Anda di halaman 1dari 25

PATOLOGI PENYAKIT

SISTEM PENCERNAAN 2
ALVIN ABDILLAH
KLASIFIKASI

 PENYAKIT PADA SELAPUT RONGGA PERUT (PERITONITIS)


 HERNIA
 APENDISITIS
PERITONITIS
 Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya
akan vaskularisasi dan aliran limpa. Peritonitis adalah suatu respons
inflamasi atau supurasi dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi
kimiawi atau invasi bakteri (Soeparman, 2000).
Etiologi
Infeksi bakteri
Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal, misalnya :
 Appendisitis yang meradang dan perforasi
 Tukak peptik (lambung / duodenum)
 Tukak thypoid
 Tukak disentri amuba / colitis
 Tukak pada tumor
 Salpingitis (peradangan tuba falopi)
 Divertikulitis (abses dinding kolon)
 Bakteri yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus  dan  hemolitik, stapilokokus
aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
Patofisiologi
 Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam
rongga abdomen, diakibatkan beberapa etiologi tsb
 Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril
(kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam
terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan
pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh
dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang
rusak dan darah. Respon yang segera dari saluran intestinal adalah
hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan
udara dan cairan di dalam usus besar.
Klasifikikasi

a. Ditinjau dari penyebab, peritonitis dibagi menjadi:


 Penyebab primer (peritonitis spontan) 90% kasus infeksi disebabkan
oleh mikroba, 40% oleh bakteri gram negative, E.Coli 7%,
Klebsiela, pneumonia, spesies pseudomonas, proteus dan gram
negative lain sebanyak 20%, sementara bakteri gram positif yakni
15%, jenis steptococus, dan golongan stapylococus 3%.
 Penyebab sekunder, Seperti perforasi apendisitis, perforasi ulkus
peptikum, dan duodenum, perforasi kolon akibat kanker, hernia
inkaserata.
Manifestasi klinis
 Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa
penderita peritonitis umum.
 Demam
 Distensi abdomen
 Nyeri tekan abdomen
 Bising usus tak terdengar/Penurunan peristaltik.
 Nausea
 Vomiting
Diagnostik
Test laboratorium
 Leukositosis
 Hematokrit meningkat
 Asidosis metabolik
X. Ray
 Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan
: Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis, usus
halus dan usus besar dilatasi, udara bebas (air fluid level) dalam
rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Penatalaksanaan

 Pemberian cairan koloid dan kristaloid


 Pemberian obat symptomatik
 Dekompresi dan pengisapan membantu dalam menurunkan distensi
abdomen.
 Terapi oksigen sesuai indikasi
 Tindakan pembedahan
HERNIA

 Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui bagian


lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui bagian lemah dari lapisan muscullo-
apponeurotic dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan
isi hernia (Sjamsuhidajat et al, 2010).
Klasifikasi
1) Hernia Inguinalis: hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
2) Hernia femoralis: hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
3) Hernia umbilikalis: hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut
4) Hernia diafragmatik: hernia yang masuk melalui lubang diafragma
ke dalam rongga dada.
5) Hernia nucleus pulposus (HNP).menekan tulang belakang
Etiologi

 Adanya peningkatan tekanan intra abdominal akibat adanya


tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat
benda berat atau menangis.
 Dapat juga terjadi karena anomaly congenital
Patofisiologi

 Faktor kongenital & Faktor hamil, batuk kronis, mengangkat benda


berat, factor usia>>masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis>>jika cukup panjang akan menonjol keluar dari annulus
inguinalis eksternus.
Gejala klinis

 Sebagian besar hernia adalah asimtomatik


 Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat
paha (tergantung letak hernia) yang timbul pada waktu mengedan
menghilang waktu istirahat baring
Penatalaksanaan
 Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga
harus memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis,
obstruksi prostat, tumor kolon, ascites
a. Herniotomi : membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi
kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia.
b. Herniografi : membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang
kanalis inguinalis
c. Hernioplasti : tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis
APENDISITIS
 Apendisitis merupakan peradangan yang berbahaya jika tidak
ditangani segera bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams
& Wilkins, 2011).
 Apendisitis adalah suatu peradangan yang berbentuk cacing yang
berlokasi dekat ileosekal (Reksoprojo, 2010)
Klasifikasi
 Apendisitis akut, radang mendadak di apendiks yang memberikan
tanda, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
 Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut
bagian kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama sembuh
spontan.
 Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang
setelah apendiktomi.
Etiologi

 Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi


faktor penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor
apendiks, dan cacing askaris dapat juga menyebabkan sumbatan.
 Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis yaitu erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica
(Sjamsuhidajat, 2010).
Patofisiologi
 Apendisitis dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang
keras. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan
dengan asupan makanan yang rendah serat. Pada stadium awal apendisitis, terlebih
dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa
dan melibatkan peritoneal. Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada
permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang
bersebelahan. Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke
dalam lumen yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai
apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi
nekrosis ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum,
abses local akan terjadi (Burkit, Quick & Reed, 2007).
Manifestasi Klinis
 nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti anoreksia,
nausea dan muntah, ini berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.
 Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke nyeri pindah ke kanan bawah
dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc.
Burney, nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung, nyeri pada
kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan, nyeri pada
kuadran kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam,
berjalan, batuk, dan mengedan, nafsu makan menurun, demam yang
tidak terlalu tinggi, biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare.
Titik mc Burney’s Point
Diagnostik

a. Laboratorium Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat rentang


10.000 –hingga 18.000 / mm3, kemudian neutrofil meningkat 75%,
dan WBC meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya
perforasi (jumlah sel darah merah)
b. Data Pemeriksaan Diagnostik Radiologi yaitu pada pemeriksaan ini
foto colon menunjukkan adanya batu feses pada katup. Kemudian pada
pemeriksaan barium enema :menunjukkan apendiks terisi barium
hanya sebagian.
Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga
(Brunner & Suddarth, 2010), yaitu:
a. Sebelum operasi
1) Observasi : Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu
diobservasi ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas.
Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh
diberikan bila dicurigai adanya apendisitis. Diagnosis ditegakkan
dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah setelah timbulnya
keluhan.
 Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan
antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak memerlukan
antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik
dapat mengakibatkan abses atau preforasi.
b. Operasi : apendiktomi
 Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai