Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
Sofiari N F R 0117066
MOJOKERTO
2019/2020
1
LEMBAR PERNYATAAN
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Dengan
terselesaikannnya makalah ini, diharapkan dapat memperluas dan menambah
wawasan para pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Cover
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi klinis
D. Patofisiologi
F. Klasifikasi
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan diagnostik
J. Penatalaksanaan
A. Kesimpulan
4
B. Saran
C. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan berkemih selalu menjadi kebutuhan yang
sangat vital bagi kita.Karena berkemih adalah membuang sisa-sisa cairan dan zat-zat yang
tidak sudah berguna bagi tubuh. Namun, jika kebutuhan akan berkemih mengalami gangguan
maka tubuh akan mengalami sakit. Salah satunya adalah dapat mengalami obstruksi system
perkemihan.
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian
penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini
dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh
karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan
tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya
seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat
bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum
melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas lebih
lanjut bagaimana Asuhan keperawatan pada klien dengan kondisi obtruksi dan trauma pada
saluran kemih.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
BAB II
ISI
A. Definisi
Trauma urinaria atau trauma pada salurah perkemihan merupakan adanya benturan pada
saluran perkemihan ( ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra ). Pada laki – laki dapat pula mengenai
pada skrotum, testis, dan prostat (Muttaqin, Arif. 2011 )
Trauma pada sistem perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami gangguan
bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra ) dapat mengalami trauma karena luka tembus ( tusuk),
trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah
terdapatnya darah diurin ( hematuria ), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma
dapat menyebabkan nyeri tunpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat dapat menurunkan
tekanan darah ( syok )
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi
seperti pedarahaan hebat, peritonitis dan sepsis secara anatomic buli-buli terletak didalam rongga
pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera.
Cedera kendung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera kandung
kemih bervariasi menurut isi kandung kemih , sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih
mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong. (Arif muttaqin : 211)
B. Etiologi
Ruptur kandung kemih terutama terjadi akibat trauma trauma tumpul pada panggul, tetapi bisa juga
karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam, dan cedera dari luar,
cedera iatrogenik dan patah tulang panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur
dapat menusuk kandung kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas ialah akibat taruma tumpul
pada panggul atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas masa urinaria yang terbendung di
dalam kandung kemih yang mnyebabkan rupture. Penyebab iatrogenic termasuk pasca intervensi
bedah dari ginekologi, urologi, dan operasi ortopedi di dekat kandung kemih. Penyebab lain
melibatkan trauma obstetric pada saat melahirkan.
Kandung kemih yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut
bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis.
6
C. Manifestasi klinis
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien
mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien
dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP
dengan lateral views atau CT scan saat blader kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar
dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi
sampai disrupsi tersebut teratasi.
D. Patofisiologi
Trauma vesika urinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas / kecelakaan kerja yang menyebabkan
fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika urinaria tumpul dapat menyebabkan
rupture buli-buli terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patelegik seperti
tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria tajam
akibat luka tusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik
ataupun transperineal dan penyebab lain adalah instrumentasi urologic. Fractur tulang panggul dapat
menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada ontusio buli-buli hanya terjadi memar pada
dinding buli-bui dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat
intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat
tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Peda kejadian
ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga perivesikal.
Cedera kandung kemih tidak lengkap atau sebagian akan menyebabkan robekan mukosa kandung
kemih. Segmen dari dinding kandung kemih mengalami memar, mengakibatkan cedera lokal dan
hematoma. Memar atau kontusi memberikan manifestasi klinis hematuria setelah trauma tumpul atau
setelah melakukan aktivitas fisik yang ekstrem (contohnya: lari jarak jauh).
Beberapa kasus mungkin terjadi dengan mekanisme yang mirip dengan pecahnya kandung kemih
intraperitoneal, yang merupakan kombinasi dari trauma dan overdistension kandung kemih. Temuan
cystographic classic adalah ekstravasasi kontras sekitar dasar kandung kemih. Dengan cedera yang
lebih kompleks, bahan kontras meluas ke paha, ke penis, perineum, atau kedalam dinding anterior
abdomen. Ekstravasasi akan mencapai skrotun ketika vasia superior diagfragma urogenital atau
diagfragma urogenital sendiri menjadi terganggu.
Ruptur kandung kemih intraperitoneal. Ruptur kandung kemih intraperitoneal digambarkan sebagai
masuknya urine secara horizontal kedalam kompartemen kandung kemih. Mekanisme cedera adalah
peningkatan tekanan intrvesikal secara tiba-tiba ke kandung kemih yang penuh. Kekuatan dari trauma
tidak mampu ditahan oleh keammpuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine
masuk kedalam peritoneal
7
Ruptur kandung kemih
Intraperitoneal
ekstraperitoneal
Kecemasan
c. Tidak bisa buang air kecil, kadang keluar darah dari uretra
d. Nyeri suprapubik
F. Klasifikasi
8
langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemihsecara langsung berkaitan
dengan tingkat keparahan fraktur.
G. Komplikasi
a. Urosepsis.
a. Hematokrit menurun.
I. Penatalaksanaan
c. bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruptur vesika urinaria intraperitoneal
dilakukan sectio alta yang dilamjutkan dengan laparatomi
9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH TRAUMA
VESIKA URINARIA
1. Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic. Pengkajian
dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan dibahas khusus pada sistim
tubuh yang terpengaruh yaitu:
a. Data Subyektif
• Rasa nyeri pada kandung kemih (nyeri abdomen bawah atau nyeri di daerah suprapubik)
dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau infeksi kandung kemih. Perasaan ingin kencing,
tenesmus nyeri ketika mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada akhir urinary) sering dijumpai.
• Ginjal (Renal): Kemungkinan Data yang diperoleh : Oliguria (produksi urine kurang dari 400
cc/ 24jam), Anuria (100 cc / 24 Jam, Infeksi (WBCs , Bacterimia), Sediment urine mengandung :
RBC.
• Pasien mengatakan kadang tidak bisa buang air kecil dan keluar darah dari uretra.
d. Pola :
10
Pengkajian terhadap integritas saluran kemih merupakan bagian evaluasi yang dilakukan pada
individu yang mengalami trauma di tubuh bagian bawah, trauma yang terkait terutama saluran kemih,
antara lain fraktur pelvis,trauma akibat benda tumpul dan tusukan benda tajam atau peluru. Fraktur
dapat mengakibtkan perforasi kandung kemih atau robeknya uretra. Pukulan keras pada tubuh bagian
bawah dapat mengakibatkan kontusio, robekan atau ruptur ginjal.
e. Data Obyektif
• Pada saat urin dipantau kadang terdapat darah dan hematuria/perdarahan segar bisa terjadi
• Gelisah, cemas
• Takikardi
Teknik Temuan :
• Inspeksi: Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ berongga yang
mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat ginjal
• Perkusi:
• Normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis pubis tetapi setelah membesar
meregang ini dapat terlihat distensi pada area suprapubis
• Pada kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung kemih.
Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin tidak dapat dikeluarkan dari
kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan distensi kandung kemih yang biasa di
palpasi di daerah suprapubis.
Pemeriksaan fisik
11
• Anemia dan kelainan jantung
• Pernapasan
• Adanya kejang-kejang
• Gangguan kesadaran
• Pembesaran ginjal
Test Diagnostik
Menyiapkan pasien yang akan dilakukan Clearens Creatinin Test (CCT) adalah:
g. Pemeriksaan pembantu
Tes buli-buli :
• Buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan 500 ml larutan garam faal yang
sedikit melebihi kapasitas buli-buli.
• Kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya cukup besar mungkin terdapat
rupture buli-buli.
12
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah bladder,
ditandai dengan :
3) Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma, ditandai dengan :
INTERVENSI KEPERATAN
Diagnosa pertma Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah
bladder
Intervensi :
Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umumtetapi dapat menunjukkan adanya
komplikasi
Rasional : Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasidan membantu meminimalkan nyeri
karena gerakan.
Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan.
Diagnosa ke 2 Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria.
13
Intervensi :
1.Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya. Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung
kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
2.Observasi adanya darah dalam urine. Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal
dapat menyebabkan sepsis.
4.Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung. Rasional : Tindakan yang cepat /
tepat dapat meminimalkan kecacatan
Diagnosa ke 3. Gangguan pemenuhan aktifitas b.d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma,
ditandai dengan :
Intervensi :
1.Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4. Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan
bantuan yangdiberikan
2.Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali. Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan
mencegah penekanan pada daerah tubuh yang menonjol
3.Lakukan rentang gerak aktif dan pasif. Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus
4.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.Rasional : Bantuan yang memberikan sangat
bermanfaat untuk menghemat energi yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan
luka
Intervensi :
1.Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaranpasien. Rasional : Terjadinya
perubahan tanda vital merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan
curah jantung.
2.Berikan cairan IV sesuai kebutuhan. Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat
memperbaiki curah jantung.
3.Berikan O2 sesuai kebutuhan. Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan
kerja jantung
14
5.Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan bedah. Rasional : Tindakan
yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih memburuk.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
4. Kecemasan berkurang.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera kandung
kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin
untuk menjadi luka daripada satu kosong (arif muttaqin : 211)
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong
sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan
komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan
trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh
sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum
dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang
lebih spesifik.
B. Saran
Semoga dengan makalah para pembaca dapat mengambil ilmu dan apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar kiranya pembaca dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun untuk kebaikan semua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dincel C, Cascurlu T, Resim S, Bayraktar Z, Tasci A, Sevin G. Fracture of the Penis. Eastern Journal
of Medicine. 1998.3 (1) : 17 – 19.
Jack GS, Garraway I, Reznichek R, Rajfer J. Current Treatment Options for Penile Fractures. Reviews
in Urology. 2004. 6(3):115-20.
Kolfman L, Cavalcanti AG, Manes CH, Filho DR, Favorito LA. Penile Fracture – Experience in 56
Cases. International Braz.J.Urol. 2003.29(1):35–39.
17