LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
NamaPenderita
: Tn. B
JenisKelamin
: Laki-laki
Nomor RM
: 112328
Umur
: 55tahun
Alamat
TanggalPemeriksaan
: 30/04/2015
Nama RS
: RSI FAISAL
Anamnesis
: Autoanamnesis
ANAMNESIS TERPIMPIN
Keluhan Utama
Mata kuning
Riwayat penyakit sekarang
Dialami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. 3 hari berikutnya seluruh
tubuh terlihat kuning. Pasien juga mengeluh nyeri disekitar ulu hati, nyeri
dirasakan hilang timbul, dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Mual dan muntah
ada. Pasien juga mengeluh perut terasa kembung, nafsu makan berkurang. Berat
badan pasien turun drastis selama sakit. Pasien juga mengeluh gatal-gatal pada
badannya. Sejak hari pertama mata kuning, air kencing pasien terlihat seperti air
teh, lancar dan tidak terasa nyeri. BAB berwarna dempul.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit terdahulu tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga menderita keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah dirawat di RS. Manokwari dengan diagnosa ikterus obstruktif ec.
Suspek Ca caput pancreas. Riwayat pernah mengonsumsi obat, namun pasien lupa
nama obatnya.
Riwayat Alergi
Tidak ada
Riwayat Psikososial
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Sakit Sedang / Gizi Cukup / Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 36,5oC (axilla)
Pemeriksaan fisik
Kepala
Ekspresi
: Biasa
Simetris muka
Deformitas
: (-)
Rambut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus
: (-)
Gerakan
: ke segala arah
Kelopak Mata
Konjungtiva
: anemis (+/+)
Sklera
: ikterus (+/+)
Kornea
: jernih
Pupil
Telinga
Pendengaran
Tophi
Nyeri tekan di prosesus mastoideus
Hidung
Perdarahan
Sekret
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
Gigi geligi
Gusi
Leher
Kelenjar getah bening
Kelenjar gondok
DVS
Kaku kuduk
Tumor
Dada
Inspeksi
:
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Sela iga
Paru
Palpasi
:
Nyeri tekan
: (-/-)
Massa tumor
: (-/-)
Fremitus raba
Perkusi
:
3
Paru kiri
: sonor
Paru kanan
: sonor
Batas paru-hepar
: ICS V-VI
Bunyitambahan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Rh
-/-
Wh -/-
Perkusi
: ICS II sinistra
: ICS III-IV linea parasternalis dextra
: ICS V linea midclavicularis sinistra
: bunyi jantung I/II murni regular,
Bunyi tambahan (-)
Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
: NT (-) MT (+)
: teraba pembesaran 3 jari dibawah arcus costa,
Perkusi
: Tympani
Alatkelamin
: Tidak diperiksa
Ekstremitas
Edema -/-/-
Eritema palmaris +
PEMERIKSAAN PENUNJANG
JenisPemerikaan
Hasil (27/04/2015)
NilaiRujukan
WBC
07.09 x103/uL
4 - 10 x 103/uL
HGB
8.82g/dL
12 - 18 g/dL
MCV
74.4 FL
82-96 FL
PLT
427 103/uL
150-400x103/uL
SGOT
53 U/L
<40 U/L
SGPT
40 U/L
<41 U/L
Bilirubin direct
11.9
0.00-0.2 mg/dl
Bilirubin total
13.27
0.1-1.4 mg/dl
Ureum
13 mg/dL
10-50 mg/dL
Creatinin
0.7 mg/dL
L(<1.3), P(<1.1)
Gamma GT
18.2 u/L
11-50u/L
Fosfatase Alkali
28.6 u/L
35-110 u/L
Globulin
3.2gr/dL
2.5-3.9 gr/dl
Albumin
3.3 gr/dL
3.5-5.0 gr/dL
HbSAg
Non Reactive
Non Reactive
GDS
106 mg/dL
140 mg/dL
DIAGNOSIS BANDING
RENCANA PENGOBATAN
Rencana operasi (menunggu persetujuan keluarga osi)
InfusRL 0,9% 20 tpm
injeksi vit K/ intravena/ 1 ampul/ 8 jam
injeksi Calbamin/ drips/ 3 : 1
PROGNOSIS
RESUME
Laki-laki 55 tahun masuk rumah sakit dengan ikterus dialami sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh nyeri epigastrium yang
dirasakan hilang timbul. Nausea dan Vomit ada. Anoreksia dan berat
badan
menurun drastis selama sakit, keluhan juga disertai pruritus. Urin berwarna teh
pekat dan BAB dempul.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterik. Hepar teraba membesar 3 jari dari
arcus costa, permukaan rata, konsistensi kenyal, tepi tumpul. GB teraba
membesar, konsistensi keras, dan nyeri Pada pemeriksaan laboratorium kimia
darah didapatkan hiperbilirubinemia. Pada pemeriksaan MCT scan abdomen
didapatkan kesan hepatomegali disertai kolestasis intra dan ekstrahepatik, hydrops
GB, pre ampullary tumor. Pada pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi
didapatkan kesan GERD grade A dan tumor Ampulla Vater.
