Anda di halaman 1dari 75

VERTIGO SENTRAL + TANDA-TANDA PENINGKATAN

TEKANAN INTRA KRANIAL PADA PASIEN DENGAN


KECURIGAAN ABSES SEREBELUM
Laporan Kasus
oleh :
dr. Vera Anggraini Firman

pembimbing :
dr. Rangga AdiNugraha, Sp.N
OUTLINE

1. PENDAHULUAN

2. STATUS PASIEN
3. TINJAUAN PUSTAKA

4. ANALISIS KASUS

5. DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

• Vertigo merupakan keluhan paling sering

• Di Indonesia dilaporkan, angka kejadian vertigo sangat tinggi sekitar 50%


pada orang tua yang berumur 75 tahun, dan 50% kasus terjadi pada usia 40-
50 tahun.
• Pasien dengan keluhan pusing sering kali kesulitan menggambarkan gejala
mereka
• Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik terarah dapat mempersempit
diagnosis
STATUS PASIEN

• IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : Buruh karet
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : ds. Periang
Suku : Jawa
No.RM : 210191**
 Masuk RS : 2 Desember 2021
ANAMNESIS

• Keluhan Utama : Pusing Sempoyongan


Os datang diantar keluarga dengan keluhan pusing sempoyongan
yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Pusing sempoyongan dirasakan
terus menerus sepanjang hari dan tidak dipengaruhi oleh perubahan
posisi. Pasien juga mengeluh nyeri kepala di bagian belakang, sejak 2
minggu SMRS, nyeri seperti cekot-cekot, tidak menjalar, disertai muntah
nyemprot (+). Keluhan dirasakan semakin memberat di malam hari,
pasien tidak bisa tidur, sehingga mengganggu aktivitas.
ANAMNESIS

Pasien sudah membeli obat di warung tapi tidak ada


perbaikan. Demam (-), batuk (-), pilek (-). Kejang (-),
kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-), bicara pelo
(-), telingan berdengung (-), pandangan kabur (-),
double (-), BAB dan BAK seperti biasa.
ANAMNESIS

• Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-),stroke (-),


hipertensi (-), infeksi pada THT (-), infeksi paru (-), diabetes
melitus (-), penyakit jantung (-), penyakit tumor (-), riwayat
trauma (-), riwayat rokok (+), alcohol (-), penggunaan jarum
suntik bebas (-), tatto (-), sex bebas (-).
ANAMNESIS

• Riwayat Psikososial

 Pasien bekerja sebagai buruh karet

 Pasien tinggal bersama istri, anak dan cucu

 Pasien merupakan tulang punggung keluarga

 Biaya pengobatan pasien ditanggung BPJS


PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum: Tampak sakit sedang
 Kesadaran : CM

 Tekanan darah : 110/70 mmHg


 Nadi : 85x/menit, regular, kuat, isi cukup
 Pernapasan : 20x/menit, reguler
 Suhu : 36,50C
 Berat badan : 44 kg
 Tinggi badan : 158 cm
 BMI : 17,6 kg/m2 (underweight)
STATUS GENERALIS

 Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)


 Kepala : normosefali, rambut putih, distribusi
merata
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
STATUS GENERALIS

Telinga :
Inspeksi :
 Preaurikuler : hiperemis (-/-)
 Postaurikuler : hiperemis (-/-), abses (-/-), massa (-/-)

 Liang telinga : lapang, serumen (-/-), otorhea (-/-)

Palpasi : nyeri tekan (-)


STATUS GENERALIS

Hidung :

 Inspeksi : deformitas (-), sekret (-/-), deviasi


septum (-/-), edema (-)
 Palpasi : nyeri tekan sinus maksilaris (-/-),
etmoidalis(-/-), frontalis (-/-)
STATUS GENERALIS
Tenggorokan, Rongga Mulut dan Leher :
Inspeksi :
 Bucal : warna normal, ulkus (-)
 Lidah : pergerakan simetris, plak (-)
 Palatum mole simetris, arkus faring simetris, penonjolan (-)
 Uvula : normal
 Tonsil : T1/T1, kripta (-/-), detritus (-/-)
 Dinding faring hiperemis (-)
 Leher : simetris, tidak teraba pembesaran KGB, kaku kuduk (-)
STATUS GENERALIS

Pemeriksaan Thoraks
 Pemeriksaan Jantung:

- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V Linea Midclavikularis Sinistra


- Perkusi : batas kanan ICS IV Linea Sternalis Dextra, batas kiri
ICS V, 2 jari lateral linea Midclavikularis Sinistra

- Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


STATUS GENERALIS

 Pemeriksaan Paru

- Inspeksi : pergerakan naik-turun dada simetris kanan kiri


- Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, tidak ada benjolan

- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru


- Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
 Columna Vertebralis :

Lurus di tengah, skoliosis (-), kifosis (-)


STATUS GENERALIS

 Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : jejas (-), perut tidak buncit

- Palpasi : nyeri tekan (-), Pembesaran organ (-)

- Perkusi : timpani

- Auskultasi: bising usus (+) normal


 Pemeriksaan Ekstremitas :

Akral hangat +/+, edema -/-, CR < 2 detik


STATUS PSIKIS

Cara berpikir : baik, realistis

Tingkah laku : normoaktif


Orientasi : baik
Afek : eutyhmi
Ingatan : baik
STATUS NEUROLOGIS
 GCS : 15 (E4M6V5) kesadaran Compos Mentis
 Rangsang Meningeal (D/S)
1. Kaku Kuduk : (-/-)
2. Laseque : (-/-)

3. Kernig : (-/-)
4. Brudzinski I : (-/-)
5. Brudzinski II: (-/-)
6. Brudzinski III : (-/-)
7. Brudzinski IV : (-/-)
PENINGKATAN TIK

 Muntah proyektil : (+)


 Sakit kepala hebat : (+)
 Papil edema : tidak dilakukan
SARAF - SARAF KRANIALIS
 N. Olfactorius (N.I) : +
 N. Opticus (II) : + (fundus oculi tidak dilakukan)
 N. Okulomotorius (N. III) : +
 N. Trokhlearis (N. IV) : + NISTAGMUS (+)
 N. Abducens (N. VI) : +
 N. Trigeminus (N. V) : +
 N. Facialis (N. VII) : + (pengecapan lidah tidak dilakukan)
 N. Vestibulochoclearis (N. VIII) : +
 N. Glosofaringeus (N.IX) : +
 N. Vagus (N. X) : +
 N. Assesorius (N. XI) : +
 N. Hipoglosus (N. XII) : +
PEMERIKSAAN MOTORIK

INFERIOR D/S SUPERIOR D/S

GERAKAN +/+ +/+

KEKUATAN 5/5 5/5

TONUS +/+ +/+

REFLEKS FISIOLOGIS +/+ +/+

REFLEKS PATOLOGIS -/- -/-


PEMERIKSAAN SENSORIK

INFERIOR D/S SUPERIOR D/S

SENSASI RABA +/+ +/+

SENSASI NYERI +/+ +/+

SENSASI SUHU Tidak Dilakukan


Pemeriksaan Koordinasi, langkah dan keseimbangan

 Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
 Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
 Dismetri tes : (+)
 Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
 Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
 Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
Pemeriksaan fungsi vegetatif

 Miksi : inkontinentia urin (-), retensio urin (-),


anuria (-), poliuria (-)
 Defekasi : inkontinentia alvi (-), belum BAB sejak
masuk RS
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
hemoglobin 15.5 13-18 normal
leukosit 10.6 4.4-13.3 normal
BSE 50 1-15 meningkat
basophil 1
eosinophil 1
segmen 74 40-70 meningkat
limfosit 17 30-45 menurun
trombosit 353 150-450 normal
hematokrit 46 40-52 normal
MCV 77 74-108 normal
MCH 26 27-32 menurun
MCHC 34 32-36
glucosa sewaktu 97 74-139
Pemeriksaan CT - Scan
CT - Scan tanpa kontras
 Tak tampak soft tissue swelling extracranial
 Gyri, sulci, dan fisura sylvii tak prominen

 Batas cortex dan medula tegas


 Tampak lesi hipodens di cerebellum sinistra, bentuk membulat, batas
tegas, tepilian, ukuran lk 4,1x3,7 cm
 Sisterna ventrikel dan sisterna tak melebar maupun menyempit

 Air cellulaemastoidea dan SPN normodens

Kesan : massa kistik di cerebellum sinistra, dd abses


Ro Thorax
Ro Thorax

 Tampak opasitas homogen di parcardial dextra


 Sinus costophrenicus lancip

 Kedua diafragma licin, tak mendatar


 COR, CTR < 0,5
 Sistem tulang yang tervisualisasi intak
Ro Thorax

Kesan :

Opasitas di parcardial dextra, dd :

1. Atelectasis lobus inferior dextra.


2. Massa
COR dalam batas normal
EKG

• Sinus Rhythm
• Dalam batas normal
Daftar Masalah

 Peningkatan TIK
 Pusing sempoyongan
 Penegakan diagnosa
DIAGNOSA

 Diagnosis Klinis : Cepalgia subakut progresif + Vertigo


sentral
 Diagnosis Topis : Cerebellum sinistra

 Diagnosis Etiologis: Massa, dd :

1. Abses Cerebellum

2. Neoplasma Sekunder
3. Neoplasma Primer
PENATALAKSANAAN

IVFD RL GTT xx/menit


Inj. Omeprazole 1 amp

Inj. Ondancentron 1 amp


Cek lab, EKG, Ro Thorax, Swab Ag
Alih rawat dr. Rangga Adinugraha, Sp.N
PROGNOSIS

 Ad Vitam : Dubia ad bonam


 Ad Functionam : Dubia ad malam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Follow Up
3 Desember 2021 S : Keluhan : pusing sempoyongan (+), nyeri kepala (+), lemas
O : CM
TD : 120/80 MmHg
N: 80/menit
RR :20x/menit
T: 36oC
Status neurologis GCS E4M6V5
Nervus Cranialis: DBN
Motorik : Kekuatan 5/5/5/5
Sensibilitas n/n/n/n
Cerebellum :
Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
Dismetri tes : (+)
Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
A:
Diagnosis Klinis: Vertigo Sentral + peningkatan TIK
Diagnosis Topis : Cerebellum sinistra
Diagnosis Etiologis: Abses cerebellum, dd Neoplasma
P :IVFD NaCL 20 tpm
Inj. Mecobalamine 2x500 mg
Inj. Omeprazole 1x40 mg
Betahistin 2x6 mg
CT Scan kepala
4 Desember 2021 S : Keluhan : os mengatakan pusing ngliyer menetap, mual (+), nyeri ulu hati (+)
O : CM
TD : 130/80 mmHg
N: 84x/menit
RR :20x/menit
T: 36,2oC
Status neurologis GCS E4M6V5
Nervus Cranialis: DBN
Motorik : Kekuatan 5/5/5/5
Sensibilitas n/n/n/n
Cerebellum :
Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
Dismetri tes : (+)
Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
A:
Diagnosis Klinis: Vertigo Sentral + peningkatan TIK
Diagnosis Topis : Cerebellum sinistra
Diagnosis Etiologis:Abses cerebellum, dd Neoplasma
P:
IVFD NaCL 20 tpm
Inj. Mecobalamine 2x500 mg
Inj. Omeprazole 1x40 mg
Inj. Dextamethason 4x5 mg
Inj. Ondancentron 1x8 mg
Inj. Ceftriaxon 2x2 gr
Betahistin 2x6 mg
5 Desember 2021 S : Keluhan : puing ngliyer (+), nyeri kepala (+), muntah (+), mual (+), lemas (+)
O : CM
TD : 120/80 MmHg
N: 88/menit
RR :20x/menit
T : 36,8oC
Status neurologis GCS E4M6V5
Nervus Cranialis: DBN
Motorik : Kekuatan 5/55/5
Sensibilitas n/nn/n
Cerebellum :
Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
Dismetri tes : (+)
Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
A:
Diagnosis Klinis: Vertigo Sentral + peningkatan TIK
Diagnosis Topis : Cerebellum Sinistra
Diagnosis Etiologis: Abses cerebellum, dd Neoplasma
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj. Dextamethason 4x5 mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Ondancentron 2x8 mg
Inj. Ceftriaxon 2x2 gr
Sucralfat syr 3x 1 C
Flunarizin 1x10 mg
6 Desember 2021 S : Keluhan : pusing ngliyer (+), nyeri kepala (+), muntah (+), mual (+), nyeri ulu hati
(+)
O : CM
TD : 110/90 MmHg
N: 89/menit
RR :20x/menit
T : 36,5oC
Status neurologis GCS E4M6V5
Nervus Cranialis: DBN
Motorik : Kekuatan 5/5/5/5
Sensibilitas n/n/n/n
Cerebellum :
Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
Dismetri tes : (+)
Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
cont....
A:
Diagnosis Klinis: Vertigo Sentral + peningkatan TIK
Diagnosis Topis : Cerebellum Sinistra
Diagnosis Etiologis: Abses cerebellum, dd Neoplsma
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj. Dextamethason 3x5 mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Ondancentron 2x8 mg
Inj. Ceftriaxon 2x2 gr
Sucralfat syr 1x 1 C
Flunarizin 1x10 mg
Rujuk Sp.BS
Konsul Sp.THT-KL
Konsul Sp.P
7 Desember 2021 S : Keluhan : puing melayang (+), nyeri kepala (+), muntah (+), mual (+)
O : CM
TD : 120/80 MmHg
N: 88/menit
RR :20x/menit
T : 36,8oC
Status neurologis GCS E4M6V5
Nervus Cranialis: DBN
Motorik : Kekuatan 5/5/5/5
Sensibilitas n/n/n/n
Cerebellum :
Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
Dismetri tes : (+)
Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
A:
Diagnosis Klinis: Vertigo Sentral + peningkatan TIK
Diagnosis Topis : Cerebellum Sinistra
Diagnosis Etiologis: Abses cerebellum, dd Neoplasma
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj. Dextamethason 2x5 mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Ondancentron 2x8 mg
Inj. Ceftriaxon 2x2 gr
Sucralfat syr 3x 1 C
Flunarizin 1x10 mg
Besok rawat jalan
8 Desember S : Keluhan : puing sempoyongan (+), nyeri kepala (+), muntah (+), mual (+)
2021 O : CM
TD : 120/80 MmHg
N: 88/menit
RR :20x/menit
T : 36,8oC
Status neurologisGCS E4M6V5
Nervus Cranialis: DBN
Motorik : Kekuatan 5/5/5/5
Sensibilitas n/n/n/n
Cerebellum :
Romberg tes : mata terbuka (+), mata tertutup (+), ke arah kiri
Tandem walking tes : (+), tidak simetris, ke arah kiri
Dismetri tes : (+)
Disdiadokkinesia : (+), pasien dapat melakukan namun lambat
Ataksia : (+), pasien sering meleset dalam menyentuh jari
Gait : (+), pasien mengangkat tumit sedikit tinggi
cont....
A:

Diagnosis Klinis: Vertigo Sentral + peningkatan TIK


Diagnosis Topis : Cerebellum Sinistra
Diagnosis Etiologis: Abses cerebellum, dd Neoplasma

P:
Plan rawat jalan

Cefixime 2x200 mg
Flunarizin 2x5 mg

Dexamethason 2x0,5 mg
Omeprazole 1x1 cap

Rujuk Sp.BS : pasien menolak


Konsul Sp.THT-KL : tidak dijumpai fokal infeksi di telinga

Konsul Sp.P : susp. dd tumor metastase, saran : CT Scan thorax dengan kontras
TINJAUAN PUSTAKA

 Vertigo adalah sebuah ilusi di mana pasien merasa tubuh


dan/atau lingkungannya berputar.
 Vertigo dibedakan menjadi dua berdasarkan letak lesi
penyebabnya. Vertigo sentral adalah vertigo yang
disebabkan oleh lesi sentral yang dapat disertai gejala
unilateral atau hanya dirasakan di satu sisi tubuh pasien.
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan HINTS

• Head Impulse, Nystagmus dan Test of Skew.

1. Horizontal head impulse.


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginstruksikan pasien
untuk melihat ke arah hidung pemeriksa dan pemeriksa dengan
cepat memutar kepala pasien dengan kecepatan sedang sambil
mengamati mata pasien. Adanya gerakan sakadik refiksasi
didefinisikan sebagai hasil positif. Apabila hasilnya normal maka
vertigonya adalah tipe sentral.
Pemeriksaan HINTS

2. pemeriksaan nistagmus, dengan manuver Dix-Hallpike. Pasien diputar kepalanya 45


derajat ke satu sisi kemudian pasien diminta berbaring dengan kepala menggantung
yang ditumpu dengan tangannya. Pemeriksa memperhatikan nistagmus pada mata
pasien dan menanyakan apakah pasien merasa pusing. Posisi ini dipertahankan
selama 30 detik atau bisa selama 1 menit apabila tidak ada respon. Hasilnya dikatakan
positif apabila pasien mengeluh pusing dan didapatkan nistagmus. Pada pemeriksaan
nistagmus, apabila disebabkan oleh vertigo sentral maka arah nistagmusnya adalah
horizontal, pure torsional atau pure vertical, ada perubahan arah, dapat berubah arah
dengan konvergensi, dapat berubah arah atau intensitas dengan perubahan posisi
kepala atau mata.
Pemeriksaan HINTS

3. test of skew, di mana pemeriksaan ini dilakukan dengan


meminta pasien melihat ke arah hidung pemeriksa. Lalu,
kedua mata pasien kanan dan kiri ditutup secara
bergantian dengan cepat. Kemudian diamati apakah
mata pasien bergerak untuk kembali sejajar lagi. Apabila
hasilnya ada ketidaksejajaran vertikal pada mata maka
mengindikasikan adanya vertigo sentral
• Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti
tes Romberg. Tes Romberg ini dikatakan positif apabila
pasien dapat mempertahankan keseimbangannya dalam
mata terbuka. Ketika tes ini dilakukan dan pasien jatuh ke
satu sisi baik dengan mata terbuka maupun tertutup
maka kelainannya dapat dipastikan berada di serebelum,
tanda-tanda disfungsi serebelum seperti disdiadokinesia,
dismetria, disartria dan ataksia harus dieksplorasi
Pemeriksaan penunjang

• pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu


penegakan diagnosis vertigo sentral adalah pemeriksaan
pendengaran (audiological testing). Pemeriksaan ini dapat
mengetahui ada tidaknya penurunan fungsi pendengaran pada
pasien dengan vertigo. Selain itu, bisa juga dilakukan caloric
testing untuk mengevaluasi fungsi dari labirin untuk membantu
membedakan vertigo yang terjadi termasuk tipe perifer atau
sentral.
Tatalaksana Spesifik sesuai penyebab

• TIA / stroke

• Nyeri kepala
• Tumor
Nyeri Kepala
Tumor Serebellum

 Astrocytoma pilocytic

Adalah neoplasma jinak yang paling sering terjadi di


otak kecil dan pada anak-anak. Astrocytomas pilocytic
jarang pada orang dewasa dan terhitung sekitar 2% dari
tumor otak orang dewasa.
 Meduloblastoma

Merupakan tumor awal otak primer yang terjadi pada


serebelum dan terdiri dari sel-sel kecil yang uniform dan
gambaran mitosis yang banyak (spongioblastoma
serebeli). Wanita memiliki risiko lebih tinggi dibanding
pria. Meduloblastoma yang terletak di lateral umumnya
berusia dewasa, sedangkan yang terletak di tengah
umumnya anak-anak.
 Ependimoma

Merupakan neoplasma glia yang susunannya


didominasi oleh sel-sel ependim. Usia penderita rata-
rata 20 tahun dan didominasi oleh pria. Umumnya
memiliki predileksi di kompartemen infratentorial dan
ventrikel IV. 
 Hemangioblastoma

Merupakan tumor vaskular jinak yang terjadi sebagian


besar pada serebelum dan medula spinalis.
Hemangioblastoma terjadi sekitar 2% keganasan
intrakranial dan merupakan tumor primer pada fossa
posterior intraaksial yang paling sering.
Neoplasma Sekunder

• Tumor otak metastasis adalah salah satu jenis keganasan


intrakranial yang paling umum di temukan pada dewasa.
• Penyebaran dari sel tumor biasanya secara hematogen,
melalui sirkulasi arteri
• Tumor otak metastasis dapat menimbulkan gejala klinis,
namun dapat juga bersifat asimtomatis
• Enam sumber paling umum dari tumor otak metastasis adalah
payudara, paru, colorectal, ginjal, jantung dan melanoma. Dari
keseluruhan pasien dengan tumor otak akibat metastasis 8 – 14%
akan menjalani operasi pengangkatan tumor dengan beberapa
pertimbangan.
• Pasien tumor otak metastasis tentunya datang dengan dengan
riwayat tumor ganas pada organ tubuh lainnya dan telah
menjalani kemoterapi sebagai terapi.
Peningkatan Tekanan Intrakranial

• Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi


intrakranial adalah :
 nyeri kepala,
 muntah proyekil, dan
 papil edema.
ABSES OTAK

• Abses otak merupakan infeksi dalam parenkim otak, yang


dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme, baik
bakteri, fungi, protozoa maupun parasit. Abses otak
memiliki area fokus infeksi di dalam parenkim otak,
biasanya mengandung nanah dan dikelilingi kapsul yang
tebal
Gejala Klinis

• Trias klasik juga bisa ditemukan pada 50% penderita


abses otak dengan gejala demam, sakit kepala, dan
defisit neurologis. Defisit neurologis spesifik yang
ditemukan sesuai dengan lokasi abses di susunan
saraf pusat.
Analisa Kasus
Pasien S, seorang laki-laki, usia 62 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan
keluhan pusing sempoyongan, sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluhkan pusing sempoyongan dirasakan terus menerus, dan tidak
dipengaruhi dengan perubahan posisi. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala
bagian belakang, seperti cekot-cekot yang terus menerus. Nyeri kepala
semakin terasa memberat pada malam hari. Pasien sudah mencoba minum
obat yang dibeli diwarung tapi tidak ada perbaikan. Muntah nyemprot (+).
Tidak demam. Tidak batuk dan pilek. Buang air besar (BAB) sulit. Buang air
kecil (BAK) biasa. Kejang (-), kelemahan anggota gerak (-), bicara pelo (-),
kesemutan (-), telinga berdengung (-), pandangan kabur (-).
• Dari hasil pemeriksaan penunjang lab darah :
didapatkan peningkatan LED,netrofil segmen, dan
limfosit.
• Pada pemeriksaan CT Scan selama pasien
dirawat, didapatkan massa di area cerebellum
sinistra.
• Berdasarkan kriteria tersebut maka pasien ini dapat
didiagnosis dengan Vertigo Sentral + peningkatan TIK e.c
Abses otak dengan dd Neoplasma sekunder dan
Neoplasma Primer, karena ditemukan adanya keluhan
pusing sempoyongan yang tidak dipengaruhi posisi, serta
hasil CT Scan yang menunjukkan adanya massa di area
cerebellum
• Pada pasien dilakukan tatalaksana penanganan
yang sudah sesuai dengan pedoman nasional
pelayanan kedokteran ilmu bedah saraf tahun 2016
yaitu diberikan antibiotik sefalosporin generasi ke
III seperti seftriakson dengan dosis 2 gram iv tiap
12 jam.
• Prognosis pada pasien ini secara keseluruhan
adalah malam, karena pasien menolak untuk di
rujuk dan melakukan tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1.Hamid, M. & Lorenzo, N., 2004, Dizziness, vertigo and imbalance, eMedicine
2.Sri Sutarni, 2006. Diagnosa dan manajemen vertigo, Dalam: P. Leksmono., M.I. Islam, & Y. Haryono., Kumpulan makalah pertemuan ilmiah nasional II nyeri kepala, nyeri dan vertigo,
Airlangga University Press, Surabaya
3.Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care.
4.Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine in Journal Neurology
5.Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician January 15, 2006; Volume 73, Number 2.
6.Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
7.Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 Juni 2018. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
8.Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-23.
9.Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6
10.Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. Juni:2018
11.Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family Physician March 15,2005:71:6.
12.Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
13.Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104
14.Huang Kuo C., Phang L., Chang R. Vertigo. Part 1-Assesement in General Practice. Australian Family Physician 2008; 37(5):341-7.
15.MacGregro DL. Vertigo. Pediatric in Review 2002:23(1):9-19.
16.Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part I: Pheripheral and Systemic Causes Dizziness. Stroke 1980:11:301-03.
17.Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part II: Pheripheral and Systemic Causes Dizziness. Stroke 1980:11:413-15.
18.Mehmet K. Central Vertigo and Dizziness: Epidemiology, Diff erential Diagnosis, and Common Causes. The Neurologist: 2008;14(6):355-64.
19.Baloh RW. Vertigo. The Lancet 1998;352:1841-46.
20.Rascol O., Hain TC., Brefel C., et al. Antivertigo Medications and Drugs-Induced Vertigo. A Pharmacological Review. Drugs 1995;50(5):777-91.
21.Winn HR. Brain abscess. In: Tunkel AR, Scheld WM, editors.Youmans and Winn Neurological Surgery. 7th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2017. p. e187-97.
22.Octaviani D, Komari N, Estiasari R. Pola mikroba, sensitivitas antibiotik, dan keluaran jangka pendek abses serebri di RSUPN Cipto Mangkunkusumo. J Neurona. 2012;29(4)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai