Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA SISTEM

MUSKULOSKELETAL, INTEGUMEN, PERSEPSI


SENSORI DAN PERSYARAFAN

ASUHAN KEPEARAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM SARAF : TUMOR OTAK

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

DENI SETIYAWAN NIM. 821233019


TOMO HARTOYO NIM. 821233105
NASYARUDDIN NIM. 821233071
NUR ASIDA NIM. 821233075
SILVIA MARJULINA NIM. 821233094
TRI PURBOYO WAHYU NIM. 821233106

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATANYAYASAN RUMAH SAKIT
ISLAM PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pada mata kuliah Biostatistik yang berjudul “Tumor Otak” di Sekolah
Tinggi Kesehatan (STIKes) YARSI Pontianak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak
dapat dilaksanankan apabila tidak didukung oleh berbagai pihak, untuk itu tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M. Kep Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKes) YARSI Pontianak.
2. Ns. Dewin Sapitri, M.Kep sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa
3. Teman-teman Pendidikan STIKes YARSI Pontianak yang telah banyak
mengorbankan waktu dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis telah berusaha seoptimal mungkin dalam menyusun makalah ini,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan guna
penyempurnaan penulisan ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.
Pontianak, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
C. Metode Penulisan ............................................................................... 3
D. Ruang Lingkup Penulisan .................................................................. 3
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4


A. Konsep Dasar Penyakit ...................................................................... 4
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tumor Otak ................... 16

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 27

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 27


B. Keterbatasan ..................................................................................... 31
C. Implikasi ........................................................................................... 32

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 33


A. KESIMPULAN ................................................................................ 33
B. SARAN ............................................................................................ 33

Referensi
Lampiran SAP
Lampiran Jurnal
Daftar Konsul

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu tumor yang tumbuh dibagian otak manusia,
tumor ini bisa menyerang pada siapapun individu dan dengan usia berapapun.
Pada umumnya tumor dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tumor
jinak atau ganas.
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di
samping tumor spinal dan tumor saraf perifer (Harsono, 2015). Tumor otak
dapat berupa tumor yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis
dari tumor pada organ lainnya. Metastasis otak berkembang paling sering pada
orang dengan kanker paru-paru, kanker payudara, dan melanoma, tetapi juga
dengan jenis kanker lainnya (Harsono, 2015). Kanker payudara merupakan
penyebab ke dua terbanyak tumor otak metastasis dengan risiko 10-16% pada
orang hidup dan meningkat menjadi 30% setelah dilakukan autopsi (Rostami,
2016).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa tingkatan tumor otak
dibagi dari tingkatan I sampai tingkatan IV. Pengelompokan tersebut
berdasarkan pada karakteristik tumor itu sendiri, misalnya posisi tumbuhnya
tumor, kecepatan perkembangan, serta teknik penyebarannya. Tumor otak
yang terkategori jinak serta tidak berpotensi ganas terletak pada tingkatan I
serta II (Khan et al., 2015). Identitas tumor otak jinak merupakan berkembang
secara terbatas , mempunyai selubung, tidak menyebar serta apabila dioperasi
bisa dikeluarkan secara utuh sehingga bisa sembuh sempurna (A. H. Wu et al.,
2020).
Sebaliknya pada tingkatan III serta IV, umumnya telah berpotensi jadi kanker
yang disebut tumor otak ganas atau kanker otak (Ramakrishnan et al., 2020).
Kanker ataupun tumor ganas merupakan perkembangan sel atau jaringan yang
tidak terkontrol, terus bertumbuh dan immortal (tidak bisa mati). Sel kanker

1
2

bisa menyusup ke jaringan dekat kemudian menye bar dengan cepat. Kanker
otak ini mempunyai identitas bisa menyusup ke jaringan sekitarnya, dan juga
sel kanker bisa ditemui pada perkembangan tumor (Tan, Ashley, etal., 2020).
Menurut International Agency for Research on Cancer, lebih dari 126.000
orang di dunia setiap tahunnya mengidap penyakit tumor otak dan lebih dari
97.000 orang meninggal dunia. Insidensi tumor otak di Amerika Serikat
adalah 21,42/ 100.000 penduduk per tahun dengan insidensi tumor ganas
7,25/ 100.000 penduduk per tahun (International Agency for Research on
Cancer, 2020). Masing-masing jenis tumor otak memiliki insidensi yang
berbeda.
Sayangnya, insiden tumor otak diIndonesia belum banyak ditemukan dalam
literatur (Harsono, 2011). Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 tidak mencantumkan jumlah insiden tumor otak di
Indonesia. Belum ada data epidemiologi nasional mengenai tumor otak di
Indonesia. Menurut laporan yang diterbitkan oleh World Health Organization
(WHO) kanker otak menyumbang kurang dari 2% dari kanker yang lain,
namun morbiditas parah dan komplikasi yang dihasilkan sangat besar.
Perusahaan riset kanker di Inggris menyebutkan bahwa ada sekitar 5.250
kematian yang diakibatkan karena otak (World Health Organization, 2018).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang konsep dasar penyakit dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah :
a) Mahasiswa / i mampu memahami pengertian tumor otak
b) Mahasiswa / i mampu etiologi atau penyebab tumor otak
c) Mahasiswa / i mengetahui tentang klasifikasi tumor otak
d) Mahasiswa / i mengetahui patofisiologi penyakit tumor otak
e) Mahasiswa / i mengetahui manifestasi klinis tumor otak
3

f) Mahasiswa / i mengetahui pemeriksaan penunjang tumor otak


g) Mahasiswa / i mengetahui penatalaksanaan tumor otak
h) Mahasiswa / i mengetahui konsep Asuhan keperawatan pasien dengan
tumor otak
i) Mahasiswa / i mengetahui tentang hasil penelitian tentang tumor otak

C. Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunaka metode studi literatur
yang ada didalam text book dan jurnal yang ada di internet.

D. Ruang lingkup penulisan


Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah pada kasus Tumor
Otak

E. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari 4 Bab yaitu :
1. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, dan Sistematika Penulisan
2. Bab II Tinjauan Pustaka yang terdiri dari
3. Bab III Pembahasan yang terdiri dari Hasil Penelitian, Keterbatasan,
Implikasi
4. Bab IV Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran SAP
7. Lampiran Jurnal
8. Daftar Konsultasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak
kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ- organ lain
(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain,
disebut tumor otak sekunder (Hadi Purwanto, 2016)
Tumor Cerebri adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel di
dalam dan di sekitar jaringan otak. Tumor otak benigna adalah
pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas
(Wartiningsih, 2017). Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak
yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya
atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya
melalui aliran darah (Astuti 2016). Tumor intrakranial merupakan massa
jaringan abnormal tempat sel tumbuh dan berlipat ganda tanpa terkendali
yang terjadi di dalam tempurung kepala (Erick T 2020).
Tumor otak merupakan salah satu penyakit dengan resiko tinggi karena
otak merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Adanya
massa atau neoplasma pada jaringan otak akan berdampak pada jaringan
otak sendiri secara lokal dan dampak secara umum. Secara lokal efeknya
berupa infiltrasi, invasi dan pengrusakan jaringan otak secara langsung
akan menekan struktur saraf sehingga terjadi degenerasi dan gangguan
sirkulasi darah (Irianto, 2015).