DISKUSI KASUS
Anamnesis :
Laki-laki 55 tahun masuk rumah sakit dengan ikterus dialami sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh nyeri epigastrium yang
dirasakan hilang timbul. Nausea dan Vomit ada. Anoreksia dan berat
badan
menurun drastis selama sakit, keluhan juga disertai pruritus. Urin berwarna teh
pekat dan BAB dempul.
Pemeriksaan fisik :
sklera ikterik dan jaundice. Hepar teraba membesar 3 jari dari arcus costa,
permukaan rata, konsistensi kenyal, tepi tumpul. GB teraba.
Pembahasan :
Pada pasien ini didapatkan adanya ikterus. Ikterus berasal dari bahasa
Greek yang berarti kuning. Jadi ikterus adalah warna kuning pada sclera, mukosa
dan kulit yang disebabkan oleh akumulasi pigmen empedu di dalam darah dan
jaringan (> 2 mg / 100 ml serum).
Pada pemeriksaan Laboratorium pasien ini tanggal 27/04/2015 didapatkan
kesan hiperbilirubinemia yang merupakan tanda nyata dari ikterus. Kadar normal
bilirubin dalam serum berkisar antara 0,3 1,0 mg/dl dan dipertahankan dalam
batasan ini oleh keseimbangan antara produksi bilirubin dengan proses
penyerapan, konyugasi dan ekskresi empedu. Bila kadar bilirubin sudah mencapai
2 2,5 mg/dl maka sudah telihat warna kuning pada sklera dan mukosa
sedangkan bila sudah mencapai > 5 mg/dl maka kulit tampak berwarna kuning .
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini ditemukan ikterik, nyeri
pada daerah epigastrium, penurunan berat badan drastis, anoreksia dan gatal, pada
palpasi abdomen hepar teraba membesar dan kandung empedu juga dapat teraba,
memberi kesan adanya gangguan obstruksi saluran empedu. Pemeriksaan
MSCTscan akan memperlihatkan adanya dilatasi duktus intrahepatik yang
disebabkan oleh oklusi ekstrahepatik dan duktus koledokus akibat tumor.
Ikterus obstruktif terjadi bila : 1. Terjadinya gangguan ekskresi bilirubin dari selsel parenkim hepar ke sinusoid. Hal ini disebut ikterus obstruksi intra hepatal.
Biasanya tidak disertai dengandilatasi saluran empedu. Obstruksi ini bukan
merupakan kasus bedah. 2. Terjadi sumbatan pada saluran empedu ekstra hepatal.
Hal ini disebut sebagai ikterus obstruksi ekstra hepatal. Oleh karena adanya
sumbatan maka akan terjadi dilatasi pada saluran empedu .
Pada pasien ini didapatkan kadar bilirubin direct : 11,9 mg/dl. Karena adanya
obstruksi pada saluran empedu maka terjadi refluks bilirubin direk (bilirubin
terkonyugasi atau bilirubin II) dari saluran empedu ke dalam darah sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar bilirubin direk dalam darah.
pada pasien ini didapatkan air urin berwarna seperti teh pekat. Bilirubin direk larut
dalam air, tidak toksik dan hanya terikat lemah pada albumin. Oleh karena
kelarutan dan ikatan yang lemah pada albumin maka bilirubin direk dapat
diekskresikan melalui ginjal ke dalam urine yang menyebabkan warna urine gelap
seperti teh pekat.
pada pasien ini ditemukan feses dempul dan gatal pada tubuh. Urobilin feses
berkurang sehingga feses berwarna pucat seperti dempul (akholis) . Karena terjadi
peningkatan kadar garam-garam empedu maka kulit terasa gatal. Sesuai dengan
temuan klinis diatas pasien mengalami ikterus obstruktif ekstrahepatik dengan
tanda-tanda keganasan. Dan sudah dilakukan pemeriksaan Endoskopi saluran
cerna bagian atas untuk melihat ada tidaknya kelainan di ampulla vateri, misalnya
karsinoma di ampulla vater akan tampak membesar ireguler, tanda pendesakan di
antrum bulbus duodeni dinding posterior didapatkan pada tumor pancreas. Dan
hasil endoskopi pasien ini memberikan kesan : Tumor Ampulla Vateri.
Jaundice tipe obstruktif adalah manifestasi klinik yang paling umum dari
karsinoma ampulla vater. Tumor ini cenderung mengobstruksi common bile duct
pada permulaan proses penyakit, dibandingkan dengan neoplasma pankreas,
dengan demikian penyakit ini dapat didiagnosis segera. Beberapa gejala yang
tidak spesifik seperti penurunan berat badan, nyeri perut yang samar-samar,
dispepsia, malaise, dan anorexia dapat timbul.
Bedah reseksi pada karsinoma ampulla merupakan modalitas terapi yang utama.
Laparatomi dibuat untuk mencapai daerah yang akan direseksi.
Pada pasien ini tidak dilakukan operasi, karena keluarga menolak.
Operasi yang dapat dilakukan pada tumor ampulla antara lain:
1. Pancreaticoduodenectomy (procedure Whipple standar)
pada
penanganan
pancreaticoduodenectomy
(antrectomy),
kandung
karsinoma
melibatkan
empedu
bagian
ampulla.
distal
(cholecystectomy),
dari
duktus
Operasi
lambung
koledokus
10
kulit yang disebabkan oleh akumulasi pigmen empedu di dalam darah dan
jaringan (> 2 mg / 100 ml serum).
Ada 3 tipe ikterus yaitu ikterus pre hepatika (hemolitik), ikterus hepatika
(parenkimatosa) dan ikterus post hepatika (obstruksi). Ada 2 bentuk ikterus
obstruksi yaitu obstruksi intra hepatal dan ekstra hepatal. Ikterus obstruksi intra
hepatal dimana terjadi kelainan di dalam parenkim hati, kanalikuli atau kolangiola
yang menyebabkan tanda-tanda stasis empedu sedangkan sedangkan ikterus
obstruksi ekstra hepatal terjadi kelainan diluar parenkim hati (saluran empedu di
luar hati) yang menyebabkan tanda-tanda stasis empedu . Yang merupakan kasus
bedah adalah ikterus obstruksi ekstra hepatal sehingga sering juga disebut sebagai
surgical jaundice dimana morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari
diagnosis dini dan tepat.
2. DEFINISI
Ikterus obstruksi (post hepatika) adalah ikterus yang disebabkan oleh
gangguan aliran empedu antara hati dan duodenum yang terjadi akibat adanya
sumbatan (obstruksi) pada saluran empedu ekstra hepatika. Ikterus obstruksi
disebut juga ikterus kolestasis dimana terjadi stasis sebagian atau seluruh cairan
empedu dan bilirubin ke dalam duodenum.
