Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ILEUS OBSTRUKTIF

Disusun oleh:
dr. Evriana Citra
dr. Maya zulaekha

Pembimbing:
dr. Danar Deswangga, Sp.B.
Pendamping:
dr.Ibrahim Muhammad

PROGRAM INTERNSIP DOKTER


INDONESIAA RUMAH SAKIT AR BUNDA
LUBUKLINGGAU SUMATERA SELATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul “Ileus Obstruktif ”. Penulisan laporan kasus
ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program Internsip Dokter
Indonesia.
Selama proses pembuatan dan penyusunan laporan ini penulis mengalami
keterbatasan dalam mengerjakan, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada dr. Ibrahim Muhammad yang telah memberi dukungan, bimbingan,
dan dorongan selama pembuatan laporan ini berlangsung.
Penulis mengetahui bahwa laporan kunjungan kasus keluarga ini tidak
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Terima Kasih.

Lubuklinggau, Maret 2022

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan
merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari
segala usia didiagnosa ileus. Akut abdomen dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen
berupa inflamasi dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat
disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna
atau perdarahan. Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi intestinal
untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. (2)
Obstruksi intestinal terjadi ketika lumen usus konstriksi atau terdapat sumbatan. Kondisi ini
harus dibedakan dengan ileus paralitik, dimana terjadi gerakan propulsif yang menurun tanpa adanya
sumbatan di lumen intestinal.(1) Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen
usus atau oleh adanya gangguan peristaltik. Obstruksi intestinal atau disebut juga ileus obstruktif
(obstruksi mekanik) dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau adanya sumbatan dalam
lumen usus. Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di usus halus maupun di kolon.
Obstruksi mekanik dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar usus
maupun di dalam lumen usus.
Ileus obstruksi merupakan kasus kegawatdaruratan yang memerlukan Tatalaksana segera. Oleh
karena itu, anamnesis , pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan Foto polos abdomen pada pasien yang
dicurigai ileus obstruksi harus dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga diagnosis dapat segera
ditegakkan. Kesulitan dalam membedakan gambaran foto polos serta keterlambatan dalam
penanganan dapat menyebabkan komplikasi diantaranya strangulasi intestinal, nekrosis, dan
perforasi. (3)

iii
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Megang Sakti, 10 Desember 1982
Umur : 40 tahun
Alamat : Megang Sakti, lingkungan I
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 24 Maret 2022

2.2. ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri perut

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 5 hari smrs. Nyeri terus menerus, Sebelumnya pasien
mengeluh BAB sedikit-sedikit ,hitam, keras seperti kotoran kambing. Sejak 5 hari terahir os tidak
bisa BAB dan tidak kentut , os mengeluh perutnya semakin membesar dan keras , mual (+) muntah
(+), demam (-). pasien sebelumnya dirawat di klinik sudirjo selama 3 hari dengan keluhan yang sama.

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat kencing manis (-)
Riwayat darah tinggi (+)

Riwayat pengobatan: (-)

2.3. PEMERIKSAAN FISIK iv


Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 99x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,5ºC
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 166 cm

Pemeriksaan Sistem
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut dan tidak ada benjolan
Mata : Refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum nasi (-), sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), tidak ada
peningkatan JVP
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis maupun dinamis, retraksi ICS (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor di kedua hemitoraks
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicular line sinistra
Perkusi : Redup
Batas jantung atas di ICS II PSL sinistra
Batas jantung kiri di ICS V MCL sinistra
Batas jantung kanan di ICS IV SL dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak distensi (+), meteorismus (+), warna sama dengan sekitarnya
Auskultasi : Bising usus meningkat, metalic sound (+)
Perkusi : Hipertimpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) seluruh lapangvabdomen
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-/-/-). hipotrofi otot (-/-/-/-)
Kulit : Turgor kulit baik, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)

Pemeriksaan Fisik Tambahan


RT : Sekitar ani normal
Tonus Sphincter Ani normal
Mukosa rektum licin
Nyeri tekan tidak ada
Handschoen : feses tidak ada, darah tidak ada

2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Lab tanggal 24 Maret 2022
Hemoglobin : 14 mg/dL
Leukosit : 4500 mm3
BSE – jam ke-1 : 6 mm/jam
Segmen : 72%
Limfosit : 10%
Eritrosit : 5 juta/mm3
Trombosit : 212000/mm3
Hematokrit : 38%
CRP : 110 mg/L

Glukosa darah tanggal 24 Maret 2022


Gula darah sewaktu : 122 mg/dL

Foto toraks tanggal 24 Maret 2022


Kesan: pulmo tak tampak kelainan; cor dalam batas normal

USG upper dan lower abdomen tanggal 21 Maret 2022


Kesan:
- Suspek ileus vi
- Tak tampak kelainan pada hepar, vesica felea, lien, pancreas, kedua ren, vesica urinaria, maupun
prostat.

Foto Abdomen 3 posisi Tanggal 22 Maret 2022


Temuan :
- Tampak dilatasi dan penebalan dinding loop small bowel di abdomen tengah, valvula conniventes
(+). Tampak air fluid level dengan gambaran step ladder.
Kesan :
- Ileus obstruktif Letak tinggi

vi
2.5. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Illeus obstruktif letak tinggi

2.6. TATALAKSANA
- IVFD RL gtt xx/m
- Pro op laparotomi cito tgl 24 maret 2022

2.7. RENCANA
- Alih rawat dokter spesialis bedah
- Konsul spesialis Anastesi
- Konsul spesialis penyakit dalam

2.9. RESUME
Seorang laki laki 40 tahun datang dengan keluhan nyeri perut sejak 5 hari smrs. Nyeri dirasa terus
menerus, os tidak bisa BAB dan tidak kentut, perut os terasa semakin besar dan keras . Sebelumnya
pasien mengeluh BAB keras, hitam, seperti kotoran kambing selama 3 hari. Mual (-) muntah (+),
demam (-). pasien sebelumnya dirawat di klinik sudirjo selama 3 hari. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan abdomen Tampak distensi (+), meteorismus (+), Bising usus meningkat, metalic sound
(+), Hipertimpani di seluruh lapang abdomen, Nyeri tekan (+) nyeri tekan seluruh lapang abdomen.
Pada pemeriksaan upper dan lower USG didapatkan kesan ileus, pada pemeriksaan foto abdomen 3
posisi didapatkan kesan ileus letak tinggi.

2.10. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

vi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Ileus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan adanya obstruksi usus
akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. (1) Ileus obstruktif merupakan suatu
keadaan yang menyebabkan isi usus tidak bisa melewati lumen usus sebagai akibat adanya
sumbatan atau hambatan mekanik. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kelainan di dalam lumen
usus, dinding usus, atau benda asing di luar usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus. Ileus obstruktif
merupakan suatu keadaan yang darurat sehingga memerlukan penanganan segera.(2)

2.2 ANATOMI

A. Anatomi Usus Halus


Usus halus berbentuk tubuler, dengan prakiraan panjang sekitar 6 meter pada
orang dewasa, yang terbagi atas tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Duodenum, merupakan segmen yang paling proksimal, terletak retroperitoneal
berbatasan dengan kaput dan batas inferior dari korpus pankreas. Doudenum dipisahkan
dari gaster oleh adanya pylorus dan dari jejunum oleh batas Ligamentum Treitz.
Jejunum dan ileum terletak di intraperitoneal dan bertambat ke retroperitoneal melalui
mesenterikum. Tak ada batas anatomi yang jelas untuk membedakan antara Jejunum
dan Ileum; 40% panjang dari jejunoileal diyakini sebagai Jejunum dan 60% sisanya
sebagai Ileum. Ileum berbatasan dengan sekum di katup ileosekal (Whang et al., 2005)
Usus halus terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika sirkularis atau valvula
conniventes yang dapat terlihat dengan mata telanjang. Lipatan ini juga terlihat secara
radiografi dan membantu untuk membedakan antara usus halus dan kolon. Lipatan ini
akan terlihat lebih jelas pada bagian proksimal usus halus daripada bagian distal. Hal
ix
lain yang juga dapat digunakan untuk membedakan bagian proksimal dan distal usus
halus ialah sirkumferensial yang lebih besar, dinding yang lebih tebal, lemak
mesenterial yang lebih sedikit dan vasa rekta yang lebih panjang. Pemeriksaan
makroskopis dari usus halus juga didapatkan adanya folikel limfoid. Folikel tersebut,
berlokasi di ileum, juga disebut sebagai Peyer Patches. (Whang et al., 2005)

Gambar 2.1 : Gambaran Usus Halus


(Sumber : Simatupang, 2010)

Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum. Usus besar terdiri
atas segmen awal (sekum), dan kolom asendens, transversum, desendens, sigmoid,
rectum dan anus. Sisa makanan dan yang tidak tercerna dan tidak diabsorpsi di dalam
usus halus didorong ke dalam usus besar oleh gerak peristaltik kuat otot muskularis
eksterna usus halus. Residu yang memasuki usus besar itu berbentuk semi cair; saat
mencapai bagian akhir usus besar, residu ini telah menjadi semi solid sebagaimana feses
umumnya. Meskipun terdapat di usus halus, sel-sel goblet pada epitel usus besar jauh
lebih banyak dibandingkan dengan yang di usus halus. Sel goblet ini juga bertambah
dari bagian sekum ke kolon sigmoid. Usus besar tidak memiliki plika sirkularis maupun
vili intestinales, dan kelenjar usus/intestinal terletak lebih dalam daripada usus halus
(Eroschenko, 2003).

x
Gambar 2.2 : Sistem Saluran Pencernaan Manusia
(Sumber: Simatupang, 2010)

xi
Suplai Vaskuler

Pada usus halus, A. Mesenterika Superior merupakan cabang dari


Aorta tepat dibawah A. Soeliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus
kecuali Duodenum yang sebagian atasnya diperdarahi oleh A.
Pankreotikoduodenalis Superior, suatu cabang dari A. Gastroduodenalis.
Sedangkan separuh bawah Duodenum diperdarahi oleh A.
Pankreotikoduodenalis Inferior, suatu cabang A. Mesenterika Superior.
Pembuluh - pembuluh darah yang memperdarahi Jejunum dan Ileum ini
beranastomosis satu sama lain untuk membentuk serangkaian arkade. Bagian
Ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh A. Ileocolica. Darah dikembalikan
lewat V. Messentericus Superior yang menyatu dengan V. lienalis
membentuk vena porta. (Price, 2003).

Pada usus besar, A. Mesenterika Superior memperdarahi belahan


bagian kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon
transversum) : (1) ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteria
mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum) :
(1) kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3) rektalis superior (Price, 1994) (Whang
et al., 2005).

1
Gambar 2.3 pembuluh darah colon

Pembuluh limfe

Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan


limfe; 1. Ke atas melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi
lymphatici gastroduodenalis dan kemudian ke nodi lymphatici coeliacus dan
2. ke bawah, melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi
lyphatici mesentericus superior sekitar pangkal arteri mesenterica superior.

Pembuluh limfe jejunum dan ileum berjalan melalui banyak nodi


lymphatici mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus
suprior, yang terletak sekitar pangkal arteri mesentericus superior. Pembuluh
limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici mesentericus dan
akhirnya mencapai nodi lymphatici msentericus superior. Pembuluh limfe
untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak di
sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens dan dua
pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi limphatici

2
mesentericus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal

kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici


mesentericus inferior (Snell, 2004).

Persarafan
Saraf - saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
(vagus) dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Saraf untuk
jejunum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)
dari pleksus mesentericus superior (Snell, 2004). Rangsangan parasimpatis
merangasang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan
simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut - serabut sensorik sistem
simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut - serabut parasimpatis
mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi
motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan
muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa (Price, 2003).
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan
pengecualian pada sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar
(Price, 2003). Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut
saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus
superior. Pada kolon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus
dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari
pleksus mesentericus superior dan inferior. Serabut - serabut nervus vagus
hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum; sepertiga distal
dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon
descendens dipersarafi serabut - serabut simpatis dari pleksus saraf
mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus (Snell, 2004).
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi,
serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis
mempunyai efek berlawanan. (Price, 2003).

3
2.3 EPIDEMIOLOGI
Beberapa tahun ini, adhesi intraperitonial merupakan penyebab obstruksi usus yang
paling sering, sedangkan di negara berkembang, hernia merupakan penyebab obstruksi
usus yang paling banyak. Sumber data yang berasal dari 7 negara berikut didapatkan
penyebab terbanyak obstruksi usus di negaranya yakni, Inggris 73% disebabkan oleh
adhesi Amerika Serikat 75% disebabkan oleh adhesi, India 50% disebabkan oleh hernia,
Arab Saudi 57% disebabkan oleh Adhesi, Nigeria 65% disebabkan oleh hernia, Uganda
75% disebabkan oleh hernia, serta China 78% disebabkan oleh hernia. Berdasarkan hasil
survei awal terhadap data penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD DR.
Pirngadi Kota Medan tahun 2007-2010 berjumlah 111 kasus, dengan rincian tahun 2007
sebanyak 31 kasus, tahun 2008 sebanyak 30 kasus, tahun 2009 sebanyak 14 kasus, dan
tahun 2010 sebanyak 36 kasus.(1)

