap
rangsangan noksius maupun aferen visceral.
Lamina VI, lapisan terdalam dari kornu dorsalis yang mengandung neuro-neuron
yang member reaksi terhadap sinyal mekanis dari sendi dan kulit.
Lamina VII, Bagian ini besar dan mengandung sel-sel nucleus dorsalis (columna
clark) disisi medial, dan juga bagian besar dari kolumna kelabu ventralis.
Lamina VIII-IX, Lapisan ini mewakli kelompok neuron motorik dibagian medial
dan lateral dari kolumnba kelabu ventralis. Kolumna ini memberikan persarafan
otot ekstensor dan fleksor.
Lamina X, Lamina ini mewakili neuron-neuron kecil yang mengelilingi kanalis
sentralis atau sisa-sisanya.8
Zat putih (White matter)
Kolumna:
Kolumna dorsalis terletak diantara sulkus medianus posterior dan sulkus
posteriolateral. Pada segmen servikal dan torakal atas, kolumna dorsalis terbagi
menjadi bagian medial (fasikulus grasilis) dan bagian lateral (fasikulus kuneatus).
Kolumna lateralis terletak di antara sulkus posteriolateral dan sulkus
anteriolateralis. Kolumna ventralis terletak di antara sulkus anteriolateral dan
fisura mediana anterior. 8
Traktus:
Zat putih dalam medula spinalis terdiri dari serabut-serabut saraf yang bermielin
dan yang tidak bermielin. Serabut bermelin berkonduksi lebih cepat (fasikuli). Sel
glia kebanyakan oligodendrosit terletak diantara serabut-serabut tersebut. Berkas
serabut dengan fungsi yang sama disebut traktus. Kolumna putih lateralis dan
ventralis mengandung traktus yang batasnya tidak jelas dan mengalami tumpang
tindih, traktus kolumna dorsalis dibatasi dengan jelas oleh septa glia. Serabut tanpa

mielin yang berkonduksi lambat membentuk berkas-berkas kabur pada tepi zat
putih. Fungsi dari serabut ini masih belum dapat dipahami sepenuhnya.8
Jaras dalam zat putih (white matter)
Sistem serabut desenden
Traktus kortikospinalis:
Barawal dari kortek serebri turun melalui batang otak kemudian menyilang kesisi
yang berlawanan dalam medulla spinalis turun ke kolumna putih lateral. Serabutserabut ini semuanya berakhir diseluruh kolumna kelabu ventralis. Neuron motorik
yang mempersarafi otot-otot ekstremitas bagian distal mempunyai masukan
monosinaps langsung dari traktus kortikospinal, neuron motorik yang lain
dipersarafi oleh interneuron secara polisinaps.8
Traktus vestibulospinalis:
Traktus ini berasal dari nucleus vestibularis lateralis dalam batang otak dan
berjalan kebawah tanpa menyilang garis tengah pada kolumna putih ventralis
medula spinalis. Serabut-serabut ini dari traktus berproyeksi secara langsung ke
neuron motorik otot ekstensor. Sistem ini mempermudah gerakan-gerakan cepat
sebagai reaksi terhadap perubahan mendadak dalam posisi tubuh missalnya jatuh.
Searabut-serabut ini juga mempengaruhi lepas muatan (discharge) dari neuron
motorik gama.8
Traktus rubrospinalis:
Searabut ini berasal dari nucleus ruber kontralateral dalam batang otak dan
berjalan didalam kolumna putih lateralis. Traktus ini berproyeksi ke interneuron di
dalam kolumna kelabu dan berperan sebagai fungsi motorik.8
Sistem retikulospinalis:
Traktus ini muncul dari formasi retikuler batang otak dan turun ke dalam kolumna
putih ventralis maupun lateralis. Serabut-serabut yang berakhir pada kolumna
putih dorsalis sebagai modikfikasi trasmisi perasaan dari tubuh terutama rasa
nyeri dan beberapa dari serabut ini merupakan serotonergik.8

Sistem otonom desenden:


Muncul dari hipotalamus dan batang otak, proyeksi sisten serabut ini ke neuron
simpatetik preganglion di bagian torakolumbal medula spinalis dan ke neuron
parasimpatetik preganglion di segmen sakral.8
Traktus tektospinalis:
Traktus ini muncul dari atap tektum dari otak tengah, kemudian berjalan di dalam
kolumna putih ventralis kontralateral untuk berakhir pada interneuron kelabu
ventralis. Traktus ini menyebabkan kepala berputar sebagai reaksi terhadap
rangsangan penglihatan dan pendengaran yang mendadak.8
Fasikulus longitudinalis medialis:
Traktus ini muncul dari nucleus vestibularis di dalam batang otak, beberapa dari
serabutnya turun ke dalam segmen servikal untuk berakhir pada interneuron
kelabu ventralis. Serabut ini mengkoordinasi gerakan kepala dan mata. Fasikulus
longitunalis medialis dan traktus tektospinalis hanya ditemukan pada masingmasing sisi segmen servikal medula spinalis.8
Sistem serabut desenden pada sumsum tulang belakang 8

Penampang melintang MS

Vaskularisasi Medula Spinalis didapat dari :


Spinalis anterior,
2 A. Spinalis Posterior,
A. Radikularis anterior dan posterior.

