FARINGITIS AKUT
Disusun oleh:
20174011010
Diajukan kepada:
1
LEMBAR PENGESAHAN
FARINGITIS AKUT
Disusun oleh :
Erika Diana Wati
20174011010
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ..................................................................................................... 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Faringitis adalah infeksi atau iritasi pada faring dan atau tonsil. Faringitis
termasuk kedalam 10 besar terbanyak penyakit rawat jalan di rumah sakit Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Penyakit yang masuk 10 besar tersebut meliputi
infeksi saluran nafas atas, demam, diare, dispepsia, hipertensi, dermatosis, cedera,
penyakit pulpa, faringitis dan gangguan mental (Dinas Kesehatan DIY, 2013).
4
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp W
Tanggal lahir/umur : 12-03-1957 (61 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kediwung, Mangunharjo, Dlingo, Bantul
Status Pekerjaan : Tukang kayu
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Periksa ke poli tanggal: 2 November 2018
No.RM : 30-99-80
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli tht dengan keluhan nyeri tenggorokan sejak 4 hari yang
lalu. Nyeri tenggorok tidak disertai perasaan kering pada tenggorok. Selain
itu pasien mengeluh sulit menelan (+), batuk (+), pilek (-), sesak nafas (-),
suara serak (-), rasa sumbatan di leher (-), mual (-), muntah (-). Pasien
merasakan demam 2 hari yang lalu. Pasien mengaku makan sambal/lombok
namun jarang dan minum air es 1 minggu yang lalu. Pasien penderita asma,
kambuh terakhir 3 bulan yang lalu.
Pasien juga mengeluh telinga kanan dan kiri tersumbat . Keluhan dirasakan
sejak 2 hari yang lalu. Pasien sering mengkorek-korek telinga dengan
menggunakan bulu ayam. Keluhan lain gatal (+), berdengung (+), nyeri (-),
5
penurunan pendengaran (+), keluar cairan dari telingan (-), dan pusing
berputar (-). Pendengaran berkurang sudah sejak 3 tahun yang lalu.
1. Keadaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Berat badan : 65 kg
- Tinggi badan : 165 cm
- Status gizi : Normal (BMI = 23,87 kg/m2)
-
6
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : Afebris
- Tekanan darah : Tidak diperiksa
- Nadi : 70 x/menit
- Pernafasan : 18 x/menit
- VAS Nyeri :3
3. Kepala
- Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
4. Leher
- Kelenjar limfe submandibula, servickl anterior: teraba membesar(-/-)
- Kelenjar tiroid: teraba membesar (-/-)
5. Thorax
a. Jantung
- Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi:
Iktus kordis teraba di SIC V 1 garis midklavikula sinistra
b. Paru-paru:
- Inspeksi: simetris (+/+), retraksi (-/-)
- Palpasi: vocal fremitus simetris (+/+)
- Perkusi: sonor (+/+)
- Auskultasi: Tidak dilakukan
6. Abdomen
- Inspeksi: supel, warna kulit normal (+/+)
- Auskultasi: tidak dilakukan
- Perkusi: timpani (+/+)
- Palpasi: nyeri tekan (-/-)
7. Ekstremitas
- Superior: akral hangat (+/+), edema (-/-)
- Inferior: akral hangat (+/+), edema (-/-)
7
STATUS LOKALIS
Pars Flacid
Proc.
Brevis AD AS
malleus
Umbo
Pars Tensa
Cone of Light
1. Telinga
8
B. Tuba
Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Concha nasi
medius
Meatus
nasi medius
Sekret
D S
Septum
meatusnasi nasi
inferior
9
Kesan : Pada pemeriksaan hidung luar, sinus paranasalis dan pemeriksaan
rhinoskopi anterior tidak dapatkan kelainan
3. Tenggorok
10
Laringoskopi indirek
Epiglottis P. Vestibularis
Cuneiformis Trakea
Esophagus
Plica vocalis
Corniculata
Tidak dilakukan
IV. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. DIAGNOSA KLINIS
- Faringitis akut
11
- Edukasi :
o Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
o Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
o Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
o Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh
virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.
Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus
pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya
B. Etiologi
Penyebab dari faringitis dapat dibagi dua menjadi infeksi dan non infeksi
(Weber, 2014)
1. Non Infeksi: alergi, iritasi (merokok, lingkungan yang kurang lembab),
benda asing, tiroiditis akut, GERD.
2. Infeksi
Infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan bakteri, termasuk grup A
Streptococcus (GAS), serta jamur (Candida)
13
(Sumber: Kellermen & Bope, 2018)
C. Faktor resiko
1. Usia 3 – 14 tahun.
2. Menurunnya daya tahan tubuh.
3. Konsumsi makanan dan minuman yang dapat mengiritasi faring
4. Gizi kurang
5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam
lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.
6. Paparan udara yang dingin.
(Sumber: Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
14
D. Patofisiologi
Faringitis adalah peradangan pada faring yang dapat menyebabkan
sakit tenggorokan. Agen etiologi ditularkan dari kontak orang ke orang,
kemungkinan besar melalui droplet dari sekresi hidung atau air liur. Gejala
sering bermanifestasi setelah masa inkubasi 1 hingga 5 hari, dan paling
sering terjadi pada musim dingin atau awal musim semi (Wilson, 2008).
Penyebab faringitis bakterial yang paling umum adalah Group A β-
hemolytic streptococcus (GABHS), juga dikenal sebagai streptococcus
pyogenes merupakan bakteri gram positif bentuk kokus, dapat single,
double, atau seperti rantai. Bakteri ini memiliki protein M, faktor virulensi
kuat yang menghambat fagositosis bakteri, serta kapsul asam hialuronat
yang meningkatkan kemampuannya untuk menyerang jaringan. Selain itu
juga memiliki beberapa eksotoksin dan dua hemolisin (Streptolisin S dan
Streptolisin O) semakin meningkatkan virulensi GABHS. Bakteri ini dapat
dideteksi pada kultur (tumbuh pada agar darah), tes aglutinasi lateks, atau
tes cepat berlabel antibodi monoklonal (Wilson, 2008).
E. Klasifikasi
1. Faringitis Akut (Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
a. Faringitis Viral
Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus
(EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-
lain. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis
terutama pada anak.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan
penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak
(30%).
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital
15
2. Faringitis Kronik (Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
b. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa
dinding posterior faring.
c. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis
atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring.
3. Faringitis Spesifik (Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.
b. Faringitis Luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring,
seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik
tergantung stadium penyakitnya.
F. Diagnosis Banding
16
(Sumber: Lucente et al, 2004)
G. Penegakan Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Hasil Anamnesis
Keluhan (Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
1. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
2. Demam
3. Sekret dari hidung
4. Dapat disertai atau tanpa batuk
5. Nyeri kepala
6. Mual
6. Muntah
17
7. Rasa lemah pada seluruh tubuh
8. Nafsu makan berkurang
18
Faring dan tonsil hiperemis
(Sumber: Wikipedia)
2. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring
dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa
hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring.
Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan
nyeri pada penekanan.
19
(Sumber: amoxil-news)
4. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa
di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble
stone).
(Sumber: drpaulose.com)
5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring
ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa
kering.
6. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan
pada mukosa faring dan laring.
7. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
a. Stadium primer
20
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring
berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.
Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula
21
(Sumber: Kalra et al, 2014)
22
(Sumber: Kalra et al, 2014)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap (Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram (Ikatan Dokter
Indonesia, 2017)
3. Kultur resistensi dari swab tenggorok (Kemenkes, 2014)
4. GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat
infeksi bakteri streptococcus group A (Kemenkes, 2014)
5. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH
(Ikatan Dokter Indonesia, 2014)
23
H. Penatalaksanaan
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal
diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik
hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan
memakai zat kimia larutan Nitras Argentin 25%
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan dosis
60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada
anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB
dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama
6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3,
seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal
harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada
rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan
kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
9. Analgetik-antipiretik
(Sumber: Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
Analgesik sistemik
Infectious Diseases Society of America (IDSA) menyarankan
penggunaan nonsteroid antiinflammatory drug (NSAID) pada orang
dewasa dan anak-anak dapat untuk mengobati nyeri. Ada beberapa
penelitian yang menunjukkan bahwa NSAID meredakan nyeri faringitis
24
lebih baik daripada acetaminophen (paracetamol). Penggunaan
glukokortikoid untuk pengobatan faringitis masih kontroversial. IDSA
merekomendasikan penggunaan glukokortikoid untuk mengurangi durasi
nyeri. Glukokortikoid digunakan pada pasien dengan sakit tenggorokan
yang parah atau ketidakmampuan untuk menelan. Dosis tunggal yang
dianjurkan deksametason oral 0,6 mg / kg maksimum 10 mg. Pada orang
dewasa, dosis tunggal prednison 60 mg selama 1 hingga 2 hari dapat
diterima (Weber, 2014).
Antibiotik
25
Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk (Ikatan Dokter Indonesia, 2017):
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan
olahraga teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari minuman dan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
I. Komplikasi
1. Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan jaringan
limfoid yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s
tonsil).
2. Abses peritonsilar
Abses leher dalam yang terjadi pada orang dewasa, biasanya
disebabkan oleh bakteri aerobik dan anaerob. Gejala yang muncul
termasuk demam, nyeri tenggorokan, dan trismus.
3. Abses retrofaringeal
abses yang terletak di belakang dinding faring posterior (ruang
retrofaringeal). Karena ruangan retrofaringeal letaknya didalam
sehingga sulit didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja. Gejalanya
adalah leher kaku, malaise, sulit menelan.
4. Gangguan fungsi tuba Eustachius
26
5. Otitis media akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
6. Sinusitis (Rinosinusitis)
Rinosinusitis adalah penyakit akibat peradangan pada mukosa sinus
paranasal dan rongga hidung. Dokter di pelayanan kesehatan primer
harus memiliki keterampilan yang memadai untuk mendiagnosis,
menatalaksana, dan mencegah berulangnya rinosinusitis. Tatalaksana
rinosinusitis yang efektif dari dokter di pelayanan kesehatan primer
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan,
menurunkan biaya pengobatan, serta mengurangi durasi dan frekuensi
absen kerja.
7. Laringitis
Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, atau jamur. Laringitis juga merupakan akibat dari
penggunaan suara yang berlebihan, pajanan terhadap polutan eksogen,
atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan
pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis. Laringitis pada anak
sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan biasanya
disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan disebut sebagai penyakit
croup. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh virus, yaitu virus
parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RSV, dan virus
campak. Selain itu, M. pneumonia juga dapat menyebabkan croup.
8. Epiglotitis
9. Meningitis
10. Glomerulonefritis akut
11. Demam rematik akut
12. Septikemia
(Sumber: Ikatan Dokter Indonesia, 2017)
27
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29