2.4 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain(4)
a. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit oleh
cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan) dan strangulasi usus
(sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus). (4)
b. Non hernia inkarserata, antara lain
1) Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses
inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal
maupun multiple, bisa setempat atau luas. (4)
2) Invaginasi (intususepsi)
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens
dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis
iskemik pada bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. (4)
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan hingga
ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum
terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Segmen usus yang penuh dengan
cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.(4)
d. Volvulus

4
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus
sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. (4)

e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia menimbulkan
invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di
peritoneum atau di mesenterium yang menekanusus. (4)
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara
pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau
usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu empedu
yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. (4)
Tabel 2.1. : Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal (Whang et al.,
2005) (Thompson, 2005)
Obturasi Intraluminal Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik
Benda Asing Adhesi Kongenital
- Iatrogenik Benda Asing - Atresia, stenosis,
- Tertelan Hernia dan webs
- Batu Empedu - Eksternal - Divertikulum
- Cacing Meckel
- Internal

Intususepsi Massa Inflamasi


Pengaruh Cairan - Anomali organ atau - Divertikulitis
- Barium pembuluh darah - Drug-induced
- Feses - Organomegali - Infeksi
- Meconium - Akumulasi Cairan - Coli ulcer
- Neoplasma
Neoplasma
- Tumor Jinak
Post Operatif - Karsinoma
Volvulus - Karsinoid
- Limpoma
- Sarcoma
Trauma
- Intramural
Hematom

5
Gambar 2.3 Penyebab ileus obstruktif (Sumber: Simatupang, 2010)

2.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadi,antara lain :
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal). (5)

6
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampairectum). Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit. (5)
2. Obst ruksi sederhana ( simple obstruction) : obstruksi/ sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah). (5)
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.
(5)

2.5 PATOFISIOLOGI
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada bagan 1.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber
kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat
distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri
ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. Segera
setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul tepat di
proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan obstruksi
dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram
dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul
setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas
peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran
auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. (6)
Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan
akhirnya tidak ada. Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul

7
muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus
menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan
air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion
hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif
usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan
isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan
volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan
dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan
syok. (7)
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada usus
mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas Universitas
Sumatera Utara yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi
ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga
dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang
normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk
toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam
aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar rusak.
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada usus
mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas Universitas
Sumatera Utara yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi
ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga
dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang
normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk
toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam
aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar rusak.
Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus
ke dalam cavitas peritonealis. Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke
dalam lumen usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat
menyebabkan kematian. Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan
keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus
obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti
tanda klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup
pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana.

8
Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan
cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena. Ileus obstruktif
kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus) dibandingkan ileus obstruksi usus halus.
Karena kolon bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap
hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat. Sehingga
dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus obstruksi kolon.
Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis
inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika
valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu
menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan
atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada
tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu.
Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini yang
biasanya pecah pertama. (7)

2.6 DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan
cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik
tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali
defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. (5)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan
pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah
perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang
disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang
tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga
terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi terjadi
pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudahmembesar. Dengan

9
stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini,
bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama
sekali. Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi,leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan
posisi tegak,terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus
kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level.(6) Pemberian kontras akan menunjukkan
adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk
melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium
inloop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia. Pada saat
sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam
mendiagnosis secara awal ileus obstruktifus secara dini.

Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto abdomen
3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini
antara lain : (5)
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dankolaps usus
di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus
paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruhdari gaster sampai rectum.
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

10
Gambar 1. Ileus Obstruktif. Tampak coil spring dan hearing bone appearance

Gambar 2. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan

11
2.7 Diagnosis Banding
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan gambaran
klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan ileus paralitik.1,4
Obstruksi Mekanis Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi
Sederhana (Ileus
Obstruktif)
Keluhan Nyeri keram Nyeri abdominal
Nyeri keram
abdominal, ringan, perut
abdominal,
konstipasi, obstipasi, kembung, mual,
konstipasi, obstipasi,
mual, muntah, dan muntah, obstipasi,
mual, muntah, dan
anoreksia dan konstipasi anoreksia
Hasil Pemeriksaan Borborygmi, bunyi Bising usus senyap, Borborygmi, timpani,
Fisik peristaltic meningkat distensi, dan timpani
terdapat gelombang
dengan bising usus peristaltik dengan
nada tinggi, distensi, bising usus hipo atau
nyeri terlokalisir hiperaktif, distensi
dan nyeri terlokalisir
Gambaran Foto Bow-shaped loops in Dilatasi usus kecil Dilatasi usus besar
Polos BOF ladder patern, dan usus besar terisolasi dengan
terdapat gambaran dengan peningkatan peningkatan
gas kolon yang diafragma diafragma
terperangkap di
bagian distal dari
lesi,

2.8 TATALAKSANA
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan
sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan.
Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan
juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif. (5)

2. Operasi

12
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera
mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
-Strangulasi
- Obstruksi lengkap
-Hernia inkarserata
-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter).(6)
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang
cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.(6)

BAB 4

13
ANALISA KASUS

Kasus Teori
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut Gejala umum berupa syok,oliguri dan
sejak 5 hari smrs. Nyeri dirasa terus gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
menerus, os tidak bisa BAB dan sulit untuk meteorismus dan kelebihan cairan diusus,
kentut, perut os terasa semakin kencang dan hiperperistaltis berkala berupa kolik yang
besar serta kembung dan sebah. disertai mual dan muntah. Kolik tersebut
Sebelumnya pasien mengeluh BAB keras terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan
seperti kotoran kambing selama 3 hari. mual usus atau kejang usus dan pada auskultasi
muntah (+), demam (-). pasien sebelumnya sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis
dirawat di klinik sudirjo selama 3 hari kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu kolik dan setelah satu dua kali
defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi
Foto Abdomen 3 posisi Tanggal 22 Maret Ileus obstruksi letak tinggi :
2022 - Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan
Temuan : paling distal di ileocecal junction) dankolaps
- Tampak dilatasi dan penebalan dinding usus di bagian distal sumbatan.
loop small bowel di abdomen tengah, - Coil spring appearance
valvula conniventes (+). Tampak air fluid - Herring bone appearance
level dengan gambaran step ladder. - Air fluid level yang pendek-pendek dan
Kesan : banyak (step ladder sign)
- Ileus obstruktif Letak tinggi

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Manurung FR, Simangunsong B, Siagian P. Karakteristik Penderita Apendisitis Akut
yang Dirawat Inap di RSUD Lubuk Pakam Deli Serdang Tahun 2015-2016.
2016;2015–8.
2. Sari N, Ismar, Nazriati E. Gambaran Ileus Obstruktif pada Anak di RSUD Arifon
Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2012-Desember 2014. Jom Fk. 2015;2(2):1–
19.
3. Baiq Meila Widari Putri1*, Ilma Fiddiyanti2 BPS 1Program. Kesesuaian diagnosis
klinis dan diagnosis radiologi dengan temuan intrabedah pada pasien ileus obtruksi.
Foreign Aff. 2012;91(5):1689–99.
4. Holijah Y. Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Post Laparotomi Atas
Indikasi Ileus Obstruktif Imobilisasi dengan Intervensi Inovasi Terapi Massage
Punggung VCO terhadap Penurunan Risiko Ulkus Decubitus di Ruang ICU . Univ
muhammadiyah kalimantan timur [Internet]. 2018; 43:)1( ‫ الحا‬T‫العدد‬. Available from:
https://repositorio.ufsc.br/bitstream/handle/123456789/186602/PPAU0156-D.pdf?
sequence=-1&isAllowed=y%0Ahttp://journal.stainkudus.ac.id/index.php/
equilibrium/article/view/1268/1127%0Ahttp://www.scielo.br/pdf/rae/v45n1/
v45n1a08%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j
5. Pajajaran MU, Roekmantara T, Wurarah JK. Angka Kejadian , Karakteristik dan
Gambaran Radiologi Foto Polos Abdomen pada Pasien Ileus Obstruktif di Rumah
Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2014-2015. Pros Pendidik Dr. 2015;21:638–44.
6. Idrayani MN. DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA ILEUS OBSTRUKTIF. Univ
udayana. 1384;300.
7. Sabiston., 1992. Buku Ajar Ilmu Bedah Bagian Pertama. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai