Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS PADA Tn.W


DENGAN PERFORASI GASTER
DI RUMAH SAKIT ISLAM PURWOKERTO RUANG ICU

Disusun Oleh :

Teza Cahya Fitriani


190106150

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...................................................) (...................................................)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN
2022
A. Definisi

Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek


dari lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam
rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya
kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan istilah
peritonitis). Perforasi lambung  berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang di
sebabkan karna kebocoran asam lambung ke dalam rongga perut. Perforasi dalam
bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan
bedah (Herdman.2015)

Perforasi dalam bentuk apapun yang terjadi dan mengenai saluran


pencernaan merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan terutama dalam
kegawatan bedah. Penatalaksanaan bedah yang dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut adalah laparatomi eksplorasi. (Helmi ZN.2011).

Perforasi pada saluran cerna sering di sebabkan oleh penyakit-penyakit


seperti ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna, atau trauma.
Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut abdomen. Penyebabnya
antara lain yaitu ulkus peptik, inflamasi divertikulum kolon sigmoid, trauma,
perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan tumor ganas. Perforasi
dapat terjadi di rongga abdomen (perforatio libera) atau adesi kantung buatan
(perforatio tecta).

Perforasi terjadi apabila isi dari kantung masuk ke dalam kavum abdomen,
sehingga menyebabkan terjadinya peritonitis. Contohnya seperti pada kasus
perforasi gaster atau perforasi duodenum. Selain itu, 10  –   15 % pasien yang
didiagnosa divertikulitis akut akan berkembang menjadi perforasi. Pasien biasanya
akan datang ke tempat perawatan dengan gejala peritonitis umum. Kadar mortalitas
secara relatifnya tinggi yaitu hampir 20  –  40 %. Kebanyakkan disebabkan oleh
komplikasi seperti syok septik kegagalan multi organ. Kecederaan berkaitan usus
yang disebabkan endoskopi (endoscopy-associated bowel injuries) jarang
menyebabkan terjadinya perforasi.

B. Etiologi

Perforasi non-trauma:
1. Akibat faktor predisposisi: termasuk ulkus peptic
- Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma
- Benda asing misalnya jarum pentul dapat menyebabkan perforasi esophagus,
gaster, atau usus dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dan sepsis
2. Perforasi trauma (tajam atau tumpul):
- Trauma iatrogenic setelah pemasangan pipa nasogastric saat endoskopi
- Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen
- Trauma tumpul pada gaster

C. Klasifikasi

1. Tipe I: paling sering,terjadi sepanjang kurvatura minor,biasanya terjadi


disekitar incisura angularis.
2. Tipe II: biasanya dua ulkus,pada corpus gaser dan di duodenum
3. Tipe III: prepyloric
4. Tipe IV: jarang terjadi,terjadi pada kurvatura minor dekat dengan
gastroesophageal junction
Tipe I dan IV tidak berhubungan dengan produksi asam. Tipe II dan III
berhubungan dengan hipersekresi asam.

D. Antomi dan Fisiologi

Lambung merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak di antara


esofagus dan duodenum. Dari hubungan anatomi topografik lambung-duodenum
dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat diperkirakan bahwa tukak peptik akan
mengalami perforasi ke rongga sekitarnya secara bebas atau penetrasi ke dalam
organ di dekatnya,bergantung pada letak tukak.

Berdasarkan faalnya, lambung dibagi dalam dua bagian. Tiga perempat


proksimal yang terdiri dari fundus dan korpus, berfungsi sebagai penampung
makanan yang ditelan serta tempat produksi asam lambung dan pepsin, sedangkan
dinding korpus, tebal dan kuat lapisan ototnya. Di belakang dan tepi madial
duodenum terdapat arteri besar (arteri gastroduodenalis). Perdarahan hebat bisa
terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak  peptik lambung atau duodenum.

Fungsi utama lambung adalah penerima makanan dan minuman, dikerjakan


oleh fundus dan korpus , dan penghancur dikerjakan oleh antrum, selain turut
bekerja dalam  pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam lambung dan pepsin.
Fungsi motilitas yang  berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan (mencapai
1500ml) dan pencampuran makanan serta pengosongan lambung diatur oleh
n.vagus.

Cairan lambung yang jumlahnya bervariasi antara 500-1500 ml/hari


mengandung lendir, pepsinogen, faktor intrinsik dan elektrolit, terutama larutan
HCl. Sekresi basal cairan ini selalu ada dalam jumlah sedikit. Produksi asam
merupakan hal yang kompleks, namun secara sederhana dibagi atas tiga fase
perangsangan yaitu: Pertama fase sefalik merupakan rangsang yang timbul akibat
melihat, menghirup, merasakan, bahkan berpikir tentang makanan akan
meningkatkan produksi asam melalui aktivitas n.vagus, Kedua fase gastrik adalah
distensi lambung akibat adanya makanan atau zat kimia yang merangsang sel
parietal untuk memproduksi asam lambung, dan Ketiga fase intestinal yaitu
hormon enterooksintin merangsang produksi asam lambung setelah makanan
sampai di usus halus.

E. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan


mikroorganisme lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan
orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak
berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster. Namun, mereka
yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko terhadap kontaminasi
peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke rongga
peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak
ditutup dan partikel makanan mencapai rongga  peritoneal, peritonitis kimia
bertahap menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa
jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis bakterial kemudian.

Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi


akut. Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi,
membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang
diakibatkan di area pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan
aktivitas fagosit granulosit ,degradasi sel,hipertonisitas cairan membentuk
abses,efek osmotik,mengalirnya lebih banyak cairan ke area abses, dan pembesaran
abses abdomen. Jika tidak diterapi,  bakteremia, sepsis general, kegagalan multi
organ, dan syok dapat terjadi.

F. Pathway
G. Tanda dan Gejala

Perforasi gaster akan menyebabkan peritonitis akut.Penderita yang


mengalami perforasi akan tampak kesakitan hebat,seperti ditikam di perut.Nyeri ini
timbul mendadak,terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsang
peritoneum oleh asam lambung,empedu danatau enzim pankreas.Cairan lambung
akan mengalir ke kelok parakolika kanan,menimbulkan nyeri perut kanan
bawah,kemudian menyebar ke seluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut.

Pada awal perforasi,belum ada infeksi bakteria,fase ini disebut fase


peritonitis kimia.Adanya nyeri di bahu menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
di permukaan bawah diafragma.Reaksi peritoneum berupa  pengenceran zat asam
yang merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk  sementara sampai kemudian
terjadi peritonitis bakteria.

Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskuler.


Pekak hati bisa hilang karena adanya udara bebas di bawah diafragma.Peristaltis
usus menurun sampai menghilang akibat kelumpuhan sementara usus.Bila telah
terjadi peritonitis bakteria,suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
hipotensi,dan penderita tampak letargik karena syok toksik. Rangsangan peritoneum
menimbulkan nyeri pada setia gerakan yang menyebabkan  pergeseran peritoneum
dengan peritoneum.

Nyeri subjektif dirasakan waktu penderita bergerak,seperti berjalan,


bernapas,menggerakkan badan,batuk,dan mengejan.Nyeri objektif berupa nyeri
ketika digerakkan seperti pada saat palpasi,tekanan dilepaskan,colok dubur,tes
 psoas,dan tes obturator.

H. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1. Radiologi
Radiologis memiliki peran nyata dalam menolong ahli bedah dalam
memilih  prosedur diagnostik dan untuk memutuskan apakah pasien perlu
dioperasi. Deteksi  pneumoperitoneum minimal pada pasien dengan nyeri
akut abdomen karena perforasi gaster adalah tugas diagnostik yang paling
penting dalam status kegawatdaruratan abdomen, dengan menggunakan
teknik radiologi maka dapat mendeteksi jumlah udara sebanyak 1 ml.
dalam melakukannya, perlu teknik foto abdomen klasik dalam posisi
berdiri dan posisi lateral decubitus kiri.

2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut
abdomen. Pemeriksaan ini khususnya berharga untuk mendeteksi cairan
bebas di pelvik kecil menggunakan teknik kandung kemih penuh.
Kebanyakan, ultrasonografi tidak dapat mendeteksi udara bebas.

3. CT Scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah  perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif.
I. Komplikasi

a. Infeksi luka,angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada


gaster
b. Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan
luka operasi)
dapat terjadi segera atau lambat

J. Masalah Keperawatan

1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan bradipnea


2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan mukosa asam lambung

K. Intervensi Keperawatan

1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan bradipnea


1) Monitor TTV
2) Monitor Ventilator
3) Kaji GCS pasien
4) Pantau Keadaan Umum pasien
5) Berikan osigen 6 L/M
6) Kolaborasi dengan tim medis terkait perawatan

2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan mukosa asam lambung


1) Monitor TTV
2) Lakukan pengkajian komprehensif nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekwensi, kwalitas, intensitas atau derajat nyeri, dan
faktor yang menimbulkan.
3) Tanyakan pada klien kapan nyeri menjadi lebih buruk dan apa yang
dilakukan untuk menguranginya
4) Posisikan pasien senyaman mungkin
5) Bantu ADL (Activity Daily Living) pasien
6) Pastikan pasien mendapat perhatian mengenai perawatan dengan
analgesic
7) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi (ketorolac)
DAFTAR PUSTAKA

Helmi ZN.2011.Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletel.Jakarta: Salemba Medika

Herdman,T.H.2015.Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-


2017.Jakarta : EGC

Capernito,Lynda Juall 2010.Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Ed.13.Jakarta:EGC

Price&Wilson.2012.Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai