PENDAHULUAN
klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di Negara-negara berkembang.
WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit
menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Di Indonesia,
prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi
stroke tertinggi adalah Aceh (16,6 per 1000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007,
stroke bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung
lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Adapun faktor resiko yang memicu
tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi (contoh:
usia, ras, gender, genetic, dll) dan faktor yang dapat dimodifikasi (contoh: obesitas,
hipertensi, diabetes, dll). Identifikasi faktor resiko sangat penting untuk mengendalikan
1
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS
2.2 ANAMNESA
november 2017
Keluhan Utama : Tangan dan kaki kiri terasa lemah tidak bisa digerakkan sejak bangun
tidur pagi
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Hasanudin Damrah Manna pada
tanggal 27 november 2017 dengan keluhan tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa
digerakkan. Hal ini dirasakan oleh pasien bangun pagi SMRS. Pasien juga mengeluhkan
bicaranya menjadi pelo dan mulutnya miring ke kanan sejak tangan dan kaki kirinya lemas.
Keluhan lainnya seperti sakit kepala, muntah, dan pingsan sebelum timbul kelemahan
disangkal oleh pasien. Keluhan gangguan buang air kecil, gangguan buang air besar, dan
2
Pasien baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini.Riwayat hipertensi (+)
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang seupa dengan pasien.
Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan sakit jantungpada keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Riwayat Kebiasaan
akui pasien.
Keadaan Umum
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu : 36,7oC
Status Generalis
a. Kulit :Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL +/+, RCTL
3
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-),
sekret (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Sudur bibir kanan turun, kering (-), sianosis (-), lidah sedikit
mencong ke kanan
Tenggorokan : Trismus (-); arkus faring simetris, hiperemis (-); uvula di tengah
c. Pemeriksaan Leher
d. Pemeriksaan Toraks
Jantung
b) Palpasi :Iktus kordis teraba kuat ± 2cm di bawah papilla mamae sinistra
c) Perkusi :
Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra dengan bunyi redup
Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra dengan bunyi redup
Batas bawah kiri : ICS V ± 1cm medial garis midklavikula sinistra dengan bunyi
redup
Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra dengan bunyi redup
Paru
a) Inspeksi : Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi
4
c) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
e. Pemeriksaan Abdomen
d) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
k. Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat (+/+), odem (-/-) ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dextra
Status Neurologis
GCS : E4 V5 M6
a. Rangsangan Meningeal
b. Nervus Kranialis
2. N-II (Optikus)
5
a. Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
a. Gerakan bola mata : atas (+/+), bawah (+/+), lateral (+/+), medial (+/+),
atas lateral (+/+), atas medial (+/+), bawah lateral (+/+), bawah medial (+/+)
b. Ptosis :- /-
e. Refleks Pupil
langsung :+/+
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : +
N-V2 (maksilaris) : +
N-V3 (mandibularis) : +
b. Motorik : +
5. N-VII (Fasialis)
b. Motorik
6
Menutup mata : +/+
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
b. Pendengaran
a. Refleks menelan : +
b. Refleks batuk : +
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /+
b. Kekuatan M. Trapezius : + /+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah :-
b. Atrofi lidah :-
7
c. Ujung lidah saat istirahat : -
e. Fasikulasi :-
c. Pemeriksaan Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Biceps : N/N
Triceps : N/N
Achiles : N/N
Patella : N/ N
b. Refleks Patologis
Babinski : -/-
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Scaeffer : -/-
Hoffman-Trommer : -/-
2. Kekuatan Otot
4444 3333
4444 3333
8
3. Tonus Otot
a. Hipotoni : - /-
b. Hipertoni : -/-
d. Sistem Ekstrapiramidal
1. Tremor : -
2. Chorea : -
3. Balismus : -
e. Sistem Koordinasi
f. Fungsi Kortikal
5. Bahasa : Disartria
Inkontinensia :-
Hipersekresi keringat :-
9
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Trombosit : 359.000/uL
Kimia klinik
SGOT : 27 mg/dL
SGPT : 21 mg/dL
2.5 RESUME
Seorang laki-laki Tn.t usia 43 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD
hasanudin damrah mannadengan keluhan hemiplegi sinistra sejak bangun pagi SMRS.
Pasien belum pernah mengalami hal yang serupa sebelumnya.. Dari pemeriksaan fisik
status generalis tidak ditemukan kelainan yang berarti selain hipertensi. Dari pemeriksaan
status neurologis ditemukan adanya kelemahan pada ekstremitas sinistra,bicara pelo ,mulut
10
miring ke kanan. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan kesan leukosit, asam
urat ,trombosit, kolestrol ,ureum creatinine dalam batas normal. Pemeriksaan CT-Scan
menunggu.
Diagnosis klinis : Hemiplegi sinistra dengan paresis N.VII Dextra tipe sentral dan
2.7 TERAPI
Bed rest
11
2.8 FOLLOW UP
Tgl. S O A P
28/11/2017 Tangan dan kaki TD 140/90 mmHg SNH hari Infus RL 20tpm
RCL +/+
RCTL +/+
Meningeal (-)
Refleks fisiologis
(-/-)
5 4
5 3
Refleks patologis
(- / -)
Otonom :
BAK (+)
12
BAB (+)
Motorik
3mm/3mm Candesartan 1x 8 mg
RCTL +/+
Meningeal (-)
Refleks fisiologis
(-/-)
5 5
5 -5
Refleks patologis
(- / -)
motorik
Otonom :
BAK (+)
13
BAB (+)
2.9 PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri karotis
interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna, setelah memisahkan
diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis
nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri
serebri media. Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan
beberapa bagian lobus temporalis. Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan
dan kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri basilaris, dan setelah
berakhir sebagai sepasang cabang: arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi
lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus temporalis. Ke 3 pasang arteri serebri ini
Cabang- cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling
15
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem
kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu: Sirkulus Willisi, yakni
lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri media kanan dan kiri, arteri
komunikans anterior (yang menghubungkan kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri
serebri media posterior dan arteri komunikans posterior (yang menghubungkan arteri
serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah orbita,
masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri maksilaris eksterna.
Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh darah
ekstrakranial). Selain itu masih terdapat lagi hubungan antara cabang-cabang arteri
tersebut, sehingga menurut Buskrik tak ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan
otak. Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
terletak dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan
menuju ke jantung.1
16
3.2 Fisiologi
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian
posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3 faktor. Dua faktor
yang paling penting adalah tekanan untuk memompa darah dari sistem arteri-kapiler ke
sistem vena, dan tahanan (perifer) pembuluh darah otak. Faktor ketiga, adalah faktor
membeku).1 Dari faktor pertama, yang terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor
jantung, darah, pembuluh darah, dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak
(arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan
darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya otoregulasi
pembuluh darah otak (yang berfungsi normal bila tekanan sistolik antara 50-150 mmHg).1
17
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga di antaranya
Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana jaringan yang asam
(pH rendah), menyebabkan vasodilatasi, sebaliknya bila tekanan darah parsial CO2 turun,
darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas yang besar juga
3.3 Definisi
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non traumatik.
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau
kematian.1
3.4 Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga
dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses
yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik
18
1. Emboli
Fibralisi atrium;
miksomatosus sistemik;
“caisson”).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-
adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan),
trombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung
kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh
19
infark miokard dan 85% di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.2
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, displasia fibromuskular dari arteri
untuk menemukan penyebab terjadinya stroke. Terdapat beberapa faktor resiko stroke
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Penyakit jantung (penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan fibrilasi
atrium kiri)
5. Hiperkolesterolemia
20
Resiko stroke juga meningkat pada kondisi di mana terjadi peningkatan viskositas
darah dan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien dengan resiko tinggi mengalami
3.6 Klasifikasi
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
(RIND).
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam,
Gejala klinis sudah menetap. Kasus completed stroke ini ialah hemiplegi dimana
sudah memperlihatkan sesisi yang sudah tidak ada progresi lagi. Dalam hal ini,
a. Stroke lakunar
stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama.
Infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik salah
satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Willisi, arteria serebri media, atau
21
arteri vertebralis dan basilaris. Trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-
pembuluh ini menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak, dan disebut
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien relative mengalami
dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala dan tanda akibat stroke iskemik
ini bergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jaringan yang
c. Stroke embolik
Asal stroke embolik dapat dari suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang terjadi
d. Stroke kriptogenik
yang jelas walaupun telah dilakukan pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinis
yang ekstensif.
3.7 Patofisiologis
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik, salah satunya adalah
aterosklerosis, dengan mekanisme thrombosis yang menyumbat arteri besar dan arteri
kecil, dan juga melalui mekanisme emboli. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi
22
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
aterom.
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan menyebabkan
hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga. Bila anoksia ini berlanjut
sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel penyangganya yaitu sel glia akan mengalami
kerusakan ireversibel sampai nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+ dari asidosis
laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai rentensi air yang timbul
dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini menyebabkan daerah sekitar nekrosis
mengalami gangguan perfusi dan timbul iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup.
Daerah ini adalah iskemik penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu
dari otak akan terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron
di daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan
glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini akan
menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang terserang. Glutamat
akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal kalsium (calcium channels).
Kemudian terjadilah influks kalsium yang mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel
yang mati ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri lagi
23
akan melepaskan radikal bebas, yaitu charged oxygen molecules (seperti nitric acida atau
NO), yang akan merombak molekul lemak didalam membran sel, sehingga membran sel
akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke iskemik menyebabkan berkurangnya
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
3.8 Diagnosis
1. Gambaran Klinis
a) Anamnesis
24
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan
non hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan
tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala
gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan.
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan
pertolongan.
hiponatremia.2
b) Pemeriksaan Fisik
25
dan menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik harus
mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk mencari tanda trauma, infeksi,
dan iritasi menings. Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari faktor resiko
c) Pemeriksaan Neurologi
stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala seperti
status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik
dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon profunda. Tengkorak dan
tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus
dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan dengan Bell’s
palsy di mana pada Bell’s palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
tersumbat:6
26
kontralateral. hemianopsia, disfagia
non-dominan), kontruksional
apraksia
(hemisfer non-dominan)
ringan) alvi
27
gangguan sensorik murni,
clumsy hand
2. Gambaran Laboratorium
menunjukka penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal).
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi trombolitik dan
antikoagulan. Biomarker jantung juga penting karena eratnya hubungan antara stroke
hubungan anatara peningkatan enzim jantung dengan hasil yang buruk dari stroke.3
3. Gambaran Radiologi
stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik
juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi
28
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami.
Setelah 6-12 jam setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang
hipodense yang luas di otak maka diperlukan pertimbangan ulang mengenai waktu
terjadinya stroke. Tanda lain terjadinya stroke non hemoragik adalah adanya
insular ribbon sign, hiperdense MCA (oklusi MCA), asimetris sulkus, dan
pemeriksaan scan setelah kontras, perfusi dari region otak dapat diukur. Adanya
yang menunjukkan lesi spesifik dari pembuluh darah penyebab stroke. Selain itu,
CTA juga dapat memperkirakan jumlah perfusi karena daerah yang mengalami
b) MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi lebih
awal pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan pemeriksaan MRI
29
lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang agak
panjang. Protokol MRI memiliki banyak kegunaan untuk pada stroke akut.3
Untuk evaluasi lebih lanjut dapat digunakan USG. Jika dicurigai stenosis
atau oklusi arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan dupleks karotis. USG
itu, modalitas ini juga lebih akurat untuk mengidentifikasi trombi pada atrium kiri.
Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi kelainan jantung adalah EKG
3.9 Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:1
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang menderita
jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak
30
menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Karena itu
Gula darah : kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak boleh
kronis
Balans cairan : bila pasien dalam keadaan gawat atau koma balans
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang
pendapat. Obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi stroke iskemik akut:1
1. Terapi Trombolitik
dalam waktu tida lebih dari 3 jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9
mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari dosis tersebut diberikan secara
bolus IV sedang sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah
31
minimal. Efek samping dari rt-PA ini adalah perdarahan intraserebral,
2. Antikoagulan
Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang
artinya bilamana stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark
Aspirin
dipiridamol. Aspirin harus diminum terus, kecuali bila terjadi reaksi yang
cepat, tetapi tetap aktif. Ikatan protein plasma: 50-80%. Waktu paro (half
acid dan glycine). Ekskresi lewat urine, tergantung pH.Sekitar 85% dari
32
obat yang diberikan dibuang lewat urin pada suasana alkalis. Reaksi yang
Pasien yang tidak tahan aspirin atau gagal dengan terapi aspirin, dapat
tiklopidin adalah diare (12,5 persen) dan netropenia (2,4 persen). Bila
obat dihentikan akan reversibel. Pantau jumlah sel darah putih tiap 15
hari selama 3 bulan. Komplikasi yang lebih serius, tetapi jarang, adalah
b) Anti-oedema otak
c) Neuroprotektif
yang iskemik dan sel-sel glia di sekitar inti iskemik dengan memperbaiki
33
Setelah fase akut berlalu, sasarn pengobatan dititiberatkan pada tindakan
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun, maka
yang paing penting pada masa ini adalah upaya membatasi sejauh mungkin
kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, terapi wicara, dan
psikoterapi.1
Terapi preventif
stroke seperti:
Pengobatan hipertensi
Berolahraga teratur1
34
BAB IV
KESIMPULAN
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya
terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.
Stroke iskemik sering diklasifikasin berdasarkan etiologinya yaitu trombotik dan embolik.
Untuk mendiagnosa suatu stroke iskemik diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh dan teliti. Pemeriksaan yang menjadi gold standar untuk mendiagnosa stroke
iskemik adalah CT-scan. Penting untuk membedakan gejala klinis stroke hemoragik dan
iskemik. Bila tidak dapat dilakukan CT-scan maka dpaat dilakukan sistem skoring untuk
mengerucutkan diagnosa.
Setelah dapat ditegakkan diagnosis, perlu dilakukan terapi segera agar tidak terjadi
iskemik lebih lanjut. Prinsip terapi dari stroke iskemik adalah perbaikan perfusi ke otak,
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran
darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah
2. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
3. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds. Mardjono M, Sidharta P.
6. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
7. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan prevensi
sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba Medika. Hal: 53-73.
36