Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS

By : Erlin Ifadah
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS
A. DEFINISI
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan
oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum)—
lapisan membran serosa rongga abdomen dan dinding perut
sebelah dalam. Peradangan ini merupakan komplikasi
berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari
organ-organ abdomen (misalnya, apendisitis, salpingitis),
rupture saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. 
Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala,
di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muskular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
B. ETIOLOGI

Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas


penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan
dengan proses patologis pada organ viseral), atau penyebab
tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang
adekuat).
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah:
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering
menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus,
kandung empedu atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum
sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak
berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan
peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati. 
2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif
melakukan kegiatan seksual 
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin
disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk
yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia) 
4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan
bisa berkumpul di perut (asites) dan mengalami
infeksi 
5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu
pembedahan. Cedera pada kandung empedu,
ureter, kandung kemih atau usus selama
pembedahan dapat memindahkan bakteri ke
dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama
pembedahan untuk menyambungkan bagian
usus. 
6. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal)
sering mengakibatkan peritonitis. 
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada
pipa saluran yang ditempatkan di dalam
perut. 
7. Iritasi tanpa infeksi; Misalnya peradangan
pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak
pada sarung tangan dokter bedah juga dapat
menyebabkan peritonitis tanpa infeksi. 
C. PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh
bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas
pada pemukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul
ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni
dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke
dalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi,
syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Pembentukan abses pada peritonitis pada
prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang
melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman
– kuman itu sendiri untuk menciptakan keadaan
kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah
bakteri yang banyak tubuh tidak mampu
mengeliminasi kuman dan berusaha menghentikan
penyebaran kuman dengan membentuk
kompartemen – kompartemen yang dikenal
sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah
besar itu bisa berasal dari berbagai sumber, yang
paling sering ialah kontaminasi bakteri transien
akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang
merusak keadaan abdomen. 
D. MANIFESTASI KLINIK
 Nyeri abdomen menyebar, konstan,
diperberat oleh gerakan
 Mual, muntah
 Penurunan peristaltik sampai hilang
 Suhu badan meningkat pada peritonitis
bakterial
 Nadi meningkat, hipotensi, letargi dan syok
 Leukosit meningkat
E. DIAGNOSA MEDIK
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan
secara klinis dengan adanya nyeri abdomen
(akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul
dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum
viseral) kemudian lama kelamaan menjadi
jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada
keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu,
misalnya perforasi lambung, duodenum,
pankreatitis akut yang berat, atau iskemia
usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di
berbagai lokasi.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi
berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang
sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi,
hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang
hebat biasanya memiliki punctum maximum di
tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding
perut akan terasa tegang, biasanya karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar
untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau
bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum.
Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat
apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut,
atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses
yang terlokalisasi dengan baik.
Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring
dan berdiri. Gas bebas yang terdapat dalam
perut dapat terlihat pada foto rontgen dan
merupakan petunjuk adanya perforasi.
Kadang-kadang sebuah jarum digunakan
untuk mengeluarkan cairan dari rongga perut,
yang akan diperiksa di laboratorium, untuk
mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan
memeriksa kepekaannya terhadap berbagai
antibiotika. Pembedahan eksplorasi
merupakan teknik diagnostik yang paling
dapat dipercaya.
F. PENATALAKSANAAN
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus
utama dari penatalaksanaan medis. Beberapa liter
larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena
sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen
usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran
ke dalam ruang vaskuler.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik
dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam
menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan
fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat
menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru
dan menyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen
dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan
oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi
Tindakan bedah mencakup mengangkat
materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab.
Tindakan pembedahan diarahkan kepada
eksisi terutama bila terdapat apendisitis,
reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus),
memperbaiki pada ulkus peptikum yang
mengalami perforasi atau divertikulitis dan
drainase pada abses. Pada peradangan
pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit
radang panggul pada wanita, pembedahan
darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan
antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa
macam antibiotik diberikan bersamaan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-
scan dan USG merupakan pilihan tindakan
nonoperatif yang mulai gencar dilakukan
karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini
lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif
dibanding laparoskopi, karena seringkali letak
luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga
hasilnya tidak optimal. Sebaliknya,
pembedahan memungkinkan lokalisasi
peradangan yang jelas, kemudian dilakukan
eliminasi kuman dan inokulum peradangan
tersebut, hingga rongga perut benar-benar
bersih dari kuman.
G. KOMPLIKASI
• Syok hipovolemik
• Abses Residual Intra Peritoneal
• Sepsis intra abdomen
• Portal pyemia (misal. Abses hepar)
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : Kesulitan ambulasi
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi
(tanda syok), edema jaringan.
3. Eliminasi
Gejala : Ketidakmampuan defekasi dan flatus.
Diare (kadang-kadang)
Tanda : Cegukan, distensi abdomen, abdomen diam.
Penurunan haluaran urin, warna gelap.
Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang
timbul, bising usus kasar (obstruksi); kekakuan
abdomen, nyeri tekan. Hiperresonan/timpani (ileus);
hilang suara pekak di atas hati (udara bebas dalam
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah; haus.
Tanda : Muntah proyektil.
Membran mukosa kering, turgor kulit buruk.
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen tiba-tiba berat, umum atau
local, menyebar ke bahu, terus menerus oleh
gerakan.
Tanda : Distensi, kaku, nyeri tekan.
6. Pernapasan
Tanda : Pernapasan dangkal, takipnea.
7. Keamanan
Gejala : Riwayat inflamasi organ pelvic(salpingitis) ,
infeksi pasca melahirkan.
8. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : Riwayat adanya trauma penetrasi
abdomen, contoh luka tembak/tusuk atau
trauma tumpul pada abdomen; perforasi
kandung kemih/ruptur; penyakit saluran Gi
contoh apendisitis dengan perforasi,
gangren/ruptur kandung empedu; perforasi
karsinoma gaster, perforasi gaster/ulkus
duodenal; obstruksi gangrenosa usus; perforasi
divertikulum, ileitis regional, hernia strangulasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Nyeri berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga
abdomen 
Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam
nyeri hilang / terkontrol 
Kriteria hasil : pasien menyatakan nyeri terkontrol / hilang 
Intervensi : 
a. Kaji derajat nyeri 
Rasional : untuk membandingkan derajat nyeri pada
kondisi sebelumnya. 
b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi 
Rasional : untuk mengontrol keluhan nyeri 
c. Berikan lingkungan yang nyaman 
Rasional : untuk memberikan keuntungan emosional,
mengurangi nyeri 
d. Kolaborasi pemberian analgetik 
Rasional : untuk menghilangkan nyeri 
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan
cairan dari ekstraseluler, intraseluler ke area peritonium. 
Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, diharapkan
volume cairan adekuat.
Kriteria :
 TTV stabil
 Turgor kulit baik
 Mukosa lembab
 Menunjukkanperubahan keseimbangan cairan.
Intervensi :
a. Kaji TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi
b. Pantau masukan dan haluran
Rasional : untuk menentukan balance cairan.
c. Kolaborasi pengawasan hasil laboratorium, elektrolit
Rasional : menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan
terapi.
d. Kolaborasi pemberian cairan parental
Rasional : penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
penurunan peristaltik usus. 
Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam,
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria hasil :
 Menunjukkan peningkatan berat badan
 Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Intervensi :
a. Timbang berat badan tiap 2 hari sekali
Rasional : untuk menunjukkan keefektifan terapi.
b. Auskultasi peristaltik usus
Rasional : peningkatan bising usus menandakan kembalinya
fungsi usus.
c. Berikan kebersihan oral
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
d. Kolaborasi rujuk dengan ahli gizi
Rasional : untuk menentukan program diet yang tepat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai