Anda di halaman 1dari 14

SGD 1

1. Critical thinking : Berpikir secara reliable, relevan terhadap suatu masalah proses &

kemampuan untuk memahami konsep, menerapkan, mensitesis dan mengevaluasi informasi yang didapat. Berpikir dengan benar berdasarkan pengetahuan dan beralasan logis. Schafersman (1991) menyatakan bahwa berfikir kritis adalah berfikir dengan benar berdasarkan pengetahuan yang relevan dan reliable, atau cara fikir yang beralasan, relfektif, bertanggungjawab, dan mahir. John Dewey, dikutip oleh Fisher, 2001, menjelaskan bahwa critical thinking adalah pertimbangan yang aktif dan tepat serta berhati-hati atas keyakinan dan keilmuan untuk mendukung kesimpulan.

2. Clinical reasoning : Menganalisis masalah klinis disertai bukti-bukti akurat dan

terpercaya. Proses berpikir untuk memberikan makna pada suatu temuan. Cara untuk mendiagnosis suatu masalah berdasarkan pengalaman klinis yang dikuasai sebelumnya. Groves dkk. (2002) mengambil pendapat Newble menjelaskan bahwa clinical reasoning adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai informasi yang diperoleh dokter baik melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik atau melalui kasus klinik yang diberikan pada mahasiswa kedokteran disintesis dan diintegrasikan dengan penegtahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya oleh dokter dan mahasiswa tersebut yang kemudian dipergunakan untuk mendiagnosis dan menatalaksana masalah pasien.

3. Critical participation : Kemampuan berpikir kritis dalam keikutsertaannya sebagai

warga masyarakat yang bertanggungjawab atas peristiwa di lingkungannya. critical participation, yakni kemampuan berfikir kritis dalam keikutsertaannya sebagai warga masyarakat yang bertanggungjawab atas persoalan di lingkungannya. (www.fkunissula.ac.id)

4. Refleksi : Peninjauan ulang

Evaluasi kinerja yang dilakukan dalam rangka untuk melakukan koreksi atas sebuah tindakan yang kita lakukan untuk meningkatkan kinerja efektivitas

5. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bentuk dan ciri

dari penyakit seorang pasien .


Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah 1. Inspeksi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll 2. Palpasi Adlaah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll. 3. Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. 4. Perkusi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1958249-pemeriksaan-fisikkeperawatan/#ixzz1Zv4m99tW

6. Diagnosis : Keputusan klinik

Penentuan jenis penyakit yang diderita pasien sebelum dilakukan pemeriksaan yang lebih dalam. Dugaan sementara

Upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh seseorang atau masalah kesehatan yang dialami masyarakat(dr.Suparyanto,M.Kes,2010) http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/03/diagnosis-sakit.html

7. Pelayanan primer : Layanan kesehatan yang lebih memberikan layanan preventif

daripada kuratif. Strategi yang dipakai untuk menjamin tingkat dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi ilmiah.

pelayanan kesehatan primer /PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. http://kamarudin.blogdetik.com/2009/04/12/pelayanan-kesehatan-primerprimary-health-care-phc/ 8. Survey : Suatu mode penelitian yang teknik pengambilan datanya dengan

pertanyaan tertulis atau lisan. Tindakan memperkirakan atau mengukur. Studi lapangan.
Survai merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan - tertulis atau lisan (Bailey, 1982) . Survey adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaanpertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam suatu sampel (Zikmund,1997)

9. Prosedur medis : Tata cara yang dilakukan oleh seorang dokter yang sesuai dengan

ketentuan medis. Step 2 1. Apa syarat agar kita memiliki critical thinking? 2. Bagaimana cara kita melatih clinical reasoning? 3. Bagaimana langkah-langkah mendiagnosis pasien? 4. Bagaimana pola berpikir agar membentuk dokter yang berkualitas? 5. Apa ciri-ciri pemikir kritis? 6. Apa hubungan clinical reasoning dengan berpikir kritis? 7. Bagaimana langkah-langkah prosedur medis? 8. Bagaimana cara pengembangan critical thinking? 9. Bagaimana cara menerpakan critical thinking pada mahasiswa? 10. Apa saja langkah-langkah clinical reasoning?
11. Efektifkah pelaksanaan critical thinking dan clinical reasoning pada pasien?

12. Apa hubungan cilinical reasoning dengan mendiagnosis pasien?

13. Bagaimana berpikir secara smart?

Step 3 1. Apa syarat agar kita memiliki critical thinking? Aktif kreatif dan mandiri, berpandangan terbuka rajin mencari informasi. Tidak mudah percaya pada teori yang ada. Terampil dalam mengasah pemahaman. Percaya diri. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Memiliki pengetahuan tentang metode bertanya dan mengungkapkan alasan dengan logis.
Ada 3 syarat diperlukan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis: 1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat suatu permasalahan, dengan menggunakan pengalaman dan bukti yang ada 2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan dengan logis 3. Ketrampilan untuk menerapkan metode tersebut

http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf

2. Langkah melakukan critical thinking


a. Mampu untuk memahami dan menjelaskan suatu makna

b. Mengidentifikasi hubungan antara pertanyaan, pernyataan, konsep, atau opini c. Menguji kredibilitas pernyataan yang ada. d. Memilih elemen yang dibutuhkan untuk menyusun simpulan yang beralasan. e. Dapat menjelaskan apa yang ada dipikaraannya dan bagaimana/ mengapa dia mengambil keputusan tersebut
f. Mengecek kembali keputusan yang diambil.

Dari definisi tersebut, Facione (2004) menjelaskan bahwa sebagai cognitive skill, bagian penting dalam kegiatan berfikir kritis adalah interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan dan pengaturan/pengelolaan diri. Berikut adalah penjelasannya: - interpretasi adalah kemampuan untuk memahami dan menjelaskan makna dari situasi, pengalaman, kejadian, data, keputusan, konvensi, kepercayaan, aturan, prosedur dan criteria. Contohnya adalah kemampuan seseorang untuk menjelaskan masalah dan mendeskripsikan informasi yang diberikan tanpa ada bias; mampu memilah antara ide utama dan ide tambahan ketika membaca tulisan orang lain; mampu menyusun kategorisasi sementara untuk mengorganisasi hal yang sedang dipelajari; mampu menyampaikan kembali ide orang lain dalam kalimat yang disusunnya sendiri;

mampu menjelaskan gambar, tanda dan grafik; mampu mengidentifikasi tujuan, tema, sudut pandang penulis ketika membaca karya tulis dalam bentuk apapun. - Analisis adalah mengidentifikasi hubungan antar beberapa pernyataan, pertanyaan,konsep, deskripsi, dan berbagai bentuk yang dipergunakan untuk merefleksikan pemikiran, pandangan, kepercayaan, keputusan, alasan, informasi dan opini. Sub skill analisis antara lain adalah mengevaluasi ide dan pendapat orang lain, mendeteksi argument, dan menganalisis argument. Kee dan Bickle (2004) menjelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menganalisis argumen, yakni dengan mempertanyakan: apakah kesimpulannya; apakah alasan yang diberikan untuk mendukung kesimpulan tersebut; apakah asumsi yang tersirat; apakah struktur argumentasi tersebut; bagaimana kebenaran alasan tersebut dapat diukur; adakah bukti tambahan yang dapat mendukung dan melemahkan simpulan; sepasti apakah penjelasan yang diberikan dan sudah tepatkah analogi yang diberikan; adakah kerancuan dalam penalaran; dan apakah argumentasi tersebut masuk akal? Contoh kemampuan menganalisis antara lain adalah mengidentifikasi persamaan danperbedaan dua pendekatan yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah;mengidentifikasi asumsi; mengkonstruksi berbagai cara untuk membuat simpulan dan menyampaikan berbagai alasan untuk mengkritisi simpulan tersebut; dan lain sebagainya. - Evaluasi adalah kemampuan untuk menguji kredibilitas pernyataan atau berbagai bentuk lain yang dipergunakan untuk menyatakan pemikiran, persepsi, pandangan,keputusan, alasan, opini, dan lain sebagainya; serta untuk menguji logika hubungan berbagai pernyataan, deskripsi, pertanyaan dan bentuk lain yang dipergunakan untuk merefleksikan pemikiran. Contoh kemampuan analisis adalah: memutuskan kredibilitas penulis atau pembicara; membandingkan kelebihan dan kelemahan berbagai pendapat; menetapkan kredibilitas sumber informasi apaka layak rujuk atau tidak; memutuskan apakah dua pernytaan saling berkontradiksi; memutuskan apakah bukti yang diberikan mendukung kesimpulan. Selain itu, para ahli menambahkan bahwa contoh kemampuan melakukan evaluasi antara lain adalah: mengetahui faktor yang menjadikan seseorang layak atau kredibel untuk menulis atau menyampaikan topik tertentu; menetapkan bahwa kesimpulan dari sebuah argumentasi diambil dari premis yang dapat dipercaya; memutuskan kekuatan logika argumen berdasarkan hipotesis; memutuskan apakah argumen yang diberikan relevan atau layak guna atau memiliki implikasi bagi situasi tertentu. - Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih elemen yang dibutuhkan untuk menyusun simpulan yang beralasan; untuk menduga dan menegakkan diagnosis; untuk mempertimbangkan informasi apa sajakah yang dibutuhkan dan untuk memutuskan konsekuensi apa yang harus diambil dari data,informasi, pernyataan, kejadian, prinsip, opini, konsep dan lain sebagainya. Subskill inferensi adalah mampu mengumpulkan bukti, menyampaikan berbagai alternatif, dan membuat simpulan. Contoh kemampuan inferensi adalah: menggambarkan dan mengkontruksi pemahaman dari sebuah bacaan; mengidentifikas informasi dari berbagai sumber yang dibutuhkan untuk memformulasi penyelesaian masalah; dan lain sebagainya. - Selain memiliki kemampuan untuk mengnterpretasi; menganalisis; mengevaluasi dan menginferensi; seorang critical thinker juga harus dapat

