BAB 1
PENDAHULUAN
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.1,4
resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif,
1
dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.1,8
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
luka tembus abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang
hidup dalam kolon (pada kasus ruptura appendik) yang mencakup Eschericia coli
atau Bacteroides. Sedangkan stafilokokus dan streptokokus sering kali masuk dari
luar.1,2
obstruksi usus.2
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau
timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan
3
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Dibagian belakang struktur ini melekat pada tulang belakang sebelah atas pada iga,
dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai
lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kuitis dan sub kutis, lemak
sub kutan dan facies superfisial ( facies skarpa ), kemudian ketiga otot dinding perut
tengah terdiri dari sepasang otot rektus abdominis dengan fascianya yang di garis
tengah dipisahkan oleh linea alba.1,2 Dinding perut membentuk rongga perut yang
iatrogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada pernafasan juga pada proses
berkemih dan buang air besar dengan meninggikan tekanan intra abdominal.2
4
Gambar 1 :Tampak anterior otot dinding abdomen dan penampang melintang otot
abdomen11
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
peritoneum visceral, yang menyelaputi semua organ yang berada di dalm rongga
nyeri lepas.1,2 Ruang yang bisa terdapat di antara dua lapis ini disebut ruang
gesekan yang berarti. Cairan peritoneum yang diproduksi berlebihan pada kelainan
meter2, sama dengan luas permukaan kulit orang dewasa. Fungsi peritoneum adalah
5
difusi air, elektrolit, makro, maupum mikro sel. Oleh karena itu peritoneum punya
kemampuan untuk digunakan sebagai media cuci darah yaitu peritoneal dialisis dan
menyerap cairan otak pada operasi ventrikulo peritoneal shunting dalam kasus
hidrochepalus.3,4
1.Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa).
perempuan mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui tuba uterina, uterus
letak intraperitoneale, seperti pada lambung, jejunum, ileum, dan limpa. Sedangkan
dan pancreas.1,3,4
dengan alat viscera lainnya seperti dengan hepar (omentum minus), dengan colon
6
transversum dan sigmoideum. Mesenterium dan omentum berisi pembuluh darah
mempersarafi kulit dan otot yang ada si sebelah luarnya. Iritasi pada peritoneum
parietale memberikan rasa nyeri lokal, namun insicipada peritoneum viscerale tidak
7
perdarahan.1,2,3 Persarafan dinding perut dipersyarafi secara segmental oleh
Sangat penting untuk memahami posisi dari alat-alat viscera abdomen agar
dapat segera mengetahui atau memperkirakan alat apa yang terkena tusukan pada
perut: .
Hepar merupakan suatu organ yang besar yang mengisi bagian atas rongga
abdomen.
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah per melekat pada
hepar.
umbilicalis
pada lien.
Lien terletak pada bagian atas kiri dari rongga abdomen antara lambung dan
Ren terletak pada dinding belakang abdomen posterior dari peritoneum parietale di
Glandula suprarenalis terletak pada dinding belakang abdomen di sisi kana dan kiri
columna vertebralis.
8
Jejunum mengisi bagian atas kiri rongga abdomen dan ileum mengisi bagian kanan
Colon terbentang mengelilingi jejunum dan ileum, terbagi atas caecum, colon
2.3. Etiologi
1. Peritonitis primer
2. Peritonitis sekunder
gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan
infeksi. 3,4,5
9
Iritasi bakteri : Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii
pecah, ruptur buli dan ginjal.
Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke
dalam
cavum peritoneal.
3. Peritonitis Tersier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi
kuman, danakibat tindakan operasi sebelumnya. 2,3
2.4. Patofisiologi
dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi
usus.2
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit
oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan
10
organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum
dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada,
serta muntah.2
sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar
luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa
ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah
dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
11
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk
keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang
dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang
demam selama kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise
yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum
peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat
seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di daerah
epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau
perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase
mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan mengurangi keluhan
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
12
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem
bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
general.2,5
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul
organ yang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai
dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia
sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat
dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah
lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi
gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak
peritonium.2,4,8
Jenis Peritonitis
Peritonitis Aseptik.
Terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus peritonitis di Inggris, dan biasanya
sekunder dari perforasi ulkus gaster atau duodenal. Peritonitis steril dapat
13
Peritonitis bilier
2. kolesistitis akut
3. trauma
4. idiopatik
1. Cairan pankreas
Misalnya dari pankreatitis akut, trauma. Pankreatitis bisa disebabkan karen proses
amilase.
2. Darah.
3. Urine
4. Meconium
Adalah campuran steril dari sel epitel, mucin, garam,, lemak, dan bilier dimana
Peritonitis TB
14
1. secara langsung melalui limfatik nodul, regio ileocaecal atau pyosalping TB.
kronik (onsetnya lebih spesifik, dengan nyeri perut, demam, penurunan berat badan,
keringat malam, massa abdomen). Makroskopik, ada 4 bentuk dari penyakit ini :
abdominal.
Peritonitis Klamidia
Fitz Hugh Curtis sindroma dapat menyebabkan inflamasi pelvis dan digambarkan
benda asing granulomata apabila benda-benda itu bertemu pada rongga peritoneum
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda
dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah
usus.4
15
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan
terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.4 Rangsangan
bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri
jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lain.4,5
2.6 Diagnosis
nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan
pemeriksaan abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi
baik. Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis
damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan
adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin
hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya
usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis
biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended. 1,2
16
Palpasi : Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral
yang sangat sensitif. Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling
sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak
dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak
nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity)
somatik). Defans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada
inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan3,5
setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk
melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
1,5
udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui
pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak
hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara
bebas tadi.7,8
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan
adanya kelainan di daeah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Nyeri
pada semua arah menunjukkan general peritonitis. Colok dubur dapat pula
17
membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus, karena pada paralisis
dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula
usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang
sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga
anteroposterior ( AP ).
2.Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
3.Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
18
Gambar 3 Foto BNO pada peritonitis.8
dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur.
tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan
didapat.2,10
2.8. Penatalaksanaan
Konservatif
19
- Memuasakan pasien
1. Pemberian oksigen
Adalah vital untuk semua pasien dengan syok. Hipoksia dapat dimonitor oleh pulse
2. resusitasi cairan
dikateterisasi untuk memonitor output urine tiap jam. Monitoring tekanan vena
sentral dan penggunaan inotropik sebaiknya digunakan pada pasien dengan sepsis
atau pasien dengan komorbid. Hipovolemi terjadi karena sejumlah besar cairan dan
elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan
3. analgetik
4. Antibiotik
Harus spektrum luas, yang mengenai baik aerob dan anaerob, diberikan intravena.
Cefalosporin generasi III dan metronidazole adalah strategi primer. Bagi pasien
atau yang sedang mendapatkan perawatan intensif, dianjurkan terapi lini kedua
20
antifungal juga harus dipikirkan untuk melindungi dari kemungkinan terpapar
Definitif
Pembedahan
1. Laparotomi
Biasanya dilakukan insisi upper atau lower midline tergantung dari lokasi yang
- mengkontrol origin sepsis dengan membuang organ yang mengalami inflamasi atau
- Peritoneal lavage
terencana biasanya dibuat dengan membuka dinding abdomen dengan pisau bedah
diingat bahwa tidak semua pasien sepsis dilakukan laparotomi, tetapi juga
masalah dan kontrol pada sepsis saat operasi adalah sangat penting karena sebagian
21
2. Laparoskopi
Teori bahwa resiko keganasan pada hiperkapnea dan syok septik dalam
pada kasus perforasi kolon, tetapi angka konversi ke laparotomi lebih besar. Syok
3. Drain
Efektif digunakan pada tempat yang terlokalisir, tetapi cepat melekat pada
laparotomi.
2.9. Komplikasi
1. Syok Sepsis1,10
22
2. Abses intraabdominal atau sepsis abdominal persisten. 10,11
perkutaneus dengan antobiotik pilihan terbaik merupakan terapi pada tempat yang
terlokalisir. Terapi antibiotik disesuaikan dengan kultur yang diambil dari hasil
- Usia
- Penyakit kronis
- Wanita
3. Adhesi
2.10. Prognosa
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada
BAB III
KESIMPULAN
23
Peritonitis adalah peradangan peritoneum ( membran serosa yang melapisi
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda
dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah
usus.4
dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
hilang yang dilakukan secara intravena , pemberian antibiotic yang sesuai, dan
pembuangan dari focus infeksi dari organ abdomen. Prognosis untuk peritonitis
DAFTAR PUSTAKA
24
2. Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intraabdomen
dalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal
489 – 493
3. Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah,
Ed.7, alih bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.
4. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.
5. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997.Gawat Abdomen, dalam Buku ajar
Ilmu Bedah; 221-239, EGC, Jakarta.
6. Price, Sylvia. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
25
26