Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

EPILEPSI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Siti Istiqomah, Sp.S
Disusun Oleh :
Dhian Nurul Khikmah

H2A011016

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Saraf


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
2016

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU PENYAKIT SARAF

Presentasi laporan kasus dengan judul :


EPILEPSI

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Dhian Nurul Khikmah

H2A011016

Telah disetujui oleh:


Pembimbing

dr. Siti Istiqomah, Sp.S

STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Nama Mahasiswa

: Dhian Nurul Khikmah

NIM

: H2A011016

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. M

Umur

: 41 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Karangayu - Semarang

Dirawat di ruang

: Bangsal Dahlia

DAFTAR MASALAH
NO

Masalah Aktif

Kejang

Masalah Tidak Aktif

I. SUBYEKTIF

ANAMNESA
Keluhan Utama

: sering kejang

1. Riwayat Penyakit Sekarang :


Onset/Awitan : sejak 40 tahun yang lalu, pasien kejang saat pulang

sekolah
Kualitas : kejang didahului rasa lemas diseluruh badan, pasien
tidak sadar selama kejang, kejang berupa kaku pada kedua tangan,

mata melirik keatas.


Kuantitas : dalam bulan februari 2016 terjadi kejang 3 kali, durasi
kurang lebih 2 menit. Terakhir pada tanggal 15 februari (3minggu
yang lalu). Kejang tidak menggangu aktivitas pasien sebagai ibu

rumah tangga.
Faktor yang memperberat
Faktor yang memperingan
Gejala penyerta

: Saat pasien kelelahan


:: pusing, mual, kelemahan anggota

gerak disangkal oleh pasien


Kronologis :
1 bulan yang lalu pasien periksa ke Poli saraf RSUD
Tugurejo Semarang, saat perjalanan pulang menggunakan bus kota
pasien mengalami kejang di dalam bus. Kejang berupa kedua
tangan kaku. Pada saat kejang pasien tidak sadar, mata melirik
keatas tidak disertai lidah tergigit. Setelah selesai serangan, pasien
mengaku bingung, seperti orang melamun tapi jika di tanya bisa
menjawab. Durasi kejang kurang lebih 2 menit, sebelum dan
setelah kejang pasien sadar.
3 minggu yang lalu pasien kejang saat duduk santai
bersama suaminya. Kejang berupa kedua tangan kaku. Pada saat
kejang pasien tidak sadar, mata melirik keatas tidak disertai lidah
tergigit. Durasi kejang kurang lebih 3 menit.setelah serangan
pasien sadar. 1 jam setelah kejang pasien kembali mengalami
kejang, kedua tangan kaku, mata melirik ke atas. Setelah selesai
serangan pasien sadar, pasien mengaku seperti melemun, Tidak

terdapat gejala lain yang dirasakan oleh pasien, dan tidak terjadi
pola perubahan dari bangkitan sebelumnya. Kejang yang terjadi
merupakan kejang yang berulang, awal mula terjadi sejak usia 15
tahun,

dan

sering

berulang,

pasien

rutin

periksa

dan

mengkonsumsi obat anti epilepsi. Sejak januari 2016 pasien tidak


mengalami bangkitan kejang, terakhir kejang terjadi pada tanggal
15 februari 2016.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
:
Riwayat kejang sebelumnya

: pernah mengalami kejang 1 tahun

yang lalu 6 x
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat kejang demam
: disangkal
Riwayat allergi makanan dan obat : disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga yang mengalami kejang : disangkal
4. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tanggal. Tinggal dengan suaminya yang
bekerja sebagai petugas kebersihan gereja, pasien tidak mempunyai anak.
Riwayat angkat berat (-). Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol, tidak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang lama.
Kesan Ekonomi: cukup
II. OBYEKTIF
1. Status Praesent
KU
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
Kesan

: baik
: composmentis
GCS : E4M6V5 : 15
: 134 / 89 mmHg
: 84 x / menit
: 20 x / menit
: 36,6C
: 63kg
: 165 cm
: 23,16
: Status gizi baik

Kepala
Leher

: kesan mesosefal, luka (-)


: pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar
tyroid (-), deviasi trakea (-)

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus tidak cordis teraba, tidak kuat angkat

Perkusi

: dalam batas normal

Auskultasi

: Suara jantung I & II normalmurni, bising jantung (-)

Paru-paru

Inspeksi

: lesi (-), simetris statis dinamis

Palpasi

: stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronki (-)

Abdomen

Inspeksi

: Permukaan cembung, warna sama seperti sekitar

Auskultasi

: Bising usus 10 kali/menit (normal)

Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen

Palpasi

: Nyeri tekan epigastrum (-), Tidak teraba pembesaran


organ

Alat Kelamin
2. Status Psikis
Tingkah laku
Perasaan Hati
Cara Berpikir
Daya Ingat
Kecerdasan
3. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk

: dbn
: normal
: sesuai dengan keadaan
: realistis
: baik
: cukup
: Mesosepgal

Nyri tekan
:Simetri
:+
Pulsasi
:B. Leher
Sikap
: normal
Gerakan
: normal
Kaku kuduk
:C. Saraf Kranial
N. I (Olfaktorius)
Subyektif
: normosmia
Dengan Bahan
:t.d.l
N. II (Optikus)
Tajam Penglihatan: +/+
Penglihatan Warna
: +/+
Lapang Penglihatan
: baik kesegala arah
P. Fundus Okuli
: t.d.l
N. III (Okulomotorius)
Gerakan bola mata
:N
Fungsi dan reaksi pupil :+ / +
Ukuran pupil
: 3mm / 3mm
Bentuk pupil
:isokor, bulat
Reflek cahaya langsung : +/+
Reflek cahaya tak langsung: +/+
Reflek akomodatif
: +/+
Strabismus divergen
:-/ Diplopia
: -/N. IV (Throklearis)
Gerakan mata ke lateral bawah : +/+
Strabismus konvergen
: -/ Diplopia
:-/N. V (Trigeminus)
Menggigit
: (+)
Membuka mulut
: (+)
Sensibilitas
: (+)
Reflek Kornea
: t.d.l
Reflek bersin
: t.d.l
Reflek Masseter
: t.d.l
Reflek Zigomatikus
: t.d.l
Trismus
: (-)
N. VI (Abdusen)
Gerakan Mata ke lateral : (+) / (+)
Srabismus konvergen
: (-) / (-)

Diplopia
: (-) / (-)
N. VII (Fasialis)
Kerutan kulit dahi
: (+)
Kedipan mata
: (+) / (+)
Lakrimasi
: t.d.l
Sudut mulut
: (+) / (+)
Tik fasialis
: (-) / (-)
Lipatan nasolabial
: (+) / (+)
Pengecapan lidah 2/3 depan: t.d.l
Reflek visual palpebra
: t.d.l
Reflek glabela
: (-)
Reflek aurikulo palpebra : t.d.l
N. VIII (Akustikus)
Tes suara berbisik
: t.d.l
Tes Rinne
: t.d.l
Tes Weber
: t.d.l
Tes Schwabach
: t.d.l
N. IX (Glossofaringeus)
Arcus faring
: simetris
Pengecapan lidah 1/3 belakang : t.d.l
Reflek muntah
: t.d.l
Sengau
: (-)
Tersedak
: t.d.l
N. X (Vagus)
Arcus faring
: simetris
Bersuara (fonasi)
: dbn
Menelan
: (+)
Denyut nadi
: (+), kuat angkat, reguler
N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala
: (+) /(+)
Sikap bahu
: (+) /(+)
Mengangkat bahu
: (+) /(+)
Trofi otot bahu
: (-) /(-)
N. XII (Hipoglossus)
Sikap lidah
Tremor lidah
Artikulasi
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Trofi otot lidah

: Normal
: (-)
: normal
: normal
: normal
: (-)

Fasikulasi lidah
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
1. BADAN
Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk kolumna vertebra
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
Reflek
Reflek kulit perut atas
Reflek kulit perut tengah
Reflek klit perut bawah
Reflek kremaster
2. ANGGOTA GERAK ATAS
Motorik
Inspeksi

: (-)

: dbn
: dibantu
: dbn
: dbn
: (+) normal
: t.d.l
: dbn
: dbn
: t.d.l
: t.d.l
: t.d.l
:

Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Sensibilitas stereognosis
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas gramestesi
Sensibilitas barognosis
Sensibilitas posisi
Reflek fisiologis
Biseps
Triceps
Radius
Ulna
Reflek Patologis

Kanan
: kontraktur
Warba kulit (N)
: dbn
: (+) normal
: 5-5-5
: normal
: (-)

Kiri
kontraktur
(N)
dbn
(+) normal
5-5-5
normal
(-)

: (+) normal
: (+) normal
: t.d.l
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal

(+) normal
(+) normal
t.d.l
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal

: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal
: (+) normal

(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal

Reflek Trommer
Reflek Hoffman
3. ANGGOTA GERAK BAWAH
Motorik
Inspeksi

Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi

: (-)
: (-)

(-)
(-)

: kontraktur
Warba kulit (N)

kontraktur
warna kulit

(N)
:dbn
: normal
: 5-5-5
: (+) normal
: (-)

dbn
normal
5-5-5
(+) normal
(-)

: (+)
: (+)
: t.d.l
: (+) normal
: (+) normal

(+)
(+)
t.d.l
(+) normal
(+) normal

Reflek Fisiologis
Patella
: (+) normal
Achiles
: (+) normal
Reflek Patologis
Babinski
: (-)
Chaddock
: (-)
Oppenheim
: (-)
Gordon
: (-)
Schaeffer
: (-)
Gonda
: (-)
Bing
: (-)
Rossolimo
: (-)
Mandel- Bechtrew
: (-)
Tes laseque
: (-)
Tes Patrick
: (-)
(-)
Tes kontra Patrick
: (-)
PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: dbn
Defekasi
: dbn
KOORDINASI, LANGKAH DAN KESEIMBANGAN
Ataksia
: t.d.l
Tes Romberg
: t.d.l
Gaya berjalan
: t.d.l

10

(+) normal
(+) normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Tes disdiadokhokinesis
: t.d.l
Tes Fenomen Rebound
: t.d.l
Tes Dismetria
: t.d.l
GERAKAN-GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: (-)
Atetosis
: (-)
Mioklonus
: (-)
Khorea
: (-)
TES TAMBAHAN III.
RINGKASAN
1 bulan yang lalu saat perjalanan pulang kontrol di poli saraf
RSUD Tugurejo pasien mengalami kejang di dalam bus. Kejang klonik.
Pada saat kejang pasien tidak sadar, mata melirik keatas tidak disertai lidah
tergigit. Setelah selesai serangan, pasien mengaku bingung, seperti orang
melamun tapi jika di tanya bisa menjawab. Durasi kejang kurang lebih 2
menit, sebelum dan setelah kejang pasien sadar.
3 minggu yang lalu pasien kejang saat duduk santai bersama
suaminya. Kejang klonik. Pada saat kejang pasien tidak sadar, mata
melirik keatas tidak disertai lidah tergigit. Durasi kejang kurang lebih 3
menit.setelah serangan pasien sadar. 1 jam setelah kejang pasien kembali
mengalami kejang, kejang klonik, mata melirik ke atas. Setelah selesai
serangan pasien sadar, pasien mengaku seperti melemun, Tidak terdapat
gejala lain yang dirasakan oleh pasien, dan tidak terjadi pola perubahan
dari bangkitan sebelumnya. Pasien pertamaka kejang usia 15 tahun. Sejak
januari 2016 pasien tidak mengalami bangkitan kejang, terakhir kejang
terjadi pada tanggal 15 februari 2016.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, kesadaran
compos mentis, tanda vital dalam batas normal, GCS 15, status internus
dalam batas normal, sistem motorik, sensorik, fungsi otonom dalam batas
IV.

