Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PORTOFOLIO

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

DISUSUN OLEH :
dr. GIOVANI FAUSTINE

PENDAMPING :
dr. ALJUNED PRASETYO
dr. JAMALUDIN MALIK

DOKTER INTERNSIP WAHANA RSUD SALATIGA


PERIODE 5 SEPTEMBER 2018 – 5 SEPTEMBER 2019
KOTA SALATIGA
Borang Portofolio

Nama Peserta: dr. Giovani Faustine


Nama Wahana: RSUD Salatiga
Topik: Space Occupying Lesion
Tanggal (kasus): 7 Oktober 2018
Nama Pasien:Tn. O / 35 tahun No. RM: 18-19-4xxx
Nama Pendamping: dr. Aljuned Prasetyo, dr. Jamaludin
Tanggal Presentasi : -
Malik
Tempat Presentasi: -
Obyektif Presentasi:

■ Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka


■ DDiagnosti
■ MManajemen Masalah  Istimewa
k

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi:
Seorang laki-laki usia 35 tahun dengan kelemahan anggota tubuh
 Tujuan:
Menegakkan diagnosis kerja, melakukan penanganan awal serta konsultasi dengan spesialis penyakit saraf untuk penanganan lebih lanjut
terkait kasus space occupying lesion, serta memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset ■ Kasus  Audit

Cara membahas:  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

Data pasien: Nama: Tn. O Nomor Registrasi: 18-19-4xxx

Nama klinik: RSUD Salatiga Telp:- Terdaftar sejak: 6 Oktober 2018

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Keluhan Utama:
Kelemahan seluruh anggota gerak sejak 2 jam SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar keluarga ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan kelemahan seluruh anggota gerak sejak 2 jam SMRS. Pasien
juga tidak dapat diajak bicara. Sebelumnya, pasien sering mengelukan sakit kepala sejak 3 tahun SMRS. Sakit kepala yang dialami hilang
timbul dan semakin lama semakin memberat. Pasien sempat berobat ke dokter spesialis saraf dan didiagnosis mengalami pengapuran otak.
Pasien kemudian berobat jalan dengan mengkonsumsi 3 macam obat. Pasien berenti berobat 1 tahun lalu karena merasa keluhan telah
hilang. 3 bulan SMRS, pasien kembali mengeluhkan sakit kepala yang sama. Sakit kepala dirasakan semakin hari semakin memberat. 1
minggu SMRS pasien memeriksakan diri ke dokter karena merasa nyeri kepala semakin berat dan merasa tubuh semakin lemah saat
beraktivitas. Pasien dipulangkan dengan obat nyeri kepala. Keluhan tidak membaik meskipun mengkonsumsi obat yang diberikan. Dua jam
SMRS, pasien mengeluhkan kelemahan seluruh anggota gerak. Pasien sulit untuk bangun dari tempat tidur sehingga harus dibantu oleh
keluarga. Pasien juga menjadi sulit berkomunikasi, makan dan minum. Saat ditanya pertanyaan sederhana pasien tidak mampu menjawab
namun mampu melakukan instruksi yang diperintahkan. Keluhan lain seperti mual, muntah, penurunan kesadaran disangkal. Keluhan
demam, kejang, kaku otot, gangguan buang air kecil, gangguan buang air besar disangkal. Riwayat trauma disangkal oleh pasien. Riwayat
keluhan serupa maupun riwayat serupa di keluarga disangkal. Riwayat gangguan dalam kandungan maupun masa pertumbuhan disangkal.
3. Riwayat Pengobatan: Pasien pernah berobat selama tiga tahun di dokter spesialis saraf karena didiagnosis pengapuran otak

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat keluhan serupa : Pernah mengalami keluhan sakit kepala hilang timbul yang makin berat sejak 3 tahun lalu
Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
5. Riwayat Keluarga : Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal

6. Riwayat Pekerjaan : Pegawai swasta

7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama ibunya. Pasien berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS.