4
5

2. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Namun terdapat
beberapa faktor yang diduga mempunyai peran terjadinya tumor otak
(Hadi Purwanto, 2016), antara lain :
a. Genetic / Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astricytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas.
b. Sisa-sisa sel embrional (Embryonic Cell Rest)
Sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadi glioma
d. Virus
Banyak penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
6

ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor


pada sistem saraf pusat
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso- ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan (Stark-Vance, et al., 2017).
f. Trauma kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak)

3. Klasifikasi Tumor Otak


Klasifikasi Tumor Otak (Hadi Purwanto, 2016) :
a. Berdasarkan stadium
1) Grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
2) Grade II : tumor bersifat infiltratif, aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu tertentu bersifat progresif ke
arah derajat keganasan yang lebih tinggi
3) Grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi
tinggi, dan terdapat anaplasia.
4) Grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre-
post operasi

b. Berdasarkan jenis tumor


1) Jinak
a) Acoustic neuroma Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai
schwannoma, tumbuh dari sel selubung saraf pada kompleks
nervus VIII pada region meatus auditorius internus. Manifestasi
awal yang khas adalah gangguan pendengaran sensori 18 neural
7

unilateral yang disebabkan oleh kerusakan nervus delapan dalam


meatus (lesi intrakanalikular)
b) Meningioma Tumor ini memiliki banyak pembuluh darah
sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.
c) Pituitary adenoma Manifestasi neurologis klasik yaitu
hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma
optikum oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan
patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi kiasma,
sehingga menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma
karotis, meningioma suprasela, dan kraniofaringioma
d) Astrocytoma (grade I) yaitu tumor yang berkembang disistem
syaraf pusat bersifat jinak/ non kanker

2) Malignant / Ganas
a) Astrocytoma (grade 2,3,4)
b) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang
dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia
yang paling bersifat kemosensitif.
c) Apendymoma
Tumor ganas yang berasal dari hubungan erat pada ependim
yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap.bagian fosa ventrikularis.
d) Metastase tumor otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara
dan ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker
otak metastasis. Lokasi tumor dapat terletak di dalam otak itu
sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu sendiri
8

c. Berdasarkan lokasi
1) Tumor supratentorial
(a) Glioma
(1) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar ke sisi kontra
lateral melalui korpus kolosum.
(2) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan
diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang).
Pada orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada anak-
anak dan dewasa muda di serebelum dan pada umumnya
berisi cairan atau kistik
(3) Oligodendroglioma
Lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi

2) Meningioma
Tumor ini berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater
yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul
dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh
sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang, kadang disertai reaksi
tulang berupa hiperostosis karena merupakan massa 20 ekstraaksial
lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya
pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%),
Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae
(10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontineangle.
Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di
9

sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma


konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis krani sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan
menyebabkan gangguan visus yang progresif.

3) Tumor infratentorial
a) Schwanomaakustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering
berkembang pada saraf akustikus sehingga muncul gejala
gangguan pendengaran
b) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % –10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan
payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin,
saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke
otak.
c) Meningioma
Tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel,
dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
d) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis
yang paling sering dijumpai dalam serebellum

2. Patofisiologi
Menurut Desen (2013) tumor otak menyebabkan gangguan neurologik
yang disebabkan oleh gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan
klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif
10

waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh 2


faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron (Chamberlain, 2012).
Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh
paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan
fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
cerebrovaskuler primer (Chamberlain, 2012). Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal (Ariani, 2012).
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar
tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang
yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku (Muttaqin, 2011). Tumor
ganas menimbulkan oedema dalam jaringan otak. Mekanisme belum
seluruhnya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan (Leone, 2015). Obstruksi vena dan oedema
yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus
(Leone, 2015).
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak
11

berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme


kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau
serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser
ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan menensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran
dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan) (Leone, 2015).

3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala umum adalah tanda yang kebanyakan sering muncul
pada kasus tumor otak, yaitu :
a. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin nyeri pada saat batuk dan
membungkuk
b. Kejang
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial : pandangan kabur,
mual muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda
vital, afasia
d. Perubahan kepribadiane. Gangguan memori dan alam perasaan

Menurut Suzanne C. Smeltzer (2013), tanda dan gejala yang dapat muncul
antara lain:
a. Tanda dan gejala umum:
1) Sakit kepala
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dikeluhkan
pada penderita tumor otak. Nyeri bersifat dalam, terus menerus,
tumpul, dan kadang- kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
12

waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk,
atau mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit
berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang
sakit (Ariani A. 2012).
2) Muntah
Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada
medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak
dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan
batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat
proyektil (Ariani A. 2012).
3) Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan
intrakranial. Seringkali sulit 17 menggunakan tanda ini sebagai
diagnosis tumor otak karena pada beberapa individu fundus tidak
memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial amat tinggi.
Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan,
termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat di
mana penglihatan berkurang) (Ariani A. 2012).

b. Gejala terlokalisasi (spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena)


menurut Hasono (2015):
1) Tumor korteks motoric
Memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti
kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebutkejang
jacksonian. Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual,
hemianopsiahomonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada
setengah lapang pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor)
dan halusinasi penglihatan
13

2) Tumor lobus oksipital


Hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan pada
setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor)
dan halusinasi penglihatan.
3) Tumor serebelum
Menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya
berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi
yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan mistagmus (gerakan
mata berirama tidak disengaja) biasanya menimbulkan gerakan
horizontal
4) Tumor lobus frontal
Menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering
menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
5) Tumor sudut serebelopontin
Menyebabkan tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf 18 kranial keketujuh),
abnormalitas fungsi motorik.
6) Tumor intracranial
Menyebabkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan funsi
bicara dan gangguan gaya berjalan terutama pada pasien lansia

4. Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan (Wartiningsih,
2017):
a. Arterigrafi atau Ventricolugram untuk mendeteksi kondisi patologi
pada sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN: Pemeriksaan ini memperlihatkan semua tumor
intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita
menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak
14

yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau
gejalagejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.
c. Radiogram: Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang
mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG): Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron. Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah
yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu l pada waktu kejang.
e. Ekoensefalogram: Memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebral
f. Angioserebral: Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral

5. Penatalaksanaan
Terapi pada tumor otak primer berdasarkan pada jenis dan lokasi tumor,
potensi keganasan, serta usia dan kondisi fisik pasien. Terapi pada tumor
otak dapat berupa tindakan pembedahan, radioterapi, kemoterapi
maupun kombinasi (Perkins dan Liu, 2016). Penatalaksanaan klien
dengan tumor otak meliputi :
a. Terapi radiasi stereotaktik Terapi radiasi termasuk Gamma Knife
atau terapi sinar proton, dilakukan pada kasus tumor yang tidak
mungkin di operasi atau tidak mungkin direseksi atau jika tumor
menunjukan transform asimaligna. Focus radiasi akan sangat
membantu pada tumor kecil yang terdapat dasar tengkorak (Hadi
Purwanto, 2016).
b. Surgery : Presurgery : Shunt untuk mengalirkan cairan
cerebrospinal Operasi pengangkatan untuk menghancurkan tumor
tanpa menimbulkan defisit neuroligis : Operasi konvensional dengan
craniotomy (Hadi Purwanto, 2016).
15

c. Terapi obat :
1) Kortikosteroid : untuk menghilangkan swelling (dexsametason)
2) Antikonvulsan : mencegah dan mengontrol kejang (pheniton,
carbamazepine)
3) Antidiuretik : manitol
d. Kemoterapi untuk membunuh sel tumor (Hadi Purwanto, 2016)
e. Diet :
Pengobatan tumor juga memerlukan makanan yang sehat, seperti :
1) Omega-3 yang dapat ditemukan pada ikan salmon, tuna dan
tenggiri untuk mengurangi resistensi tumor pada terapi dan dapat
membantu mempertahankan dan menaikkan daya tahan tubuh
dalam menghadapi proses pengobatan tumor otak seperti
kemoterapi.
2) Omega-9 yang ada di minyak zaitun dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dan mengurangi pembengkakan serta
mengurangi rasa sakit saat pengobatan tumor otak
3) Serat dari roti gandum, sereal, buah segar, sayur, dan kacang-
kacangan
4) Folic Acid (vitamin B9 atau Bc) : bayam, asparagus, daun selada,
kacang polong, kuning telur, dan biji bunga matahari
5) Antioksidan : strawberry, rasberry, blueberry, anggur, tomat,
brokoli, jeruk, persik, apricot, bawang putih, gandum, telur, ayam,
kedelai, dan ikan.

Sedangkan untuk makanan yang harus dihindari penderita kanker dan


tumor otak adalah gula dan karbohidrat karena gula dan karbohidrat
merupakan makanan utama sel kanker. Saat pengobatan tumor dan
kanker, sel kanker yang ada di dalam tubuh akan mengkonsumsi 10-
15 kali lipat gula. Gula yang dikonsumsi akan menjadi energi para sel
kanker yang mempercepat perkembangan sel kanker (Hadi,
Purwanto).
16

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR OTAK


1. Pengkajian Keperawatan
a. Data pasien
Data klien: data pasien antara lain: nama, umur (Tumor otak terjadi
umumnya pada Dewasa bisa juga muncul pada usia anak-anak tetapi
beda jenis tumornya), jenis kelamin (kasus tumor otak pada umumnya
paling sering terjadi pada perempuan), agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan,
alamat, penanggung jawab, dll (Lotar, 2018)..
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dan adanya gangguan fokal seperti nyeri kepala
hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan kesadaran.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat
meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan
mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, papiledema,
penurunan penurunan tingkattingkat kesadaran, kesadaran,
penurunan penurunan penglihatan penglihatan atau penglihatan
penglihatan double, double, ketidakmampuan ketidakmampuan
sensasi sensasi (parathesia (parathesia atau anasthesia), anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia (Hadi Purwanto, 2016).
3) Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya. Selain itu riwayat penyakit dahulu
seperti trauma kepala, hipertensi, jantung, diabetes juga perlu dikaji
untuk memberikan tindakan yang lebih tepat
17

4) Riwayat penyakit keluarga


Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala
c. Pemeriksaan fisik
1) Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan
sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi
dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien
normal, tidak menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas,
dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM (Hadi Purwanto, 2016).
2) Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan
bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung
normal, akral hangat, nadi hangat, nadi bradikardi (Hadi Purwanto,
2016).
3) Persyarafan B3 (Brain)
a) Penglihatan (mata): Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia
b) Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal.
c) Penciuman (hidung): Mengeluh bau yang tidak biasanya
d) Pengecapan Pengecapan (lidah): Ketidakmampuan sensasi
sensasi(parathesia atau anasthesia) dan kerusakan atau
kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan
berkata-kata, reseotif atau berkata kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya (Afasia).
e) Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggamantangantidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
18

f) GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran


pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan
4) Perkemihan B4 (Bladder) Gangguan control sfinter urine,
kebersihan bersih, bentuk alat kelamin normal, uretra normal,
produksi urin normal
5) Pencernaan B5 (Bowel) Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan
tekanan intracranial sehingga menekan pusat muntah pada otak.
Gejala mual dan muntah ini biasanya akan diikuti dengan penurunan
nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6) Muskuloskeletal/Integumen B6 (Bone) Keterbatasan pergerakan
anggota gerak karena kelemahan bahkan kelumpuhan. Kemampuan
pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh ubuh kelelahan
d. Pola persepsi dan Pemeliharaan
Seperti Riwayat keluarga tumor, Terpapar radiasi berlebih, Kecanduan
Alkohol,Perokok berat, dan Gangguan kepribadian / halusinasi (Hadi
Purwanto,2016).
e. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi berat badan (BB) dalam 6 bulan
terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi,
masalah/penyembuhan kulit, makanan kesukaan
f. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, dan kulit, kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri,
dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urin
dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan,
perspirasi berlebih, dll.
g. Pola aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
19

Kesehatan berhubungan satu sama lain. Kemampuan klien dalam


menata diri apabila tingkat kemampuan : 0: mandiri, 1: dengan alat
bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat, 4 : tergantung
dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan range of motion, riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas,
riwayat penyakit paru
h. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi buruk, penggunaan obat, dan mengeluh letih.
i. Pola Persepsi sensori dan Kognitif
Persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran,
perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh, sedangkan pola
kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap
persitiwa yang telah lama terjadi atau baru terjadi dan kemampuan
orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang atau benda yang
lain). Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri,
kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat
bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat
kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran,
persepsi sensori (nyeri), penciuman dll.
j. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga
diri, peran, identitas, dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system
terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan
lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manusia juga
sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam
pandangan secara holistic. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian
terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata, aktif atau pasif,
20

isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau
relaks.
k. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat, tempat tinggal klien, tidak punya
rumah, pekerjaan, tingkah laku yang pasif atau agresif terhadap orang
lain, masalah keuangan, dll.
l. Reproduksi dan Seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, 24 riwayat
haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit berhubungan
dengan sex, pemeriksaan genital.
m. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan
system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi
dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang
biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress.
n. Sistem Kepercayaan Agama yang dianut, Kegiatan Ibadah terganggu

2. Diagnose keperawatan
Berdasarkan SDKI (2016), Diagnosa yang dapat diangkat sebagai berikut :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Tumor otak)
b. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan neurologis
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurangnya Asupan Makanan
d. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Neuromuskular
e. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Penurunan Sirkulasi
Cerebral
f. Resiko Jatuh berhubungan dengan Gangguan penglihatan
21

3. Intervensi keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2018).
Ada empat elemen penting yang harus diperhatikan pada saat membuat
perencanaan keperawatan yaitu membuat prioritas, menetapkan tujuan dan
membuat kriteria hasil (Moorhead, 2015). Merencanakan intervensi
keperawatan yang akan diberikan (termasuk tindakan mandiri dan kolabirasi
dengan tenaga kesehatan lainnya), dan melakukan pendokumentasian
(Bulechek, 2015). Sebagaimana dengan tabel di bawah ini:

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1. Monitor
Agen pecedera tindakan keperawatan manajemen
fisiologis selama 3 x 24 jam maka nyeri (PQRST)
tingkat nyeri menurun, 2.Identifikasi
dengan kriteria hasil: pemahaman tentang
1. Keluhan nyeri kondisi, situasi dan
menurun perasaanya.
2. Perasaan depresi 3.Jelaskan penyebab,
menurun periode dan pemicu
3. Mual muntah nyeri
menurun 4.Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
22

mengurangi rasa
nyeri
5.Dukungan keluarga
dan pengasuh terlibat
dalam terapi /
pengobatan
6.Kolaborasi
pemberian analgesic,
jika perlu
2 Pola Nafas Setelah dilakukan 1. Monitor Pola nafas,
Tidak Efektif tindakan keperawatan monitor saturasi
b/d Gangguan selama 3 x 24 jam maka oksigen
neurologis inspirasi dan ekspirasi 2. Monitor Frekuensi,
membaik, dengan kriteria irama, kedalaman
hasil: dan upaya nafas
1. Dispnea menurun 3. Atur interval
2. Penggunaan otot pemantauan respirasi
bantu nafas menurun kondisi pasien
3. Frekuensi nafas 4. Jelaskan tujuan dan
menurun prosedur pemantauan
4. Kedalaman nafas Informasikan hasil
menurun pemantauan
5. kolaborasi pemberian
oksigen
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Berikan makanan
b.d kurangnya tindakan keperawatan yang hangat
asupan makanan selama 3 x 24 jam maka 2. Kolaborasi
nafsu makan membaik, pemberian analgesic
dengan yang adekuat sebelum
kriteria hasil: makan
23

3. Kolaborasi pemberian
makanan parenteral,
jika perlu
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya
mobilitas fisik tindakan keperawatan nyeri atau keluhan
b.d gangguan selama 3 x 24 jam maka fisik lainnya
neuromuskular mobilitas fisik meningkat, 2. Identifikasi
dengan kriteria hasil: toleransi fisik
1. Pergerakan ekstermitas melakukan
meningkat pergerakan
2. ROM meningkat 3. Monitor kondisi
3. Kekuatan otot umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
4. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
5. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
melakukan
pergerakan
6. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
7. Ajarkan melakukan
mobilisasi sederhana
(duduk)
5 Gangguan Setelah dilakukan 1. Gunakan metode
komunikasi tindakan keperawatan alternative
verbal b.d selama 3 x 24 jam, maka seperti menulis
komunikasi verbal
24

penurunan meningkat dengan kriteria 2. Sesuikan gaya


sirkulasi cerebral hasil: komunikasi dengan
1. Kemampuan berbicara kebutuhan seperti
meningkat bicara dengan
2. Kemampuan perlahan
mendengar 3. Anjurkan
3. Meningkat Kesesuaian berbicara secara
ekspresi wajah perlahan
meningkat. 4. Ajarkan pasien
dan keluarga
proses kognitif,
anatomi, dan
fisiologi yang
berhubungan
dengan
kemampuan
berbicara.
6 Resiko Jatuh b/d Setelah dilakukan 1. Identifikasi obat yang
gangguan tindakan keperawatan berpotensi
penglihatan selama 3 x 24 jam, maka menyebabkan cedera
keparahan dan cedera yang 2. Identifikasi
diamati menurun dengan kebutuhan
kriteria hasil: keselamatan Monitor
1. kejadian cedera perubahan status
menurun keselamatan
lingkungan
3. Identifikasi
kesesuaian alas kaki
4. Sediakan
pencahayaan yang
memadai
25

5. Sosialisasikan
pasien dan keluarga
lingkungan rawat inap
6. Sediakan urinal
didekat tempat tidur,
jika perlu
7. Tingkatkan
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
8. Gunakan perangkat
pelindung (mis. Rel
samping)
9. Hilangkan bahaya
keselamatan
10. Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
risiko

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan
urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas dimana aplikasi yang akan
dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu
dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora, 2017).
26

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasiseluruhnya, hanyasebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya.
Evaluasi adalah proses berkelanjutan yaitu proses yang digunakan untuk
mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan
keperawatan, perbaikan tindakan keperawatan, kebutuhan klien saat ini,
perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain, dan apakah perlu menyusun ulang
priorotas diagnosa supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi. Selain digunakan
untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi
juga digunakan untuk memeriksa sumua proses keperawatan (Debora, 2017).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian Kumalasari, dkk (2023) yang berjudul intervensi
yang mendukung kualitas hidup penyitas tumor otak, dapat disimpulkan bahwa
studi ini memukan bahwa berbagai intervensi berdampak positif terhadap kualitas
hidup para penyintas tumor otak. Intervensi tersebut berupa yoga, promosi
kesehatan berbasis Traditional Chinese Medicine (TCM) dan dukungan sebaya
(the ohana project), high-quality nursing, terapi kelompok berbasis pilates, serta
latihan ski. Simpulan pada studi ini menggambarkan manfaat positif berbagai
intervensi yang diberikan terhadap kualitas hidup para penyintas tumor otak,
intervensi tersebut berupa yoga, promosi kesehatan berbasis Traditional Chinese
Medicine (TCM) dan dukungan sebaya (the ohana project), high-quality nursing,
terapi kelompok berbasis pilates, serta latihan ski.
Kualitas hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang, dan kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk kondisi suatu
penyakit. Beberapa penyintas tumor otak mengalami masalah pada kualitas
hidup mereka dan hal ini dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam
menjalani kelanjutan kehidupannya. Individu dengan kualitas hidup yang tinggi
lebih mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan dan mengalami tingkat stres
yang lebih rendah, sedangkan individu dengan kualitas hidup yang rendah
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan mengalami tingkat stres yang
lebih tinggi yang dapat mengancam jiwa. Kemampuan mengelola rasa takut dan
khawatir, kepatuhan terhadap pengobatan dan gaya hidup sehat dapat
mempengaruhi kualitas hidup dan kehidupan sehari hari pasien penyintas
(Abaziou et al., 2020). Kualitas hidup pasien tumor otak dapat meningkat jika
mereka menerima kondisi mereka dan patuh terhadap pengobatan, serta
memiliki self efficacy sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Menilai kualitas hidup juga menjadi kunci dalam memberikan layanan
perawatan penyintas yang komprehensif bagi pasien (Afiyanti et al., 2020).

