DISUSUN OLEH :
dr. GIOVANI FAUSTINE
PENDAMPING :
dr. ALJUNED PRASETYO
dr. JAMALUDIN MALIK
Deskripsi:
Seorang laki-laki usia 35 tahun dengan kelemahan anggota tubuh
Tujuan:
Menegakkan diagnosis kerja, melakukan penanganan awal serta konsultasi dengan spesialis penyakit saraf untuk penanganan lebih lanjut
terkait kasus space occupying lesion, serta memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset ■ Kasus Audit
1. Keluhan Utama:
Kelemahan seluruh anggota gerak sejak 2 jam SMRS
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama ibunya. Pasien berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS.
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
VITAL SIGN
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Frekuensi nadi : 72x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu : 37,1oC
Skor nyeri :-
PEMERIKSAAN FISIK
- - + + - -
- -
- - + +
Status Neurologis
a. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2. Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3. Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4. Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º)
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)
b. Nervus Kranialis
1. N-I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. N-II (Optikus)
a. Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Lapang pandang : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
a. Gerakan bola mata : atas (+/+), bawah (+/+), lateral (+/+), medial (+/+), atas lateral (+/+), atas medial (+/+), bawah lateral (+/
+), bawah medial (+/+)
b. Ptosis :- /-
c. Pupil : Isokor, bulat, 3mm / 3mm
e. Refleks Pupil
langsung :+/+
tidak langsung :+/+
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : +
N-V2 (maksilaris) : +
N-V3 (mandibularis) : +
(pasien dapat menunjukkan tempat rangsang raba)
b. Motorik : +
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut
c. Refleks kornea : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
5. N-VII (Fasialis)
a. Sensorik (indra pengecap) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b. Motorik
Angkat alis : + / +, terlihat simetris kanan dan kiri
Menutup mata : +/+
Menggembungkan pipi : simetris
Menyeringai` : simetris
Gerakan involunter : -/-
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
Nistagmus : Tidak ditemukan
Tes Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b. Pendengaran
Tes Rinne : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
Tes Schwabach : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
Tes Weber : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
7. N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a. Refleks menelan : +
b. Refleks batuk : +
c. Perasat lidah (1/3 anterior) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
d. Refleks muntah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
e. Posisi uvula : Di tengah
f. Posisi arkus faring : Simetris
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /+
b. Kekuatan M. Trapezius : + /+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah :-
b. Atrofi lidah :-
c. Ujung lidah saat istirahat : -
d. Ujung lidah saat dijulurkan : lurus ke depan
e. Fasikulasi :-
c. Pemeriksaan Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Biceps : N/N
Triceps : N/N
Achiles : N/N
Patella : N/N
b. Refleks Patologis
Babinski : -/-
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Scaeffer : -/-
Hoffman-Trommer : -/-
2. Kekuatan Otot
3333 3333
Ekstremitas Superior Dextra Ekstremitas Superior Sinistra
3333 3333
Ekstremitas Inferior Dextra Ekstremitas Inferior Sinistra
3. Tonus Otot
a. Hipotoni : - /-
b. Hipertoni : -/ -
d. Sistem Ekstrapiramidal
1. Tremor : -
2. Chorea : -
3. Balismus : -
Tidak ditemukan saat dilakukan pemeriksaan
e. Sistem Koordinasi
1. Romberg Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
2. Tandem Walking : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3. Finger to Finger Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4. Finger to Nose Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
f. Fungsi Kortikal
1. Atensi : Dalam Batas Normal
2. Konsentrasi : Dalam Batas Normal
3. Orientasi : Dalam Batas Normal
4. Kecerdasan : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
5. Bahasa : Ditemukan aphasia motorik
6. Memori : Tidak ditemukan gangguan memori
7. Agnosia : Pasien dapat mengenal objek dengan baik
Hasil Pembelajaran:
1. Penegakkan diagnosis pada kasus Space Occupying Lesion
2. Tatalaksana Space Occupying Lesion
2. Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan normotensi, normopnea, normocardia, dan suhu afebris. Pemeriksaan motorik
ditemukan 3333/3333/3333/3333, terdapat afasia motorik. Hasil pemeriksaan CT Scan kontras kepala diperoleh hasil gambaran
multiple SOL pada lobus frontalis sinistra dan white matter lobus parietal dekstra dengan perifocal edema serta SOL di thalamus sinistra
yang mendesak dan mendeviasi linea mediana ke kontralateral, mengarah gambaran low grade astrocytoma.
3. Assesment
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan Space Occupying Lesion
4. Plan
Diagnosis: Diagnosis awal UGD adalah CVD non hemoragik dengan diagnosis banding SOL. Upaya diagnosis yang dilakukan
masih dapat ditingkatkan dengan pengkajian menyeluruh mengenai pasien.
Pengobatan:
Penanganan awal di IGD pada pasien stroke non hemoragik diberikan terapi farmakologis berupa asering, neuroprotektor, manitol
dan terapi suportif. Dapat dipertimbangkan ulang guna pemberian manitol berdasarkan diagnosis kerja CVD non hemoragik
dengan diagnosis banding SOL. Di bangsal telah dilakukan pemeriksaan CT Scan kontras kepala untuk menegakkan diagnosis.
Dianjurkan kepada dokter umum untuk merujuk ke spesialis saraf dan spesialis bedah saraf bila menemui kasus serupa.
Pendidikan: Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses terapi dan rehabilitasi. Pasien dan
keluarganya diberikan edukasi lengkap mengenai kondisi diagnosis dan rencana pengobatan selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR OTAK
WHO telah mengeluarkan klasifikasi Tumor Otak terbaru pada tahun 2016 dimana beberapa varian dan pola telah ditambahkan
dalam tabel. Varian adalah subtype dari tumor yang telah dikarakteristik secara patologis untuk mencapai klasifikasi dan berpotensi
membantu dalam diagnosis dan tatalaksana klinis. Pola adalah gambaran histologis yang dapat dikenali namun tidak memiliki gejala
klinis yang signifikan. Pada tabel di bawah, telah dikelompokkan jenis jenis tumor baru beserta keterangan grading dari penyakitnya.8
IV. Epidemiologi Tumor Otak
Prevalensi nasional penyakit tumor atau kanker adalah 0,4% dan prevalensi penyakit tumor secara umum di Lampung yaitu
sebesar 3,6%. Ada kecenderungan prevalensi meningkat dengan bertambahnya umur dan lebih sering dijumpai pada wanita. Tumor ganas
merupakan penyebab kematian ketujuh pada semua umur dengan proporsi 5,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes
RI, 2008). Tumor sistem saraf pusat merupakan 2 – 5% dari semua tumor dengan 80% diantaranya terjadi di intrakranial dan 20% di
medulla spinalis. Pada anak-anak 70% tumor otak primer terjadi infratentorial dan termasuk serebelum, mesencepalon, pons, dan medulla
(Mollah et al., 2010).
Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang tengkorak adalah glioma (41%), meningioma (17%), adenoma hipofisis (13%), dan
Neurilemioma (12%). Neoplasma saraf primer cenderung berkembang di tempat-tempat tertentu. Ependimoma hampir selalu berlokasi di
dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis. Glioblastoma multiforme kebanyakan ditemukan di lobus parietalis.
Oligodendroma lebih sering ditemukan di lobus frontalis sedangkan spongioblastoma seringkali menduduki bangunan-bangunan di garis
tengah seperti korpus kolosum atau pons. Neoplasma saraf juga cenderung berkembang pada golongan umur tertentu. Neoplasma
serebelar lebih sering ditemukan pada anak-anak daripada orang dewasa, misalnya medulloblastoma. Juga glioma batang otak lebih
sering ditemui pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa (Mardjono, Sidartha, 2009). Tumor otak primer yang bersifat jinak lebih
banyak ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Di Amerika Serikat, glioma adalah tumor ganas tersering sedangkan untuk tumor jinak
tersering adalah meningioma (97,3%) (Porter et al., 2010).
V. Jenis-Jenis Tumor6
1. Astrositoma
Tumor Astrositik dapat dibagi menjadi astrositik difus, astrositoma pilositik dan beberapa varian yang lain. Tumor astrositoma
merupakan tipe tumor SSP yang paling banyak (38,6%) dan berlokasi di korteks frontoparietal. Astrositoma merupakan tumor
tersering pada anak usia 5–9 tahun pada laki-laki dan 10–14 tahun untuk wanita. Astrositoma difus yang ditandai dengan tingkat
diferensiasi seluler yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat. dapat menempati setiap wilayah di SSP, tetapi kebanyakan sering
berkembang di area supratentorial, lobus frontal dan lobus temporal baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Astrositoma pilositik
merupakan tumor otak glioma yang paling sering terjadi tanpa predileksi jenis kelamin yang jelas dan biasanya terjadi pada dua
dekade pertama hidup. Astrositoma pilositik muncul di sepanjang neuraxis, namun pada pediatrik populasi tumor lebih muncul dalam
daerah infratentorial.6
2. Oligodendroma
Oligodendroglioma merupakan tumor grade II WHO yang berkaitan dengan hilangnya heterozigositas di lengan panjang
kromosom 19 dan lengan pendek kromosom 1. Secara mikrioskopis terdapat sel infiltratif dengan nukleus bulat seragam sering
dikelilingi oleh halo jernih perinukleus. Sel neoplastik cenderung berkumpul disekitar neuron asli, sutatu fenomena yang sering
disebut sebagai satelitosis.6 Mayoritas oligodendrogliomas timbul pada orang dewasa, dengan insiden puncak antara 40 dan 45
tahun. Oligodendroglioma jarang terjadi pada anak-anak. Oligodendroglioma muncul terutama di korteks hemisfer otak lobus frontal.
3. Ependimoma
Ependimoma merupakan tumor yang tumbuh lambat dan umumnya pada anak-anak dan dewasa muda, yang berasal dari
dinding ventrikel atau dari kanal tulang belakang dan terdiri dari neoplastik sel ependimal. Secara histologis, ependimoma
didominasi oleh sel perivaskuler pseudorosette dan ependimal rosette. Penatalaksanaan tumor ini dapat berupa reseksi total dan
radioterapi. Pada pasien berusia lebih dari 3 tahun dapat dilakukan kombinasi radioterapi dan kemoterapi.6
4. Medulloblastoma
Medulloblastoma adalah tumor embrional invasif di otak kecil dengan manifestasi terutama pada anak-anak, yang dominan
diferensiasi saraf dan memiliki kecenderungan untuk bermetastasis melalui jalur cairan serebro spinal (CSS). Peningkatan rwsiko
medulloblastoma ditemukan pada anak yang lahir prematur (rasio kejadian standar 3.1). Substitusi folat dalam diet ibu hamil
memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap pertumbuhan medulloblastoma pada anak-anak diklaim pada penelitian sebelumnya, tapi
tidak dikonfirmasi dalam studi yang lebih baru.6
5. Limfoma Sistem Saraf Pusat (SSP) Primer
Limfoma SSP Primer biasanya berupa tumor sel Limfosit B yang secara mikroskopis mirip dengan neoplasma non-Hodgkin.
Insiden tumor ini mengalami peningkatan di seluruh dunia: dari 0,8-1,5% menjadi 6,6% dari seluruh neoplasma intrakranial primer,
terutama sebagai komplikasi dari AIDS. Limfoma ssp primer dapat mengenai segala usia, dengan puncak kejadian pada pasien
imunokompeten yaitu pada dekade keenam dan ketujuh hidup. Rasio penderita laki-laki dan perempuan sekitar 3:2. Sekitar 60% dari
limfoma SSP primer terdapat di ruang supratentorial, termasuk lobus frontal, temporal, parietal dan oksipital, ganglia basalis atau
daerah periventrikular dan corpus calosum, fossa posterior.6
6. Hemangioblastoma
Hemangioblastoma merupakan tumor yang tumbuh secara perlahan. Secara mikroskopis tumor ini terdiri atas campuran
pembuluh darah halus dan sel stroma berbusa kaya-lemak yang asal selnya tidak diketahui. 7 Hemangioblastoma jarang terjadi dan
berhubungan dengan penyakit von Hippel-Lindau (VHL). Angka kejadian pada laki-laki dan perempuan hampir sama.6
7. Meningioma
Meningioma biasanya melekat pada bagian dalam permukaan dura mater. Kebanyakan meningioma jinak dan sesuai dengan
WHO kelas I.6 Meningioma sering terjadi pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2) dan pada pasien dengan faktor
predisposisi meningioma herediter. Meningioma terjadi paling umum pada pasien paruh baya dan lanjut usia, dengan puncaknya
pada dekade keenam dan ketujuh.