Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KARSINOMA BRONKOGENIK

Disusun Oleh :
Kelompok III
(Kelas Sakura)

1. AZRIYANA (2016.044)
2. FARY SUTAMA (2016.050)
3. LISMAWATI (2016.059)
4. NURUL BAITHY (2016.065)
5. RIFKA CAHYANI (2016.067)
6. WA ODE YUNI PRATIWI (2016.076)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN BUTON


TAHUN AKADEMIK
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan Karsinoma Bronkogenik ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu,
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan pada tugas pembuatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat diterapkan sehingga berguna bagi mahasiswa
keperawatan secara umum, terutama mahasiswa AKPER Pemkab Buton pada
khususnya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum ............................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 3
D. Metode Penulisan .............................................................................. 3
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis Karsinoma Bronkogenik............................................. 4
1. Definisi .......................................................................................... 4
2. Etiologi .......................................................................................... 5
3. Patofisiologi .................................................................................. 6
4. Manifestasi Klinis ......................................................................... 9
5. Komplikasi .................................................................................... 11
6. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 12
7. Penatalaksanaan Medis ................................................................. 13
B. Konsep Asuhan Keperawatan Karsinoma Bronkogenik ................... 15
1. Pengkajian ..................................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 17
3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 19
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 24
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 26
B. Saran .................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan dengan
diselenggarakan uapaya-upaya kesehatan yaitu upaya pendekatan peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu masalah kesehatan
sehubungan dengan penyakit yang masih sering ditemukan dalam masyarakat dan
perlu diwaspadai serta mendapatkan perhatian khusus adalah penyakit karsinoma
bronkogenik.
Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari epitelium
bronkial. Angka bertahan hidupnya adalah rendah karena menyebar ke limfatik
regional sampai saat terdiagnosa. Empat tipe sel utama dari kanker paru
termasuk karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat),
adenokarsinoma dan karsinoma sel besar. Banyak tumor mengandung lebih dari
satu tipe sel; pendekatan pengobatan yang berbeda mungkin ditandai oleh tipe
selnya. Tahap dari tumor mengacu pada luasnya tumor secara anatomi,
penyebaran pada nodus limfe regional dan penyebaran metastasis. Prognosis
tampak lebih baik pada karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma; tumor sel
kecil (sel oat) tak terbedakan mempunyai prognosi yang buruk. Faktor-faktor
resiko termasuk merokok, perokok pasif, polusi udara, pemajanan di tempat
pekerjaan (okupasional) dan defisiensi vitamin A. Faktor-faktor lainnya termasuk
predisposisi genetik dan penyakit pernafasan lainnya.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru
yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat
1.500.000 kasus baru dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara
maju sangat tinggi, di USA dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun,
sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker
Dharmais Jakarta tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara
dan leher rahim. Namun, karena sistem pencatatan kita yang belum baik,

1
prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit
merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria
(65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.
Meskipun data menunjukkan bahwa kanker ini merupakan kanker
pembunuh terbesar, kanker paru merupakan  jenis kanker yang paling mudah
dicegah. Hampir 90% kanker paru-paru mengakibatkan kematian dan 30% orang
yang meninggal akibat kanker adalah penderita kanker paru-paru. Pencegahan
yang dapat dilakukan diantaranya dengan menjauhi asap rokok, baik perokok
aktif atau perokok pasif, karena asap rokok mengandung karsinoma yang paling
aktif, hidup di lingkungan yang sehat dan terbebas dari polusi udara, dan
membiasakan diri mengkonsumsi makanan bergizi serta berserat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahasnya lebihi lanjut
dalam bentuk penyusunan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Karsinoma Bronkogenik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep medis karsinoma bronkogenik, yang meliputi :
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik, dan penatalaksanaan ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan karsinoma bronkogenik, yang
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentang konsep asuhan
keperawatan karsinoma bronkogenik.

2
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui konsep medis karsinoma bronkogenik, yang meliputi :
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan karsinoma bronkogenik, yang
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode yang berupa :
studi kepustakaan yaitu penggunaan sumber kepustakaan dengan cara membaca
buku dan sumber dari internet yang ada hubungannya dengan konsep asuhan
keperawatan karsinoma bronkogenik.

E. Sstematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini terdiri
atas :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang konsep medis karsinoma bronkogenik
yang meliputi : definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan konsep
asuhan keperawatan karsinoma bronkogenik yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
evaluasi.
BAB III : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang : kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Karsinoma Bronkogenik


1. Definisi
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran nafas. Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan
insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat
peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih
baik namun oleh karena memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi
(Pengatar Ilmu Penyakit paru).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran napas (Hood Al sagaff, dkk 1993).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau
lesi primer. Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana saja.
Metastasis pada kolon dan ginjal merupakan tumor ganas yang paling sering
ditemukan di klinik, keduanya dapat menyebabkan tumor paru. Metastasis
tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu sebelum lesi primernya
diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasi lesi primer
sering tidak diketahui selama hidup klien (Muttaqin, 2007).
Karsinoma bronkogenik adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000)
Karsinoma bronkogenik adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari
sel efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta
berasal dari mukosa percabangan broncus ( sylvia,1995:843)
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price,
patofisiologi, 1995)
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Karsinoma
bronkogenik atau kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang
mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal
dari sel epitel.

4
2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma
bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi
karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
a. Pengaruh rokok :
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain :
polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat
menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih
tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok. Dalam jangka
panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok :
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
b. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah
asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali.
Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang
uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan
industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
c. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi
karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi -
karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan
parut tuberkulosis.
d. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh
keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini
membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan.
Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan

5
enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis
penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya
korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan
terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya
tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat
meninggal.
e. Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
f. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer
di kota. ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
3. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

6
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan
resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan
sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen
genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama
ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal
ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS)
sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker
dengan sifat pertumbuhan yang autonom.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar
(tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel
kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar
dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga
mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar.
Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam
rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini
lambat.

7
Pathway Karsinoma Bronkogenik;

Multi faktor
(merokok, bahaya industri, diet yang salah, genetik, dll)

Bahan karsingenik menetap

Perubahan epitel silia dan


mukosa/ulseras bronkus

Adenokarsinoma Kanker paru-paru/karsinoma Karsinoma sel bronkhial


bronkogenik alveolus

Mengandung mukus
Karsinoma sel besar Membesar/metastase
yang banyak

Penekanan saraf oleh Obstruksi bronkus


Menyumbat jalan
tumor paru
nafas
Dispnea
Nyeri akut
Ketidakefektifan Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pola nafas
Perkembangan
Sesak nafas penyakit
Karsinoma sel skuamosa
bronkus menjadi berkembang
Malas makan / anoreksia Perubahan status
kesehatan
Iritasi, ulserasi, pneumoni
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Ansietas
kebutuhan tubuh Himoptisis

Keterbatasan
Gangguan pertukaran informasi proses
gas dan pengobatan

Defisiensi
pengetahuan

8
4. Manifestasi Klinis
Menurut Sudoyo (2007), pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti
pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
2) Hemoptisis
3) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
5) Atelektasis
b. Invasi lokal :
1) Nyeri dada
2) Dispnea karena efusi pleura
3) Invasi ke perikardium —> terjadi tamponade atau aritmia
4) Sindrom vena cava superior
5) Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
6) Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
7) Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis.
c. Gejala Penyakit Metastasis :
1) Pada otak, tulang, hati, adrenal
2) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
d. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengangejala:
1) Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
2) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi, hipertrofi
osteoartropati, Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati
perifer, neuromiopati
3) Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
4) Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
5) Renal: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

9
e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
2) Kelainan berupa nodul soliter
Menurut Alsagaff dan mukty (2002), manifestasi klinis karsinoma
bronkogenik dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Gejala intrapulmonal
Merupakan gejala lokal yang disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi
karena ada gangguan pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga
memudahkan terjadinya radang berulang. Keluhan batuk lebih dari 2
minggu. K eluhan batuik terdapat pada 70-90% kasus. Batuk darah
sebagai akibat ulserasi terjadi pada 6-51% kasus. Disamping batuik,
keluhan lain adalah nyeri dada, yang bersifat : kemeng atau nyeri tumpul
sering unilateral.
b. Gejala intratorasik ekstrapulmoner
Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak struktur-
struktur di dalam mediastinum dengan akibat antara lain :
1) N. Phrenicus : parase/paralise diafragma
2) N. Recurrens : parase/paralise korda vokalis
3) Saraf simpatik : sindroma horner: enoftalmus, miosis, ptosis, dan
anhidrosis
4) Esofagus: disfagi
5) Vena kava superior: sindroma vena kava superior yang terjadi karena
bendungan pada vena cava superior disertai pembengkakan muka dan
lengan
6) Trakea/bronkus: sesak, oleh karena atelektasis lokal
7) Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial
c. Gejala ekstrapulmonal non metastasik, dapat dibagi atas :
1) Manifestasi neuromuskuler
Mempunyai insiden sebesar 4-15%, biasanya berupa “neuropatia
karsinomatosa” terutama didapatkan pada kasus lanjut. Bersifat
progresif serta paling sering ditemukan pada karsinoma sel kecil.

10
Sindroma neuropatia karsinomatosa terdiri dari miopatia, neuropatia
perifer, degenerasi serebeler subakut, ensefalomiopatia dan mielopati
nekrotik
2) Manifestasi jaringan ikat dan tulang
Manifestasi yang paling terkenal adalah hypertropic pulmonary
osteoarthropathy, terutama didapatkan pada karsinoma epidermoid,
dan dikatakan belum pernah ditemukan pada karsinoma sel kecil.
Kelainan ini dihubungkan dengan peningkatan kadar human growth
hormon yang imunoreaktif di dalam plasma. Secara radiologik
didapatkan pembentiukan tulang baru sub periosteal, terutama tulang-
tulang ekstremitas bagian distal, yaitu jari tabuh.
3) Manifestasi vaskuler dan hematologik
Tidak begitu sering didapatkan, sering dalam bentuk migratory
trhomboplebitis, purpura dan anemia
d. Gejala ekstratorasik metastasik
Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu
berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut
dapat menyebar hampir ke semua organ, terutama otak, hati dan tulang.
5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit
karsinoma paru antara lain:
a. Hematotorak (darah pada rongga pleura).
b. Empiema (nanah pada rongga pleura).
c. Pneumotorak (udara pada rongga pleura).
d. Abses paru.
e. Atelektasis (paru-paru mengerut).
f. Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
g. Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat didaerah
penyinaran.

11
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) Foto Thorax Posterior-Anterior (PA) dan lateral serta Tomografi
dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.

12
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,
2000).
Penatalaksanaan Non bedah :
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/
nasal kanula sesuai dengan permintaan.
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme dokter dapat memberikan obat
golongan bronkodilator (seperti pada klien asma)dan kartikosterid untuk
mengurangi bronkospasme,inflamasi dan edema.

13
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker
paru,terutama pada small cell ling cancer karena metastasis.kemoterapi
dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi bedah.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru mengalami gangguan imun.
e. Terapi Radiasi
Terapi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
1) Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan
pembedahan
2) Klien adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami
pembesaran
3) Kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
4) Klien dengan Ca. Bronkus dengan oat cell.
5) Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Penatalaksanaan Pembedahan :
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Karsinoma Bronkogenik
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus
mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting,
keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2001).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.
Klasifikasi dan Analisa Data
a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan
atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahanya. Klasifikasi ini
dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
mentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data,
Penyebab, dan Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif
dan faktor resiko. Kolom penyebab berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang
menjadi penyebab utama dari masalah. Kolom masalah berisi : pernyataan
masalah keperawatan.

15
Data yang perlu dikaji pada pasien bronkietaksis dapat berupa :
a. Aktivitas/istirahat :
Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe
karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung:
Gesekan perikordial (menunjukkan efusi ), takikardia, disritmia.
c. Integritas Ego :
Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang
d. Eliminasi :
Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal), peningkatan
frekuensi/jumlah urine.
e. Makanan/cairan :
Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan Kurus,
kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah,
periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .
f. Ketidaknyamanan/nyeri :
Nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri
bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap
peningkatan hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.
g. Pernafasan :
Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan
produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik,
serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gkat
dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi
atau ekspirasi (gangguan aliran udara). Krekels/mengi yang menetap
penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi) Hemoptisis.
h. Keamanan :
Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.

16
i. Seksualitas :
Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j. Penyuluhan/pembelajaran :
Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan
untuk membaik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (NANDA International, 2012).
Berdasarkan NANDA International (2012), diagnosa keperawatan terbagi
atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan
respon manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar
nyata pada individu, kelompok, atau komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang
motivasi dan keinginan individu, keluarga, kelompok atau komunitas
untuk meningkatkan kesehjateraan dan mewujudkan potensi kesehatan
manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat
dari paparan terhadap faktor-faktor yang meningkatkan peluang
kecelakaan atau kehilangan.
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan
kelompok khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan paling
tepat dihadapi secara bersama-sama dan melalui intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Validasi data, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat yang
dilakukan bersama klien/keluarga dan atau masyarakat.
b. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang
sudah dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah

17
kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa keperawatan Gordon
menguraikan komponen yang harus ada sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
c. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan,
mengidentifikasi dan memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas
perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2001).
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi (2015) masalah
keperawatan yang lazim timbul pada pasien karsinoma bronkogenik berupa :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan
jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan
nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
b. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura, dinding dada.
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi
trakeobronkial oleh sekret, perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru,
proses inflamsi.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan gangguan aliran udara ke alveoli 
atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli (atelektasis ,
edema paru , efusi, sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif).
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake inadekuat, peningkatan metabolisme, proses
keganasan.
f. Ansietas berhubungan dengan perkembanga penyakit dan perubahan
status kesehatan.
g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi dan
proses pengobatan.

18
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau
pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya
tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien.
Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2001).
Pada tahap perencanaan dirumuskan sebuah tujuan yang menjadi dasar
tolak ukur dalam tahap evaluasi. Kriteria harus memenuhi syarat-syarat yakni
SMART (S = Spesific, M = Mesurable : jelas dan singkat, A = Aktieveable :
dapat diukur, R = Realistik : dapat direalisis, T = Time : jangka waktu dapat
dijangkau).
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau,
observasi, periksa, ukur, catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu,
ubah, pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan,
sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja:
rujuk, instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.

19
Adapun intervensi keperawatan pada pasien karsinoma bronkogenik, berupa :
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Pasien Karsinoma Bronkogenik
Diagnosa Tujuan dan Rencana Asuhan Keperawatan
No
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji tanda-tanda 1. Beberapa derajat


vital dan auskultasi spasme bronkus
bersihan jalan nafas, Setelah dilakukan bunyi napas. terjadi dengan
obstruksi jalan
berhubungan dengan tindakan keperawatan napas.

peningkatan selama 3x24 jam jalan 2. Peninggian kepala


tempat tidur
jumlah/perubahan napas menjadi efektif. 2. Berikan pasien mempermudah
untuk posisi yang fungsi pernapasan.
mukus /viskositas nyaman dengan
posisi semi fowler. 3. Pencetus tipe reaksi
sekret, kehilangan Kriteria hasil : alergi pernapasan
3. Pertahankan yang dapat
fungsi silia jalan 1. Menyatakan/ lingkungan yang mentriger episode
menunjukkan nyaman. akut.
nafas, meningkatnya hilangnya dispnea.
2. Mempertahankan 4. Membantu
tahanan jalan nafas. jalan nafas paten mempermudah
dengan bunyi nafas pengeluaran sekret.
bersih.
3. Mengeluarkan 4. Tingkatkan masukan 5. Memberikan cara
sekret tanpa cairan, dengan untuk mengatasi
kesulitan. memberi air hangat. dan mengontrol
4. Menunjukkan dispnea,
perilaku untuk 5. Dorong atau bantu mengeluarkan
memperbaiki/ latihan napas dalam sekret.
mempertahankan atau batuk efektif.
bersihan jalan nafas 6. Menurunkan
kekentalan sekret
dan mengeluarkan
sekret.

6. Kolaborasi dalam
pemberian obat dan
humidifikasi, seperti
nebulizer.
2. Nyeri akut Tujuan : 1. Tanyakan pasien 1. Membantu dalam
tentang nyeri, evaluasi gejala
berhubungan dengan Setelah dilakukan Tentukan nyeri kanker yang
karaktersitik nyeri. dapat melibatkan
invasi kanker ke tindakan keperawatan visera, saraf atau
jaringan tulang.
pleura, dinding dada. selama 3x24 jam nyeri

