Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TRAUMA VISIKA URINARIA

Oleh :
Kelompok 3

Agus Arianto Nim : 2019.B.20.0500


Frimanto Nim : 2019.B.20.0504
Wiri Worda Nim : 2019.B.20.0508

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021

                                                                  

                                                                      BAB I
                                                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.

Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja yang
menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-buli.
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruptur kandung kemih
ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur ulang pelvis pada dinding depan
kandung kemih yang penuh.
B.     Tujuan Penulisan.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui:
a.       Defenisi
b.      Etiologi
c.       Patofisiologi.
d.      Manisfestasi klinik.
e.       Komplikasi.
f.       Pemeriksaan Diagnostik
g.      Penatalaksanaan

C.     Batasan Masalah.
Masalah-masalah yang akan kami  bahas dalam makalah ini adalah tentang defenisi, etiologi, tanda
dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan

D.    METODE PENULISAN.
Makalah ini dibuat dengan metode kepustakaan dengan mengumpulkan bahan dari buku-buku serta
mengumpulkan bahan-bahan dari internet.

BAB II

                                                LANDASAN TEORI

I.                   KONSEP DASAR PENYAKIT


A.    PENGERTIAN
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang
memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan
komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di
dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. ( R.
Sjamsuhidayat, 1998)
            Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan
cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih
penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong (arif muttaqin : 211)

B.     ETIOLOGI
            Ruptur kandung kemih terutama terjadi sehingga akibat trauma tumpul pada panggul,
tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam, dan
cedera dari luar, cedera iatrogenik dan patah tulang panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul
yang berasal dari fraktur dapat menusuk kandung kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas
ialah akibat trauma tumpul pada panggul atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas
massa urinaria yang terbendung di dalam kandung kemih yang menyebabkan rupture. Penyebab
iatrogenic termasuk pascaintervensi bedah dari ginekologi, urolodi, dan operasi ortopedi di dekat
kandung kemih. Penyebab lain melibatkan trauma obstetric pada saat melahirkan.

C.     PATOFISIOLOGI
            Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan kerja yang
menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika urinaria tumpul
dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan
patelegik sepetrti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma
vesika urinaria tajam akibat luka trusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat
melalui daerah suprapubik ataupun transperineal dan penyebablain adalah instrumentasi
urologic.Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada
kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa
eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal.
Rupture kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis
pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari
rongga perivesikal.
Pohon masalah :

nyeri
Asuhan keperawatan perioperatif
Sepsis peritonisis
Gangguan pemenuhan eliminasi urine
Tindakan pembedahan
Respon psikologis :  koping mal adaptif, kecemasan.
Ruptur kandung kemih
Spasme otot destrusor peregangan saraf infravesika
Respon perdarahan arteri panggul
Respons masuknya urine ke dalam peritoneum
Hematuria penurunan urine output anuria
Actual/resiko syok hipovolumik

kecemasan
 
D.    KLASIFIKASI.
a.       Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.
Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-100%).
Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang panggul.
Tingkat cidera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.
b.      Rupture kandung kemih intraperitoneal.
Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya urine secara horizontal
kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera adalah peningkatan tingkat tekanan
intravesikel secara tiba-tiba kekandung kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu
ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk
kedalam peritoneum.
c.       Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.
Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih seperti peluru
kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal itu akan
menyebabkan intraperitoneal, ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih.

E.     TANDA DAN GEJALA


a.       Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat
b.       Abdomen bagian tempat jejas/hemato
c.       Tidak bisa buang air kecil kadang keluar darah dari uretra.
d.      Nyeri suprapubik
e.        Ketegangan otot dinding perut bawah
f.       Trauma tulang panggul

F.      KOMPLIKASI
a.       Urosepsis.
Keracunan septic dari penahanan dan absorbs substansi urin.
b.      Klien lemah akibat anemia.

G.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK


·         Hematokrit menurun.
·         Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pindah atau tertekan.

H.    PENATALAKSANAAN
1.      Atasi syok dan perdarahan.
2.      Istirahat baring sampai hematuri hilang.
3.      Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal
dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
 BAB II
II.                KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN  TRAUMA VESIKA URINARIA.
A.    PENGKAJIAN.
Kaji mekanisme dari riwayat trauma pada kandung kemih. Kaji keluhan nyeri di daerah
suprasimfisis, miksibecampur draah atau mungkin pasian tidak dapat miksi.pemeriksaan secara
umum sering didapatkan adanya syok hipovolemik yang berhubungan dengan fraktur pelvis dan
perdarahan dalam massif. Sering didapatkan adanya tanda dan gejala sepsis peritonesis akibat
masuknya urine kedalam peritoneum.tanda-tanda klinis cedera landing kemih relative spesipik,
trias gejala ( gross hematuria, nyeri suprapubik, kesulitanvata ketidakmampuan untuk miksi).
        Inspeksi lokalis terdapat adanya tanda fraktur pubis, hematom perivesika. Pada urine output
didapatkan adanya hematuria, penurunan jumlah urine sampai anuria. Klien terlihat nyeri saat
berkemih.
        Pemeriksaan abdominal distensi, guarding, rebound tenderness, hilangnya/ penurunan suara
usus dan tanda-tanda iritasi [eritoneal menunjukan kemungkinan pecahnya kandung kemih
intraperitoneal.
        Pemeriksaan dubur harus dilakukan untuk mengevalasi posisi  prostat.  Posisi prostat yang
melayang atau pada posisi anatomis normal mengidinkasikan adanya cedera kandung kemih
disertai adanya cedera kandung kemih disertai adanya ruptur pada uretra.
        Pemeriksaan rigiditas cincin panggul dilakukan untuk menentukan stabilitas panggul
apabila didapatkan adanya riwayat trauma paggul.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1.      Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah bladder,
ditandai dengan :
·         Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena.
·         Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena.
·         Ekspresi wajah meringis / tegang.
Intervensi :
1.      Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya.( Rasional : Perubahan
dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi ).
2.      Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler.( Rasional : Mmemudahkan drainase cairan /
luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan ).
3.      Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnik relaksasi / visualisasi.
( Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan perhatian pasien ).
4.      Kolaborasi untuk pemberian analgesik.( Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang
membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan ).
• Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria.
Intervensi :
1.      Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya.( Rasional : Mengidentifikasi fungsi
kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan ).
2.      Observasi adanya darah dalam urine.( Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan /
ginjal dapat menyebabkan sepsis ).
3.      Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang.( Rasional :
Menurunkan metabolisme tubuh agar energi yang tersedia difokuskan untuk proses
penyembuhan pada ginjal ).
4.      Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung.( Rasional : Tindakan yang
cepat / tepat dapat meminimalkan kecacatan ).
• Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap
trauma, ditandai dengan :
·         Klien tampak lemah.
·         Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga.
Intervensi :
1.      Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4.( Rasional : Untuk menentukan tingkat
aktifitas dan bantuan yang diberikan ).
2.      Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.( Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh
dan mencegah penekanan pada daerah tubuh yang menonjol ).
3.      Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.( Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus ).
4.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.( Rasional : Bantuan yang memberikan sangat
bermanfaat untuk menghemat energi yang dapat digunakan untuk membantu proses
penyembuhan luka )
• Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh darah.
Intervensi :
1.    Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaran pasien.( Rasional : Terjadinya
perubahan tanda vital merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan
penurunan curah jantung).
2.    Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.( Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat
memperbaiki curah jantung).
3.    Berikan O2 sesuai kebutuhan.( Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu
menurunkan kerja jantung ).
4.    Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan.( Rasional : Untuk menghentikan atau
mengurangi perdarahan yang sedang berlangsung ).
5.    Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan bedah.( Rasional :
Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih memburuk ).
• Potensial infeksi b/d adanya luka trauma.
Intervensi :
1.    berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tekhnik cuci tangan yang baik.( Rasional
: Cara pertama untuk menghindari infeksi nasokomial ).
2.    Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan seperti adanya inflamasi.( Deteksi dini
perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan segera dan pencegahan
terhadap komplikasi selanjutnya ).
3.    Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam dan menggigil.( Rasional : Dapat
mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan
dengan segera ).
4.    Berikan antibiotik sesuai indikasi.( Rasional : Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien
yang mengalami trauma / perlukaan ).
• Potensial gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan
Intervensi :
1.      Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktifitas perawatan.( Rasional : Menurunkan beban
kerja miokard dan konsumsi oksigen )
2.      Pantau frekwensi dan irama jantung, perhatikan disritmia.( Rasional : Bila terjadi tachikardi,
mengacu pada stimulasi sekunder sistem syaraf simpatis untuk menekan respons dan
menggantikan kerusakan pada hypovolemia relatif dan hipertensi).
3.      Perhatikan kualitas / kekuatan dari denyut perifer.( Rasional : Pada awal nadi cepat / kuat
karena peningkatan curah jantung, nadi dapat menjadi lemah dan lambat karena hipotensi terus
menerus ).
4.      Berikan O2 sesuai kebutuhan.( Rasional : Memaksimalkan oksigen yang tersedia untuk
masukan seluler ).

                                                           BAB III

                        ASUHAN KEPERAWATAN


                            DENGAN TRAUMA VESIKA URINARIA

I.                   BIODATA
A.    IDENTITAS KLIEN
Nama                             : Ny.B
Umur                              : 29 tahun
Jenis kelamin                  : Perempuan
Agama                           : Islam
Suku / Bangsa                : Banjar / WNI
Pendidikan                     : SLTA
Bahasa                            : Banjar
Alamat                           : Batung Mandingin
Kiriman dari                   : IGD
Tgl masuk RS                 : 12 April 2012 Jam 11. 30 WITA
Tgl pengkajian               : 13  April 2012  Jam 10.00 WITA
No. Register                   : 4383/12
Diagnosa medis             : Trauma vesika urinaria
A.    PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama                             : Tn.K
Umur                              : 31 tahun
Pekerjaan                       : PNS
Agama                           : Islam
Hub. Dengan klien         : suami
Alamat                           : Batung Mandingin

II.      ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


A.    Alasan Dirawat
Kecelakaan lalu lintas dan nyeri abdomen bagian bawah dan keluar darah dari alat kelamin.
B.      Keluhan Utama
Nyeri abdomen bagian bawah dan klien tidak mampu BAK serta keluar darah dari alat kelamin.
1.      Provocative / Palliative
Disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan terbentur setang sepeda motor pada bagian pelvis,
nyeri akan bertambah jika klien melakukan pergerakkan, usaha yang dilakukan untuk
menghindari faktor penambah nyeri seperti hanya berdiam di tempat tidur, kadang-kadang untuk
mengurangi nyeri orang tua klien mengelus – elus bagian yang nyeri.
2.      Quality / Quantity
Nyeri dirasakan apabila klien banyak bergerak, nyeri seperti ditusuk - tusuk dan klien terlihat
meringis apabila nyeri itu timbul.
3.      Regional
Nyeri dirasakan pada bagian abdomen bagian bawah.
4.      Severity Scale
Berdasarkan pengkajian tanggal 13 april 2012 jam 10.00 WITA klien terlihat meringis kesakitan
dengan skala nyeri 2 (sedang), skala keparahan :
0 = tidak terdapat nyeri  2  = nyeri sedang                 4  = nyeri sangat berat
1 = nyeri ringan              3  = nyeri berat

5.      Timing
Nyeri timbul sesudah klien kecelakaan dan nyeri dirasakan sewaktu klien melakukan
pergerakkan dan lamanya nyeri yang dirasakan klien tidak menentu.

       III.      RIWAYAT KESEHATAN
A.    RIWAYAT KESEHATAN SEBELUM SAKIT
Sebelum dirawat klien tidak pernah mengalami sakit yang serius dan tidak ada riwayat alergi
obat atau makanan.
B.     RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pada hari minggu tanggal 12 april 2012 sekitar jam 11.00 WITA sehabis klien pulang dari rumah
keluarga. Ketika di jalan kendaraan klien menabrak kendaraan orang lain yang berlawanan arah
saat klien mau melewati tumpukkan pasir. Setelah terjadi tabrakan klien mengalami benturan
pada daerah abdomen bagian bawah akibat dari benturan setang sepeda motor klien dan terdapat
luka lecet pada bagian tangan dan lutut klien. Kemudian teman-teman dan orang tua klien
langsung membawa klien ke RSUD H. Damanhuri Barabai tanggal 12 april 2012 jam 11.30
WITA untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.
C.     RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Menurut keluarga klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan
keturunan seperti hipertensi dan DM.
Genogram                                                                                                                                                                 
           
KET :                                  
= perempuan                                                                = Klien

= Laki-laki                                                                    = tinggal serumah

       IV.      AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI


A.    MAKAN dan MINUM
Di rumah : pola makan klien 3 x sehari, dengan makanan yang pokok sehari-hari seperti nasi,
lauk pauk, sayur mayur dan juga bila ada buah-buahan. Klien minum air putih ± 7 –  9 gelas /hari
Di RS      : klien mengalami penurunan nafsu makan, porsi makan yang disediakan hanya ± 2 – 3
sendok yang dimakan. Klien minum ± 4 – 5 gelas/hari. Diet yang diberikan adalah bubur biasa
(TKTP).
B.     ELIMINASI (BAK dan BAB)
Di rumah : klien BAK ± 5 - 6 kali/hari, warna kuning jernih, bau khas, pola BAB 1 - 2 x sehari
dengan konsistensi padat.
Di RS      : pada saat pengkajian klien tidak ada BAB, dan klien tidak mampu BAK melalui
kateter  dan hanya darah segar didalam urinebag klien.
C.     ISTIRAHAT dan TIDUR
Di rumah   : klien tidur ± 6 – 7 jam pada malam hari dan jarang tidur siang.
Di RS         : klien istirahat cukup, hanya diam di tempat tidur dan klien bisa tidur.
D.    AKTIVITAS
Di rumah    : klien sebagai pelajar SLTA 2 Barabai.
Di RS        : klien tidak dapat beraktivitas karena mengalami nyeri pada bagian abdomen bawah
akibat benturan, terdapat lecet pada tangan dan lutut klien, serta skala aktivitas 2 (dibantu orang
lain)
E.     KEBERSIHAN DIRI
Di rumah : mandi 2 kali sehari, gosok gigi setelah habis makan, cuci rambut tiap hari dan
potong kuku bila dirasa klien panjang.
Di RS      : klien tidak pernah mandi tapi klien hanya diseka oleh orang tuanya atau
keluarganya.
F.      REKREASI
Dirumah : klien sering menonton TV, mendengarkan musik, dan jalan-jalan.
Di RS      : selama dirawat klien tidak pernah nonton TV dan mendengarkan
  musik maupun jalan-jalan.
          V.      PSIKOSOSIAL
A.    PSIKOLOGIS
Klien berharap semoga penyakitnya akan segera sembuh dan menganggap bahwa kejadian ini
adalah suatu cobaan dari Allah SWT. Keadaan klien tampak lemah dan emosi klien tampak
stabil, klien juga dapat beradaptasi dengan lingkungan RS dan dapat menerima segala tindakan
yang diberikan untuk kesembuhannya.
B.     SOSIAL
Klien dapat diajak bekerja sama dengan baik demi kesembuhannya, hubungan klien dengan
keluarga klien baik ini terlihat dari banyaknya keluarga yang menjenguk dan menemaninya saat
klien dirawat di RS dan hubungan klien dengan tenaga medis cukup baik.
C.     SPIRITUAL
Klien beragama Islam, selama dirawat klien tidak dapat melaksanakan shalat tetapi klien hanya
berdoa untuk kesembuhannya.
       VI.      PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : lemah
       Kesadaran            : Compos Menthis        (GCS : E4, V5, M6)
       Penampilan          : lemah
      · TD   :   110/80 mmhg                ·        Temp 36,7 ° C.
      · Nadi  :  80 x / mnt                     ·        Resp :  24 x / mnt.
·    BB sebelum MRS : 52 kg         ·        BB MRS  : 51 kg
·    TB klien  : 157 cm

B. Head to Too
A.      Kepala
Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala tegak dapat digelengkan ke kiri /
kekanan, tidak terdapat luka jahitan.
B.      Rambut
Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.
C.     Mata (Penglihatan)
Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi penglihatan baik, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, klien tidak memakai alat bantu penglihatan / kacamata, dan
visus mata 6/6.
D.    Hidung (Penciuman).
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, polip dan tidak ada peradangan,
terlihat bersih (tidak ada benda asing atau secret serta kotoran yang menempel)
E.      Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat luka danj klien tidak
mengguanakan alat bantu pendengaran.
F.     Mulut dan Gigi
Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi lengkap, kebersihan gigi cukup baik,
tidak tercium bau mulut, fungsi pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak ada masalah
dalam menelan tapi klien cuma kurang nafsu makan.
G.    Leher
Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat pembesaran getah bening
maupun kelenjar tiroid, dan tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
H.    Thorax (Fungsi Pernafasan)
Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak nafas / tidak menggunakan alat
bantu pernafasan, dada teraba datar dan tidak ada nyeri tekan dan tidak terdengar bunyi nafas
tambahan ronchi dan wheezing.
I.        Abdomen
Inspeksi      : bentuk simetris, tampak kebiruan pada perut bagian bawah.
            Auskultasi  : bising usus normal 8x/m
            Perkusi       : -
            Palpasi        : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.

J.       Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, terpasang kateter dan keluar darah saat BAK melalui kateter.
K.    Ekstremitas
Atas     : Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infuse RL 20 tetes/menit dan
               ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat luka lecet.
Bawah : Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut dan nyeri
            apabila digerakkan.
L.     Integument
Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo matang, suhu 36,7 ºC, dan
terdapat hematume serta lesi.
    VII.      PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
Tanggal 13 april 2012
Hb                : 11,9 gram                  ( Normal          : 11,5 – 15,5 gram %)
Lekosit         : 7.430 / mm               ( Normal          : 6 – 10 ribu/ mm)
Thrombosit   : 271.830 / mm           ( Normal          : 200 – 50.000 / mm)
Gula darah Sewaktu : 104 mg/dl     ( Normal          : < 220 mg/dl )

                                                           BAB IV
                                                         PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang
memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan
komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di
dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. ( R.
Sjamsuhidayat, 1998)
            Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan
cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih
penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada satu kosong (arif muttaqin : 211)

B.    SARAN
Semoga dengan makalah para pembaca dapat mengambil ilmu dan apabila terdapat kekurangan
dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar kiranya pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yag membangun untuk kebaikan semua.

Anda mungkin juga menyukai