Trauma Medula Spinalis


Trauma medula spinalis merupakan keadaan patologi akut pada medula spinalis yang di
akibatkan terputusnya komunikasi sensori dan motorik dengan susunan saraf pusat dan
saraf parifer. Tingkat kerusakan pada medula spinalis tergantung dari keadaan atau
inkomplet.
Beberapa yang berhubungan dengan trauma medula spinalis seperti :
a.
Quadriplegia adalah keadaan paralisis/kelumpuhan pada ekstermitas dan terjadi
akibat trauma pada segmen thorakal 1 (T1) keatas. Kerusakan pada level akan merusak
sistim syaraf otonom khsusnya syaraf simpatis misalnya adanya gangguan pernapasan.
b.
Komplit Quadriplegia adalah gambaran dari hilangnya fungsi modula karena
kerusakan diatas segmen serfikal 6 (C6).
c.
Inkomplit Quadriplegia adalah hilangnya fungsi neurologi karena kerusakan
dibawah segmen serfikan 6 (C6).
d.
Refpiratorik Quadriplegia (pentaplagia) adalah kerusakan yang terjadi pada serfikal
pada bagian atas (C1-C4) sehingga terjadi gangguan pernapasan.
Paraplegia adalah paralisis ekstermitas bagian bawah, terjadi akibat kerusakan pada
segmen parakal 2 (T2) kebawah.
B. Etiologi dan Faktor Resiko trauma Medula Spinalis
Adapun etiologi dan factor resiko terjadinya trauma medulla spinalis adalah
a.
mengkonsumsi alkohol
b.
mengkonsumsi obat-obatan saat mengendarai mobil atau sepeda motor.
Sedangkan cedara modulas spinalis dikelompokan akibat trauma dan non trauma
misalnya :
a.
kecelakaan lalu lintas
b.
terjatuh

c.
kegiatan olahraga
d.
luka tusuk atau tembak
Adapun non trauma sebagai berikut:
a.
spondilitis serfikal
b.
ruang miolopati
c.
myelitis
d.
osteoporosis
e.
tumor.
C. Patofisiologi trauma Medula Spinalis
Columna vertebra berfungsi menyokong tulang belakang dan melindungi modula spinalis
serta syaraf-syarafnya. trauma medula spinalis akibat columna vertebra atau ligment.
Umumnya tempat cedara adalah pada segmen C1 -2, C4-6 dan T11 L2. trauma modula
spinalis mengakibatkan perdarahan pada gray matter medulla, edema pada jam-jam
pertama pasca trauma.
Mekanisme utama terjadi cedera vertebra adalah karena hiperekstensi, hiperfleksi trauma
kompresi vertical dan rotasi, bisa sendiri atau kombinasi. Cedera karena hiperekstensi
paling umum terjadi pada area cerfical dan kerusakan terjadi akibat kekuatan akselerasi
sampai deselerasi. Cedera akibat hiperfleksi terjadi akibat regangan / tarikan yang
berlebihan, kopresi dan perubahan bentuk dan modula spinalis secara tiba-tiba. Trauma
kopresi vertical umumnya terjadi pada area thorak lumbal dari T12 L2, terjadi akibat
kekuatan gaya sepanjang aksis tubuh dari atas sehingga mengakibatkan kompresi medula
spinalis kerusakan akar syaraf disertai serpihan vertebrata.
Kerusakan medula spinalis akibat kompersi tulang, herniasi disk, hematoma, edema,
regangan dari jaringan syaraf dan gangguan sirkulasi pada spinal. Adanya perdarahan
akibat trauma dari gray sampai white matter menurunkan perfusi vaskuler dan
menurunnya kadar oksigen mengakibatkan iskemia pada daerah cedera. Keadaan tersebut
lebih lanjut mengabatkan edema sel dan jaringan menjadi nekrosis. Sirkulasi dalam white
matter akan kembali normal kurang lebih 24 jam. Perubahan kimia dan metabolisme
yang terjadi adalah meningkatnya asam laktat dalam jaringan dan menurunnya kadar
oksigen secara cepat 30 menit setelah trauma, meningkatnya kosentrasi norepprinehine.
Meningkatnya norepprinehine disebabkan karena evek iskemia rupture vaskuler atau
nekrosis jaringan syaraf.
Trauma medula spinalis dapat menimbulkan renjatan spinal (spinal shock). Jika terjadi
keruskan secara transfersal sehingga mengakibatkan pemotongan komplit rangsangan.

Pemotongan komplit rangsangan menimbulkan semua fungsi refloktorik pada semua


sgemen dibawah garis kerusakan akan hilang. Fase rejatan ini berlangsung beberapa
minggu sampai beberapa bulan (3-6 minggu).
D. Klasifikasi trauma Medula Spinalis
Trauma medula spinalis dapat diklasifikasikan :
1.
Komosio modula spinalis adalah suatu keadaan dimana fungsi mendula spinalis
hilang sementara tanpa disertai gejala sisa atau sembuh secara sempurna. Kerusakan pada
komosio medula spinalis dapat berupa edema, perdarahan verivaskuler kecil-kecil dan
infark pada sekitar pembuluh darah.
2.
Komprensi medula spinalis berhubngan dengan cedera vertebral, akibat dari
tekanan pada edula spinalis.
3.
Kontusio adalah kondisi dimana terjadi kerusakan pada vertebrata, ligament
dengan terjadinya perdarahan, edema perubahan neuron dan reaksi peradangan.
4.
Laserasio medula spinalis merupakan kondisi yang berat karena terjadi kerusakan
medula spinalis. Biasanya disebabkan karena dislokasi, luka tembak. Hilangnya fungsi
medula spinalis umumnya bersifat permanen.
E. Tanda dan Gejala trauma Medula Spinalis
Adapun tanda dan gejala adalah sebagai berikut :
1. Tergantung tingkat dan lokasi kerusakan
Tanda dan gejala trauma medula spinalis tergantung dari tingkat kerusakan dan lokasi
kerusakan. Dibawah garis kerusakan terjadi misalnya hilangnya gerakan volunter,
hilangnnya sensasi nyeri, temperature, tekanan dan propriosepsi, hilangnya fungsi bowel
dan bladder dan hilangnya fungsi spinal dan refleks autonom.
2.
Perubahan reflex
Setelah trauma medula spinalis terjadi edema medula spinalis, sehingga stimulus reflex
juga terganggu misalnya reflex pada bladder, aktivitas visceral, reflex ejakulasi.
3.
Spasme otot
Gangguan spasme otot terutama terjadi pada trauma komplit trans versal, di mana pasien
terjadi ketidak mampuan melakukan pergerakan.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala spinal shock meliputi flacid para lisis di bawah garis kerusakan,
hilangnya sensasi, hilangnya releks reflex spinal, hilangnya tonus vasomotor yang
mengakibatkan tidak stabilnya tekanan darah, tidak adanya keringat di bawah garis
kerusakan dan inkontinensia urine dan retensi fases.
5. Autonomic dysreflesia

Autonomic dysreflesia terjadi pada cedera thorakal enam ke atas, di mana pasien
mengalami gangguan reflex autonom seperti terjadinya bradikardia, hipertensi
paroksimal, distensi bladder.
6.
Gangguan fungsi seksual
Banyak kasus memperlihatkan pada laki-laki adanya impotensi, menurunnya sensasi dan
kesulitan ejakulasi. Pasien dapat dapat ereksi tetapi tidak dapat ejakulasi.
F. Komplikasi trauma Medula Spinalis
Adapun komplikasinya adalah sebagai berikut :
Neurogenik shock
Hipoksia
Gangguan paru-paru
Instabilitas spinal
Orthostatic hypotensi
Ileus paralitik
Infeksi saluran kemih
Kontraktur
Dekubitus
Inkontinensia bladder
Konstipasi
G. Test Diagnostik trauma Medula Spinalis
1.
Foto rongcen : adanya fraktur vertebrata.
2.
CT Scan : adanya edema medula spinalis
3.
MRI : kemungkinan adanya kompresi, edema medula spinalis.
4.
Serum kimia : adanya hiperglikemia atau hipoglikemia ketidak seimbangan
elektrolit, kemungkinan menurunnya Hb dan hemotoktrit.
5.
Urodinamik : proses pengosongan bladder.
H. Penatalaksanaan Medik trauma Medula Spinalis
Prinsip penatalaksanaan medik trauma medula spinalis adalah sebagai berikut:
1.
Segera dilakukan imobilisasi.
2.
Stabilisasi daerah tulang yang mengalami cedera seperti dilakukan pemasangan
collar servical, atau dengan menggunakan bantalan pasir.
3.
Mencegah progresivitas gangguan medula spinalis misalnya dengan pemberian
oksigen, cairan intravena, pemasangan NGT.
4. Terapi Pengobatan :
Kortikosteroid seperti dexametason untuk mengontrol edema.
Antihipertensi seperti diazolxide untuk mengontrol tekanan darah akibat autonomic
hiperrefleksia akut.
Kolinergik seperti bethanechol chloride untuk menurunkan aktifitas bladder.
Anti depresan seperti imipramine hyidro chklorida untuk meningkatkan tonus leher
bradder.
Antihistamin untuk menstimulus beta reseptor dari bladder dan uretra.
Agen antiulcer seperti ranitidine

Pelunak fases seperti docusate sodium.


5. Tindakan operasi, di lakukan dengan indikasi tertentu seperti adanya fraktur dengan
fragmen yang menekan lengkung saraf.
6.
Rehabilisasi di lakukan untuk mencegah komplikasi, mengurangi cacat dan
mempersiapkan pasien untuk hidup di masyarakat.
I.

Kompresi medulla spinalis dan radiks

Anda mungkin juga menyukai