hilang atau berkurang. 2. Ketidaksesuaian

20
antara verbal dan
non verbal
Kriteria hasil : 2. Kaji  pernyataan menunjukan.derajat
verbal dan non nyeri.
1. Tampak rileks dan verbal nyeri pasien.
tidur/istrahat
dengan baik. 3. Memberikan obat
2. Melaporkan nyeri berdasarkan aturan.
hilang/terkontrol.
3. Berpatisipasi dalam
aktivitas yang 4. Meningkatkan
diinginkan. 3. Evaluasi keefektifan relaksasi dan
pemberian obat. pengalihan
perhatian.
5. Penurunan stress,
4. Berikan tindakan menghemat energi.
kenyamanan, ubah
posisi, pijatan
punggung dll. 6. Mempertahankan
5. Berikan lingkungan kadar obat,
tenang. menghindari
puncak periode
nyeri.
6. Kolaborasi: Berikan
analgesik rutin s/d
indikasi.
3. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji frekuensi 1. Kecepatan
kedalaman biasanya mencapai
pola napas Setelah dilakukan pernapasan dan kedalaman
ekspansi dada. pernapasan
berhubungan dengan tindakan keperawatan bervariasi
tergantung derajat
obstruksi selama 3x24 jam pola gagal napas.

trakeobronkial oleh napas kembali efektif. 2. Ronchi dan mengi


menyertai obstruksi
sekret, perdarahan jalan napas.
2. Auskultasi bunyi
aktif, penurunan Kriteria hasil : napas. 3. Memudahkan
dalam ekspansi
ekspansi paru, proses 1. Pola napas efektif. paru dan
2. Bunyi napas normal pernapasan.
inflamsi. kembali. 3. Tinggikan kepala
3. Batuk berkurang. dan bentuk 4. Memaksimalkan
mengubah posisi. bernapas dan
menurunkan kerja
napas.

4. Kolaborasi
pemberian oksigen.
4. Gangguan Tujuan : 1. Kaji/pantau TTV. 1. Perubahan TTV
dalam rentang
pertukaran gas Setelah dilakukan abnormal
mengindikasikan
berhubungan tindakan keperawatan adanya respon
tubuh.
gangguan aliran selama 3x24 jam
2. Meningkatkan

21
udara ke alveoli  atau pertukaran gas efektif. ekspansi dada
maksimal,
ke bagian utama membuat mudah
bernafas
paru, perubahan Kriteria hasil : meningkatkan
2. Tinggikan kenyamanan.
membran alveoli 1. GDA dalam batas kepala/tempat tidur
normal. sesuai dengan 3. Hipoksemia
(atelektasis , edema 2. Menunjukan kebutuhan. sistemik dapat
ventilasi adekuat. ditunjukan
paru , efusi, sekeresi 3. Menunjukan pertamakali oleh
perbaikan distress gelisah dan
berlebihan,/perdarah pernafasan. rangsang disertai
penurunan
an aktif). kesadaran.

3. Kaji tingkat 4. Hipoksemia


kesadaran. menurunkan
kemampuan untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
tanpa dispnoea
berat, takikardia
dan disritmia.
5. Hipoksemia ada
pada berbagai
derajattergantung
pada jumlah
obstruksi jalan
nafas.

4. Kaji toleransi
aktivitas. 6. Memaksimalkan
sediaan oksigen
untuk pertukaran
gas.

5. Awasi seri GDA.

22
6. Berikan oksigen
dengan metoda yang
tepat
5. Ketidakseimbangan Tujuan : 1. Kaji kebiasaan diet. 1. Pasien distress
Evaluasi berat badan pernapasan akut
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan dan ukuran tubuh. sering anoreksia
karena dispnea,
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan produksi sputum,
dan obat-obatan.
berhubungan dengan selama 3x24 jam

penurunan intake pasien akan 2. Membantu dalam


menentukan respon
inadekuat, menunjukan perbaikan untuk makan atau
2. Aukultasi bising berkembangnya
peningkatan nutrisi. usus. komplikasi.

metabolisme, proses
3. Meningkatkan
keganasan. Kriteria hasil: proses pencernaan
dan toleransi pasien
1. Tidak tampak mual terhadap nutrisi
muntah, yang diberikan dan
2. Peningkatan dapat
pengecapan dan 3. Berikan makanan meningkatkan
menelan. dalam jumlah kecil kerjasama pasien
3. Nafsu makan dan dalam waktu saat makan.
meningkat. yang sering dan
teratur.
4. Rasa tak enak, bau,
dan penampilan
adalah pencegah
utama terhadap
nafsu makan dan
dapat membuat
mual dan muntah
dengan
peningkatan
kesulitan napas.
4. Anjurkan perawatan
oral, dan cara
mengeluarkan
sekret.
6. Ansietas Tujuan : 1. Evaluasi tingkat 1. Pemahaman
pemahaman persepsi melibatkan
berhubungan dengan Setelah dilakukan pasien/orang susunan tekanan 
terdekat tentang perawatan individu
perkembanga tindakan keperawatan diagnosa. dan memberikan
informasi.
penyakit dan selama 3x24 jam

perubahan status ansietas hilang atau 2. Memberi waktu


untuk
kesehatan. berkurang mengidentifikasi
2. Akui rasa takut,  perasaan.
masalah pasien, dan
dorong

23
Kriteria hasil : mengekspresikan
perasaan.
1. Tampak rileks 3. Dapat memperbaiki
2. Klien dapat perasaan kontrol.
beristrahat. 3. Libatkan
3. Dapat bekerja sama pasien/orang
dalam program terdekat dalam
terapi. perencanaan
keperawatan.
7. Defisiensi Tujuan : 1. Berikan informasi 1. Meningkatkan
dalam cara yang pengetahuan
pengetahuan Setelah dilakukan jelas/ ringkas. pasien.

berhubungan dengan tindakan keperawatan


2. Berikan informasi 2. Pemberian
keterbatasan selama 3x24 jam verbal dan tertulis instruksi
tentang obat. penggunaan obat
informasi dan proses pengetahuan tentang yang akan
memudahkan
pengobatan. penyakit dan program pasien untuk
mengikuti dengan
pengobatan meningkat. tepat program
pengobatan.

Kriteria hasil : 3. Pasien dengan


masalah pernafasan
1. Tampak rileks berat biasanya
2. Mengidentifikasi mengalami
dengan benar tanda penurunan berat
dan gejala yang badan dan
memerlukan 3. Kaji konseling anoreksia sehingga
perhatian medik. nutrisi tentang memerlukan
3. Dapat bekerja sama kebutuhan makan peningkatan nutrisi
dalam program dengan kalori yang untuk
terapi. tinggi. menyembuhan.

4. Pasien harus
menghindari untuk
terlalu lelah dan
mengimbangi
periode istirahatdan
aktivitas untuk
meningkatkan
regangan/ stamina
dan mencegah
konsumsi/
kebutuhan oksigen
berlebihan
4. Berikan pedoman
untuk aktivitas.

24
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2001).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah
dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut
bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang
mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan
respon pasien terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam
praktek.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Nursalam, 2001).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang
dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.

25
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat
terhadap respon klien segera stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan
secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan
perkembangan kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah
tujuan telah tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi
perawat untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi
dapat menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis
dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien bronkietaksis harus
sesuai dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Nyeri berkurang/hilang.
c. Pola napas kembali efektif.
d. Pertukaran gas efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang / berkurang.
g. Pengetahuan tentang penyakit dan program pengobatan meningkat.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Karsinoma bronkogenik merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap
tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan
manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan
metastasis dan prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker,
penekanan utama adalah pada pencegahan, misalnya dengan berhenti
merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari
lingkungan polusi. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan
bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat
dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
2. Asuhan keperawatan klien karsinoma bronkogenik berpusat pada peningkatan
ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang
bersih, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, pola nafas dan
pertukaran gas efektif, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi
terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.

B. Saran
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru sangat berhubungan dengan
kebiasaan merokok. Karena itu, pencegahan yang paling penting adalah tidak
merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat mengurangi risiko terkena
kanker paru. Akhir-akhir ini pencegahan karsinoma bronkogenik dengan
Chemoprevention banyak dilakukan, yakni dengan memakai Derivat asam
retinoid, karotenoid, Vitamin C, Selenium, dan lain-lain.

27
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram., 1999,  Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1,


Penerbit EGC, Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta

Dongoes, E. Marlyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perawatan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made


Sumarwati dan Nike Budhi Subekti . Jakarta: EGC

Nurarif, Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

http://mardhiyah-hayati-fkp12.web.unair.ac.id/artikel_detail-85326-Askep-ASKEP
%20TUMOR%20PARU%20%28KARSINOMA%20BRONKOGENIK
%29.html

28

Anda mungkin juga menyukai