Anda di halaman 1dari 3

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul ataupun

trauma tembus. Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul ataupun luka tajam.
Trauma abdomen adalah semua jenis cedera fisik yang mengenai daerah abdomen atau perut
dimana setiap rudapaksa terjadi pada dinding abdomen. Bagaimana pun ringannya dapat
disertai oleh lesi yang serius dari organ visera di dalam perut dan organ tersebut dapat saja
mengalami cedera yang serius tanpa tanda-tanda trauma yang jelas pada dinding perut. Organ
visera yang padat di dalam abdomen (hepar, lien, pankreas, ginjal) terletak tinggi di dalam
rongga abdomen dan sebagian besar terlindung oleh tulang iga, sedangkan organ yang
berongga (usus, vesica felea, ureter dan lambung) lebih terbuka terhadap trauma.

Trauma abdomen pada isi abdomen, terdiri dari :

Perforasi organ viseral intraperitoneum, cedera pada isi abdomen mungkin di sertai
oleh bukti adanyacedera pada dinding abdomen.
Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen, luka tusuk pada abdomen dapat
menguji kemampuandiagnostik ahli bedah.
Cedera thorak abdomen, setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atausayapkanan dan hati harus dieksplorasi.

PERFORASI ORGAN HOLLOW VISCUS

1. Perforasi gastrointestinal

Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari


dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga
perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya kontaminasi
bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan istilah peritonitis). Perforasi
lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang disebabkan karena kebocoran
asam lambung ke dalam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai
saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan bedah.

Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme lainnya
karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma
abdominal memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak berada pada resiko
kontaminasi bakteri yang mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang
memiliki maslah gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada
perforasi gaster. Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering
menimbulkan peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan
mengenai rongga peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah oleh perkembangan
yang bertahap dari peritonitis bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam
antara peritonitis kimia awal dan peritonitis bakterial lanjut.

Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari proksimal samapi ke distalnya. Beberapa
bakteri menempati bagian proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian distal dari
usus kecil (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E.Coli) dan anaerob (
Bacteriodes fragilis (lebih banyak)). Kecenderungan infeksi intra abdominal atau luka
meningkat pada perforasi usus bagian distal. Adanya bakteri di rongga peritoneal
merangsang masuknya sel-sel inflamasi akut. Omentum dan organ-organ visceral cenderung
melokalisir proses peradangan.

Hipoksia yang diakibatkannya didaerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri


anaerob dan menggangu aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada
peningkatan aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan cairan
sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan yang lebih banyak ke
lokasi abscess, dan diikuti pembesaran abses pada perut. Jika tidak ditangani terjadi
bakteriemia, sepsis, multiple organ failure dan shock. Hal ini bisa menyebabkan produksi
urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok
sepsis. Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan.

Inspeksi abdomen

Pada inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan
kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang
disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang
membuncit dan tegang atau distended.

Auskultasi abdomen

Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di
abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuk pasien. Auskultasi
dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan
suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau
menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga
menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik).Sedangkan pada peritonitis
lokal bising usus dapat terdengar normal.

Perkusi

Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan
bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan
shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi
abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi. Pada pasien dengan keluhan nyeri
perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk membantu penegakan
diagnosis. Nyeri pada satu sisi menunjukkanadanya kelainan di daeah panggul, seperti
apendisitis, abses, atau adneksitis.
Nyeri pada semua arah menunjukkan general peritonitis. Colok dubur dapat pula
membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus, karena pada paralisis dijumpai
ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps.

Palpasi abdomen

Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat sensitif. Bagian
anterior dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan
di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai
pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans
muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum
parietale (nyeri somatik). Defans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan
padainspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan. Pada
saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekansetempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan
menghindari gerakan atau tekanan setempat.

Anda mungkin juga menyukai