OLEH:
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Oleh :
NIM. C2222016
(Ns. I.A. Putu Dewi Pradnyani, S.Kep) (Ns. Ni Komang Matalia Gandhari, S.Kep., MH)
NIP. 197502181996032003 NIK.13.12.0067
Mengetahui
Ketua
B. Anatomi Fisiologi
1. Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya menyerupai
pyramid atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh
tubuh, terletak pada rongga torakspada bagian mediastinum. Ujung jantung
mengarah ke bawah, ke depan bagian kiri. Basis jantung mengarah ke atas , ke
belakang, dan sedikit kea rah kanan. Pada basis jantung terdapat aorta, batangnadi
paru, pembuluh balik atas dan bawahdan pembuluh balik paru.
Jantung manusia memiliki rongga dengan 2 atrium dan 2 ventrikel.
Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai
bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar
kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya.
Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
c. Katup-Katup Jantung
1) Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila
katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju
atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel
kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan
dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri
dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspidalis
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat
kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah
akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat
ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam
ventrikel kiri.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jenis-jenis yang paling penting, arteri dan
vena, juga disebut demikian karena mereka membawa darah keluar atau masuk ke
jantung. Kerja pembuluh darah membantu jantung tuk mengedarkan sel darah
merah atau eritrosit ke seluruh tubuh.dan mengedarkan sarimakanan, oksigen dan
membawa keluar karbon dioksida.
a. Pembuluh Nadi (Arteri)
1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis
2) Mempunyai dinding yang tebal
3) Mempunyai jaringan yang elastic
4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung
5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung
6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari
ventrikel sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel
dekstra).
7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
8) Arteri membawa darah dari jantung menuju ke seluruh tubuh.
9) Arteri terbesar: aorta.
10) Aorta berasal dari ventrikel kiri jantung, pangkal aorta : aorta asenden
—arcus aorta—aorta desendens (aorta torakalis di rongga dada dan
aorta abdominalis di rongga perut) lalu berakhir sebagai a. iliaca
komunis kiri dan kanan di rongga panggul.
b. Pembuluh Balik (Vena)
1) Mengembalikan darah ke jantung dilengkapi dengan katup
2) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena
pulmonalis
3) Mempunyai dinding yg tipis
4) Jaringannya kurang elastic
5) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
6) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.
7) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan
vena pulmonalis.
8) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi
kapiler.
c. Kapiler
1) Disebut juga pembuluh rambut
2) Terdiri dari sel-sel endotel
3) Diameter kira-kira 0,008 mm
4) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
5) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
6) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
7) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
8) Menyaring darah yang terdapat di ginjal
Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu :
a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan
berhubungan dgn darah.
b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan
termasuk otot polos.
c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang
berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2014).
C. Etiologi/Predisposisi
Menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu:
1. Hipertensi primer (essensial) :
a. Keturunan
b. Umur
c. Psikis
2. Hipertensi sekunder:
a. Penyakit ginjal (glumerulus nephitis akuta/kronika)
b. Tumor dalam rongga kepala
c. Penyakit syaraf
d. Toxemia gravidarum
Faktor yang menunjang:
1. Adakah riwayat penyakit system kardiovaskuler atau ginjal sebelumnya
2. Obesitas
3. Aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan)
4. Emosional/ketegangan mental
5. Umur semakin tua makin bertambah desakan (50-60)
(Arita Murwani, 2009).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
(Nurarif, 2015).
D. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Tekanan darah >140 mmHg sistol
2. Sakit kepala dan pusing
3. Epistaksis
4. Sesak napas
5. Emosi meningkat (tidak labil)
6. Susah tidur
7. Pandangan menjadi kabur kabur
8. Tegang pada leher.
(Mansjoer, 2010)
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Commision (JNC) 8
adalah prahipertensi, hipertensi tahap 1, dan hipertensi tahap 2.
a) Prahipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik 120-
139mmhgdan diastolic mencapai 80-89mmhg.
b) Hipertensi tahap 1 adalah tekana darah sistolik 140-159mmhg dan
diastolic 90-99mmhg
c) Hipertensi tahap 2 kondisi ini ditandai dengan tekana sistolik >
160mmhg dan diastolic >100mmhg.
E. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah.
Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami oleh
arteriolae sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae menyempit akan
menaikkan desakan darah. Stadium pertama dari hipertensi sensiil adalah
kenaikan tonus dari arteriolae.
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti penyempitan
arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor
dan kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan,
rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan dan faktor
keturunan, faktor umur. Faktor penyebab diatas dapat berpengaruh pada sistem
saraf simpatis.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi kelenjar adrenal terangsang,
vasokonstriksi bertambah. Medula adrenal mensekresi epinofrin menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat
respons vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
merangsang pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiptensin I dan
diubah menjadi angiotensin II yang mengakibatkan retensi natrium dan air yang
menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer, meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran balik darah vena ke
jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi untuk meningkatkan curah
jantung mengalami penurunan. Hal ini mempengaruhi suplai O2 miokardium
berkurang yang menimbulkan manifestasi klinis cianosis, nyeri dada/ angina,
sesak dan juga mempengaruhi suplai O2 ke otak sehingga timbul spasme otot
sehingga timbul keluhan nyeri kepala/pusing, sakit pada leher. Tingginya tekanan
darah yang terlalu lama akan merusak pembuluh darah diseluruh tubuh seperti
pada mata menimbulkan gangguan pada penglihatan, jantung, ginjal dan otak
karena jantung dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan
tingginya tekanan darah. Diotak tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan
intra kranial yang menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran, pusing,
mual/muntah dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai
menimbulkan kelumpuhan. (Smeltzer, 2012).
Pertimbangan gerontologist, perubahan stuktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahan perifer (Brunner & Suddarth, 2012).
F. Pathway
Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas
Elastisitas, Arteriosklerosis
Hipertensi
Perubahan struktur
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Penurunan
Rangsang
curah Fatique
Aldosterone
jantung
Edema
G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang menurut Murwani (2009):
a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien terlentang dan
tegak setiap 1-2 jam sekali
b. Mengukur berat badan,tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas)
c. Pemeriksaan khusus:
1) Jantung ( pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer, sesak napas)
2) ECG
3) Foto Thorax
4) Echocardiogram
5) Pada mata fundus copi (pembuluh darah pada retina menjadi tipis)
d. Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah, creatinin, ureum,
clearance, trigliserida, electrolit.
e. Pemeriksaan IVP.
2. Kriteria diagnostik dan pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011):
a. Kriteria diagnostik:
1) Tekanan darah diatas normal
2) Sebagian kecil mengeluh : sakit kepala, berdebar-debar, dll.
3) Gejala yang muncul tergantung organ yang terkena
b. Pemeriksaan penunjang:
1) Mencari factor resiko: kolesterol serum, trigliserida, gula darah.
2) Mencari komplikasi : ureum, kreatinin, proteinuria, ronsen torak
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan meperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti
hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
d. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
memunkginakn besat untuk seumur hidup.
e. Terapi :
1) Diet rendah garam
2) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa ( yoga, dll.)
3) Diuretic
4) Penghambat adrenergic
5) Penyekat alfa 1
6) Penyekat beta
7) Vasodilator
8) Penghambat ACE
9) Penghambat kalsium
f. Penyulit :
1) Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
2) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
g. Lama Perawatan : 1 minggu.
2. Keperawatan
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi (Pudiastuti,
2011).
1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi yaitu;
a. Biodata Data
Biodata dikaji dengan lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap,
umur, jenis kelamin, kawin/belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan alamat, identitas penangung meliputi : nama
lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Keadaan yang didapatkan pada saat
pengkajian misalnya pusing, jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah,
palpitasi, kelainan pembuluh retina (hipertensi retinopati), vertigo dan
muka merah dan epistaksis spontan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi
menjadi dua golongan :
a) Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak factor yang mempengaruhi seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan factor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti : obesitas, alcohol, merokok serta
polisetemia.
b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti :
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh factor keturunan yaitu jika orang tua
mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memiliki resiko tinggi
menderita penyakit seperti orang tuanya.
4) Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik,
factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik,
pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.
5) Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum
dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing
individu.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : pasien nampak lemah
b) Tanda-tanda vital Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal
dan nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan
diastolic di atas 90 mmHg.
c) Review of sistem
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, atherosclerosis, penyakit jantung
kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut.
Denyut apical : titik point of maksimum impuls, mungkin
bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar
bunyi jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis
valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak
terdengar di atas karotis femoralis atau epigastrium (stenosis
arteri).
Ekstremitas : perubahan warana kulit, suhu dingin, pengisian
kapiler mungkin lambat atau tertunda
- Neurosensory
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala sub
occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda :
Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi. Pola/isi
bicara, afek, proses pikir atau memori.
Respon motoric : penurunan kekuatan, genggaman tangan
Perubahan retinal optic : sclerosis, penyempitan arteri
ringan-mendatar, edema, papiladema, exudat, hemoragi.
- Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung),
Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi, Sakit kepala oxipital
berat, Nyeri abdomen/masa.
- Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut
dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,
ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/pengunaan otot aksesori pernafasan,
bunyi nafas tambahan, sianosis.
- Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hipotensi postural.
- Aktivitas sehari-hari
Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya :
infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukasi mencakup makanan tinggi
garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan
tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema,
kongesti vena, distensi vena jugularis, glikosuria (Bano,
2020).
Dengan kriteria hasil : a. Lakukan pengkajian nyeri a. Untuk mengetahui tingkat nyeri
komprehensif yang dialami pasien
NOC Label :
Kontrol nyeri
b. Ajarkan penggunaan teknik
a. Mampu mengenali kapan nyeri non farmakologi b. Untuk mengurangi efek
terjadi penggunaan obat.
c. Berikan individu penurun nyeri
b. Menggunakan Tindakan yang optimal dengan peresepan
pengurangan nyeri tanpa
analgesic c. Untuk mempercepat penurunan
analgesic
c. Menggunakan analgesic yang nyeri
d. Gali faktor-faktor penurun dan
direkomendasikan pemberat nyeri
d. Untuk mengetahui penyebab nyeri
NOC Label : dan cara menangani nyeri
mampu bergerak dengan atau tanpa alat a. Beri pasien pakaian yang tidak a. Untuk membebaskan gerak
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dengan Kriteria hasil : b. Sediakan tempat tidur c. Mencegah jatuh dah pusing secara tiba-
a. Pasein dapat bergerak dengan c. Dorong pasien untuk duduk di d. Untuk membantu pasien bergerak atau
b. Pasien dapat berdiri d. Terapkan/sediakan alat bantu e. Mencegah jatuh dan memudahkan
pengetahuan pasien dan keluarga a. Kaji tingkat pengetahuan a. Untuk mengetahui besarnya
pasien mengenai proses pemahaman penyakit
meningkat tentang penyakit. penyakit
memanajemen penyakit
4. EVALUASI
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan
respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Ada 2 komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu Proses Formatif dan hasil sumatif. Proses Formatif
berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan,
evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan dilaksanakan dan terus menerus
dilaksanakan sampai tujuan tercapai.
Hasil sumatif berfokus pada perubahan prilaku/status kesehatan pasien pada akhir
tindakanperawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir tindakan secara paripurna. Disusun
menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektif oleh pasien setelah diberikan
implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif apakah telah tertasi, teratasi
sebagian atau belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan tindakan yaitu
tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah
ditentukan,tujuan tercapai sebagian apabila jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajuan sama sekali (Abdul & Sjahranie, 2019).
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC: Jakarta.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K, Dochterman, J.M, & Wagner, C.M. (2017). Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Keenam. Mocomedia: Yogyakarta.
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeculapius FKUI: Jakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2017). Nursing Outcomes Classification (NOC)
Edisi Kelima. Mocomedia: Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis, Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus, Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction:
Yogyakarta.
Smeltzer, C. Suzanne & Bare, Brenda G. (2012). Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. EGC:
Jakarta.
Syaifuddin. (2017). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Salemba Medika
: Jakarta
Abdul, R., & Sjahranie, W. (2019). Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas
Marsita, S., Narmawan, & Indriastuti, D. (2020). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada
Lansia Di Wilayah Pesisir Puskesmas Abeli Kota Kendari, 02(01), 18–24.
Mulyani, S. siwi. (2019). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Tresna Werdha
Nirwana Puri Samarinda.
Rianto. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Jenis Makan Dan Frekuensi Makan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Desa Waturejo Ngantang Kabupaten Malang
Widodo. (2019). Studi Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny E. L Dengan Hipertensi Grade Iii Di
Puskesmas Penfui , Desa Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.” Journal Of Chemical
Information And Modeling, 53.