27
28

Perawat sangat berperan penting dalam memberikan edukasi dan informasi yang
memadai agar dapat mengurangi ketakutan penyintas yang akhirnya berdampak
pada kualitas hidup mereka (Ayu & Afiyanti, 2021). Pada penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa kehadiran seseorang di sisinya, berbicara dengan pasien
tumor otak dapat membuatnya merasa tidak sendirian. Komunikasi yang
dilakukan ini membuat pasien merasa tenang dan nyaman sebagai penyintas
tumor otak (Patchana et al., 2022).
Berbagai upaya penanganan dapat dipertimbangkan untuk menagani pasien
dengan tumor otak. Dalam hal tersebut, penting untuk mempertimbangkan
kualitas hidup dan peningkatan gejala klinis para penderita (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/397/2020 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tumor Otak, 2020). Hal
ini juga penting demi meningkatkan kualitas hidup mereka.
HASIL PENELITIAN
29

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diketahui pada artikel pertama
menunjuukkan intervensi yoga individual layak untuk anak-anak penderita
kanker yang menerima kemo dan radioterapi intensif sehingga mendukung
manfaat terapeutiknya. RCT untuk mengonfirmasi temuan dengan ukuran
sampel yang lebih besar akan membantu menentukan hasil akhir. Pada studi
artikel yang kedua menyatakan kelayakan bahwa intervensi berbasis dukungan
sebaya multimodal yang mencakup interaksi langsung dan interaksi kelompok
daring dapat dilakukan dan diterima oleh orang tua pasien tumor otak anak.
Penelitian lebih lanjut mengenai intervensi untuk pengasuh yang mencakup
dukungan teman sebaya berbasis kelompok tatap muka dan daring diperlukan,
dengan tujuan untuk mengeksplorasi hasil yang serupa pada diagnosis kanker
anak lainnya.
Pada artikel yang ketiga menunjuukkan keperawatan perioperatif berkualitas
tinggi pada pasien yang menjalani operasi tumor otak dapat secara signifikan
meringankan kondisi psikologis yang merugikan, mengurangi tingkat
komplikasi dan meningkatkan efikasi diri dan kualitas hidup pasca operasi.
Pada artikel ke empat menunjuukkan bahwa terapi kelompok berbasis pilates
30

terbukti efektif dalam mengurangi tingkat kelelahan dan beban gejala yang ada
dengan meningkatkan kualitas hidup pada penyintas tumor otak sesuai dengan
data statistik yang tersedia. Pada artikel ke lima menyatakan hasil studi
prospektif rehabilitasi tumor otak ini menunjukkan kelayakan dan keamanan
latihan ski yang menantang pada pasien tumor otak.
Temuan ini juga menggarisbawahi manfaat QOL yang dimediasi oleh olahraga,
serta perlunya program rehabilitasi yang lebih komprehensif. Data menunjukkan
terdapat beberapa intervensi yang dapat diterapkan pada pasien penyintas tumor
otak untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien tersebut. Data studi dari
semua intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas
hidup pasien penyintas tumor otak. Intervensi tersebut berupa yoga, promosi
kesehatan berbasis Traditional Chinese Medicine (TCM) dan dukungan sebaya
(The Ohana Project), high-quality nursing, terapi kelompok berbasis pilates,
serta latihan ski.
Intervensi dalam meningkatkan kualitas hidup pasien penyintas tumor otak ini
harus menjadi perhatian karena sering kali individu yang menderita tumor otak
hanya mendapatkan perhatian dari aspek medis dan kondisi fisik tanpa
memperhatikan psikologis atau kualitas hidup dari pasien tersebut. Para penyintas
tumor otak ini perlu diberikan beberapa intervensi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka dan agar tidak menghambat proses pengobatan
selanjutnya. Diharapkan para tenaga kesehatan dapat melakukan pengkajian
yang lebih komorehensive terkait masalah yang sering timbul setelah
menjalani tatalaksana tumor otak khususnya yang berkaitan dengan kualitas
hidup, sehingga dapat diterapkannya beberapa intervensi yang sesuai dapat
dilakukan pada penyintas tumor otak agar memiliki kualitas hidup yang lebih
baik. Penelitian selanjjtnya yang dapat dikembangkan yakni teknik pemilihan
intervensi yang sesuai bagi para penyintas tumor otak serta alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kebutuhan intervensi kualitas hidup khusus pada
pasien penyintas tumor otak.
31

B. Keterbatasan
Berdasarkan hasil penelitian Kumalasari, dkk (2023) keterbatasan yang
muncul dalam penelitian ini adalah penelitian ini masih memiliki kelemahan
terkait instrumen yang digunakan untuk kualitas hidup yang tidak menggunakan
kuesioner standar akibat keterbatasan terjemahan. Selain itu penelitian ini juga
menyarankan penggunaan ukuran sampel yang lebih besar agar dapat
mengonfirmasi temuan yang ada.
Hasil studi selanjutnya yang menggunakan intervensi promosi kesehatan
berbasis pengobatan tradisional Cina dan dukungan sebaya menunjukkan bahwa
tekanan emosional awal, perilaku kesehatan, dan kualitas hidup (QoL) membaik
selama intervensi tiga bulan (Wilford et al., 2020). Selain itu para orang tua
merasa bahwa dukungan teman sebaya secara langsung dan melalui grup
Facebook berkontribusi terhadap manfaat program yang mereka ikuti. Studi
berikutnya meneliti perawatan berkualitas tinggi (high-quality nursing) terhadap
penyintas tumor otak. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas
hidup pasca operasi pada pasien tumor otak serta meringankan kondisi psikologis
yang merugikan, mengurangi tingkat komplikasi dan meningkatkan efikasi diri
(Shi et al., 2021).
Selanjutnya, studi lain yang mengevaluasi efektivitas terapi kelompok berbasis
pilates menemukan bahwa terapi kelompok berbasis pilates terbukti efektif
dalam mengurangi tingkat kelelahan dan beban gejala yang ada dengan
meningkatkan kualitas hidup pada penyintas tumor otak (Jakkula et al., 2019).
Penelitian ini melibatkan penyintas pria maupun wanita dengan kelompok usia
18 hingga 65 tahun. Intervensi lain dilakukan pada artikel penelitian berikutnya
yaitu menggunakan latihan ski (Troschel et al., 2020). Penelitian ini terdiri dari
sesi ski harian selama seminggu dengan pemandu ski profesional serta dokter.
Hasilnya menunjukkan tidak ditemukan efek samping yang parah yang
didokumentasikan selama pemeriksaan harian. Terdapat peningkatan yang kuat
dalam aktivitas yang terukur serta kualitas hidup yang disertai dengan penurunan
distres selama intervensi, dan sebagian, setelahnya. Hasil penelitian lain
menemukan peserta studi dalam kelompok eksperimen menunjukkan
32

peningkatan yang signifikan dalam kepuasan hidup dibandingkan dengan


kelompok kontrol setelah menerima intervensi aktivasi perilaku berbasis
Internet; dan memberikan dukungan bahwa intervensi tersebut dikaitkan dengan
perubahan positif dari waktu ke waktu (Grenawalt et al., 2022). Temuan ini
memberikan bukti awal bahwa aktivasi perilaku dapat diberikan melalui internet
dan dapat memberikan efek positif pada kualitas hidup orang dewasa muda yang
selamat dari tumor otak pada masa kanak-kanak.
Keterbatasan dalam studi ini antara lain: Pencarian artikel terbatas pada jurnal/
database yang tidak berbayar atau tanpa langganan, artikel yang mengarah ke
judul dan tujuan studi hanya tersedia dalam bentuk abstrak dan tidak dapat
diakses full text tidak masuk dalam kriteria saat penyaringan artikel dalam studi
ini.

