Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

D DENGAN
NEOPLASMA OVARIUM KISTA DI RUANG
KAMAR OPERASI RS HERMINA DEPOK

Disusun oleh :
VENY FEBRIANI
NRP. 10018

BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


RUMAH SAKIT HERMINA DEPOK
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sholawat serta salam tetap
tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW serta berkat bimbingan dadi
perawat pembimbing lapangan, penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan
dengan judul “Asuhan Keperwatan pada Ny. D dengan Neoplasma Ovarium Kista
di Ruang Kamar Operasi RS Hermina Depok”. Asuhan keperawatan ini disusun
guna melengkapi persyaratan kenaikan golongan Perawat Pelaksana di RS
Hermina Depok.

Asuhan keperawatan ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari banyak
pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, dan teman diskusi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Endang Rosalina, Amd. Kep selaku Kepala Perawat Ruang Kamar
Operasi RS Hermina Depok.
2. Ibu Apelia Hotmaida, Amd. Kep selaku Perawat Pembimbing Lapangan
Ruang kamar Operasi RS Hermina Depok.
3. Orang tua dan keluarga penulis serta orang-orang terdekat penulis yang telah
memberikan dukugan moril maupun materiil kepada penulis.
4. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
penyusunan asuhan keperawatan ini.

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari


sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................3
A. Medis.........................................................................................................3
B. Keperawatan............................................................................................16
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................23
A. Pengkajian Pre Operasi............................................................................24
B. Pengkajian Intra Operasi..........................................................................30
C. Pengkajian Post Operasi..........................................................................31
D. Analisa Data.............................................................................................32
E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Patoflow Kasus.............................34
F. Perencanaan Keperawatan.......................................................................35
G. Pelaksanaan Keperawatan.......................................................................37
H. Evaluasi Keperawatan.............................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................41
A. Pengkajian................................................................................................41
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................41
C. Perencanaan Keperawatan.......................................................................42
D. Pelaksanaan Keperawatan........................................................................43
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................43
BAB V PENUTUP.................................................................................................44
A. Simpulan..................................................................................................44
B. Saran........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Pathways Kanker Mammae........................................................... 8

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan (Teori)….................................................. 20


Tabel 3.1. Pengkajian Risiko Jatuh (Pre Operasi)............................................ 26
Tabel 3.2. Pemeriksaan Radiologi................................................................... 29
Tabel 3.3. Pemeriksaan Laboratorium............................................................. 30
Tabel 3.4. Pengkajian Risiko Jatuh (Post Operasi)……………........................... 31
Tabel 3.5. Analisa Data................................................................................. 32
Tabel 3.6. Intervensi Keperawatan.................................................................. 35
Tabel 3.7. Implementasi Keperawatan............................................................. 37
Tabel 3.8. Evaluasi Keperawatan.................................................................... 39

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor ovarium masih sering ditemukan akibat kurangnya perhatian
dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan dan evaluasi
dini penyakit kandungan. Sebagian besar masyarakat akan mengunjungi pusat
kesehatan untuk berobat apabila telah mengalami keluhan-keluhan yang dirasa
cukup berat. Tidak sedikit mereka telah mengunjungi dan mencoba
pengobatan alternatif. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari
jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat
solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan histopatologinya bisa bersifat
jinak atau ganas.
Beberapa penelitian di Indonesia, seperti Kartodimejo di Yogyakarta
tahun 1976 mendapatkan angka kejadian kanker ovarium sebesar 30,5% dari
seluruh keganasan ginekologi, Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan
7,4% dari tumor ginekologi, Danukusumo di Jakarta pada tahun 1990
mendapatkan kejadian kanker ovarium sebesar 13,8% dari seluruh keganasan
ginekologi, dan Fadlan di Medan pada tahun 1981–1990 melaporkan sebesar
10,64% dari seluruh keganasan ginekologi. Berdasarkan laporan dari Badan
Registrasi Kanker (BRK) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
2005 yang diperoleh dari 13 laboratorium pusat Patologi Anatomi di seluruh
Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi relatif kanker ovarium menempati
urutan ke 4 diantara 10 tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi
pada pria dan wanita (4401 kasus) dan menempati urutan ke 6 tumor tersering
menurut tumor primer yang terjadi pada wanita di Jakarta (871 kasus).
Penatalaksanaan dari sudut pandang anestesi pada pasien dengan
neoplasma ovarium menjadi suatu tantangan karena membutuhkan persiapan
yang matang dan memiliki risiko tinggi selama periode perioperatif. Pada
tumor ovarium kistik dengan ukuran besar dapat menimbulkan komplikasi
serius apabila tidak dilakukan persiapan dan penatalaksaaan yang tepat.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan tersebut, penulis ingin menyusun

1
2

asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. D


dengan neoplasma ovarium kista di Ruang Kamar Operasi RS Hermina
Depok”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan neoplasma
ovarium kista di Kamar Operasi RS Hermina Depok
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan
b. Mampu menetapkan diagnosis keperawatan
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR

A. Medis
1. Definisi
Saydam (2012) mengatakan bahwa kista ovarium merupakan
penyakit tumor jinak yang bertumbuh pada indung telur perempuan.
Biasanya berupa kantong kecil yang berbeda dengan penyakit kanker yang
berisi cairan atau setengah cairan.
2. Etiologi
Arif,dkk (2016) mengatakan faktor resiko pembentukan kista ovarium
terdiri
dari:
a. Usia
Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita
kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang,
akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun)
lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
b. Status menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi
tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita
menopause yang rendah.
c. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan
dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan).
Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista
berkembang.
Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua
pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
e. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid yang

3
4

dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH (Thyroid


Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH
merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium
folikel.
f. Merokok
Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk pertumbuhan
kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium dan
semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika seseorang merokok.
g. Ukuran massa
Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5 cm dan
akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada wanita
pascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki kemungkinan
besar bersifat ganas.
h. Kadar serum petanda tumor CA-125
Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium
tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada usia
reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL, sedangkan
pada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.
i. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium, payudara,
dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah keluarga
yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat tingkat
hubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita terkena
kista ovarium.
j. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista
ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar
estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel.
k. Obesitas
Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena kista
ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi banyak
jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone estrogen, yang dapat
5

mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen merupakan faktor utama dalam


terbentuknya kista ovarium.
Jenis-jenis Kista ovarium
Menurut Wiknjosastro (2008), kista ovarium terbagi dua yaitu:
a. Kista ovarium neoplastik
1) Kistadenoma ovarii serosum
Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak
ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50%
kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista
berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil dari rata-rata ukuran
kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan.
2) Kistadenoma ovarii musinosum
Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total tumor
jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini pada
umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosum
tampak bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang.
Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti
sel bewarna sel gelap terletak di bagian basal. Dinding kistadenoma
musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktul epitel
endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon di mana
cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet.
3) Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor
ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak diderita oleh
gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
4) Kista ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai
sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dindingkista
tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai,
dapat terjad putaran tungkai dengan gejala-gejala mendadak.
5) Kista endometroid
6

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding


dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel endometrium.
b. Kista ovarium non neoplastik
1) Ovarium polisistik (Stein-Leventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polisistik ditandai dengan pertumbuhan polisistik
kedua ovarium, amnorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas.
Sekitar 50% pasien mengalami hirsutiseme dan obesitas. Walaupun
mengalami pembesaran ovarium, ovarium polisistik juga mengalami
sklerotika yang menyebabkan permukaannya bewarna putih tanpa
identasi seperti mutiara sehingga disebut juga sebagai ovarium kerang.
Ditemukan banyak folikel berisis cairan di bawah fibrosa korteks yang
mengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karena
mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang
sama.
2) Kista folikuler
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di
ovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra
ovulasi (2,5 cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge)
dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada
beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial
dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi
ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang
sekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan.
3) Kista korpus luteum
Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum
atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi.
Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka.
a) Kista granulosa lutein
Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium.
Setelah ovulasi, dinding sel garnulosa mengalami luteinisasi. Pada
tahap berikutnya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah rongga
membentuk korpus hemoragikum. Reabsorpsi darah ini
7

menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein yang


persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut
yang juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang
menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat
menyebabkan torsi ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat
atau perdarahan.
b) Kista theka lutein
Biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan.
Kista sering kali bersamaan dengan ovarium polisistilk, mola
hodatidosa, koro karsinoma, terapi hCG dan klomifen sitrat. Tidak
banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umunya
tidak diperlukan tindakan pembedahan untuk menangani kista ini
karena kista dapat menghilang secara spontan setelah evakuasi
mola, terapi korio karsinoma, dan penghentian stimulasi ovulasi
dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista
dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka
diperlukan tindakan laparatomi untuk menyelamatkan penderita.
4) Kista inklusi germinal
Terjadi karena invagimasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak pada
wanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1
cm. Kista biasanya ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium
yang diangkat waktu operasi. Kista terletak dibawah permukaan
ovarium, dindingnya terdiri atad satu lapisan epitel kubik dan isinya
jernih dan serus.
4. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak
1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur
satu
tahun ovarium berisi folikel kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsang
8

oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak, bersamaan dengan


lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative pada
hipotalamuspituitari
neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000
sampai 500.000 unit dari selama 35-40 tahun dalam masa kehidupan
reproduksi, 400-500 mengalamai proses ovulasi, folikel primer akan
menipis
sehingga pada saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal.pada
rentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi peningkatan hilangnya
folikel
berhubungan dengan peningkatan FSH. Peningkatan hilangnya folikel
kemungkinan disebabkan peningkatan stimulasi FSH.
Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi
hipotalamus-hipofisis-gonad di mana melibatkan folikel dan korpus
luteum,
hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan faktor autokrin atau parakrin
bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista ovarium yang berasal dari
proses
ovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular
dan
luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian
cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan,
kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropin
diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus
menghasilkan gonadotrophin releasing hormone (GnRH), yang disekresi
secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis
untuk
menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi
juga.
Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi
9

peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat
dan
kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadi
penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin
tersebut.
Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan merupakan bukti
pasti
terjadi kegagalan ovarium (Prawirohardjo,2011).
Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang
berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
akan mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua
karena
darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amnorea
diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan
rasa
berat di perut bagian bawah dan perdarahan berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur (Wiknjosastro, 2008).
5. Manifestasi klinis
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala.
b. Nyeri saat menstruasi.
c. Nyeri pada perut bagian bawah.
d. Nyeri saat berhubungan badan.
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki.
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil.
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
7. Respon tubuh terhadap fisiologis
Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi menurut Wiknjosastro (2008)
10

adalah sebagai berikut:


a. Sistem gastrointestinal
Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat menyebabkan
pembengkakan perut. Apabila tumor menekan kandung kemih dapat
menimbulkan gangguan miksi.
b. Sistem pencernaan
Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya seperti lambung.
Penekan pada lambung dapat mengakibatkan mual muntah serta
kehilangan nafsu makan.
c. Sistem pernafasan
Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar mengakibatkan paruparu
menjadi terdesak sehingga sirkulasi oksigen terganggu maka timbul
rasa sesak.
d. Sistem reproduksi
Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi hormon
meningkat, pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur, kegagalan sel telur
menjadi matang menimbulkan kista ovarium. Akibat dari komplikasi
kista, terjadi perdarahan ke dalam kista dan menimbulkan gejala yang
minimal. Akan tetapi saat terjadi perdarahan sekonyong-konyong dalam
jumlah yang banyak akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
e. Sistem kardiovaskuler
Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Adanya putaran tungkai
menimbulkan tarikan ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritoneum parietale yang akan menimbulkan rasa sakit. Karena vena
lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor
dengan akibat dari pembesaran terjadi perdarahan didalamnya.

Kaji ada lesi, kebersihan mulut, warna bibir, mukosa bibir


6) Leher
Kaji adanya pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran vena jugularis
7) Thorak
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
11

8) Paru-paru
Biasanya pasien merasakan sesak karena kista menekan organ
disekitarnya.
9) Jantung
(a) Inspeksi
ictus cordis tidak terlihat
(b) Palpasi
Ictus cordis teraba
(c) Perkusi
Pekak
(d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal
10) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, areola mamae hiperpigmentasi, papilla mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan
11) Abdomen
(a) Inspeksi
Biasanya perut tampak membuncit
(b) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, teraba masa pada abdomen
(c) Perkusi
Biasanya redup
(d) Auskultasi
Bising usus normal
12)Genitalia
Biasanya siklus menstruasi tidak teratur, nyeri yang berlangsung lama
saat menstruasi (Nugroho,2012)
13) Ekstermitas
Biasanya tekanan pada tumor dapat menyebabkan edema pada tungkai
14) Pemeriksaan penunjang
(a) Hasil USG abdomen untuk menentukan sifat-sifat kista
(b) Hasil laparaskopi, untuk mengetahui asal tumor dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor.
(c) Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui penurunan atau
peningkatan hemoglobin, leukosit, eritrosit.
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan pre operasi dan post operasi menurut
NANDA 2015-2017 sebagai berikut:
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi
b. Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Resiko infeksi behubungan dengan prosedur invasive
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
12

asupan makanan
5) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan strategi
koping tidak efektif
6) Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
7) Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi
8) Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan
9) Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
3. Rencana Keperawatan

B. Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat kanker payudara sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian
dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami kanker payudara berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami kanker payudara ataupun keluarga
klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya
bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
2) Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak
terlalu berminyak.
3) Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata, mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
13

4) Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris, tidak ada tanda-


tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5) Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.
6) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
7) Leher : Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
8) Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange skin (kulit di
atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk), skin dimpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
9) Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
10) Ekstremitas : Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
e. Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.
2) Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG (monosodium
glutamat).
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.
6) Istirahat dan Tidur
14

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.


7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,
malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi sosial.
9) Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputusasaan.
11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Patoflow Teori


a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake nutrisi
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk anggota
tubuh
f. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
g. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan patogen
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan (Teori)

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO. RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor respirasi dan 1. Mengetahui status
berhubungan dengan keperawatan ... x ... menit pola status O2. dan kedalaman respirasi
hiperventilasi napas klien efektif, dengan klien
kriteria hasil : 2. Posisikan klien untuk 2. Memaksimalkan ventilasi
 Klien mampu bernapas memaksimalkan ventilasi klien
dengan mudah 3. Ajarkan teknik relaksasi 3. Memaksimalkan ventilasi
 Respiratory rate dalam batas untuk memaksimalkan klien
normal ventilasi.
 Tidak ada otot bantu 4. Kolaborasi pemberian 4. Meningkatkan konsentrasi
pernapasan terapi oksigen. oksigen klien

2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui skala
berhubungan dengan keperawatan ... x … menit nyeri intensitas, durasi, nyeri
agen injuri biologis klien berkurang, dengan kriteria 2. Memberikan posisi yang 2. Memberikan kenyamanan
hasil : nyaman bagi klien bagi klien
 Pasien mengatakan nyeri 3. Ajarkan teknik non 3. Untuk mengurangi nyeri
berkurang (skala 0 – 3) farmakologis (relaksasi)
 Pasien tidak tampak 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi nyeri

20
kesakitan/ menahan nyeri terapi anti nyeri.

15
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi perubahan 1. Mengetahui perubahan nafsu
nutrisi kurang dari keperawatan ... x … menit nutrisi nafsu makan makan klien
kebutuhan tubuh tubuh klien terpenuhi, dengan 2. Monitor status mental 2. Mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kriteria hasil : klien mempengaruhi pola makan
penurunan intake  Status nutrisi klien tidak klien
nutrisi terganggu 3. Berikan informasi yang 3. Meningkatkan pengetahuan
 BB klien meningkat/dalam aktual tentang pentingnya klien akan pentingnya nutrisi
batas normal nutrisi bagi tubuh bagi tubuh
 Klien mengatakan nafsu 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Memenuhi kebutuhan nutrisi
makan meningkat gizi dalam pemberian diet klien
klien

4. Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji integritas kulit klien 1. Mengetahui integritas kulit
kulit berhubungan keperawatan ... x … menit klien
dengan perubahan gangguan integritas kulit klien 2. Lakukan perawatan luka 2. Membersihkan luka
status metabolik teratasi, dengan kriteria hasil : setiap hari
 Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. Ajarkan cara menjaga 3. Mencegah terjadinya infeksi
 Menunjukkan perbaikan luka luka agar tetap bersih
 Integritas kulit yang baik bisa 4. Kolaborasi dalam 4. Mempercepat penyembuhan
dipertahankan pemberian salep luka

21
5. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status mental klien 1. Untuk mengetahui status
berhubungan dengan keperawatan ... x … menit citra mental klien
perubahan bentuk tubuh klien meningkat, dengan 2. Bina hubungan saling 2. Untuk membina
anggota tubuh kriteria hasil : percaya hubungan saling percaya
 Klien mengatakan lebih 3. Berikan dukungan 3. Meningkatkan rasa
percaya diri psikologis kepada klien percaya diri klien
 Klien mau menerima 4. Libatkan keluarga dalam 4. Meningkatkan rasa
perubahan bentuk tubuhnya proses perawatan percaya diri klien
 Klien tampak lebih ceria

6. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Untuk membina
dengan krisis situasi keperawatan ... x … menit tingkat menenangkan hubungan saling percaya
kecemasan klien teratasi, dengan 2. Jelaskan prosedur 2. Memberikan gambaran
kriteria hasil : tindakan dan apa yang tentang prosedur tindakan
 Klien mengatakan dirasakan selama dan proses selama
cemasnya berkurang tindakan. tindakan
 Klien tampak lebih tenang 3. Berikan informasi yang 3. Membuat klien lebih jelas
aktual tentang diagnosa, dan tenang
tindakan dan prognosis
penyakit klien
4. Ajarkan teknik relaksasi 4. Untuk mengurangi
nafas dalam kecemasan klien
5. Libatkan keluarga dalam 5. Untuk mengurangi
proses perawatan kecemasan klien

22
7. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan ... x … menit tidak infeksi
kerusakan jaringan terjadi infeksi, dengan kriteria 2. Pertahankan teknik 2. Mencegah terjadinya
dan peningkatan hasil : aseptik saat memasang IV infeksi
paparan patogen  Tidak ditemukan tanda-tanda line dan central line
infeksi 3. Ajarkan klien dan 3. Mencegah terjadinya
 TTV dan hasil laboratorium keluarga cara cuci tangan infeksi nosokomial
dalam batas normal yang benar
 Status imun klien adekuat 4. Ajarkan klien dan 4. Mencegah terjadinya
keluarga tentang tanda- infeksi
tanda infeksi dan
melaporkannya pada
petugas kesehatan

23
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian Pre Operasi


Tanggal masuk RS : Selasa, 3 Maret 2020
Tanggal pengkajian : Kamis, 5 Maret 2020
Tempat : Ruang Kamar Operasi RSU Hermina Depok
Oleh : Sr. Veny Febriani
Sumber data : Pasien dan status Rekam Medis
Metode : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
1. Identitas
a. Pasien
Nama Pasien : Ny. D
Tempat, tgl lahir : Surakarta, 18/01/1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Suku / Bangsa : Jawa
Alamat : Kuningan Barat IV No 17 RT 003/RW 001,
Kec. Mampang, Prov. Jakarta Selatan.
No. RM : D458121
Tanggal Masuk RS : 6 Maret 2020
b. Penanggung Jawab / Keluarga
Nama : Tn. K
Umur : 40 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kuningan Barat IV No 17 RT 003/RW 001,
Kec. Mampang, Prov. Jakarta Selatan.
Hubungan dengan pasien : Suami

24
25

2. Keluhan Utama
Keluhan utama saat pengkajian klien Klien mengeluh nyeri pada perut
bagian kanan bawah
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD pada hari Selasa tanggal 3 Maret 2020 jam 19.00
WIB dengan Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan
bawah sejak 3 bulan yang lalu, siklus menstruasi
tidak teratur serta keluar darah berwarna merah
segar diluar siklus menstruasi.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 Juni
2017, klien sudah dilakukan tindakan operasi atas
indikasi kista ovarium. Klien mengatakan sedikt
nyeri pada luka bekas operasi, luka bekas operasi
sudah mulai mengering. Klien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui
penyebab klien
menderita kista ovarium dan belum mengetahui
mengenai penyakit kista ovarium.
Pada saat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital didapatkan TD 130/90
mmHg, N 92 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5 OC, SpO2 99%.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny.AP mengatakan pernah di rawat sebelumnya di
ruang kebidanan RS Rekodiwiryo Padang selama
5 hari.
1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga


yang memiliki penyakit yang sama dengan klien
Keterangan Gambar : serta riwayat penyakit DM, hipertensi dan
penyakit menular.
: Laki-laki
26

: Perempuan
: Satu rumah
: Meninggal
: Klien
2. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
Ny.AP sebelum sakit makan 3 kali sehari namun
mempunyai kebiasaan makan makanan cepat saji
seperti mie. Saat ini klien sudah makan makan
1) yang berserat dan tinggi protein.
Pola Eliminasi
Kebiasaan BAK lebih 5 kali sehari dengan jumlah
lebih kurang 250 cc, warna kuning, tidak ada
masalah BAK.
Kebiasaan BAB 1 kali sehari, warna kuning
kecoklatan dengan konsistensi lembek, tidak ada
1) masalah BAB. Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit : Keadaan aktivitas sehari – hari pasien
mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
b) Selama sakit : akitivitas sehari-hari hanya tiduran di tempat
tidur
2) Kebutuhan istirahat – tidur
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan sehari-hari bisa tidur, tidak ada keluhan
untuk kebiasaan tidurnya. Biasanya tidur antara jam 23.00 –
05.00.
b) Selama sakit
Klien mengatakan kadang-kadang terbangun karena nyeri pada
benjolan di payudara kiri.
3) Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
Klien sudah tahu mengenai penyakitnya dari internet maupun
dokter yang merawatnya.
4) Pola hubungan
27

Selama dirawat di RS, klien selalu ditemani oleh suaminya dan


hubungan pasien dengan petugas kesehatan baik. Hubungan
dengan dokter, perawat, ahli gizi dan praktikan baik.
5) Koping atau toleransi stres
Klien mengatakan merasa khawatir dengan penyakitnya, cemas
karena akan menjalani prosedur pembedahan, klien tampak gelisah.
6) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Klien mengatakan sudah tahu sedikit tentang penyakitnya.
7) Aspek Lingkungan Fisik
Pasien mengatakan lingkungan rumah pasien baik. Lingkungan di
kamar perawatan pasien bersih, tidak ada ceceran makanan, sprei
rapi dan bersih, dan tidak ada semut.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Status Gizi : TB = 152 cm, BB = 66 Kg, IMT = 20,5 Kg/m 2
(normal)
d) Tanda Vital : TD = 130/90 mmHg, Nadi = 92 x/menit, Suhu =
36,5 OC, RR = 20 x/menit, SpO2 = 99%
3. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
4. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum
5. pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis,
6. GCS 15, hasil pengukuran TD: 110/70 mmHg,
7. suhu: 36,6oC (36,5oC-37,5oC), nadi 80 kali
8. permenit, pernafasan 20 kali permenit (normal 16-
9. 20 kali peremenit).
10. Bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan dan
11. tidak terdapat lesi, mata simteris kiri dan kanan,
12. konjutiva anemis, sklera tidak ikterik, hidung
13. tampak kotor dan tidak ada lesi serta tidak ada
kelainan. Mukosa bibir tampak kering, telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada
kelainan, tidak
teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak
teraba pembesaran vena jugularis.
Pemeriksaan thoraks, simetris kiri dan kanan,
tidak ada retraksi dinding dada, saat di palpasi
fremitus kiri dan kanan sama, saat diperkusi
terdengar sonor, saat di auskultasi terdengar
28

vesikuler. Pemeriksaan jantung ditemukan ictus


cordis tidak terlihat,irama jantung regular.
Pada pemeriksaan abdomen tampak luka bekas
operasi, terdapat nyeri tekan, saat perkusi
terdengar timpani,saat auskuktasi terdengar bising
usus positif.
Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembap,
warna merah muda, tidak ada edema,akral teraba
1. hangat, capillary refil kembali dalam dua detik

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Tabel 3.2
Pemeriksaan Radiologi

Hari, Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan/ Interpretasi


Rabu, USG mamme bilteral Tampak pula masa hipoekoik, batas
4 Maret 2020 tegas, jarak 3 cm dari papil mammae,
massa ± 0,8 x 0,7 x 1,3 cm
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.3
Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Nilai Rujukan (Satuan)


Hari, Tanggal Hasil
Pemeriksaan
Rabu, Haemoglobin 10 13,2 – 17,3 (g/dL)
5 Maret 2020 Hematokrit 37 40 – 52 (%)
Leukosit 7,5 3,8 – 10,6 (103/µL)
Trombosit 274 150 – 440 (103/µL)
GDS 98 Dewasa < 100 bukan DM
Dewasa = 100 – 199 belum Pasti DM
Dewasa ≥ 200 Kemungkinan DM
Ureum 13 10 – 50 (mg/dL)
Creatinin 0,6 0,7 – 1,3 (mg/dL)

B. Pengkajian Intra Operasi


1. Time out : Ya
2. Mulai operasi : 09.00 – 09.45 WIB
3. Tanda-tanda vital : TD 103/60 mmHg, N 87 x/menit, RR 17 x/menit, Suhu
36,5 OC, SpO2 100%
4. Jenis operasi : bersih tercemar
29

5. Tipe operasi : elektif


6. Jalan napas : ETT
7. Terapi oksigen : 3 liter/menit
8. Tingkat kesadaran waktu masuk kamar operasi : composmentis
9. Jenis anastesi : umum
10. Lokasi pemasangan IV line : tangan kanan
11. Posisi operasi : supinasi
12. Posisi lengan : lengan terlentang kanan/kiri
13. Memakai kateter urine : Tidak
14. Persiapan kulit dibersihkan/cuci menggunakan : Iodine 10%
15. Pemakaian cauter : monopolar
a. Lokasi patient plate : paha kanan
b. Pemeriksaan kondisi kulit sebelum operasi : utuh
c. Pemeriksaan kondisi kulit sesudah operasi : utuh
16. Penghangat : tidak
17. Pemakaian tornikuet : tidak
18. Pemakaian implant : tidak
19. Pemakaian drain : Tidak
20. Irigasi luka : sodium chloride 0,9%
21. Pemasangan tampon : tidak
22. Spesimen : patologi anatomi (tumor mammae)

C. Pengkajian Post Operasi


1. Pasien pindah ke RR : 5 Maret 2020 pukul 10.00 WIB
2. Keadaan umum : sedang
3. Keluhan saat di RR : nyeri pada payudara kiri
4. Tingkat kesadaran : composmentis
5. Tanda-tanda vital : TD 125/80 mmHg, N 79 x/menit, RR 18 x/menit,
Suhu 36,4 OC, SpO2 99%.
6. Jalas napas : tidak ada masalah
7. Pernapasan : spontan
8. Terapi oksigen : tidak
30

9. Kulit : merah muda


10. Sirkulasi anggota badan : merah muda
11. Kondisi balutan : kering
12. Asessmen nyeri : ada
a. P : luka pembedahan, Q : seperti terbakar, R : mammae sinistra
S : skala 4, T : terus menerus
b. Klien tampak gelisah, tampak meringis kesakitan, terdapat luka
jahitan di payudara kiri
13. Asessmen resiko jatuh : ada
Tabel 3.4
Pengkajian Risiko Jatuh (post Operasi)

No. Risiko Skala Skoring


1. Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0
0
dalam 3 bulan terakhir Ya 25

2. Diagnosa medis sekunder > 1 Tidak 0


0
Ya 15
3. Alat bantu jalan :
Bed rest/ dibantu perawat 0
0
Penopang/ tongkat/ walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0
25
Ya 25
5. Cara berjalan/berpindah :
Normal/ bed rest/ imobilisasi 0
15
Lemah 15
Terganggu 30
6. Status mental :
Orientasi sesuai kemampuan diri 0
0
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 40
a. DS : klien mengatakan masih merasa pusing dan mengantuk
b. DO : klien aktivitasnya dibantu perawat.
14. Cairan masuk :
a. Infus kristaloid : 500 cc
b. Cairan keluar : 0 cc
31

D. Analisa Data
Tabel 3.5
Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


Pre Operasi
1. DS : Agen injuri Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri payudara biologis (benjolan
sebelah kiri. abnormal
 P: agen injuri biologis, Q: nyeri terasa payudara)
senit-senit, R: payudara kiri, S: skala 4,
T: terus menerus.
DO :
 Terdapat nyeri tekan pada benjolan di
payudara kiri.
 TD 130/90 mmHg, N 92 x/menit, RR
20 x/menit, Suhu 36,5 OC, SpO2 99%
2. DS : Krisis situasi Ansietas
 Klien mengatakan merasa khawatir (prosedur tindakan
dengan penyakitnya operasi)
 Cemas karena akan menjalani prosedur
pembedahan
DO :
 Klien tampak gelisah
 TD 130/90 mmHg, N 92 x/menit, RR
20 x/menit, Suhu 36,5 OC, SpO2 99%

Intra Operasi
1. DS : - Tindakan Risiko
DO : pembedahan perdarahan
 Terpasang ETT menggunakan oksigen
3 liter/menit
 Anastesi umum dan terpasang couter
 TD 103/60 mmHg, N 87 x/menit, RR
17 x/menit, Suhu 36,5 OC, SpO2 100%

Post Operasi
1. DS : Terputusnya Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri payudara kontinuitas
sebelah kiri. jaringan
32

 P : luka pembedahan, Q : seperti


terbakar, R : mammae sinistra, S : skala
4, T : terus menerus
DO :
 Klien mengatakan gelisah
 Klien tampak meringis kesakitan
 Klien terdapat luka jahitan di payudara
kiri
 TD 125/80 mmHg, N 79 x/menit, RR 18
x/menit, Suhu 36,4 OC, SpO2 99%.

2. DS : Penurunan Risiko cedera


 Klien mengatakan masih merasa pusing kesadaran
 Klien mengatakan merasa mengantuk
DO :
 Klien aktivitasnya dibantu perawat
 TD 125/80 mmHg, N 79 x/menit, RR 18
x/menit, Suhu 36,4 OC, SpO2 99%.
E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Patoflow Kasus
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri biologis (benjolan
abnormal payudara)
b. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasi (prosedur tindakan
operasi)
2. Intra Operasi
a. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
F. Perencanaan Keperawatan
Tabel 3.6
Intervensi Keperawatan (Kasus)

DIAGNOSA PERENCANAAN
Hari/tgl/Jam RASIONAL
No. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
Pre Operasi
1. Kamis, Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui skala
5/3/2020 berhubungan dengan keperawatan 2 x 30 menit nyeri intensitas, durasi, nyeri
j 08.30 agen injuri biologis nyeri klien berkurang, 2. Memberikan posisi yang 2. Memberikan kenyamanan
(benjolan abnormal dengan kriteria hasil : nyaman bagi klien bagi klien
payudara).  Pasien mengatakan 3. Ajarkan teknik non 3. Untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang (skala farmakologis (relaksasi)
0 – 3) 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi nyeri
 Pasien tidak tampak terapi anti nyeri
kesakitan/ menahan
nyeri
2. Kamis, Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan 1. Untuk membina
5/3/2020 dengan krisis situasi keperawatan 2 x 30 menit yang menenangkan hubungan saling percaya
j 08.30 (prosedur tindakan kecemasan klien teratasi, 2. Jelaskan prosedur 2. Memberikan gambaran
operasi) dengan kriteria hasil : tindakan dan apa yang tentang prosedur tindakan
 Klien mengatakan dirasakan selama dan proses selama
cemasnya berkurang tindakan tindakan
 Klien tampak lebih 3. Berikan informasi yang 3. Membuat klien lebih jelas
tenang aktual tentang diagnosa, dan tenang

35
tindakan dan prognosis

35
36

penyakit klien
4. Ajarkan teknik relaksasi 4. Untuk mengurangi
nafas dalam kecemasan klien
5. Libatkan keluarga dalam 5. Untuk mengurangi
proses perawatan kecemasan klien
Intra Operasi
3. Kamis, Risiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda 1. Mengetahui tanda-
5/3/2020 berhubungan dengan keperawatan 1 x 60 menit vital pasien tanda vital pasien
j 09.00 tindakan pembedahan tidak terjadi perdarahan, 2. Monitor ketat tanda- 2. Mengetahui tanda-tanda
dengan kriteria hasil : tanda perdarahan perdarahan
 Tidak ada kehilangan 3. Pertahankan bed rest 3. Mencegah terjadinya
darah yang terlihat selama tindakan perdarahan
 TTV dalam batas pembedahan
normal 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengganti jumlah darah
produk darah jika perlu yang hilang
Post Operasi
4. Kamis, Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui skala
5/3/2020 berhubungan dengan keperawatan 2 x 30 menit nyeri intensitas, durasi, nyeri
j 10.00 prosedur tindakan nyeri klien berkurang, 2. Berikan posisi yang 2. Memberikan kenyamanan
pembedahan dengan kriteria hasil : nyaman bagi klien bagi klien
 Pasien mengatakan 3. Ajarkan teknik non 3. Untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang (skala farmakologis (relaksasi)
0 – 3) 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi nyeri
 Pasien tidak tampak terapi anti nyeri.
kesakitan/ menahan

36
nyeri
37

5. Kamis, Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengetahui tingkat
5/3/2020 berhubungan dengan keperawatan 1 x 30 menit kesadaran klien keadaran klien
j 10.00 penurunan kesadaran tidak terjadi cedera, dengan 2. Identifikasi 2. Mengetahui tingkat
kriteria hasil : keseimbangan klien keseimbangan klien
 Pasien tidak 3. Dekatkan bel bantuan 3. Memfasilitasi bantuan
memgalami cedera ditempat tidur klien kepada klien
 Orientasi orang dan 4. Pasang tanda kuning 4. Meningkatkan tingkat
lingkungan baik pada tempat tidur klien pengawasan petugas dan
keluarga
5. Naikkan pagar 5. Mencegah terjadinya
pengaman tempat tidur cedera pada klien
klien

G. Pelaksanaan Keperawatan
Tabel 3.6
Implementasi Keperawatan

Hari/Tgl/ Jam NO DX IMPLEMENTASI RESPON KLIEN


Kamis, 5/3/2020
j 08.30 1 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, S : Klien mengatakan nyeri payudara sebelah kiri
meliputi: lokasi, kualitas, intensitas nyeri, onset dengan skala 4
nyeri O : Klien tampak kesakitan
j 08.40 2 Melakukan pendekatan yang tenang S : Klien mengatakan akan berdoa
O : Klien tampak lebih tenang

37
38

j 08.45 1&2 Mengajarkan teknik non farmakologis (relaksasi)


S : Klien mengatakan bersedia diajari
O : Klien tampak lebih tenang
j 08.50 1 Memonitor tanda-tanda vital pasien S : Klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda
vitalnya
O : TD 130/90 mmHg, N 92 x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 36,5 OC, SpO2 99%
j 09.10 3 Memonitor tanda-tanda vital pasien S:-
O : TD 120/80 mmHg, N 94 x/menit, RR 19 x/menit,
Suhu 36,5 OC, SpO2 100% (oksigen 3 lpm)
j 09.40 3 Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan S:-
O : Perdarahan sebanyak 100 cc
j 10.10 4 Mengidentifikasi tingkat kesadaran klien S : Klien mengatakan masih sedikit mengantuk
O : Klien sadah penuh (composmentis)
j 10.15 5 Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan nyeri payudara sebelah kiri
dengan skala 3
O : Klien tampak meringis kesakitan
j 10.20 4 Memberikan posisi yang nyaman bagi klien S : Klien mengatakan tampak sedikit lebih nyaman
O : Klien terbaring dengan posisi supinasi
j 10.25 5 Menaikkan pagar pengaman tempat tidur klien & S : -
memasang tanda kuning pada tempat tidur klien O : terpasang pagar pengaman dan tanda kuning di
tempat tidur klien

H. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.7

38
39

Evaluasi Keperawatan

Hari/ Tgl/ Jam DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI


Pre Operasi
Kamis, Nyeri akut berhubungan dengan agen S : Klien mengatakan nyeri payudara kiri berkurang
5/3/2020 injuri biologis (benjolan abnormal O : Klien tampak lebih nyaman
j 09.00 payudara). A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (1 – 4)
Kamis, Cemas berhubungan dengan krisis S : Pasien mengatakan merasa lebih tenang
5/3/2020 situasi (prosedur tindakan operasi) O : Klien tampak lebih tenang
j 09.00 A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Intra Operasi
Kamis, Risiko perdarahan berhubungan dengan S:-
5/3/2020 tindakan pembedahan O : Perdarahan sebanyak 100 cc
j 10.00 A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Post Operasi
Kamis, Nyeri akut berhubungan dengan S : Klien mengatakan nyeri payudara kiri berkurang
5/3/2020 prosedur tindakan pembedahan O : Klien tampak lebih nyaman
j 08.30 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (1 – 4)

Kamis, Risiko cedera berhubungan dengan S : Klien mengatakan masih mengantuk


5/3/2020 penurunan kesadaran O : Klien sadar penuh (composmentis)

39
40

j 08.30 A : Masalah teratasi


P : Hentikan intervensi

40
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Berdasarkan riwayat kesehatan pada kedua partisipan, partisipan I mengelug
nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 3 bulan yang lalu, siklus menstruasi
tidak teratur serta keluar darah berwarna merah segar diluar siklus menstruasi.
Sedangkan keluhan partisipan II mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawah,
siklus menstruasi teratur.
Menurut Nugroho tanda dan gejala kista ovarium yaitu sering tanpa gejala, nyeri
perut pada bagian bawah, nyeri saat menstruasi, siklus menstruasi tidak teratur,
nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki serta terkadang disertai
nyeri saat buang air kecil (Nugroho,2012). Menurut Fadhilah, dkk Karakteristik
Wanita penderita Kista Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013
didapatkan
penderita kista ovarium sebanyak 124 orang pada tahun 2011-2013 dengan
keluhan tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,2%).
Menurut asumsi peneliti tentang hasil penelitian diatas tidak ada perbedaan antara
kasus dengan teori dan penelitian terdahulu. Pada Ny.partisipan I ditemukan
keluhan nyeri pada abdomen bawah dan siklus menstruasi tidak teratur sedangkan
pada partisipan II hanya ditemukan gejala nyeri pada abdomen bawah namun
siklus menstruasi masih teratur. Ini sesuai dengan teori karena gejala dari kista
ovarium itu sendiri ada yang menujukkan gejala yang khas namun ada juga yang
ditemukan sering tanpa gejala.

B. Diagnosa Keperawatan
Nurarif & Kusuma (2013) menjelaskan bahwa kemungkinan
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul pada karsinoma mamae
diantaranya adalah : Nyeri akut, ansietas/ Cemas, Resiko Infeksi, Kurang
pengetahuan, Kerusakan integritas jaringan/kulit, Gangguan citra tubuh,
Ketidakefektifan pola nafas, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan. Pada kasus Ny. P ditemukan beberapa diagnosa keperawatan baik

41
42

pada saat sebelum operasi maupun setelah operasi, diantaranya adalah ;


Cemas dan Nyeri akut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masalah atau
diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. P tersebut adalah sesuai dengan
teori yang ada.
Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus Ny. P adalah
kerusakan integritas jaringan/kulit, ketidakefektifan pola nafas,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Hal ini dikarenakan
kondisi Ny. P saat pengkajian tidak ditemukan adanya tanda malnutrisi, tidak
ada penurunan BB dan tanda lainnya yang mendukung diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang. Juga tidak ditemukan adanya perubahan
dalam pernafasan, tidak ada sesak nafas, tidak ada retraksi dinding dada dan
tanda lainnya yang mendukung pada diagnosa ketidakefektifan pola nafas.
Pada kasus Ny. P dengan tumor mamae ini pasien dapat merasakan
kecemasan karena akan dilakukannya prosedur operasi yang dapat
menyebabkan perubahan psikologisnya. Hal tersebut ditandai dengan
mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup,
gelisah, perasaan tidak adekuat, peningkatan kekhawatiran, dan perasaan
takut. Menurut NANDA (2017) nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-
tiba lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi Hal tersebut ditandai dengan adanya bukti nyeri
dengan menggunakan standar daftar periksa, ekspresi wajah nyeri, keluhan
tentang nyeri, laporan tentang perilaku nyeri dan perubahan pada parameter
fisiologis.

C. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa cemas antara lain :
Gunakan pendekatan yang tenang, Jelaskan semua prosedur dan apa yang
akan prognosis, ajarkan teknik relaksasi /nafas dalam, dorong keluarga untuk
mendampingi pasien. Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa kurang
pengetahuan antara lain : kaji tingkat pengetahuan pasien, Jelaskan tentang
43

prosedur tindakan operasi, Libatkan keluarga dalam pemberian pendidikan


kesehatan, jelaskan secara tepat kemungkinan resiko, komplikasi dan
perdarahan dan nyeri, dorong keluarga untuk membantu pasien dalam
merubah perilaku kesehatan.
Dalam perencanaan keperawatan dilakukan sesuai dengan prioritas
masalah. Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri biologis antara lain: lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus, observasi reaksi non
verbal mengenai ketidaknyamanan, ajarkan teknik nonfarmakologi seperti
teknik relaksasi, kolaborasi pemberian terapi anti nyeri, monitor tanda vital,
tingkatkan istirahat.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi yang sudah dilakukan pada kasus Ny. P adalah sesuai
dengan rencana tindakan yang sudah direncanakan. Implementasi pada
diagnosa nyeri secara komprehensif, meliputi : lokasi, kualitas, intensitas dan
onset nyeri, mengobservasi reaksi non verbal dari nyeri, mengajarkan teknik
non farmakologi/relaksasi, memberikan injeksi analgetik, memonitor tanda
vital pasien. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ansietas adalah
menggunakan pendekatan yang menenangkan, menjelaskan semua tindakan,
dan apa yang akan dirasakan selama tindakan, memberikan informasi aktual
tentang diagnosa, tindakan dan prognosis, menyarankan pasien untuk
relaksasi dengan cara nafas dalam, mendorong keluarga untuk mendampingi
pasien.

E. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan yang dapat teratasi di hari pertama pasca
tinadakan pembedahan pada Ny. P adalah pada diagnosa nyeri akut dan
diagnosa Cemas. Hasil evaluasi keperawatan yang dapat teratasi pasca
tindakan pembedahan pada Ny. P adalah diagnosa nyeri akut dan ansietas.
44

Rencana tindak lanjut dilakukan discharge planing kepada pasien dan


keluarga diantaranya kontrol.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan penerapan asuhan keperawatan
pada Ny. P dengan tumor mamae di ruang kamar operasi RSU Hermina
Depok dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum pelaksanaan asuhan
keperawatan baik dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan dan
dokumentasi keperawatan pada tumor mammae sudah sesuai dengan teori dan
prosedur yang ada.

B. Saran
1. Penulis
Lebih meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang
lebih banyak lagi sehingga dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan tumor mamae dengan ilmu-ilmu terkini.
2. RS Hermina Depok
Asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor mammae dapat
digunakan sebagai referensi bagi perawat yang baru bekerja dan mengelola
pasien dengan tumor mammae.

45
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah:


Keperawatan. Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Ariani, Sofi. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta : Istana Media.
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah vol 2, Ed
Revisi. Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria, M, et al. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC),
edisi Bahasa Indonesia, Edisi Keenam, United States of America :
Elsevier.
Desen,W. (2008). Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Faradisi. (2012). Perbedaan Efektifitas Pemberian Terapi Murottal dengan Terapi
Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan pada Pasien Pre Operasi
Fraktur Ekstremitas di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Prosiding
Seminar Nasional Keperawatan PPNI Jawa Tengah
Hamid. (2008). Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker Payudara
di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan
Hawari, D. (2016). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI.
Iskandar. (2007). Ekstraksi Fitur Bentuk Tumor Payudara. Makalah Seminar.
Disajikan pada Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi.
Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). INFODATIN Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Bulan Peduli Kanker
Payudara. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta
Kusuma, Amin. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan NANDA NIC NOC. Jakarta : Mediaction.
Mangan, Yellia. (2009). Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta :
Agromedia.
Mardiana, Lina. (2009). Wanita dan Penyakitnya. Jakarta : Erlangga.
Moorhead, Sue, et al. (2013) Nursing Outcome Classification (NOC), Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. United States of America :
Elsevier.
Nurarif Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction
Publishing.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Potter & Perry. (2011). Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan
Buku 3 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
Rasjidi, Imam. (2009). Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita.
Jakarta : Sagung Seto.
Smeltzer & Bare. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8, Jakarta : EGC.
Sri Gitarja, Widasari., & Asmi S.J., Christina. (2007). Penatalaksanaan
Perawatan Luka Kanker. Indonesian Journal of Cancer, vol 1, no 3,
hal 110-114.
Supriyanto, dr. Wawan. (2015). Kanker Deteksi Dini Pengobatan dan
Penyembuhannya. Yogyakarta : Pratama Ilmu.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diangnosa Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik edisi 1. Jakarta : Dewan
Pengurus PPNI.
Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Yayasan Kanker Indonesia. (2017). Penyebab Kanker Payudara, dilihat 13
Februari 2019, <http://yayasankankerindonesia.org>.

Anda mungkin juga menyukai