EPILEPSI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Siti Istiqomah, Sp.S
Disusun Oleh :
Dhian Nurul Khikmah
H2A011016
H2A011016
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Nama Mahasiswa
NIM
: H2A011016
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. M
Umur
: 41 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Karangayu - Semarang
Dirawat di ruang
: Bangsal Dahlia
DAFTAR MASALAH
NO
Masalah Aktif
Kejang
I. SUBYEKTIF
ANAMNESA
Keluhan Utama
: sering kejang
sekolah
Kualitas : kejang didahului rasa lemas diseluruh badan, pasien
tidak sadar selama kejang, kejang berupa kaku pada kedua tangan,
rumah tangga.
Faktor yang memperberat
Faktor yang memperingan
Gejala penyerta
terdapat gejala lain yang dirasakan oleh pasien, dan tidak terjadi
pola perubahan dari bangkitan sebelumnya. Kejang yang terjadi
merupakan kejang yang berulang, awal mula terjadi sejak usia 15
tahun,
dan
sering
berulang,
pasien
rutin
periksa
dan
yang lalu 6 x
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat kejang demam
: disangkal
Riwayat allergi makanan dan obat : disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga yang mengalami kejang : disangkal
4. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tanggal. Tinggal dengan suaminya yang
bekerja sebagai petugas kebersihan gereja, pasien tidak mempunyai anak.
Riwayat angkat berat (-). Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol, tidak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang lama.
Kesan Ekonomi: cukup
II. OBYEKTIF
1. Status Praesent
KU
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
Kesan
: baik
: composmentis
GCS : E4M6V5 : 15
: 134 / 89 mmHg
: 84 x / menit
: 20 x / menit
: 36,6C
: 63kg
: 165 cm
: 23,16
: Status gizi baik
Kepala
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Alat Kelamin
2. Status Psikis
Tingkah laku
Perasaan Hati
Cara Berpikir
Daya Ingat
Kecerdasan
3. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk
: dbn
: normal
: sesuai dengan keadaan
: realistis
: baik
: cukup
: Mesosepgal
Nyri tekan
:Simetri
:+
Pulsasi
:B. Leher
Sikap
: normal
Gerakan
: normal
Kaku kuduk
:C. Saraf Kranial
N. I (Olfaktorius)
Subyektif
: normosmia
Dengan Bahan
:t.d.l
N. II (Optikus)
Tajam Penglihatan: +/+
Penglihatan Warna
: +/+
Lapang Penglihatan
: baik kesegala arah
P. Fundus Okuli
: t.d.l
N. III (Okulomotorius)
Gerakan bola mata
:N
Fungsi dan reaksi pupil :+ / +
Ukuran pupil
: 3mm / 3mm
Bentuk pupil
:isokor, bulat
Reflek cahaya langsung : +/+
Reflek cahaya tak langsung: +/+
Reflek akomodatif
: +/+
Strabismus divergen
:-/ Diplopia
: -/N. IV (Throklearis)
Gerakan mata ke lateral bawah : +/+
Strabismus konvergen
: -/ Diplopia
:-/N. V (Trigeminus)
Menggigit
: (+)
Membuka mulut
: (+)
Sensibilitas
: (+)
Reflek Kornea
: t.d.l
Reflek bersin
: t.d.l
Reflek Masseter
: t.d.l
Reflek Zigomatikus
: t.d.l
Trismus
: (-)
N. VI (Abdusen)
Gerakan Mata ke lateral : (+) / (+)
Srabismus konvergen
: (-) / (-)
Diplopia
: (-) / (-)
N. VII (Fasialis)
Kerutan kulit dahi
: (+)
Kedipan mata
: (+) / (+)
Lakrimasi
: t.d.l
Sudut mulut
: (+) / (+)
Tik fasialis
: (-) / (-)
Lipatan nasolabial
: (+) / (+)
Pengecapan lidah 2/3 depan: t.d.l
Reflek visual palpebra
: t.d.l
Reflek glabela
: (-)
Reflek aurikulo palpebra : t.d.l
N. VIII (Akustikus)
Tes suara berbisik
: t.d.l
Tes Rinne
: t.d.l
Tes Weber
: t.d.l
Tes Schwabach
: t.d.l
N. IX (Glossofaringeus)
Arcus faring
: simetris
Pengecapan lidah 1/3 belakang : t.d.l
Reflek muntah
: t.d.l
Sengau
: (-)
Tersedak
: t.d.l
N. X (Vagus)
Arcus faring
: simetris
Bersuara (fonasi)
: dbn
Menelan
: (+)
Denyut nadi
: (+), kuat angkat, reguler
N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala
: (+) /(+)
Sikap bahu
: (+) /(+)
Mengangkat bahu
: (+) /(+)
Trofi otot bahu
: (-) /(-)
N. XII (Hipoglossus)
Sikap lidah
Tremor lidah
Artikulasi
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Trofi otot lidah
: Normal
: (-)
: normal
: normal
: normal
: (-)
Fasikulasi lidah
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
1. BADAN
Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk kolumna vertebra
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
Reflek
Reflek kulit perut atas
Reflek kulit perut tengah
Reflek klit perut bawah
Reflek kremaster
2. ANGGOTA GERAK ATAS
Motorik
Inspeksi
: (-)
: dbn
: dibantu
: dbn
: dbn
: (+) normal
: t.d.l
: dbn
: dbn
: t.d.l
: t.d.l
: t.d.l
:
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Sensibilitas stereognosis
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas gramestesi
Sensibilitas barognosis
Sensibilitas posisi
Reflek fisiologis
Biseps
Triceps
Radius
Ulna
Reflek Patologis
Kanan
: kontraktur
Warba kulit (N)
: dbn
: (+) normal
: 5-5-5
: normal
: (-)
Kiri
kontraktur
(N)
dbn
(+) normal
5-5-5
normal
(-)
: (+) normal
: (+) normal
: t.d.l
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
(+) normal
(+) normal
t.d.l
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
Reflek Trommer
Reflek Hoffman
3. ANGGOTA GERAK BAWAH
Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
: (-)
: (-)
(-)
(-)
: kontraktur
Warba kulit (N)
kontraktur
warna kulit
(N)
:dbn
: normal
: 5-5-5
: (+) normal
: (-)
dbn
normal
5-5-5
(+) normal
(-)
: (+)
: (+)
: t.d.l
: (+) normal
: (+) normal
(+)
(+)
t.d.l
(+) normal
(+) normal
Reflek Fisiologis
Patella
: (+) normal
Achiles
: (+) normal
Reflek Patologis
Babinski
: (-)
Chaddock
: (-)
Oppenheim
: (-)
Gordon
: (-)
Schaeffer
: (-)
Gonda
: (-)
Bing
: (-)
Rossolimo
: (-)
Mandel- Bechtrew
: (-)
Tes laseque
: (-)
Tes Patrick
: (-)
(-)
Tes kontra Patrick
: (-)
PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: dbn
Defekasi
: dbn
KOORDINASI, LANGKAH DAN KESEIMBANGAN
Ataksia
: t.d.l
Tes Romberg
: t.d.l
Gaya berjalan
: t.d.l
10
(+) normal
(+) normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tes disdiadokhokinesis
: t.d.l
Tes Fenomen Rebound
: t.d.l
Tes Dismetria
: t.d.l
GERAKAN-GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: (-)
Atetosis
: (-)
Mioklonus
: (-)
Khorea
: (-)
TES TAMBAHAN III.
RINGKASAN
1 bulan yang lalu saat perjalanan pulang kontrol di poli saraf
RSUD Tugurejo pasien mengalami kejang di dalam bus. Kejang klonik.
Pada saat kejang pasien tidak sadar, mata melirik keatas tidak disertai lidah
tergigit. Setelah selesai serangan, pasien mengaku bingung, seperti orang
melamun tapi jika di tanya bisa menjawab. Durasi kejang kurang lebih 2
menit, sebelum dan setelah kejang pasien sadar.
3 minggu yang lalu pasien kejang saat duduk santai bersama
suaminya. Kejang klonik. Pada saat kejang pasien tidak sadar, mata
melirik keatas tidak disertai lidah tergigit. Durasi kejang kurang lebih 3
menit.setelah serangan pasien sadar. 1 jam setelah kejang pasien kembali
mengalami kejang, kejang klonik, mata melirik ke atas. Setelah selesai
serangan pasien sadar, pasien mengaku seperti melemun, Tidak terdapat
gejala lain yang dirasakan oleh pasien, dan tidak terjadi pola perubahan
dari bangkitan sebelumnya. Pasien pertamaka kejang usia 15 tahun. Sejak
januari 2016 pasien tidak mengalami bangkitan kejang, terakhir kejang
terjadi pada tanggal 15 februari 2016.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, kesadaran
compos mentis, tanda vital dalam batas normal, GCS 15, status internus
dalam batas normal, sistem motorik, sensorik, fungsi otonom dalam batas
IV.
V.
normal.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologis
: Epilepsi
: intrakranial
: idiopatik
11
- Kejang
- Lamotrigin 2 x 50 mg
- Sodium Valproat 2 x 500 mg
- Topiramat 2 x 100 mg
Rencana Penegakan Diagnosis/Pemeriksaan yang dibutuhkan
- EEG
- MRI
- Pemeriksaan Laboratorium
Monitoring
Keadaan umum
Tanda vital
Bnagkitan kejang
Edukasi
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang
penyakit
yang
dialami
pasien,
menyampaikan
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanam
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Epilepsi adalah kelainan otak yang di tandai dengan kecenderungan
untuk menimbulkan bengkitan epileptik yang terus menerus, dengan
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, psikologis, dan sosial.1
Epilepsi merupakan suatu penyakit otak yang ditandai dengan kosdisi atau
gejala berikut :
1. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24
jam.
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan ( minimal 60 % ) bila terdapat 2 bangkitan tanpa
provokasi atau bangkitan refleks
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi.
Bangkitan reflek adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus spesifik, seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotor.2
B. Etiologi
Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial, tetapi sekitar 60 %
darikasus epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang
lebih sering kita sebut sebagai kelainan idiopatik.3 Terdapat dua kategori
13
kejangepilepsi yaitu kejang fokal dan kejang umum. Secara garis besar,
etiologiepilepsi dibagi menjadi dua, yaitu :4
mempunyai
predisposisi
genetik
dan
umumnya
14
15
16
D. Patofisiologi
17
E. Manifestasi klinik 3
Gejaladantandadariepilepsidibagiberdasarkanklasifikasidari
epilepsi, yaitu :
1. Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsialberasal dari sebagian kecil
dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi
atau satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
18
amnesia.
Serangan
tersebut
tanpa
disertai
dengan
kejang
grandmal.
19
sering
mengalami
jatuh
akibat
hilangnya
keseimbangan.
F. Diagnosis
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan
klinis dengan hasil pemeriksaan EEG.
a. Anamnesis7
Anamnesis merupakan langkah terpening dalam melakukan
diagnosis
epilepsi.
serangan
Faktor pencetus
Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia saat terjadinya serangan pertama
Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya.
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
20
Frekuensi
anak-anak,
pemeriksa
keterlambatan perkembangan,
harus
memperhatikan
organomegali,
perbedaan
adanya
ukuran
c. Pemeriksaan penunjang9
1) Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang
paling sering dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien
epilepsi untuk menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat dua
bentuk kelaianan pada EEG, kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak.
Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan
kemungkinan
adanya
kelainan
genetik
atau
metabolik.
21
Neuroimaging
atau
yang
lebih
kita
kenal
sebagai
melengkapi
data
yangseringdigunakanComputer
Scan)danMagnetic
EEG.
Dua
Tomography
Resonance
pemeriksaan
Scan(CT
Imaging(MRI).Bila
22
G. Penatalaksanaan
Prinsip terapi farmakologi :
1. OAE diberikan bila :
a. Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
b. Minimum dua bangkitan dalam setahun
c. Bangkitan terjadi berulang walaupun faktor pencetus sudah
dihindari
2. Terapi dimulai dengan monoterapi
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah, dinaikan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping.
4. Bila dengan penggunaan OAE pertama dosis maksimum tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka diganti dengan OAE kedua yang
memiliki mekanisme berbeda dengan OAE pertama. Penambahan
OAE ketiga dilakukan bila respon OAE kedua tetapi submaksimal.
Jenis bangkitan
Bangkitan fokal
Bangkitan
sekunder
Bangkitan
klonik
Bangkitan
karbamazepin
umum Fenitoin,
karbamazepin
tonik Fenitoin, karbamaepin Gabapentin
Asam valproat
Topiramat
myoklonik
Bangkitan lena
Asam valproat
5. Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk
dimulai tetapi bila kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu bila :
a. Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
b. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah
pada kerusakan otak.
c. Riwayat bangkitan simtomatis
d. Bangkitan pertama berupa status epileptikus
DAFTAR PUSTAKA
1
23
Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Gangguan kejang pada bayi dan
anak. In : Rudolph AM, Hoffman JIE, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Volume 3. Jakarta : EGC; 2007.p.2134-40.
Panayiotopoulus
CP.
The
Epilepsies
Seizure,
Syndromes
and
Against
Epilepsy.
Proposal
for
revised
clinical
and
24
25