3. ETIOLOGI IKTERUS OBSTRUKSI
1. Ikterus obstruksi intra hepatik
Penyebab tersering ikterus obstruksi intrahepatik adalah penyakit
hepatoseluler dengan kerusakan sel parenkim hati akibat hepatitis virus atau
berbagai jenis sirosis. Pada penyakit ini, pembengkakan dan disorganisasi sel
hati dapat menekan dan menghambat kanalikuli atau kolangiola. Penyakit
hepatoseluler biasanya mengganggu semua fase metabolisme bilirubin
ambilan, konjugasi, dan eksresi, tetapi eksresi biasanya paing terganggu,
sehingga yang paling menonjol adalah hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Penyebab ikterus obstruksi intrahepatik yang lebih jarang adalah pemakaian
obat-obat tertentu, dan gangguan herediter dubin jhonson serta sindrome rotor
(jarang terjadi). Pada keadaan ini terjadi gangguan transfer bilirubin melalui
membran hepatosit yang menyebabkan terjadinya retensi bilirubin dalam sel,
11
oral,
estrogen,
steroid,
anabolik,
isoniazid,
alopurinol,
pemecahan sel-sel eritrosit tua dalam sistem monosit makrofag. Masa hidup ratarata eritrosit adalah 120 hari. Setiap hari sekitar 50 cc darah dihancurkan
menghasilkan 200 250 mg bilirubin. Kini diketahui juga bahwa pigmen empedu
sebagian juga berasal dari destruksi eritrosit matang dalam sum-sum tulang dan
dari hemoprotein lain terutama hati.
Sebagian besar bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin di dalam sel-sel
fagosit mononuclear dari sistem retikulo-endotelial terutama dalam lien. Cincin
hem setelah dibebaskan dari Fe dan globin diubah menjadi biliverdin yang
berwarna hijau oleh enzim heme oksigenase. Enzim reduktase akan merubah
biliverdin menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini akan berikatan
dengan protein sitosolik spesifik membentuk kompleks protein-pigmen dan
ditransportasikan melalui darah ke dalam sel hati. Bilirubin ini dikenal sebagai
bilirubin yang belum dikonyugasi (bilirubin I) atau bilirubin indirek berdasarkan
reaksi diazo Van den Berg. Bilirubin indirek ini tidak larut dalam air dan tidak
diekskresi melalui urine.
Di dalam sel hati albumin dipisahkan dan bilirubin dikonyugasi dengan asam
glukoronik dan dikeluarkan ke saluran empedu. Bilirubin ini disebut bilirubin
terkonyugasi (bilirubin II) yang larut dalam air atau bilirubin direk yang
memberikan reaksi langsung dengan diazo Van den Berg. Didalam hati kira-kira
12
80% bilirubin terdapat dalam bentuk bilirubin direk (terkonyugasi atau bilirubin
II).
Melalui saluran empedu, bilirubin direk akan masuk ke usus halus sampai ke
kolon. Oleh aktivitas enzim-enzim bakteri dalam kolon glukoronid akan pecah
dan
bilirubin
dirubah
menjadi
mesobilirubinogen,
stercobilinogen
dan
13
Bila kadar bilirubin sudah mencapai 2 2,5 mg/dl maka sudah telihat warna
kuning pada sklera dan mukosa sedangkan bila sudah mencapai > 5 mg/dl maka
kulit tampak berwarna kuning .
Ikterus obstruksi terjadi bila :
1. Terjadinya gangguan ekskresi bilirubin dari sel-sel parenkim hepar ke sinusoid.
Hal ini disebut ikterus obstruksi intra hepatal. Biasanya tidak disertai
dengandilatasi saluran empedu. Obstruksi ini bukan merupakan kasus bedah.
2. Terjadi sumbatan pada saluran empedu ekstra hepatal. Hal ini disebut sebagai
ikterus obstruksi ekstra hepatal. Oleh karena adanya sumbatan maka akan terjadi
dilatasi pada saluran empedu . Karena adanya obstruksi pada saluran empedu
maka terjadi refluks bilirubin direk (bilirubin terkonyugasi atau bilirubi II) dari
saluran empedu ke dalam darah sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar bilirubin direk dalam darah. Bilirubin
direk larut dalam air, tidak toksik dan hanya terikat lemah pada albumin. Oleh
karena kelarutan dan ikatan yang lemah pada albumin maka bilirubin direk dapat
diekskresikan melalui ginjal ke dalam urine yang menyebabkan warna urine gelap
seperti teh pekat. Urobilin feses berkurang sehingga feses berwarna pucat seperti
dempul (akholis) . Karena terjadi peningkatan kadar garam-garam empedu maka
kulit terasa gatal.
14
15
16
17
tumor akan tampak pelebaran saluran empedu utama (common bile duct) dan
saluran intra hepatal dan dibagian distal duktus koledokus terlihat ireguler oleh
tumor.
7. DUODENOGRAPHY HIPOTONIK (DH )
Pada pemeriksaan ini dapat terlihat pendesakan duodenum ke medial oleh
karena pembesaran duodenum. Atau bila terlihat pembesaran papilla Vater yang
ireguler atau dinding medial duodenum yang ireguler (gambaran gigi gergaji / duri
mawar) menunjukan keganasan pada ampula Vater atau kaput pancreas sebagai
penyebab ikterus obstruksi.
8. PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
Endoskopi saluran makan bagian atas (gastrointestinal endoskopi) untuk melihat :
a. Ada tidaknya kelainan di ampula Vateri, misalnya :
9. ERCP(ENDOSCOPIC
RETROGRADE
CHOLANGIO
PANCREATOGRAPHY )
Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk menentukan penyebab dan letak
sumbatan antara lain :
Koledokolitiasis, akan terlihat defek pengisian (filling defect) dengan
batas tegas pada duktus koledokus disertai dilatasi saluran empedu.
Striktur atau stenosis dapat disebabkan oleh kelainan di luar saluran
empedu (ekstra duktal) yang menekan misalnya oleh kelainan jinak atau
ganas. Striktur atau stenosis umumnya disebabkan oleh fibrosis akibat
peradangan lama , infeksi kronis, iritasi oleh parasit, iritasi oleh batu
maupun trauma operasi. Contoh yang ekstrim pada kolangitis oriental atau
18
Penyebabnya
adalah
batu
(koledokolitiasis)
sebaiknya
dilakukan
19
lain
hepatiko-jejunostomi,
koledoko-duodenostomi
atau
kolesisto-
penderita
dengan
kolestasis
ekstra
hepatal
merupakan
indikasi
20
21
vater
merupakan
bagian
penting
pada
traktus
22
terjadi
pada
tumor
ampulla,
tetapi
secara
keseluruhan
masih
kualitas
hidup, tetapi
tidak
mempengaruhi
angka
23
merupakan akhir dari common bile duct saja, sedangkan saluran dari pankreas
memiliki saluran tersendiri masuk ke duodenum berdekatan dengan ampulla.
Pada
individu
ini
ampulla
mungkin
sulit
ditentukan
ataupun
tidak
24
25
Patofisiologi
Regio periampullar kompleks secara anatomis. Terdapat pertemuan 3
epitel yaitu dari duktus pankreatikus, saluran empedu (bile duct) dan mukosa
duodenu,. Karsinoma pada ampulla vater dapat timbul dari 1 sampai 4 tipe epitel:
(1) terminal saluran empedu, (2) mukosa duodenum, (3) duktus pankreatikus atau
(4) ampulla vater.
Pembeda antara kanker ampulla dan tumor periampullar adalah
pemahaman biologi lesi ini.Setiap tipe mukosa memproduksi suatu pola sekresi
mucus.Pada suatu penelitian histokimia, Dawson dan Connolly membagi asam
mucin menjadi sulfomucin dan sialomucin secara umum.Kanker ampulla
memproduksi sialomucin, sedangkan tumor periampullar mensekresi mucin
bersulfat.Penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
tumor
ampulla
mensekresi
sialomucin dan memiliki prognosis yang lebih baik (27% 5-yearssurvival rate).
Peneliti lain telah mengkonfirmasi kekuatan prognosis dari pola sekresi mucin ini.
Carter dkk mengatakan bahwa, secara histologi, tumor ampulla dapat
diklasifikasikan sebagai bagian dari pancreaticobiliary atau intestinal.Klinis
tumor ini menggambarkan klasifikasi tersebut dimana bagian dari intestinal
adenocarsinoma ampulla mirip dengan bagian duodenum, sedangkan sebagai
tumor
pancreaticobilliarymengikuti
bagian
yang
lebih
mirip
dengan
adenokarsinoma pankreas.
C. Epidemiologi
Di Amerika Serikat adenokarsinoma ampulla vater merupakan tomor yang
secara relatif jarang yaitu kira-kira 0,2% dari keganasan pada traktus
gastrointestinal dan kira-kira 7% dari seluruh karsinoma periampullar. Suatu
penelitian dari National Cancer Institutes Surveillance Epidemiology and End
Results (SEER) Program menemukan 5625 kasus kanker ampulla antara tahun
1973 dan 2005. Frekuensi penyakit ini meningkat sejak 1974.
Menurut
penggolongan
ras
karsinoma
ampulla
vater
jarang
26
morbiditas
kurang
lebih
65%
dihubungkan
dengan
yang dapat
27
Peningkatan
kadar
bilirubin
diakibatkan
oleh
jaundice
28
ekstrahepatik
Dilatasi duktus bilier atau pankreatik dapat menjelaskan terjadinya
nyeri abdomen pada pasien dengan penyakit yang terlokalisasi dan
noninvasif.
Pada 10-15% pasien dengan normal common bile duct pada hasil USG
Cholangiopancreatography (ERCP)
Dynamic CT scan (scan kecepatan tinggi diperoleh selama material
kontras
iodin
menampakkan
dimasukkan
tumor
pada
segera
melalui
vaskuler.
intravenous)
Beberapa
center
dapat
masih
29
F. Staging8
Dalam
beberapa
tahun,
berbagai
sistem
staging
tumor
diperkenalkan diantaranya:
-
Stage I
pertumbuhan
tumor
terbatas
pada
30
Talbot
dkk
berdasarkan
membagi
derajat
sistem
infiltasi
yang
(dari
menskor
1-4
tumor
berdasarkan
hasilnya
akan
dipisahkan
pasien
dalam
pada
pentingnya
invasi
pankreas
dan
(M) untuk
Tx
T0
Tis
: karsinoma in situ
T1
T2
T3
T4
31
32
Nx
N0
regional
N1
: Metastasis limfanodus
33
limfanodus
pankreas
yang
ditemukan
pada
Mx
M0
M1
Limfanodus
pankreas
splenikus
tidak
dan
termasuk
yang
berada
limfanodus
di
ekor
regional.Jadi
Stadium
Stadium 0
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
T
Tis
T1
T2-3
T1-3
T4
T1-4
N
N0
N0
N0
N1
N0-1
N0-1
M
M0
M0
M0
M0
M0
M1
35
pada
penanganan
pancreaticoduodenectomy
(antrectomy),
kandung
karsinoma
melibatkan
empedu
bagian
ampulla.
distal
(cholecystectomy),
dari
duktus
Operasi
lambung
koledokus
seperti
kebocoran
dan
ulserasi
marginal
dapat
diminimalkan.Perlambatan pengosongan lambung dapat terjadi secara tibatiba.Pelepasan gastrin dan secretin postprandial hamper normal pada pasien
yang menjalani prosedur ini.
3. Eksisi lokal Ampullary Tumor
Eksisi lokal merupakan penanganan yang sesuai untuk beberapa tumor-tumor
kecil (<2 cm) yang terdapat pada ampulla vater atau pada pankreas atau
saluran empedu tidak lebih dari 2 cm dari ampulla. Beberapa adenoma yang
37
kecil (< 2 cm) dapat diangkat dengan cara endoskopi dengan stentingbilliary
dan orrifice duktus pankreas sehingga dapat sembuh tanpa stenosis. Tumor ini
meliputi carcinoid tumor,islet cell tumor, tubulovillous adenoma, small villous
adenoma. Pilihan untuk melakukan endoskopi untuk mereseksi lesi ini
meliputi snare papillectomy atau ampullectomy dan ablasi termal dengan
menggunakan laser. Koagulasi argon plasma, electrosurgery monopolar atau
bipolar. Menurut Binmoeller, empat kriteria dibutuhkan untuk memenuhi
syarat endoscopic snare papillectomy. Lesi ini harus kurang dari 4 cm dan
harus tidak ada tanda-tanda keganasan yang diketahui melalui endoskopi yaitu
tepi reguler, tidak ada ulserasi, konsistensi lunak. Minimal 6 biopsi forcep
harus dengan hasil histologi yang menunjukkan benign dan harus tanpa
adanya pengaruh intraduktal yang dikonfirmasdi dengan ERCP dan atau
dengan endoscopic ultrasound. Namun angka rekurensi dilaporkan mencapai
30 % dan percobaan terkadang dibutuhkan sebeum elakukan eradikasi komplit
tumor. Morbiditas mayor meliputi pankreatitis dan perforasi duodenual pada
hampir 20 % kasus.
4. Reseksi tumor ampullar transduodenal
Operasi reseksi tumor pertama kali diperkenalkan oleh William S. Halsted
pada tahun 1899.Pada umumnya, reseksi local pada tumor ampulla dilakukan
pada pasien dengan adenoma benigna tumor neuroendokrin atau pada orang
dengan resiko tinggi menderita adenokarsinoma ampullar.Untuk adenoma
yang berukuran lebih dari 1 cm, operasi reseksi diindikasikan bila tidak
terdapat metastasis.Angka mortalitas setelah operasi ampullectomy local,
rendah dilaporkan di bawah 2 %.Beberapa kelompok telah melakukan eksisi
lokal pada pasien dengan kanker ampulla dengan T1. Bagaimanapun
tekniknya terbatas pada potensi reseksi yang tidak adekuat dan keraguan akan
luas tumor yang invasive ke dinding duodenum dan pankreas. Dilaporkan
angka kemampuan hidup 5 tahun orang-orang dengan ampullectomy pada
kasus adenokarsinoma adalah sekitar 40%.Beberapa penulis menyarankan
eksisi lokal untuk karsinoma yang terlokalisir (T2N0 atau lebih rendah) dan
pada karsinoma ampulla diferensiasi baik.
38
hepaticojejunostomy.
Sumbatan
pada
duodenum
memerlukan
fistula pankreas
Takikardi dan takipneu merupakan tanda awal terjadinya kebocoran.
Dalam operasi prosedur Whipple, kaput pankreas diangkat. Jaringan
diangkat, pankreas
akan
39
keluhan ini.
Pembatasan diet: setelah operasi whipple , direkomendasikan pasien
memakan makanan ringan di antara makanan pokok untuk memungkinkan
reabsorbsi makanan yang lebih baik dan meminimalkan gejala berupa
40
berbeda di mana infiltrasi lokal, invasi ke pembuluh darah dan neural lebih rendah
jika diabndingkan dengan adenokarsinoma pankreas.
Kevin Conclon melaporkan bahwa klasifikasi TNM, invasi tumor primer
pada limfa dan pembuluh darah merupakan faktor yang mempengaruhi prediksi
kelangsungan hidup penderita.Selain itu dilaporkan juga bahwa ketiadaan
metastasis limfanodus, ukuran tumor primer yang kecil, tumor differensiasi baik,
dan tidak adanya invasi pada neural juga menentukan baiknya prognosis
penderita.
Kegagalan terapi pada hamper tiga perempat pasien menunjukkan
prognosis yang buruk. Masa hidup pasien setelah operasi reseksi tergantung pada
luasnya invasi lokal dari tumor primer, keterlibatan limfonodus, invasi vaskuler,
invasi perineural, proses differensiasi sel tumor, dan transfuse darah perioperatif.
Angka mortalitas setelah operasi whipple dan subtotal distal pancreatiectomy
berkisar antara 2-5% pada center dengan staff yang berpengalaman.
Pasien dengan karsinoma stadium I-II dengan T1-2 dan/atau N0 memiliki
masa hidup 3 tahun lebih lama daripada stadium III-IV, T3-4 atau N0.
DAFTAR PUSTAKA
41
Lesmana L.A, Batu Empedu. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I,
Edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009, hal. 380-90
Podolsky D.K, Issel B.K, Penyakit Kandung Empedu dan Duktus Biliaris,
Harrison; Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4, Edisi 13, EGC, Jakarta,
2012, Hal. 1688-1693
Mehta VK. Ampullary carcinoma. [online]. 2013. [cited 2010 February 25].
Available
from
URL:
http://www.emedicine.com/oncology/carsinomasofthegastrointestinaltract/ampulla
rycarsinoma.htm
7
Lilimoe KD. Tumors of the gallbladder, bile duct, and ampulla in sleisenger &
fordtrans gastrointestinal and liver disease, 8th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2012. p 145-50.
2010].
Available
from
URL:
http://www.emedicine.com/med/ONCOLOGY.htm.
9
42