Oleh :
Dede Mega Apriliana Nsa,S.Ked
FAB 118 085
Pembimbing :
dr. Tagor Sibarani
dr. Sutopo, Sp. RM
dr. Widia Hitayani
1
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan setiap kelainan otak akibat proses patologik pada sistem pembuluh
darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak. Proses ini dapat berupa
penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding
pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan
viskositas maupun kualitas darah sendiri. Stroke masih merupakan penyebab utama
invaliditas kecacatan sehingga orang yangmengalaminya memiliki ketergantungan
pada orang lain. Pada kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka kematian yang diakibatnya
cukup tinggi.1
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit
jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga
menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Di Indonesia,
prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi
stroke tertinggi adalah Aceh (16,6 per 1000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007,
stroke bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung
lainnya, merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia..2
Stroke adalah penyebab kematian dan disibilitas utama, dengan kombinasi seluruh
tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan ketiga penyebab utama kematian dan
urutan pertama penyebab utama disabilitas. Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas
yang lebih tinggi terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik.
Hanya 20% pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya.2
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Survey Primer
Ny. M, 57 tahun
I. Vital Sign :
- Nadi : 94 kali/menit, irregular
- Tekanan Darah : 140/90 mmHg
- Pernafasan : 21 x/menit
- Suhu : 36,7 °C
II. Airways : Bebas, tidak terdapat sumbatan.
III. Breathing : Spontan, 21 x/menit, pola torakoabdominal, pergerakan dada simetris
kanan-kiri, tidak tampak ketertinggalan gerak.
IV. Circulation : Denyut nadi 94 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup CRT <2’’
V. Disability : GCS 15 (Eye 4, Verbal 5, Motorik 6), pupil isokor 3mm-3mm.
Evaluasi Masalah
Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini merupakan kasus yang termasuk
dalam priority sign karena pasien datang dalam keadaan sesak dan gelisah. Pasien diberi label
kuning.
Tatalaksana Awal
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan diruangan non-bedah,
pemberian oksigen nasal canul 3 liter/menit posisi head up 30o, dilakukan pemasangan akses
infus intravena menggunakan cairan NaCl 20 tetes/menit.
Survey Sekunder
I. Identitas
Nama : Ny. H
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Rajawali 6
Tanggal Masuk RS : 16/02/2021
3
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16/02/2021 di ruang IGD
RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
a. Keluhan Utama : kelemahan anggota gerak kiri
b. Keluhan Tambahan : sakit kepala
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 16
Februari 2021 dengan keluhan Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota
gerak sisi sebelah kiri sejak 5 jam SMRS saat bangun tidur. Sebelumnya pasien
mengaku kelemahan muncul 2 hari sebelum masuk rumah sakit, namun pasien
masih dapat beraktifitas, saat pasien terbangun dini hari pasien merasa tangan dan
kaki kiri semakin lemah, pasien juga merasa sedikit nyeri nyeri kepala. pusing
berputar (-), mual, (-) Muntah, (-) pingsan (-), kejang (-), pandangan mata kabur (-),
penglihatan berkurang (-), demam (-), bicara pelo (-) sebelumnya pasien tidak
pernah jatuh dan terbentur. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti
ini sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Diabetes tidak terkontrol
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat hipertensi pada keluarga
dan riwayat diabetes mellitus disangkal.
N.II (Optikus)
5
Daya penglihatan : Normal - Normal
Tajam penglihatan : 6/6 - 6/6
Pengenalan warna : Baik - Baik
Lapangan pandang dalam batas normal
N.III (Okulomotorius)
Ptosis : (-)/(-)
Gerak Mata : Medial, bawah (+) atas (+)
Ukuran pupil : 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung:(+)/(+)
Strabismus divergen : (-)/(-)
Diplopia : (-)/(-)
N.IV (Trokhlearis)
Gerak, mata kelateral bawah : (+)/(+)
Strabismus konvergen : (-)/(-)
Diplopia : (-)/(-)
N.V (Trigeminus)
Menggigit :(+)
Membuka mulut : (+)
Sensibilitas : Atas, tengah dan bawah normal
Reflek kornea : Tidak dilakukan
Reflek bersin : Tidak dilakukan
Reflek maseter: Tidak dilakukan
Reflek zigomatikus: Tidak dilakukan
Trismus : (-)
N.VI (Abdusen)
Gerakan mata ke lateral : (+)/(+)
Strabismus konvergen: (-)/(-)
N.VII (Fasialis)
Kerutan kulit dahi : (+)/(+)
Kedipan mata : (+)/(+)
Mengerutkan dahi : (+)/(+)
Menutup mata : (+)/(+)
Mengembangkan pipi : (+)/(+)
Lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut : (+)/(+)
6
N. (VIII) (Vestibulokoklearis)
Mendengar suara berbisik : (+)/(+)
Mendengar detik arloji : (+)/(+)
Tes Rinne : Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan
Tes Schwabach : Tidak dilakukan
N.IX (Glosofaringeus)
Arkus farings : Dalam batas normal
Reflek muntah: (+)
Sengau : (-)
Tersedak : (-)
N. X (Vagus)
Denyut nadi : 90 x/menit
Bersuara : Normal
Menelan : Normal
N. XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala: (+)
Sikap bahu : Normal
Mengangkat bahu : (+)
Atrofi otot bahu : (-)
N. XII (Hipoglosus)
Sikap lidah : deviasi ke sinistra
Artikulasi : pelo
Menjulurkan lidah : (+) deviasi ke sinistra
7
Tes fungsi vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan 5 3 5 3
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Sensibilitas + + + +
Nyeri - - - -
Refleks Fisiologis + + + +
Refleks Patologis - - - -
Tremor - - - -
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah :
Parameter Hasil Nilai rujukan Interpretasi
Hemoglobin 14,8g/dl 11-16 g/dl Normal
Leukosit 9.51/uL 4000-10.000/uL Normal
Trombosit 249.000/uL 150000-450000/uL Normal
Hematokrit 43,8 % 37-54% Normal
Gula darah sewaktu 282 mg/dL <200 mg/dL Normal
Creatinine 1.45 mg/dL 0,17-1,50 mg/dL Normal
Elektrolit
- Natrium 135 135-148 mmol/L Normal
- Kalium 3,5 3,5-5,3 mmol/L Normal
-
- Posisi Posterior-Anterior.
- Trakea berada ditengah
- Inspirasi cukup: >5 costae.
8
- Sudut costofrenicus: kanan kiri tajam dan diafragma normal
- Corakan bronkovaskular normal
- CTR: 45%
CT Scan
V. Diagnosis Banding
- Strok Non-Hemoragik
- Stroke Hemoragik
VI. Diagnosis Kerja
Diagnosa Klinis : hemiparese sinistra
Diagnosa Topical : lesi hemisfer dextra
Diagnosa Etiologi : Stroke non hemoragik
9
VII. Penatalaksanaan
• O2 nasal canul 3 liter/menit
• Elevasi kepala dan badan 30o
• IVFD NaCl 0,9% : 20 tetes/menit
• Injeksi. :
• Inj citicoline 3 x 500 mg/IV
• Inj Ranitidine 2 x 1 amp/IV
PO : Cartylo 1x1
Konsul Spesialis Sp.Pd
VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Dapat mendignosis terjadinya stroke perdarahan atau stroke infark dengan melihat
gejala awal dan pemeriksaan klinis yaitu:3
Tabel 1. Diagnosa banding stroke hemoragik dan non hemoragik
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penderita ini
memenuhi kriteria seperti yang ada pada tabel diatas yaitu awal terjadinya dengan
peringatan,tidak ada penurunan kesadaran, waktu serangan bangun tidur, tidak ada muntah,
tidak ada kejang, tidak ditemukan kaku kuduh, kernig dan brudzinski mengarah ke stroke non
hemoragik. Satu-satunya cara yang akurat untuk dapat mendiagnosa stroke hemorragik dan
non hemorragik adalah dengan bantuan pemeriksaan penunjang CT Scan6. Pada kasus ini
hasil CT scan menunjukan adanya inafark pada hemisper dexstra.
Gejala-gejala pada penyumbatan pembuluh darah berbeda-beda tergantung pembuluh
darah mana yang tersumbat. Pada penyumbatan arteri cerebri media terdapat hemiparesis
yang sama. Hal ini terjadi jika sumbatan di pangkal arteri, bila tidak di pangkal maka lengan
lebih menonjol. Apabila terdapat penyumbatan pada arteri cerebri anterior maka kelainan
yang paling menonjol adalah pada daerah tungkai.
12
Siriraj Score (SS) Versi disederhanakan = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit
kepala) + (0.1 x tekanan darah diastolik) – (3 x atheroma) – 12.
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
Pembacaan: Skor> 1 : SH, -1 > SS > 1 : perlu pemeriksaan penunjang (CT-Scan) dan SS < 1
SNH. Pada pasien (2.5 x 0) + (2 x 0) + ( 2 x 1) + (0.1 x tekanan 60) – (3 x 1) – 12 = -1
Sehingga pada pasien ini Siriraj score nya adalah -1 yang berarti terdapat infark serebri.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita
stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit, dan
kadar serum glukosa. 2
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak adalah
langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis kedaruratan.
Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat menidentifikasi
komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. Baik CT non
kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang dapat digunakan. CT non kontras otak
dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari stroke iskemik. Pencitraan ini
berguna untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat
mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm. MRI telah
terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa diandalkan daripada CT
scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat mengidentifikasi malformasi vaskular yang
mendasari atau lesi yang menyebabkan perdarahan.2
Ketika pasien datang ke IGD maka Penatalaksanaannya meliputi: evaluasi cepat dan
diagnosis, terapi umum (suportif), stabilisai jalan napas dan pernapasan, stabilisasi
hemodinamik/sirkulasi, pemeriksaan awal fisik umum, pengendalian peninggian TIK,
penanganan transformasi hemoragik, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, dan
13
melakukan pemeriksaan penunjang. Pengelolaan 5B pada pasien stroke yang telah dilakukan
sebagai berikut :
1. Pernapasan (breath); jalan napas harus bebas, berikan oksigen kalau perlu. Pada kasus ini
pasien sebenarnya tidak diberikan oksigen karena pernafasan pasien masih baik.
2. Darah (blood); tekanan darah dipertahankan agak tinggi agar perfusi oksigen dan glukosa
ke otak tetap optimal untuk menjaga metabolisme otak. Sehingga tekanan darah tidak
perlu diturunkan.
3. Otak (brain); berikan manitol atau kortikosteroid untuk mengurangi edema otak, bila ada
kejang segera berikan diazepam atau dilantin intra vena secara perlahan. Pada pasien ini
tidak ada kejang. Kemudian pemberian manitol harus diberikan pada pasien ini. Pada
pemberian manitol yang harus diperhatikan adalah tekanan darah saat itu kadar ureum
dan kreatinin. Kadar kreatinin masih dalam batas normal sehingga dapat diberikan pada
pasien.
4. Saluran kemih (bladder); pelihara keseimbangan cairan dan pasang kateter urine bila ada
inkontinensia urin. Pada pasien ini tidak terpasang cateter urine namun sebenarnya pasien
perlu menggunakan kateter urine sehingga dapat menghindarnya terjatuh karena
kelemahan anggota gerak kiri.
5. Gastrointestinal (bowel); berikan nutrisi yang adekuat, bila perlu berikan NGT.
Terapi medikamentosa pada penderita ini yaitu infus NaCl 0,9%, citikolin, ranitidin,
dan cartylo oral . Infus NaCl diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Citicolin berfungsi sebagai metabolik aktivator (metabolik agent) jaringan otak yang iskemik
(infark serebral). Ranitidin untuk mencegah efek samping citicolin yaitu gangguan
gastrointestinal.1
Pada pasien dapat diberikan antihipertensi pada 24 jam pertama pasca stroke pada
perdarahan intraserebral Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 185 mmHg
dan TD lebih dari 110 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg. Obat antihipertensi yang dapat
dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau
esmolol infuse dosisnya 50-200 mcg/kg/menit.
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi serta
ukuran dari luas infark. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah berhubungan dengan
prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi. Apabila terdapat volume darah
yang besar dan pertumbuhan dari luas infark, prognosis biasanya buruk dan outcome
fungsionalnya juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
14
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang perempuan 50 tahun yang masuk ke IGD
rumah sakit dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak kiri sejak 2 hari SMRS dan
memberat sejak pagi SMRS mendadak dan adanya pusing dan nyeri kepala. Vital sign:
Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 94 x/menit. Pemeriksaan fisik di dapatkan hemiparesis
sinistra XII serta Siriraj score pasien adalah -1. Pemeriksaan CT- Scan didapatkan adanya
infark hemisfer sinistra. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dari pasien ini ditegakkan diagnosis yaitu : Stroke Non Hemoragik.
Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama. Penanganan gawat darurat
pada stroke hemoragik adalah evaluasi cepat dan diagnosis, terapi umum (suportif) dan terapi
khusus berdasarkan jenis perdarahan. Tindakan operasi tergantung pada tingkat kesadaran,
besar dan luas serta letak perdarahan dan usia. Prognosis bervariasi bergantung pada tingkat
keparahan stroke dan lokasi serta ukuran dari infark.
15
DAFTAR PUSTAKA
16