V.

normal.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologis

: Epilepsi
: intrakranial
: idiopatik

RENCANA AWAL (PLANNING)


Masalah :

11

- Kejang

Rencana Terapi (Planning Tx)


Farmakologi

- Lamotrigin 2 x 50 mg
- Sodium Valproat 2 x 500 mg
- Topiramat 2 x 100 mg
Rencana Penegakan Diagnosis/Pemeriksaan yang dibutuhkan
- EEG
- MRI
- Pemeriksaan Laboratorium
Monitoring

Keadaan umum
Tanda vital
Bnagkitan kejang

Edukasi
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang
penyakit

yang

dialami

pasien,

menyampaikan

pengetahuan tentang epilepsi kepada keluarga bahwa


VI.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanam

epilepsi tidak menular dan dapat dikontrol.


Minum obat secara teratur
Menghindari faktor pencetus serangan
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam

12

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Epilepsi adalah kelainan otak yang di tandai dengan kecenderungan
untuk menimbulkan bengkitan epileptik yang terus menerus, dengan
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, psikologis, dan sosial.1
Epilepsi merupakan suatu penyakit otak yang ditandai dengan kosdisi atau
gejala berikut :
1. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24
jam.
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan ( minimal 60 % ) bila terdapat 2 bangkitan tanpa
provokasi atau bangkitan refleks
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi.
Bangkitan reflek adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus spesifik, seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotor.2
B. Etiologi
Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial, tetapi sekitar 60 %
darikasus epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang
lebih sering kita sebut sebagai kelainan idiopatik.3 Terdapat dua kategori

13

kejangepilepsi yaitu kejang fokal dan kejang umum. Secara garis besar,
etiologiepilepsi dibagi menjadi dua, yaitu :4

Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut5 :


1. Idiopatik : tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis.
Diperkirakan

mempunyai

predisposisi

genetik

dan

umumnya

berhubungan dengan usia.


2. Kriptogenik : dianggap simptomatis tetapi penyebabnya belum
diketahui. Termasuk disini adalah sindrom West, sindrom Lennox Gastaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinis sesuai dengan
ensefalopati difus.
3. Simptomatis : bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan atau lesi
struktural pada otak, misalnya : cedera kepala, infeksi SSP, kelainan
kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik
( alkohol, obat ), metabolik, kelainan neurodegeneratif.
C. Klasifikasi 6
Klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE) 1981 untuk
tipe bangkitan epilepsi :
1. Bangkitan parsial / fokal
a. Bangkitan parsial sederhana
1) Dengan gejala motorik
2) Dengan gejala somatosensorik
3) Dengan gejala otonom
4) Dengan gejala psikis
b. Bangkitan parsial kompleks
1) Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan
kesadaran.
2) Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran sejak
awal bangkitan.
c. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
1) Parsial sederhana yang menjadi umum
2) Parsial kompleks menjadi umum

14

3) Parsial sederhana menjadi parsial kompleks, lalu menjadi


umum.
2. Bangkitan umum
a. Lena ( absence )
1) Tipikal lena
2) Atipikal lena
b. Mioklonik
c. Klonik
d. Tonik
e. Tonik klonik
f. Atonik / astatik
3. Bangkitan tak tergolongkan.
Klasifikasi ILAE 1989 untuk epilepsi dan sindrom epilepsi :
1. Fokal / partial
a. Idiopatik
1) Epilepsi benigna dengan gelombang paku didaerah
sentrotemporal
2) Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pada
daerah oksipital.
3) Epilepsi primer saat membaca
b. Simptomatis
1) Epilepsi partial kontinua yang kronis progresif pada anak
anak
2) Sindrom dengan bangkitan yang di presipitasi oleh suatu
rangsangan ( kurang tidur, alkohol, obat obatan,
hiperventilasi, refleks epilepsi, stimulasi fungsi kortikal
tinggi, membaca )
3) Epilepsi lobus temporal
4) Epilepsi lobus frontal
5) Epilepsi lobus parietal
6) Epilepsi lobus oksipital
c. Kriptogenik
2. Epilepsi umum
a. Idiopatik
1) Kejang neonatus familial benigna
2) Kejang neonatus benigna
3) Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
4) Epilepsi lena pada anak
5) Epilepsi lena pada remaja
6) Epilepsi mioklonik pada remaja

15

7) Epilepsi dengan bangkitan umum tonik klonik pada saat


terjaga
8) Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah
satu di atas
9) Epilepsi tonik klonik yang di presipitasi dengan aktivitas
yang spesifik.
b. Kriptogenik atau simptomatis
1) Sindrom West
2) Sindrom Lennox Gastaut
3) Epilepsi mioklonik astatik
4) Epilepsi mioklonik lena
c. Simptomatis
1) Etiologi non spesifik
2) Sindrom spesifik
3) Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain
3. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum
a. Bangkitan umum dan fokal
1) Bangkitan neonatal
2) Epilepsi mioklonik berat pada bayi
3) Epilepsi dengan gelombang paku kontinu selama tidur
dalam
4) Epilepsi afasia yang didapat ( sindrom Landau Kleffner )
5) Epilepsi yang tidak termasuk dalam klasifikasi di atas
b. Tanpa gambaran tegas fokal atau umum
4. Sindrom khusus
a. Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu :
1) Kejang demam
2) Bangkitan kejang / status epileptikus yang timbul hanya
sekali isolated
3) Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian
metabolik akut, atau toksis, alkohol, obat obatan, eklamsi,
hiperglikemi, nonketotik
4) Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik ( epilepsi
reflektorik ).

16

D. Patofisiologi

17

E. Manifestasi klinik 3
Gejaladantandadariepilepsidibagiberdasarkanklasifikasidari
epilepsi, yaitu :
1. Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsialberasal dari sebagian kecil
dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi
atau satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana

18

Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, fenomena


halusinatorik, pdikoilusi, atau emosional. kompleks. Pada kejang
parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik.
b. Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial
sederhana, tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan
kesadaran dan otomatisme.
2. Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar
dari otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh
bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya menurun.
a. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak
disertai

amnesia.

Serangan

tersebut

tanpa

disertai

peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga sering


tidak terdeteksi.
b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada
otot anggota badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa
sangat singkat atau lebih lama.
c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris
yang cepatdansingkat.Kejangyangterjadidapattunggal atau
berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik
Sering
disebut

dengan

kejang

grandmal.

Kesadaran hilang dengan cepat dan total disertai kontraksi


menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami deviasi
ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti
oleh fase klonik yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama
fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang terjadi

19

seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan


denyut jantung.
e. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang
mioklonik, tetapi kejang yang terjadi berlangsung lebih
lama, biasanya sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot.
Penderita

sering

mengalami

jatuh

akibat

hilangnya

keseimbangan.
F. Diagnosis
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan
klinis dengan hasil pemeriksaan EEG.
a. Anamnesis7
Anamnesis merupakan langkah terpening dalam melakukan
diagnosis

epilepsi.

Anamnesis dapat memunculkan informasi

tentang trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, ensefalitis,


malformasi vaskuler, meningitis, gangguan metabolik dan obatobatan tertentu. Penjelasan dari pasien mengenai segala sesuatu yang
terjadi sebelum, selama, dan sesudah serangan (meliputi gejala dan
lamanya serangan) merupakan informasi yang sangat penting dan
merupakan kunci diagnosis.
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :
1) Pola / bentuk serangan
2) Lama serangan
3) Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan d.
4)
5)
6)
7)
8)
9)

serangan
Faktor pencetus
Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia saat terjadinya serangan pertama
Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya.
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

b. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis8

20

Frekuensi

Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat adanya


tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti
trauma kepala, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau
difus, infeksi telinga atau sinus. Sebab- sebab terjadinya serangan
epilepsi harus dapat ditepis melalui pemeriksaan fisik dengan
menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Untuk
penderita

anak-anak,

pemeriksa

keterlambatan perkembangan,

harus

memperhatikan

organomegali,

perbedaan

adanya
ukuran

antara anggota tubuh dapat menunjukan awal ganguan pertumbuhan


otak unilateral.

c. Pemeriksaan penunjang9
1) Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang
paling sering dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien
epilepsi untuk menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat dua
bentuk kelaianan pada EEG, kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak.
Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan
kemungkinan

adanya

kelainan

genetik

atau

metabolik.

Rekaman EEG dikatakan abnormal bila :


a) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang
sama di kedua hemisfer otak
b) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih
lambat dibanding seharusnya
c) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak
normal, misalnya gelombang tajam, paku (spike), pakuombak, paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul
secara paroksimal.
2) Neuroimaging

21

Neuroimaging

atau

yang

lebih

kita

kenal

sebagai

pemeriksaan radiologis bertujuan untuk melihat struktur otak


dengan

melengkapi

data

yangseringdigunakanComputer
Scan)danMagnetic

EEG.

Dua

Tomography

Resonance

pemeriksaan
Scan(CT

Imaging(MRI).Bila

dibandingkandenganCTScanmakaMRIlebihsensitif dan secara


anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk
membandingkan hippocampus kiri dan kanan.

22

G. Penatalaksanaan
Prinsip terapi farmakologi :
1. OAE diberikan bila :
a. Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
b. Minimum dua bangkitan dalam setahun
c. Bangkitan terjadi berulang walaupun faktor pencetus sudah
dihindari
2. Terapi dimulai dengan monoterapi
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah, dinaikan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping.
4. Bila dengan penggunaan OAE pertama dosis maksimum tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka diganti dengan OAE kedua yang
memiliki mekanisme berbeda dengan OAE pertama. Penambahan
OAE ketiga dilakukan bila respon OAE kedua tetapi submaksimal.
Jenis bangkitan
Bangkitan fokal
Bangkitan
sekunder
Bangkitan
klonik
Bangkitan

Terapi lini pertama


Fenitoin,

karbamazepin
umum Fenitoin,

Terapi lini kedua


Asam valproat
Asam valproat

karbamazepin
tonik Fenitoin, karbamaepin Gabapentin
Asam valproat

Topiramat

myoklonik
Bangkitan lena
Asam valproat
5. Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk
dimulai tetapi bila kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu bila :
a. Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
b. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah
pada kerusakan otak.
c. Riwayat bangkitan simtomatis
d. Bangkitan pertama berupa status epileptikus
DAFTAR PUSTAKA
1

Fisher S.G ; Acevedo C; Arzimanoglou A. Et al. A Practical Clinical


Definition of Epilepsy. Epilepsia 2014 : 1- 8.

23

Rudolf G ; Valenti MP ; Hirsch E. Genetic Reflex Epilepsies. Orphaner


Encyclopedia, March 2014.

Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Gangguan kejang pada bayi dan
anak. In : Rudolph AM, Hoffman JIE, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Volume 3. Jakarta : EGC; 2007.p.2134-40.

Robert F, Maslah S. Etiologies of Seizures. In: Overview of Epilepsy. 3rd


ed.Stanford Neurology. 2010: 8-10.

Panayiotopoulus

CP.

The

Epilepsies

Seizure,

Syndromes

and

Management. Blandom Medical Publishing. UK ; 2005; 1 26.

Commission on Classification and Terminology of the International


League

Against

Epilepsy.

Proposal

for

revised

clinical

and

electroencephalographic classification of epileptic seizures. Epilepsia.


1981; 22(4):489-501.
7

Chadwick D. Diagnosis of Epilepsy. Lancet. 1990; 336:291-295.

Wyler AR. Modern management of epilepsy. Postgrad Med. 1993.


94(3):97-10873.

Moshe SL, Pedley TA. Overview : Diagnostic evaluation. In: Engel J,


Pedley TA, editors. Epilepsy : A comprehensive Textbook 2nd Ed. Vol
One. Philadelphia : Lippincott Wiliams & Wilkins ; 2008 : 785 89.

10 Pedoman Tatalaksana Epilepsi, Edisi kelima, Kelompok Studi Epilepsi,


Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ( PERDOSSI ), 2014.

24

25

Anda mungkin juga menyukai