Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari peritonoitis? ditambahin kyk di bab 2 kack
2. Jelaskan tentang Etiologi terjadinya Peritonoitis
3. Bagaimana proses patofisiologi dari Peritonoitis
4. Sebutkan tanda dan gejala Peritonoitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan terjadinya Peritonoitis ?
Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian dari peritonoitis
2. Dapat menjelaskan tentang etiologi terjadinya proses peritonoitis
3. Menjelaskan proses patofisiologi dari peritonoitis
4. Dapat menjelaskan tanda dan gejala peritonoitis
5. Dapat menjelaskan penatalaksanaan terjadinya Peritonoitis
BAB 2
A. KONSEP MEDIS
● Definisi Peritonitis
Menurut Price & Wilson, 2006, Peritonitis adalah peradangan peritoneum
(membrane serosa yang melapisi rongga abdomen) yang merupakan penyulit
berbahaya yang terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini
biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen (misalnya,
apendisitis, salpingitis), perforasi saluran cerna atau dari luka tembus
abdomen.
● ANATOMI
Peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling komleks yang
terdapat dalam tubuh. Membran serosa tersebut membentuk suatu kantung
tertutup (coelom) dengan batas-batas:
- anterior dan lateral : permukaan bagian dalam dinding abdomen
- posterior : retroperitoneum
- inferior : struktur ekstraperitoneal di pelvis
- superior : bagian bawah dari diafragma
● Peritoneum dibagi atas :
- peritoneum parietal
- peritoneum viseral
- peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin, mesocolon,
mesosigmidem, dan mesosalphinx.
● Klasifikasi
- Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum,
kuman masuk kedalam rongga peritoneum
melalui aliran darah / pada pasien perempuan melalui
genital
- Peritonitis Sekunder.
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam
jumlah yang cukup banyak
- Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga
peritoneum misalnya pemasangan kateter. Kateter ventrikula –
peritoneal Kateter peritoneal – jugular (Padila, 2012).
● Etiologi
Infeksi bakteri, seperti:
- Ulkus perforasi: Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastro-
intestinal
- Appendicitis perforasi: Komplikasi utama dari appendiks
- Diverkulitis: suatu kondisi di mana divertikuli di usus pecah
- Perforasi usus
- Luka tembak
- Luka tusuk
● Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen kedalam rongga
abdomen abdomen biasanya akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma,
perforasi tumor. Terjadi proliferasi bacterial. Terjadi edema jaringan, dan
dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris
seluler, dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas,
diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus
(Smeltzer Bare, 2002: 1103).
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara perlekatan
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi
menghilang, tetapi tetap menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat
menyebabkan terjadinya obstruksi usus (Price &
Wilson, 2005: 449).
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau
bila infeksi menyebar akan menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.
Dengan timbulnya peritonitis generalisata, aktifitas peristaltic berkurang
sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang.
Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, menyebabkan terjadinya
dehidrasi, gangguan sirkulasi, oliguria, mungkin syok. Perlekatan dapat
terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat
menggganggu pulihnya motilitas usus dan menyebabkan terjadinya obstruksi
usus (Price
& Wilson, 2005: 449).
● GEJALA KLINIS
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat
dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat
ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan
saat penderita bbergerak.
● Gejala lainnya meliputi:
- Demam : Temperatur lebih dari 380C, pada kondisi sepsis
berat dapat hipotermia
- Mual dan muntah : Timbul akibat adanya kelainan patologis
organ visera atau akibat iritasi peritoneum
- Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong
diafragma mengakibatkan kesulitan bernafas.
● Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah : gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi
abdomen ke paru, pembentukan luka dan pembentukan abses (Rudi, 2012).
● Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Radiografi abdomen
- USG Pelvis
- Parasintesis abdomen
- 5 CT Scan, scintigrafhy, MRI
● Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan pasien peritonitis penggantian cairan, koloid dan
elektrolit adalah focus utama. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri
antiemetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi
oksigen dengan kanul nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara
adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bentuk ventilasi
diperlukan. Terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi
hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic danterapi
modulasi responperadangan.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan pasca operasi Laparatomy
adalah (Herdman 2012) :
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh. Definisi : asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan katakteristik :
1) Kram abdomen dan nyeri abdomen.
