Esofagitis
Esofagitis (kerusakan mukosa esofagus) adalah komplikasi paling umum dari GERD, terjadi
pada sekitar 50% pasien .Esofagitis dapat didiagnosis menggunakan endoskopi, meskipun tidak
selalu dapat dihargai pada endoskopi. Sebanyak 50% pasien dengan gejala GERD tidak
menunjukkan bukti esofagitis pada endoskopi. Namun, dokumentasi dari komplikasi ini penting
dalam mendiagnosis GERD. Derajat esofagitis dijelaskan oleh klasifikasi Savary-Miller sebagai
berikut.
Tingkat I – Eritema
Striktur
Penyempitan adalah bentuk esofagitis lanjut dan disebabkan oleh kelainan fibrosis akibat cedera
kronis yang dalam. Penyempitan dapat menyebabkan disfagia dan kerongkongan pendek.
Penyempitan refluks gastroesofageal biasanya terjadi pada esofagus menengah ke distal dan
dapat divisualisasikan pada studi saluran GI atas dan endoskopi. Adanya striktur dengan riwayat
refluks juga dapat membantu mendiagnosis GERD. Pasien datang dengan disfagia pada makanan
padat dan muntah makanan yang tidak dicerna.
Barrett’s Esophagus
Barrett’s Esophagus didefinisikan sebagai adanya epitel kolumnar yang dicurigai pada
pemeriksaan endoskopi dan terbukti dengan histologi yang membutuhkan adanya metaplasia
intestinal. Konsensus Asia Pasifik untuk GERD menekankan pentingnya konfirmasi histologis
yang menunjukkan epitel kolumnar dengan metaplasia intestinal dan tidak hanya berdasarkan
diagnosis endoskopi, juga digaris bawahi bahwa biopsi yang secara akurat merefleksikan
perubahan Barrett harus dilakukan setelah GERD diterapi secara adekuat. Untuk kondisi-kondisi
dimana ada kecurigaan metaplasia esofagus dari pemeriksaan endoskopi, namun masih
menungggu konfirmasi histopatologi, maka dapat digunakan istilah kecurigaan endoskopi ada
perubahan epitel toraks
Adenokarsinoma Esofagus
Barret’s esophagus dengan tipe usus metaplasia yang memiliki potensial ganas dan merupakan
faktor resiko untuk pengembangan adenokarsinoma esofagus .
Bisa disebabkan regurgitasi asam / water brash, dimana adanya aspirasi asam ke laring dan paru
sehingga mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan batuk kronik, asma dan suara serak.
Sumber:
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesofageal
Reflux Disease/GERD) Indonesia. 2004.