8. Riwayat Kebiasaan : Merokok (-)

9. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
VITAL SIGN
 Tekanan darah : 140/100 mmHg
 Frekuensi nadi : 72x/menit
 Frekuensi nafas : 20x/menit
 Suhu : 37,1oC
 Skor nyeri :-

PEMERIKSAAN FISIK

a. Kepala : Simetris, mesosefal


b. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya direk dan indirek (+/+)
c. Mulut &Tenggorokan : Mukosa basah, tonsil T1-T1, arkus faring simetris
d. Leher : KGB servikal tidak membesar, JVP tidak meningkat
e. Thoraks : simetris, tidak tampak jejas, retraksi (-)
Cor I : ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis tidak kuat angkat
P: batas atas : ICS II, linea sternalis sinistra
batas kiri : ICS V, linea midklavikularis sinistra
batas kanan : ICS IV, linea parasternalis dextra
(Kesan: Batas jantung kesan tidak melebar)
A : Bunyi jantung I-II, intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)

PulmoI : Pengembangan dada kanan = kiri


P : Fremitus raba kanan = kiri
P : Sonor / sonor
A : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
f. Abdomen :
I : DP =DD, Jejas (-), Vulnus (-) Distended (-), Sikatrik (-),
A: Bising usus (+) dalam batas normal
P : Timpani (+)
P: Supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor dalam batas normal.
g. Genitourinaria : MUE hiperemis (-), secret (-)
h. Ekstremitas :
Akral Dingin CRT < 2” Edema

- - + + - -

- -
- - + +
Status Neurologis

Kesadaran : Compos mentis


GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada

a. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2. Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3. Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4. Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º)
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)

b. Nervus Kranialis
1. N-I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. N-II (Optikus)
a. Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Lapang pandang : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
a. Gerakan bola mata : atas (+/+), bawah (+/+), lateral (+/+), medial (+/+), atas lateral (+/+), atas medial (+/+), bawah lateral (+/
+), bawah medial (+/+)
b. Ptosis :- /-
c. Pupil : Isokor, bulat, 3mm / 3mm
e. Refleks Pupil
 langsung :+/+
 tidak langsung :+/+
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
 N-V1 (ophtalmicus) : +
 N-V2 (maksilaris) : +
 N-V3 (mandibularis) : +
(pasien dapat menunjukkan tempat rangsang raba)
b. Motorik : +
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut
c. Refleks kornea : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
5. N-VII (Fasialis)
a. Sensorik (indra pengecap) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b. Motorik
 Angkat alis : + / +, terlihat simetris kanan dan kiri
 Menutup mata : +/+
 Menggembungkan pipi : simetris
 Menyeringai` : simetris
 Gerakan involunter : -/-
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
 Nistagmus : Tidak ditemukan
 Tes Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b. Pendengaran
 Tes Rinne : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
 Tes Schwabach : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
 Tes Weber : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
7. N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a. Refleks menelan : +
b. Refleks batuk : +
c. Perasat lidah (1/3 anterior) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
d. Refleks muntah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
e. Posisi uvula : Di tengah
f. Posisi arkus faring : Simetris
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /+
b. Kekuatan M. Trapezius : + /+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah :-
b. Atrofi lidah :-
c. Ujung lidah saat istirahat : -
d. Ujung lidah saat dijulurkan : lurus ke depan
e. Fasikulasi :-

c. Pemeriksaan Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
 Biceps : N/N
 Triceps : N/N
 Achiles : N/N
 Patella : N/N
b. Refleks Patologis
 Babinski : -/-
 Oppenheim : -/-
 Chaddock : -/-
 Gordon : -/-
 Scaeffer : -/-
 Hoffman-Trommer : -/-
2. Kekuatan Otot
3333 3333
Ekstremitas Superior Dextra Ekstremitas Superior Sinistra
3333 3333
Ekstremitas Inferior Dextra Ekstremitas Inferior Sinistra

3. Tonus Otot
a. Hipotoni : - /-
b. Hipertoni : -/ -
d. Sistem Ekstrapiramidal
1. Tremor : -
2. Chorea : -
3. Balismus : -
Tidak ditemukan saat dilakukan pemeriksaan
e. Sistem Koordinasi
1. Romberg Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
2. Tandem Walking : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3. Finger to Finger Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4. Finger to Nose Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
f. Fungsi Kortikal
1. Atensi : Dalam Batas Normal
2. Konsentrasi : Dalam Batas Normal
3. Orientasi : Dalam Batas Normal
4. Kecerdasan : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
5. Bahasa : Ditemukan aphasia motorik
6. Memori : Tidak ditemukan gangguan memori
7. Agnosia : Pasien dapat mengenal objek dengan baik

g. Susunan Saraf Otonom


Inkontinensia :-
Hipersekresi keringat :-

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium darah

Tanggal: 5 Januari 2018


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.3 gr/dL 13.0-18.0
Hematokrit 42.5 vol% 40-54
Eritrosit 4.73 jt/ul 4.50-6.50
Trombosit 338 rb/ul 150-450
Leukosit 7.82 rb/ul 5.0-10.0
HITUNG JENIS
Eosinofil% 0.9 1-6
Basofil% 0.6 0.0-1.0
Limfosit% 16.5 20-45
Monosit% 2.8 2-8
Neutrofil% 79.2 40-75
KIMIA KLINIK
GDS 146 mg/dl <140
Ureum 36 mg/dl <50
Creatinine 0.9 mg/dl 0.6-1.1
SGOT 11 IU/L <31
SGPT 20 IU/L <32
Kolesterol 180 mg/dl <200
Trigliserid 102 mg/dl <150
LDL 135 mg/dl <100
HDL 34 mg/dl >45
Asam Urat 3.4 mg/dl 3.4-7

Hasil CT Scan kepala kontras tanggal 8 Oktober 2018:


Kesan CT Scan Kepala Kontras tanggal 8 Oktober 2018: gambaran SOL multiple pada lobus frontalis sinistra dan white matter
lobus parietalis dextra dengan perifocal edema serta SOL di thalamus sinistra yang mendesak dan mendeviasi linea mediana ke
kontralateral, mengarah ke gambaran low grade astrocytoma disertai gambaran brain edema.

CT Scan kepala kontras tanggal 8 Oktober 2018


11. Resume
Pasien datang dengan keluhan kelemahan seluruh anggota gerak sejak 2 jam SMRS. Pasien juga sulit diajak bicara namun dapat
melakukan instruksi yang diberikan. Sebelumnya, pasien sering mengelukan sakit kepala sejak 3 tahun SMRS. Sakit kepala yang dialami
hilang timbul dan semakin lama semakin memberat. Pasien sempat berobat ke dokter spesialis saraf dan didiagnosis mengalami pengapuran
otak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan normotensi, normopnea, normocardia, dan suhu afebris. Pemeriksaan motorik ditemukan
3333/3333/3333/3333, terdapat afasia motorik. Hasil pemeriksaan CT Scan kontras kepala diperoleh hasil gambaran multiple SOL pada
lobus frontalis sinistra dan white matter lobus parietal dekstra dengan perifocal edema serta SOL di thalamus sinistra yang mendesak dan
mendeviasi linea mediana ke kontralateral, mengarah gambaran low grade astrocytoma.
12. Diagnosis
Diagnosis klinis : tetraparese, afasia motorik
Diagnosis topik : lobus frontalis sinistra, white matter lobus parietal dekstra, thalamus sinistra
Diagnosis etiologi : SOL susp. astrocytoma
13. Penatalaksanaan
Usulan terapi:
 Rawat dalam bangsal, posisi bebas
 Diet bebas 1800 kkal per NGT
 Pasang kateter urin
 IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
 Manitol IV 60cc dalam 60 menit
 Injeksi citicolin 500mg/12jam iv
 Dexamethasone IV 3 x 10mg
Planning:
 Pengawasan KU dan TTV/4 jam
 Konsul TS Spesialis Saraf dan Spesialis Bedah Saraf
14. Prognosis
- Ad vitam : dubia
- Ad sanam : dubia
- Ad functionam : dubia

Hasil Pembelajaran:
1. Penegakkan diagnosis pada kasus Space Occupying Lesion
2. Tatalaksana Space Occupying Lesion

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif
Pasien datang dengan keluhan kelemahan seluruh anggota gerak sejak 2 jam SMRS. Pasien juga sulit diajak bicara namun dapat
melakukan instruksi yang diberikan. Sebelumnya, pasien sering mengelukan sakit kepala sejak 3 tahun SMRS. Sakit kepala yang dialami
hilang timbul dan semakin lama semakin memberat. Pasien sempat berobat ke dokter spesialis saraf dan didiagnosis mengalami
pengapuran otak.

2. Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan normotensi, normopnea, normocardia, dan suhu afebris. Pemeriksaan motorik
ditemukan 3333/3333/3333/3333, terdapat afasia motorik. Hasil pemeriksaan CT Scan kontras kepala diperoleh hasil gambaran
multiple SOL pada lobus frontalis sinistra dan white matter lobus parietal dekstra dengan perifocal edema serta SOL di thalamus sinistra
yang mendesak dan mendeviasi linea mediana ke kontralateral, mengarah gambaran low grade astrocytoma.
3. Assesment
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan Space Occupying Lesion
4. Plan
Diagnosis: Diagnosis awal UGD adalah CVD non hemoragik dengan diagnosis banding SOL. Upaya diagnosis yang dilakukan
masih dapat ditingkatkan dengan pengkajian menyeluruh mengenai pasien.

Pengobatan:
Penanganan awal di IGD pada pasien stroke non hemoragik diberikan terapi farmakologis berupa asering, neuroprotektor, manitol
dan terapi suportif. Dapat dipertimbangkan ulang guna pemberian manitol berdasarkan diagnosis kerja CVD non hemoragik
dengan diagnosis banding SOL. Di bangsal telah dilakukan pemeriksaan CT Scan kontras kepala untuk menegakkan diagnosis.
Dianjurkan kepada dokter umum untuk merujuk ke spesialis saraf dan spesialis bedah saraf bila menemui kasus serupa.
Pendidikan: Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses terapi dan rehabilitasi. Pasien dan
keluarganya diberikan edukasi lengkap mengenai kondisi diagnosis dan rencana pengobatan selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR OTAK

I. Prinsip Hukum Monroe-Kellie


Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang
menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH 2O atau 5 sampai 15 mmHg. Dalam keadaan normal,
tekanan intra kranial (TIK) dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih
tinggi dari normal. Ruang intra kranial dibatasi oleh tuang-tulang kranium sehingga volume dari ruang tersebut relatif tetap yang terisi
oleh unsur yang tidak dapat diubah, yaitu: otak, cairan serebrospinal, dan darah. Keseimbangan isi komponen dalam ruang intra kranial
diterangkan dengn konsep Doktrin Monro-Kellie dimana peningkatan volume pada salah satu dari ketiga unsur mengakibatkan desakan
ruang dan menaikkan tekanan intra kranial.1 Space-occypying lesion (lesi desak ruang) yang signifikan akan menyebabkan gangguan pada
komponen intrakranial dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala peningkatan tekanan intrakranial.

II. Definisi Space Occupying Lesion


Space occupying lesion intrakranial (lesi desak ruang intrakranial) didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas, primer atau
sekunder, serta setiap inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan
menempati ruang di dalam otak. Space occupying lesion intrakranial meliputi tumor, hematoma, dan abses.2 Pada pembahasan kali ini,
akan dibahas secara speisifik mengenai tumor otak.
III. Klasifikasi Tumor Otak menurut WHO

WHO telah mengeluarkan klasifikasi Tumor Otak terbaru pada tahun 2016 dimana beberapa varian dan pola telah ditambahkan
dalam tabel. Varian adalah subtype dari tumor yang telah dikarakteristik secara patologis untuk mencapai klasifikasi dan berpotensi
membantu dalam diagnosis dan tatalaksana klinis. Pola adalah gambaran histologis yang dapat dikenali namun tidak memiliki gejala
klinis yang signifikan. Pada tabel di bawah, telah dikelompokkan jenis jenis tumor baru beserta keterangan grading dari penyakitnya.8
IV. Epidemiologi Tumor Otak

Prevalensi nasional penyakit tumor atau kanker adalah 0,4% dan prevalensi penyakit tumor secara umum di Lampung yaitu
sebesar 3,6%. Ada kecenderungan prevalensi meningkat dengan bertambahnya umur dan lebih sering dijumpai pada wanita. Tumor ganas
merupakan penyebab kematian ketujuh pada semua umur dengan proporsi 5,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes
RI, 2008). Tumor sistem saraf pusat merupakan 2 – 5% dari semua tumor dengan 80% diantaranya terjadi di intrakranial dan 20% di
medulla spinalis. Pada anak-anak 70% tumor otak primer terjadi infratentorial dan termasuk serebelum, mesencepalon, pons, dan medulla
(Mollah et al., 2010).
Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang tengkorak adalah glioma (41%), meningioma (17%), adenoma hipofisis (13%), dan
Neurilemioma (12%). Neoplasma saraf primer cenderung berkembang di tempat-tempat tertentu. Ependimoma hampir selalu berlokasi di
dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis. Glioblastoma multiforme kebanyakan ditemukan di lobus parietalis.
Oligodendroma lebih sering ditemukan di lobus frontalis sedangkan spongioblastoma seringkali menduduki bangunan-bangunan di garis
tengah seperti korpus kolosum atau pons. Neoplasma saraf juga cenderung berkembang pada golongan umur tertentu. Neoplasma
serebelar lebih sering ditemukan pada anak-anak daripada orang dewasa, misalnya medulloblastoma. Juga glioma batang otak lebih
sering ditemui pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa (Mardjono, Sidartha, 2009). Tumor otak primer yang bersifat jinak lebih
banyak ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Di Amerika Serikat, glioma adalah tumor ganas tersering sedangkan untuk tumor jinak
tersering adalah meningioma (97,3%) (Porter et al., 2010).

V. Jenis-Jenis Tumor6
1. Astrositoma
Tumor Astrositik dapat dibagi menjadi astrositik difus, astrositoma pilositik dan beberapa varian yang lain. Tumor astrositoma
merupakan tipe tumor SSP yang paling banyak (38,6%) dan berlokasi di korteks frontoparietal. Astrositoma merupakan tumor
tersering pada anak usia 5–9 tahun pada laki-laki dan 10–14 tahun untuk wanita. Astrositoma difus yang ditandai dengan tingkat
diferensiasi seluler yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat. dapat menempati setiap wilayah di SSP, tetapi kebanyakan sering
berkembang di area supratentorial, lobus frontal dan lobus temporal baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Astrositoma pilositik
merupakan tumor otak glioma yang paling sering terjadi tanpa predileksi jenis kelamin yang jelas dan biasanya terjadi pada dua
dekade pertama hidup. Astrositoma pilositik muncul di sepanjang neuraxis, namun pada pediatrik populasi tumor lebih muncul dalam
daerah infratentorial.6
2. Oligodendroma
Oligodendroglioma merupakan tumor grade II WHO yang berkaitan dengan hilangnya heterozigositas di lengan panjang
kromosom 19 dan lengan pendek kromosom 1. Secara mikrioskopis terdapat sel infiltratif dengan nukleus bulat seragam sering
dikelilingi oleh halo jernih perinukleus. Sel neoplastik cenderung berkumpul disekitar neuron asli, sutatu fenomena yang sering
disebut sebagai satelitosis.6 Mayoritas oligodendrogliomas timbul pada orang dewasa, dengan insiden puncak antara 40 dan 45
tahun. Oligodendroglioma jarang terjadi pada anak-anak. Oligodendroglioma muncul terutama di korteks hemisfer otak lobus frontal.
3. Ependimoma
Ependimoma merupakan tumor yang tumbuh lambat dan umumnya pada anak-anak dan dewasa muda, yang berasal dari
dinding ventrikel atau dari kanal tulang belakang dan terdiri dari neoplastik sel ependimal. Secara histologis, ependimoma
didominasi oleh sel perivaskuler pseudorosette dan ependimal rosette. Penatalaksanaan tumor ini dapat berupa reseksi total dan
radioterapi. Pada pasien berusia lebih dari 3 tahun dapat dilakukan kombinasi radioterapi dan kemoterapi.6
4. Medulloblastoma
Medulloblastoma adalah tumor embrional invasif di otak kecil dengan manifestasi terutama pada anak-anak, yang dominan
diferensiasi saraf dan memiliki kecenderungan untuk bermetastasis melalui jalur cairan serebro spinal (CSS). Peningkatan rwsiko
medulloblastoma ditemukan pada anak yang lahir prematur (rasio kejadian standar 3.1). Substitusi folat dalam diet ibu hamil
memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap pertumbuhan medulloblastoma pada anak-anak diklaim pada penelitian sebelumnya, tapi
tidak dikonfirmasi dalam studi yang lebih baru.6
5. Limfoma Sistem Saraf Pusat (SSP) Primer
Limfoma SSP Primer biasanya berupa tumor sel Limfosit B yang secara mikroskopis mirip dengan neoplasma non-Hodgkin.
Insiden tumor ini mengalami peningkatan di seluruh dunia: dari 0,8-1,5% menjadi 6,6% dari seluruh neoplasma intrakranial primer,
terutama sebagai komplikasi dari AIDS. Limfoma ssp primer dapat mengenai segala usia, dengan puncak kejadian pada pasien
imunokompeten yaitu pada dekade keenam dan ketujuh hidup. Rasio penderita laki-laki dan perempuan sekitar 3:2. Sekitar 60% dari
limfoma SSP primer terdapat di ruang supratentorial, termasuk lobus frontal, temporal, parietal dan oksipital, ganglia basalis atau
daerah periventrikular dan corpus calosum, fossa posterior.6
6. Hemangioblastoma
Hemangioblastoma merupakan tumor yang tumbuh secara perlahan. Secara mikroskopis tumor ini terdiri atas campuran
pembuluh darah halus dan sel stroma berbusa kaya-lemak yang asal selnya tidak diketahui. 7 Hemangioblastoma jarang terjadi dan
berhubungan dengan penyakit von Hippel-Lindau (VHL). Angka kejadian pada laki-laki dan perempuan hampir sama.6
7. Meningioma
Meningioma biasanya melekat pada bagian dalam permukaan dura mater. Kebanyakan meningioma jinak dan sesuai dengan
WHO kelas I.6 Meningioma sering terjadi pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2) dan pada pasien dengan faktor
predisposisi meningioma herediter. Meningioma terjadi paling umum pada pasien paruh baya dan lanjut usia, dengan puncaknya
pada dekade keenam dan ketujuh.

VI. Diagnosis dan Tatalaksana Tumor


Evaluasi yang baik untuk pasien yang dicurigai menderita tumor otak memerlukan anamnesa dengan riwayat yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang tepat terutama pemeriksaan neurologi, serta pemeriksaan pencitraan yang baik dan tepat. Manifestasi tergantung
dari penyebab, seperti peningkatan tekanan intracranial, kompresi korteks, iskemik serebri sekunder. Gejala dapat bersifat non spesifik
seperti sakit kepala, perubahan status mental, ataksia, mual, muntah, kelemahan tubuh, gangguan gerakan, kejang, abnormalitas fokal,
depersonalisasi, gangguan indera. Onset dari penyakit ini biasanya berlangsung lama. 3 Sebagian sakit kepala yang dialami bersifat
nonspesifik dan menyerupai tension-type headache.
Tidak ada pemeriksaan fisik yang bersifat khas pada tumor otak. Namun ada beberapa temuan umum yang bisa diperoleh, seperti:
defisit neurologis fokal atau general berdasarkan lokasi lesi, papilledema, diplopia, maupun gangguan lapang pandang. Pasien dengan
kanker memiliki predisposisi untuk mengalami komplikasi gangguan metabolic seperti hiperviskositas dan hiperkalsemia, maka perlu
dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kadar elektrolit, dan pemeriksaan koagulasi.
Secara umum, pemeriksaan CT adalah modalitas utama bagi dokter UGD. Pada CT Scan dengan kontras, tumor otak bisa terlihat
hipodens, isodens, hiperdens, atau mix. Penggunaan MRI paling berguna dalam mengidentifikasi tumor di fossa posterior dan lesi
hemoragik. Kekurangan dari MRI termasuk lebih lamanya waktu pengambilan gambar dan visualisasi yang kurang pada rongga
subaraknoid.4
Penatalaksanaan awal UGD tergantung dari kondisi pasien dan sifat tumor. Keputusan mengenai pembedahan, terapi radiasi, dan
kemoterapi berada di luar ranah dokter umum. Kortikosteroid dapat menurunkan gejala yang berhubungan dengan edema serebri. Pada
pasien dengan penurunan kesadaran atau dengan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial, direkomendasikan diberikan
deksametason 10-24 mg IV. Pada pasien dengan gejala impending hernia dan masalah airway, pertimbangkan intubasi. Pertimbangkan
juga penggunaan manitol sebagai terapi simptomatik pada pasien.5
DAFTAR PUSTAKA

1. Intracranial Pressure. [Internet]. Available from: http://www.trauma.org/archive/neuro/icp.html


2. Butt, M.E, Khan SA, Chaudhry NA, Qureshi GR. Intra-Cranial Space Occupying Lesions: A Morphological Analysis. Biomedica. 2005
Jan;21.
3. Wilne S, Collier J, Kennedy C, Jenkins A, Grout J, Mackie S, et al. Progression from first symptom to diagnosis in childhood brain
tumours. Eur J Pediatr. 2012 Jan. 171(1):87-93. [Medline].
4. US Food and Drug Administration. FDA approves Dotarem, a new magnetic resonance imaging agent. [Internet]. Available
at http://www.fda.gov/NewsEvents/Newsroom/PressAnnouncements/ucm344758.htm.
5. Bruce M lo, et al. Brain Neoplasms Treatment & Management. Medscape. [Internet]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/779664-treatment#d10
6. Louis, et al. The 2007 WHO Classification of Tumours of the Central Nervous System. Acta Neuropathol. 2007 Aug; 114(2): 97–109.
7. Kumar, et al. Supratentorial haemangioblastoma without von Hippel–Lindau syndrome in an adult: A rare tumor with review of
literature. Asian J Neurosurg. 2016 Jan-Mar; 11(1): 8–14.
8. Louis, et al. The 2016 World Health Organization Classification of Tumors of the Central Nervous System: a summary. Acta
Neuropathol. 2016.

Anda mungkin juga menyukai