2) Menghindari makanan.
3) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal atau penurunan berat
badan dengan asupan makanan adekuat.
4) Kerapuhan kapiler.
5) Diare.
6) Kehilangan rambut berlebih.
7) Bising usus hiperaktif.
8) Kurang makanan dan kurang informasi.
9) Kurang minat terhadap makanan.
10) Tonus otot menurun.
11) Mengeluh gangguan sensasi rasa.
12) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (Recommended Daily Allowance).
13) Sariawan rongga mulut.
14) Steatore.
15) Kelemahan otot mengunyah dan otot untuk menelan. Faktor yang berhubungan :
a. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
b. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
c. Ketidakmampuan menelan makanan.
d. Faktor psikologis.
b) Nyeri akut.
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenagkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa, awitannya yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung selama < 6 bulan.
Batasan karakteristik :
1) Perubahan selera makan.
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung.
4) Perubahan frekuensi pernafasan.
5) Laporan isyarat.
6) Diaforesis.
7) Perilaku distraksi.
8) Mengekspresikan perilaku (merengek, menangis,gelisah).
9) Sikap melindungi area nyeri.
10) Melaporkan nyeri secara verbal.
11) Perubahan posisi untuk melindungi nyeri.
12) Gangguan tidur. Faktor yang berhubungan :
1) Agens cidera (misalnya, biologi, fisik, zat kimia, psikologis) c) Hambatan
mobilitas fisik. Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan karakteristik :
1) Penurunan waktu reaksi.
2) Kesulitan membolak-balik posisi.
3) Dispnea setelah beraktivitas.
4) Perubahan cara berjalan.
5) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
6) Keterbatasan rentang pergerakan sendi.
7) Pergerakan lambat.
8) Pergerakan tidak terkoordinasi.
Faktor risiko :
1) Penyakit kronis (DM/Obesitas)
2) Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen.
3) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
a. Gangguan peristaltik.
b. Kerusakan integritas kulit.
c. Trauma jaringan
d. Penurunan hemoglobin
Intervensi
BAB 3
TINJAUAN KASUS SEMU
5) Pemeriksaan fisik
a. TTV
- Kesadaran = Composmentis
- GCS = E = 4, V = 5, M = 6
- Tekanan Darah = 110/ 70 mmHg
- Nadi = 76 x/i
- Pernapasan = 20 x/i
b. Antropometri
- Sebelum sakit: TB = 168 cm BB = 58 Kg
- Saat mengkaji: Tinggi Badan = 168 cm Berat Badan = 58 Kg
c. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada benjolan, tidak
ada tumor, warna rambut hitam, penyebaran rambut merata.
d. Mata
Bola mata lengkap dan simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
tidak ikterus, kornea dan iris jernih dan tidak ada kelainan, lapang pandang
dapat dilakukan klien, ketajaman penglihatan dapat membaca koran dan
majalah dalam jarak 30 cm, di bawah mata terdapat lingkaran hitam.
e. Hidung
Posisi septum nasi ditengah, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada edema, tidak
ada benjolan, tidak ada deviasi septum, tidak ada polip, patensi jalan nafas
sama.
f. Telinga
Bentuk telinga kiri dan kanan simetris, daun telinga elastic bersih, lubang
telinga tidak ditemukan serumen dan peradangan, membrane timpani terdapat
sedikit serumen, tidak terdapat nyeri tekan dan edema pada telinga kiri dan
kanan
g. Mulut dan faring
Mukosa mulut lembab, tidak pucat, terdapat stomatitis pada bibir klien, pada
palatum tidak terdapat palato skiziz, gusi warnanya kemerahan, lidah bersih,
tonsil normal.
h. Leher
Posisi trakea tegak lurus ditengah, (tidak ada terdapat deviasi), tiroid tidak
tampak adanya pembesaran, tidak ada edema, massa, perdarahan, suara vokal
jelas dan tidak parau, kelenjar limfe tidak ada peradangan, denyut nadi karotis
teraba jelas dan stabil
i. Kulit
Kulit klien teraba hangat, turgor kulit elastis
j. Dada
- Inspeksi : bentuk thoraks kanan dan kiri simetris, pernafasan vesikuler
20 x/i irama nafas teratur, tidak ada edema, pengembangan dada
simetris, retraksi dinding dada simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan massa, vocal premitus teraba sama,
batas paru-hepar ICS 5
- Perkusi : bunyi hepar pekak, bunyi paru sonor
- Auskultasi : terdapat bunyi bronchial diatas sternum, bunyi bronco
vesikuler di ics 2, dan bunyi vesikuler disemua lapang paru serta tidak
ada bunyi jantung tambahan.
k. Jantung
- Inspeksi : tidak ada kemerahan, tidak ada edema, tidak ada massa, nadi
teraba 76 x/ i, batas jantung atas ICS 2, batas jantung bawah ICS 5.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : bunyi jantung S1 (loop-loop), bunyi jantung S2 (lup-lup), S1
terdengar pada mid clavikula, S2 pada ICS 2
- Auskultasi : tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
l. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada kemerahan, bentuk perut buncit, terdapat bekas
jahitan Post Op Laparatomy dengan panjang 23 cm, luka laparatomy
terlihat kering, terdapat pada selang drain di lumbal dextra, cairan
drain 90 cc, warna cairan drain hijau kecoklatan. tidak ada pembesaran
dan pelebaran pembuluh darah.
- Auskultasi : bising usus terdengar 18 x/i
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada lumbal dextra, hepar tidak teraba,
dan tidak ada tanda-tanda asites.
- Perkusi : terdengar bunyi timpani pada abdomen
m. Muskuloskeletal
Kedua tungkai tampak simetris, tidak tampak edema, tidak ada kelainan pada
ekstermitas dan klien dapat bergerak dengan bebas.
n. Genetalia dan perineal
Klien tidak terpasang kateter, dan tidak ada kelainan pada perianal.
o. Columna vertebralis
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada nyeri tekan.
6) Pemeriksaan penunjang
● pemeriksaan laboratorium 26-06-2012
● faal ginjal
● faal hati
● eletrolit
● faal hati
● eletrolit
● faal ginjal
B. Diagnosa
Analisis data
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
27-06-2012 S :
23.05 - pasien mengatakan skala nyeri 0
- pasien mengatakan tidak
merasakan nyeri
O:
- pasien tidak menggunakan
kacamata baca
- pasien terlihat tenang dan rileks
- tidak ada respon negatif obat
injeksi
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
27-06-2012 S :
18.10 - pasien mengatakan masih terasa
sakit pada selang drain
- pasien mengatakan skala nyeri 1
O:
- tidak ada kemerahan pada selang
drain dan luka jagitan
- jumlah cairan drian 5 cc
- warna cairan drain kecoklatan
- hasil TTV : TD : 120/80 mmHg; P
: 20 x/i; N : 80 x/i; ST : 36,1 º
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- mengukur tanda-tanda vital dengan
sering
- melakukan tindakan invasive
(perawatan & pengangkatan selang
drain, serta pemasangan kolostomi
beg)
- memberikan obat injeksi 1x1
botol, neropenem 1x1 gr
28-06-2012 S :
18.10 - pasien mengatakan senang
-
O:
- hasil TTV : TD : 120/80 mmHg; P
: 20 x/i; N : 72 x/i; ST : 36 ºc
- Akral pasien terasa hangat
- jumlah cairan tubuh sekitar 100 cc
- Tidak ada kemerahan pada area
luka
- Warna cairan tubuh kecoklatan
- Kolostomi beg sudah terpasang
- tidak ada tanda negatif dari injeksi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
27-06-2012 S :
23.15 - pasien mengatakan tidur selama 6
jam
- pasien mengatakan mandi
O:-
A : masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
- menganjurkan pasien untuk
melakukan personal hygiene