menjelaskan apa yang difikirkannya serta bagaimana dan mengapa dia sampai pada keputusan tersebut. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan. Facione (2004) menjelaskan bahwa kemampuan menjelaskan (explanation) ditunjukkan dengan kemampuan menyatakan hasil pemikiran; menjelaskan penalarannya berdasarkan pertimbangan bukti, konsep, metodologi, kriteriologi, dan konteks. Beberapa subskil kemampuan menjelaskan adalah: mampu menyampaikan hasi menjelaskan prosedur; dan mempresentasikan argumen. Contoh kemampuan menjelaskan antara lain adalah: menjelaskan standart dan faktor-faktor kontekstual yang dipergunakan untuk menilai kualitas interpretasi seseorang atas artikel atau teks lain;menyampaikan simpulan penelitian dan menjelaskan metode dan kriteria yang dipergunakan untuk mencapai simpulan tersebut; menjelaskan kriteria dan langkah yang diambil dalam mengambil keputusan yang beralasan; dan lain sebagainya. - Kemampuan terakhir yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang critical thinker,yang menjadikannya tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang baik dan memungkinkan pemikirannya selalu berkembang adalah self regulation atau kemampuan untuk mengatur diri dalam berfikir. Sebagian orang menyebut kemampuan ini sebagai meta-cognition, akan tetapi menurut Facione (2004) ada bagian yang tidak tercover oleh meta-cognition, yakni bahwa apa yang dilakukan oleh seorang dengan kemampuan self-regulation adalah selalu melihat ulang pada seluruh dimensi critical thinking yang dilakukannya dan mengeceknya berulang kali atas apa yang dilakukannya pada keseluruhan kegiatan critical thinking-nya tersebut. Dengan self regulation, seorang crtical thinker dapat memonitor dan memperbaiki interpretasi serta keputusan yang diambilnya; meriview dan memformulasi ulang penjelasan yang telah diberikan terhadap keputusan yang pernah diambilnya. Secara sederhana, para ahli mendefinisikan self regulation sebagai kesadaran untuk memonitor akivitas kognitif seseorang. Bahkan dengan self regulation, seseorang dapat mengevaluasi dan memperbaiki kemampuannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki keputusansebelumnya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan crtitical thinking. Facione (2004) menyarankan enam langkah berfikir efektif dan problem solving, yakni: Mengidentifikasi masalah Menentukan konteks Mementukan pilihan penyelesaian Menganalisis pilihan tersebut hingga ditentukan pilihan terbaik Menyusun alasan secara eksplisit Mengevaluasi langkah yang telah diambil dan proses berfikir yang dilakukan. 3. Bagaimana cara pengembangan critical thinking? Menambah informasi, memperluas pengetahuan, menerapkan cara belajar life long learning skill (belajar sepanjang hayat) Bagaimana hubungan critical thinking dengan life long learning skill? Semakin banyak belajar, semakin kritis pemikiran kita.

Keterampilan Berpikir Kritis Robert Ennis bapak berpikir kritis di Amerika Utara mengidentifikasi 12 aspek dalam wujud pelatihan keterampilan, namunke duabelas aspek ini sebanrnya berkaitan.
1. Memahami arti pernyataan. Apa ini berarti? 2. Mempertimbangkan adanya ambigunitas dalam penalaran. Apakah jelas? 3. Mempertimbangkan pernyataan yang kontradiktif satu dengan yang lain. Apakah konsisten? 4. Mempertimbangkan kesimpulan yang diikuti. Apakah logis? 5. Mempertimbangkan pernyataan yang cukup spesifik. Apakah tepat? 6. Mempertimbangkan pernyataan penerapan satu prinsip. Apakah mengikuti aturan? 7. Mempertimbangkan satu pernyataan hasil observasi. Apakah akurat? 8. Mempertimbangkan kesimpulan induktif yang diperingatkan. Apakah dipertimbangkan? 9. Mempertimbangkan masalah yang telah dikenali. Apakah relevan? 10. Mempertimbangkan sesuatu sebagai asumsi. Apakah diambil untuk disetujui? 11. Mempertimbangkan definisi yang tepat. Apakah definisi yang benar? 12. Mempertimbangkan pernyatan yang diambil oleh otoritas yang diterima. Apakah benar? Selain ke 12 cara mengembangkan keterampilan berpikir kritis, Bloom yang diperbaiki oleh Anderson (2000), mengkategorikan sebuah urutan latihan berpikir kritis yang dapat dilakukan melalui sebuah runtutan berpikir. Model ini diberi nama tujuan-tujuan kognitif dalam pendidikan. Yang terbangun dalam urutan (1) mengingat atau pengetahuan, (2) memahami atau mengerti, (3) menerapkan, (4) analisis dan sintesis, (5) menilai, dan (6) membuat. 2nd Ans

Cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ian Wright dan C.L. Bar (1987), L.M. Sartorelli (1989) dan R. Swartz dan S. Parks (1992) adalah sebagai berikut : 1.Membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seseorang harus membaca dengan kritis pula. Adapun cara membaca secara kritis adalah :

Baca sekilas secara keseluruhan dari bahan bacaan. Hubungkan teks dengan konteksnya. Buat pertanyaan tentang kandungan teks. Reflesikan kandungan teks dengan pendapat Anda sendiri. Buat ringkasan dengan kata-kata sendiri. Evaluasi teks dari segi logika, kredibilitas, dan reliabilitas. Bandingkan persamaan dan perbedaan dengan teks lain.

2. Meningkatkan daya analitis. Caranya dengan membuat diskusi kelompok dan dengan diskusi itu cari permasalahan dan solusi dari permasalahan tersebut. 3.Mengembangkan kemampuan observasi (mengamati). Untuk meningkatkan kemampuan mengamati, seseorang harus :

Peka/tanggap terhadap lingkungan. Melatih diri sendiri untuk mengoptimalkan pemakaian indra. Bisa langsung mengungkapkan secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran.

4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi. Meningkatkan rasa ingin tahu didapat dengan cara banyak bertanya, pertanyaan yang diajukan hendaklah dengan jawaban yang bukan sesuatu hal yang pasti. 5. Metakognisi. Metakognisi berarti memahami cara berpikir sendiri. Metakognisi dapat berupa :

Merencanakan cara berpikir. Menyadari dan mengawasi cara berpikir. Menamai proses berpikir yang khusus. Menjelaskan tahap-tahap berpikir untuk setiap proses khusus yang dilalui. Mengevaluasi tahap berpikir untuk menuju efisiensi.

6. Mengamati model dalam berpikir kritis. Orang yang dianggap sebagai model atau contoh dalam berpikir kritis, menunjukkan sifat-sifat tertentu :

menjelaskan alasan tindakan mereka dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang mengamatinya. Bertanggung jawab atas tindakan mereka, mengakui kekurangan, kegelisahan dan kesuksesan yang dialami. Mengakui dilema dan kerancuan atau ketidakjelasan yang mereka hadapi.

Tidak mengubah tingkah laku atau respon mereka terhadap situasi yang kurang beralasan atau tidak rasional.

7. Diskusi yang kaya. Kesempatan untuk diskusi yang kaya didapat melalui :

Forum perdebatan atas isu-isu yang kontroversial. Menghadiri pertemuan-pertemuan di masyarakat tempat pandangan dan pendapat yang berbeda-beda diungkapkan. Menulis surat pembaca atau artikel ke surat kabar untuk menyampaikan pendapat atas isu yang sedang hangat dibicarakan. Menganalisis artikel dari surat kabar atau bahan-bahan lainnya untuk mencari kekurangan dan kelamahan dalam penulisan. Membaca literatur yang menggambarkan nilai-nilai dan tradsi yang berbedabeda.

4. Bagaimana cara menerapkan critical thinking pada mahasiswa?

Dengan cara berdiskusi (saling mengoreksi pendapat teman diskusi), collaborative learning (menggabungkan beberapa pendapat dan menarik kesimpulan untuk memecahkan masalah), student centered (melakukan belajar mandiri dengan cara mencari sumber belajar sendiri lalu melakukan telaah kritis),

a. Perkuliahan b. Praktikum di laboratorium c. Pekerjaan rumah d. Term paper e. Tutorial atau small group discussion f. Belajar mandiri g. skill lab h. rotasi klinik i. ujian (modul fk unissula CRITICAL THINKING GUIDELINES BAGI STAF AKADEMIK, www.fkunissula.ac.id)

5. Apa ciri-ciri pemikir kritis? Bagaimana berpikir secara smart?

Suka mengumpulkan informasi, memunculkan ide baru, mengungkapkan pendapat, haus akan pengetahuan, dapat menolak informasi bila tidak benar, dapat memperbaiki pendapat bila menemukan pendapat baru, selalu ingin mencari bukti, memiliki pemikiran yang objektif, logis, inovatif dan kreatif. Carrol (2004) dan Facione (1996, 2004) menyimpulkan beberapa ciri-ciri critical thinker yang ideal yaitu: terbiasa ingin tahu, banyak pengetahuan, menyampaikan alasan yang terpercaya, tanpa prasangka , fleksibel dalam mempertimbangkan berbagai alternatif dan pendapat , berpandangan terbuka di dalam megevaluasi, jujur di dalam menghadapi bias pribadi, bijaksana di dalam membuat penilaian, berkeinginan mempertimbangkan kembali pendapatnya dan pandangannya ketika refleksi yang dilakukannya dengan jujur mengharuskannya untuk merubah pandangannya tersebut,bersih dari isu-isu, rapi di dalam hal yang rumit, rajin di dalam mencari informasi terkait,layak di dalam pemilihan ukuran-ukuran, fokus di dalam pemeriksaan.
Smart thinking: 1) melihat persoalan anda dengan berbagai cara yang berbeda dan mencari perspektif baru yang belum pernah dipakai orang lain 2) membayangkan bagaimana penyelesaian yang akan dipilih 3) produktif menghasilkan solusi. 4) membuat kombinasi-kombinasi baru. 5) membentuk hubungan-hubungan membuat hubungan antara persoalan yang berbeda-beda. 6) berpikir secara metafor(menerima persamaan antara dua keberadaan yang berbeda dan menghubungkannya). 7) persiapkan diri untuk menghadapi persoalan (http://www.studygs.net.com/indon/genius.htm). smart thinking : penyelesaian masalah dengan menggunakan strategistrategi. (www.cambridge.org).

6. Bagaimana pola berpikir agar membentuk dokter yang berkualitas? Harus memiliki pola critical thinking, critical participation dan clinical reasoning

7. Bagaimana cara kita melatih clinical reasoning a. Dengan cara PKL (Praktik Kerja Lapangan) b. Memperbanyak ikut diskusi, workshop, seminar, dan mencari pengalaman nyata.

8. Apa saja langkah-langkah clinical reasoning?

a. Mengetahui permasalahan yang dihadapi b. Menggali info tentang faktor-faktor penyebab masalah c. Membuat hipotesis d. Menguji hipotesis e. Menyimpulkan

Clinical Reasoning merupakan proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan melewati langkah-langkah berpikir kritis,yaitu 1) Menilai data,informasi atau bukti yang diperoleh 2) Menginterpretasi dan menganalisis data/bukti tersebut 3) Menarik kesimpulan berbasis pada data /bukti yang ada (ModulKeterampilan Belajar dan Berpikir Kritis LBM 3)

9. Bagaimana langkah-langkah mendiagnosis pasien? a. Menanyakan keluhan pasien b. Pemeriksaan fisik c. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, dll) d. Clinical reasoning
Cara diagnosis: 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Tes Pemeriksaan Anamnesis

Anamnesis adalah upaya untuk mencari keluhan yang berupa gejala (simptom) yang dirasakan pasien Berdasarkan apa yang dirasakan pasien (hasil observasi objektif pasien) Contoh: sakit kepala, mual, sakit perut, linu-linu

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah upaya untuk mencari Tanda (sign) yaitu hasil pengamatan obyektif dokter/tenaga kesehatan terhadap keluhan pasien Berdasarkan apa yang ditemukan tenaga kesehatan dalam pemeriksaan Contoh: panas, edem, memar, kembung

Test Pemeriksaan

Test pemeriksaan adalah upaya untuk membantu menegakan diagnosis dengan Pemeriksaan laboratorium atau alat lain (USG, EKG, Rontgen) Contoh: pemeriksaan darah lengkap, widal, foto dada, USG abdomen

(dr.Suparyanto,M.Kes,2010) http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/03/diagnosis-sakit.html

10. Bagaimana langkah-langkah prosedur medis?


Prosedur pemeriksaan yang baik dilakukan melalui 4 tahap: 1.Wawancara (anamnesis) Tahap-tahap wawancara dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini: a. Tanyakan keluhan pasien yang paling berat, paling menarik perhatian, dan yang paling menimbulkan kekhawatiran (keluhan utama) b. Tanyakan kapan keluhan tersebut pertama kali dirasakan c. Tanyakan keluhan apa saja yang menyertai keluhan pertama, beserta waktu munculnya keluhan itu d. Tanyakan upaya apa saja yang sudah dilakukan pasien untuk mengurangi rasa sakit, misalnya obat apa saja ung sudah dikonsumsi e. Tanyakan apakah pasien sudah pernah megalami hal atau keluhan yang sama sebelumnya (sesering apa), dan penyakit apa saja yang sudah pernah diderita pasien f. Tanyakan apakah pasien sedang mengonsumsi obat tetap, seperti obat darah tinggi, obat diabetes, dll. g. Tanyakan apakah pasien mempunyai alergi terhadap obat tertentu Dari wawancara akan didapatkan gejala penyakit pasien 2.Pemeriksaan Jasmani a)Standar prosedur secukupnya Disebut secukupnya karena hasil wawancara sudah cukup memberikan arah mengenai organ mana yang perlu diperiksa. Standar ini berpangkal pada identifikasi dan pemecahan masalah. b)Standar prosedur pemeriksaan lengkap Standar ini menganut paham bahwa wawancara dan pemeriksaan jasmani merupakan suatu proses terpisah yang tidak berkelanjutan. Pada standar ini pasien diperiksa lengkap oleh dokter Dari pemeriksaan jasmani, akan didapatkan tanda penyakit. Dari gejala dan tanda penyakit itu, dokter dapat mengumpulkan data medis untuk perumusan

masalah medis dan diagnosis sementara 3.Perumusan diagnosis sementara Disebut sementara karena diagnosis ditegakkan berdasarkan data medis hasil wawancara dan pemeriksaan jasmani. Diagnosis sementara ini terbagi 2, yaitu diagnosis kerja dan diagnosis banding. Diagnosis kerja ini memiliki data terbanyak yang mendukung, sedangkan diagnosis banding merupakan alternatif lain. Diagnosis kerja ini masih merupakan hipotesis yang harus dibuktikan dokter melalui 2 tahap, yaitu dengan pengobatan (terapi) empirik dan mencari data baru dengan pemeriksaan penunjang 4.Pemeriksaan laboratorium atau penunjang Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan dengan pengambilan darah pasien untuk kemudian diuji atau dianalisis komponen-komponennya di laboratorium.Pemeriksaan penunjang adalah suatu prosedur pemeriksaan dengan tujuan mengetahui kondisi di dalam tubuh manusia yang tidak dapat dijangkau oleh pemeriksaan jasmani. Pemeriksaan penunjang terbagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non-infasif dan pemeriksaan infasif. Pemeriksaan infasif adalah pemreriksaan yang berpotensi mengakibatkan luka dan kerusakan bagian tubuh. Untuk pemeriksaan penunjang ini, dokter perlu memperhatikan berbagai macam aspek antara lain: a. Aspek otonomi pasien Pasien memiliki hak untuk menanyakan manfaat dari pemeriksaan, alternatif lain, risiko yang mungkin muncul, dan berhak memilih untuk melaksanakan atau menolak pemeriksaan itu. b. Aspek surat persetujuan pasien (SP) tindakan medik (Informed Consent) Informed consent adalah formulir yang ditandatangani pasien/keluarganya di hadapan seorang saksi dari pihak keluarga dan juga ditandatangani dokter beserta seorang saksi dari pihak dokter (biasanya perawat) SP mutlak diperlukan bila pemeriksaan bersifat infasif, sebab pemeriksaan infasif dapat menimbulkan risiko rusaknya organ tubuh. c. Aspek anggaran (ekonomi) Aspek ini menjadi perhatian sebab tidak semua pasien mampu menanggung biaya pemeriksaan penunjang yang mahal. Maka, pemeriksaan penunjang baru dilaksanakan jika memang mutlak dilakukan, yaitu apabila tindakan ini menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan jiwa. d. Aspek etika dokter Prosedur penunjang medis harus dilakukan demi kepentingan pasien, bukan untuk kepentingan dokter atau rumah sakit semata. Dokter secara etis tidak boleh melakukan pemeriksaan yang tidak perlu bagi pasien hanya untuk kepentingan pribadi atau menguntungkan dokter saja. e. Aspek pemilikan gambar dan hasil pemeriksaan 1. Hasil laboratorium, gambar, serta pemeriksaan adalah milik pasien 2. Hasil tersebut hanya dapat dilihat atau diberikan pada pasien atau keluarga yang bertanggung jawab 3. 3.Dokter dan sarana kesehatan tidak boleh menahan hasil dan gambar (rekaman, foto) 4. 4.Pasien atau keluarga yang bertanggung jawab paling sedikit mendapatkan salinan hasil

http://tutorialkedokteran.blogspot.com/2009_06_01_archive.html

11. Apa hubungan clinical reasoning dengan mendiagnosis pasien?

clinical reasoning merupakan langkah dalam mendiagnosis pasien

12. Apa hubungan clinical reasoning dengan berpikir kritis? Clinical reasoning adalah hasil dari berpikir kritis. Clinical reasoning biasa dibagi menjadi forward dan backward clinical reasoning (Patel dkk. dalam Beullens dkk. 2005). Forward clinical reasoning adalah proses untuk menetapkan hipotesis berdasarkan data yang ada. Sedangkan backward clinical reasoning adalah mengungkapkan data berdasarkan hipotesis. Sebagai contoh, jika seorang dokter menyatakan bahwa pasien ini mempunyai gula darah yang tinggi melebihi normal, dan menarik hipotesis bahwa pasien menderita diabetes, maka dapat dikatakan bahwa dokter tersebut melakukan forward reasoning. Sedangkan jika dokter menyakatan karena pasien menderita diabetes, maka pasien memiliki gula darah yang tinggi melebihi normal.Ditinjau dari konsep critical thinking, maka forward clinical reasoning lebih menerapkan konsep critical thinking. Dalam menegakkan diagnosis atau hipotesis, paling tidak langkah yang dilakukannya adalah menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi data (sign, symptoms dan pemeriksaan penunjang) kemudian melakukan inferensi dengan mengambil keputusan diagnosis. 13. Efektifkah pelaksanaan critical thinking dan clinical reasoning pada pasien?

Step 4

Anda mungkin juga menyukai