C. Implikasi
Studi ini menggambarkan manfaat positif berbagai intervensi yang diberikan
terhadap kualitas hidup para penyintas tumor otak. Intervensi tersebut berupa
yoga, promosi kesehatan berbasis traditional chinese medicine (TCM) dan
dukungan sebaya (The Ohana Project), high-quality nursing, terapi kelompok
berbasis pilates, serta latihan ski. Temuan ini menjadi bahan rujukan untuk
memilih dan memberikan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas
hidup penyintas tumor otak.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada
jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ- organ lain (metastase) seperti ; kanker paru,
payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder (Hadi
Purwanto, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian Kumalasari, dkk (2023) yang berjudul intervensi
yang mendukung kualitas hidup penyitas tumor otak, dapat disimpulkan bahwa
berbagai intervensi berdampak positif terhadap kualitas hidup para penyintas tumor
otak. Intervensi tersebut berupa yoga, promosi kesehatan berbasis Traditional
Chinese Medicine (TCM) dan dukungan sebaya (the ohana project), high-quality
nursing, terapi kelompok berbasis pilates, serta latihan ski. Simpulan pada studi ini
menggambarkan manfaat positif berbagai intervensi yang diberikan terhadap
kualitas hidup para penyintas tumor otak, intervensi tersebut berupa yoga, promosi
kesehatan berbasis Traditional Chinese Medicine (TCM) dan dukungan sebaya (the
ohana project), high-quality nursing, terapi kelompok berbasis pilates, serta latihan
ski.

B. Saran
Intervensi dalam meningkatkan kualitas hidup pasien penyintas tumor otak ini
harus menjadi perhatian karena sering kali individu yang menderita tumor otak
hanya mendapatkan perhatian dari aspek medis dan kondisi fisik tanpa
memperhatikan psikologis atau kualitas hidup dari pasien tersebut. Para penyintas
tumor otak ini perlu diberikan beberapa intervensi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka dan agar tidak menghambat proses pengobatan selanjutnya.

33
34

Diharapkan para tenaga kesehatan dapat melakukan pengkajian yang lebih


komorehensive terkait masalah yang sering timbul setelah menjalani tatalaksana
tumor otak khususnya yang berkaitan dengan kualitas hidup, sehingga dapat
diterapkannya beberapa intervensi yang sesuai dapat dilakukan pada penyintas
tumor otak agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Penelitian selanjjtnya
yang dapat dikembangkan yakni teknik pemilihan intervensi yang sesuai bagi
para penyintas tumor otak serta alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
kebutuhan intervensi kualitas hidup khusus pada pasien penyintas tumor otak.
Daftar Pustaka

Comelli, I., Lippi, G., Campana, V., Servadei, F., & Cervellin, G. (2017). Clinical
presentation and epidemiology of brain tumors firstly diagnosed in adults
in the Emergency Department : a 10-year , single center retrospective
study. Ann Transl Med, 5(1), 3–7.
Febrianti, A., Febrianti, A. S., Sardjono, T. A., & Babgei, A. F. (2020). Klasifikasi
Tumor Otak pada Citra Magnetic Resonance Image dengan Menggunakan
Metode Support Vector Machine. Jurnal Teknik ITS, 9(1), A118–A123.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v9i1.51587
Harsono, 2015. Buku Ajaran Neurologi klinis, Cetakan ke-6 , Yogyakarta,
Indonesia: Gadjah Mada University Press , p 201-206.
Kumalasari, dkk. (2023). Intervensi Yang Mendukung Kualitas Hidup Penyitas
Tumor Otak. https: //journal. ipm2kpe.or.id/index.php /JOTING/ article/
view/5902. Diakses pada tanggal 23 September 2023.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. In 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standat Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standat Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Ramakrishnan, M. S., Vora, R. A., & Gilbert, A. L. (2020). Glioblastoma
multiforme mimicking optic neuritis. American Journal of
Ophthalmology Case Reports,
17(January), 100594

35
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2023
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i1.5902

INTERVENSI YANG MENDUKUNG KUALITAS HIDUP


PENYINTAS TUMOR OTAK

Renie Kumalasari1, Dewi Gayatri2, Yati Afiyanti3


Universitas Indonesia1,2,3
reniekumalasari@ui.ac.id1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji intervensi yang berdampak pada kualitas hidup
penyintas tumor otak berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Metode yang digunakan adalah
merupakan sudi literatur. Pencarian artikel melalui database Science Direct dan Pubmed
dan Google Scholar. Kata kunci pencarian yaitu: brain tumor, QOL, RCT, Intervention.
Boolean logic yang digunakan yaitu “AND” dan “OR”. Pencarian juga mengaktifkan filter
khusus seperti: article type: research article, access type: open access & open archieve,
dan text availabilit, free full text. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 artikel yang lolos
seleksi ditelaah. Berdasarkan artikel yang ditelaah, studi ini memukan bahwa berbagai
intervensi berdampak positif terhadap kualitas hidup para penyintas tumor otak. Intervensi
tersebut berupa yoga, promosi kesehatan berbasis Traditional Chinese Medicine (TCM) dan
dukungan sebaya (the ohana project), high-quality nursing, terapi kelompok berbasis
pilates, serta latihan ski. Simpulan pada studi ini menggambarkan manfaat positif berbagai
intervensi yang diberikan terhadap kualitas hidup para penyintas tumor otak, intervensi
tersebut berupa yoga, promosi kesehatan berbasis Traditional Chinese Medicine (TCM) dan
dukungan sebaya (the ohana project), high-quality nursing, terapi kelompok berbasis
pilates, serta latihan ski.

Kata Kunci: Intervensi; Kualitas Hidup; Tumor Otak

ABSTRACT

Based on previous studies ' results, this study aims to examine interventions that impact
brain tumor survivors' quality of life. The method used is a literature study. Article search
through Science Direct, Pubmed, and Google Scholar databases. The search keywords are
brain tumor, QOL, RCT, and Intervention. The Boolean logic used is "AND" and "OR".
The search also activates special filters such as article type: research article, access type:
open access & open archive, and text availability, free full text. The results showed that the
five themes that passed the selection were reviewed. Based on the articles reviewed, this
study found that various interventions positively impacted the quality of life of brain tumor
survivors. The interventions include yoga, health promotion based on Traditional Chinese
Medicine (TCM) and peer support (the Ohana project), high-quality nursing, pilates-based
group therapy, and ski training. The conclusions in this study illustrate the positive benefits
of various interventions given to the quality of life of brain tumor survivors. These
interventions include yoga, health promotion based on Traditional Chinese Medicine
(TCM), peer support (the Ohana project), high-quality nursing, group therapy-based
pilates, and ski training.

920
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

Keywords: Intervention; Quality of Life; Brain tumor

PENDAHULUAN
Tumor otak (brain tumor) atau yang dikenal juga dengan tumor intrakranial
merpakan suatu massa jaringan abnormal di mana sel-sel tumbuh dan berkembang secara
tidak terkendali (AANS, 2023). Kehadiran tumor di otak dapat mengakibatkan gangguan
psikologis, fisik, dan sosial yang signifikan. Banyak orang merasa takut ketika
mendapatkan diagnosis tumor otak karena mereka khawatir akan menghadapi kematian,
kehilangan kemandirian, kecacatan, hambatan dalam hubungan sosial, perubahan fungsi
otak, serta masalah keuangan (Primananda, 2023).
Tumor otak dapat menyerang orang-orang dari segala usia, termasuk anak-anak,
meskipun mereka cenderung lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua
(Ilawanda, & Atsani, 2021). National Cancer Institute menunjukkan bahwa 22.910 orang
dewasa (12.630 pria dan 10.280 wanita) akan didiagnosis dengan tumor otak dan sistem
saraf lainnya pada tahun 2012. Data juga memperkirakan bahwa pada tahun 2012, 13.700
dari diagnosis ini akan mengakibatkan kematian. Antara 2005 dan 2009, usia rata-rata
kematian akibat kanker otak dan area lain dari sistem saraf adalah usia 64 tahun (AANS,
2023). Tumor otak pada orang dewasa diperkirakan terdapat 23.380 kasus baru didiagnosis
pada tahun 2014, yang menyebabkan 14.320 kematian, hal ini menyumbang sekitar 1,4%
dari semua kasus baru kanker dan 2,4% dari semua kematian akibat kanker. Insiden tumor
otak baru adalah 6,4 per 100.000 orang per tahun dengan tingkat kelangsungan hidup lima
tahun secara keseluruhan sebesar 33,4% (Ghozali & Sumarti, 2021). Tingkat kelangsungan
hidup penderita tumor otak sulit diprediksi. Umumnya, sekitar 15 dari setiap 100 orang
dengan tumor otak kanker akan bertahan hidup selama 10 tahun atau lebih setelah
didiagnosis (NHS, 2020).
Studi ini bertujuan untuk mengkaji intervensi yang berdampak pada kualitas hidup
penyintas tumor otak berdasarkan artikel hasil penelitian terkait intervensi dan kualitas
hidup pasien penyintas tumor otak menunjukkan bahwa para penyintas tumor otak dan
pengobatannya menimbulkan dampak negatif pada berbagai domain kehidupan sehari-hari
mereka (Cheung et al., 2019). Data didapatkan bahwa distres sebesar 68,6% yang
menunjukkan bahwa distres pada tumor otak lebih tinggi dibandingkan pada keganasan
lainnya, seperti karsinoma mammae (41%), karsinoma paru (51%), dan melanoma sebesar
(47%). Salah satu tatalaksana tumor otak adalah dengan tindakan reseksi tumor yang
terbukti aman untuk pengobatan pasien (Rivera et al., 2021). Komplikasi dapat terjadi pada
pasien tumor otak yang telah menjalani tindakan penanganan (Weichenthal et al., 2020).
Tumor otak dapat mengganggu penglihatan karena lokasinya dan dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intracranial (NHS, 2020). yang memunculkan gejala yang
dapat memperburuk kualitas hidup seseorang bahkan menyebabkan kematian (Shi et al.,
2021).
Kualitas hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang, dan kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk kondisi suatu penyakit.
Beberapa penyintas tumor otak mengalami masalah pada kualitas hidup mereka dan hal ini
dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menjalani kelanjutan kehidupannya.
Individu dengan kualitas hidup yang tinggi lebih mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan
dan mengalami tingkat stres yang lebih rendah, sedangkan individu dengan kualitas hidup
yang rendah mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan mengalami tingkat stres
yang lebih tinggi yang dapat mengancam jiwa. Kemampuan mengelola rasa takut dan
khawatir, kepatuhan terhadap pengobatan dan gaya hidup sehat dapat mempengaruhi

921
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

kualitas hidup dan kehidupan sehari hari pasien penyintas (Abaziou et al., 2020). Kualitas
hidup pasien tumor otak dapat meningkat jika mereka menerima kondisi mereka dan patuh
terhadap pengobatan, serta memiliki self efficacy sebagai faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup. Menilai kualitas hidup juga menjadi kunci dalam memberikan layanan
perawatan penyintas yang komprehensif bagi pasien (Afiyanti et al., 2020). Perawat sangat
berperan penting dalam memberikan edukasi dan informasi yang memadai agar dapat
mengurangi ketakutan penyintas yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup mereka
(Ayu & Afiyanti, 2021). Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kehadiran
seseorang di sisinya, berbicara dengan pasien tumor otak dapat membuatnya merasa tidak
sendirian. Komunikasi yang dilakukan ini membuat pasien merasa tenang dan nyaman
sebagai penyintas tumor otak (Patchana et al., 2022).
Berbagai upaya penanganan dapat dipertimbangkan untuk menagani pasien dengan
tumor otak. Dalam hal tersebut, penting untuk mempertimbangkan kualitas hidup dan
peningkatan gejala klinis para penderita (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/397/2020 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Tumor Otak, 2020). Hal ini juga penting demi meningkatkan kualitas hidup
mereka.

METODE PENELITIAN
Studi ini merupakan sudi literatur. Pencarian artikel melalui database Science Direct
dan Pubmed dan Google Scholar. Kata kunci pencarian yaitu: brain tumor, QOL, RCT,
Intervention. Boleean logic yang digunakan yaitu “AND” dan “OR”. Pencarian juga
mengaktifkan filter khusus seperti: article type: research article, access type: open access
& open archieve, dan text availability: free full text. Kriteria inklusi: Artikel yang
dipublikasinkan tahun 2019-2023, berbahasa Inggris atau Indonesia, merupakan original
research, tersedia dalam full text, membahas intervensi dan kualitas hidup pasien tumor
otak, RCT. Kriteria eksklusi: artikel yang terbit sebelum 2019, artikel review.

Pencarian menggunakan database


ScienceDirect (n=386.729); Pubmed
(n=86.463); Googel Scholar (1.470)
N: 474.662 Excluded (n =78.516)
- Tidak sesuai topik
- Tidak sesuai judul
Penyeleksian artikel pada jurnal berdasarkan
judul dan tahun terbit (2019-2023):
N: 54
Excluded (n =21)
- Tidak sesuai tujuan
- Duplikasi
Identifikasi metode penelitian
N: 33
Excluded (n=12)
- Literature review
- Cross sectional study
Identifikasi abstrak
N: 21
Excluded (n=16)
- Tidak tersedia full text
Artikel yang terpilih untuk review
N:5

Diagram. 1
Alur pencarian artikel

922
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

HASIL PENELITIAN

Tabel. 1
Artikel Review

Identitas Jurnal Metode Penelitian Hasil Penelitian


Govardhan, H. B., Randomized Controlled Trial Usia rata-rata kelompok
Nelson, N., Khaleel, I., ditemukan 9,8 tahun Semua
Kumar, A., Roy, M., peserta mencapai kehadiran
Divyashree, S. J., minimum yang dipersyaratkan.
Harshitha, K. R., Jumlah rata-rata sesi yang
Hegde, A., Anu, K. R., dihadiri adalah 16 dengan
Vasana, H., Mathewa, kisaran 12. Program dapat
S. M., Paula, S. S., diterima dengan baik.
Kashyapa, R., & Perbedaan yang sangat
Kalyyani, B. (2019). signifikan terlihat sehubungan
Effect of Yoga on the dengan pengurangan apresiasi
Symptomps Response Nyeri (0,0001), Pereda sakit
in Pediatric Brain kepala (0,0005), peningkatan
Tumor in-Patients nafsu makan (0,0005), tidur
Undergoing Chemo lebih nyenyak (0,0003),
and Radiotherapy kelelahan berkurang (0,007).
Peningkatan aktivitas harian
secara keseluruhan juga
signifikan dengan p=0,0018.
Wilford, J. G., A Mixed-Methods Pilot Study Sebelas orang tua
McCarty, R., Torno, menyelesaikan survei di semua
L., Mucci, G., Torres- titik waktu. Enam dari sembilan
Eaton, N., Shen, V., & keluarga menghadiri setidaknya
Loudon, W. (2020). A 80% dari sesi TCM grup, dan
Multi-Modal Family delapan dari sembilan keluarga
Peer Support-Based berinteraksi dalam grup
Program to Improve dukungan Facebook setidaknya
Quality of Life among lima hari seminggu. Para orang
Pediatric Brain Tumor tua melaporkan tingkat
Patients: A Mixed- kepuasan yang tinggi dan
Methods Pilot Study manfaat yang dirasakan dari
program ini. Tekanan
emosional awal, perilaku
kesehatan, dan pengukuran
QoL membaik selama
intervensi tiga bulan. Data
kualitatif menunjukkan bahwa
orang tua merasa bahwa
dukungan teman sebaya secara
langsung dan melalui grup
Facebook berkontribusi
terhadap manfaat program.
Shi, B., Wang, L., & A Prospective Study Setelah intervensi, skor HAMA
Huang, S. (2021). dan HAMD pada kedua
Effect of High-Quality kelompok menurun, sementara
Nursing on skor GOS, GQOLI-74 dan
Psychological Status SUPPH pada kedua kelompok
and Prognosis of meningkat (semua P<0,05).
Patients Undergoing Dibandingkan dengan
Brain Tumor Surgery kelompok kontrol, skor HAMA
dan HAMD pada kelompok

923
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

observasi lebih rendah setelah


intervensi, sementara skor
GOS, GQOLI-74 dan SUPPH
lebih tinggi (semua P<0,05).
Tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam hal mortalitas
antara kedua kelompok
(P>0,05). Tingkat komplikasi
secara keseluruhan pada
kelompok observasi lebih
rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol selama masa
rawat inap (P<0,05).
Jakkula, S., A Randomized Control Trial Kelompok eksperimen A yang
Mangavelli, S., melakukan latihan pilates
Manchi, V., Samal, menunjukkan peningkatan yang
A., & Reddy, K. signifikan secara statistik dalam
(2019). Efficacy of pengurangan tingkat kelelahan
Pilates Based Group dan beban gejala serta
Therapy on Fatigue peningkatan fungsi global dan
and Quality of Life in komponen fungsional dari
Brain Tumor Kuesioner EORTC QLQ C30
Survivors â-A dengan probabilitas <0,005.
Randomized Control
Trial
Troschel, F. M., A Pilot Study Semua peserta menyelesaikan
Ramroth, C., Lemcke, seluruh program. Tidak ada
L., Clasing, J., efek samping yang parah yang
Troschel, A. S., didokumentasikan selama
Dugas, M., Stummer, pemeriksaan harian. Terdapat
W., Wiewrodt, R., peningkatan yang kuat dalam
Brandt, R., & aktivitas yang terukur serta
Wiewrodt, D. (2020). kualitas hidup yang disertai
Feasibility, Safety and dengan penurunan distres
Effects of a One- selama intervensi, dan,
Week, Ski-Based sebagian, setelahnya.
Exercise Intervention
in Brain Tumor
Patients and Their
Relatives: A Pilot
Study

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diketahui pada artikel pertama menunjuukkan
intervensi yoga individual layak untuk anak-anak penderita kanker yang menerima kemo dan
radioterapi intensif sehingga mendukung manfaat terapeutiknya. RCT untuk mengonfirmasi temuan
dengan ukuran sampel yang lebih besar akan membantu menentukan hasil akhir. Pada studi
artikel yang kedua menyatakan kelayakan bahwa intervensi berbasis dukungan sebaya
multimodal yang mencakup interaksi langsung dan interaksi kelompok daring dapat
dilakukan dan diterima oleh orang tua pasien tumor otak anak. Penelitian lebih lanjut
mengenai intervensi untuk pengasuh yang mencakup dukungan teman sebaya berbasis
kelompok tatap muka dan daring diperlukan, dengan tujuan untuk mengeksplorasi hasil
yang serupa pada diagnosis kanker anak lainnya.
Pada artikel yang ketiga menunjuukkan keperawatan perioperatif berkualitas tinggi
pada pasien yang menjalani operasi tumor otak dapat secara signifikan meringankan kondisi
psikologis yang merugikan, mengurangi tingkat komplikasi dan meningkatkan efikasi diri

924
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

dan kualitas hidup pasca operasi. Pada artikel ke empat menunjuukkan bahwa terapi
kelompok berbasis pilates terbukti efektif dalam mengurangi tingkat kelelahan dan beban
gejala yang ada dengan meningkatkan kualitas hidup pada penyintas tumor otak sesuai
dengan data statistik yang tersedia. Pada artikel ke lima menyatakan hasil studi prospektif
rehabilitasi tumor otak ini menunjukkan kelayakan dan keamanan latihan ski yang
menantang pada pasien tumor otak.
Temuan ini juga menggarisbawahi manfaat QOL yang dimediasi oleh olahraga, serta
perlunya program rehabilitasi yang lebih komprehensif. Data menunjukkan terdapat
beberapa intervensi yang dapat diterapkan pada pasien penyintas tumor otak untuk
meningkatkan kualitas hidup pada pasien tersebut. Data studi dari semua intervensi yang
dilakukan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas hidup pasien penyintas tumor
otak. Intervensi tersebut berupa yoga, promosi kesehatan berbasis Traditional Chinese
Medicine (TCM) dan dukungan sebaya (The Ohana Project), high-quality nursing, terapi
kelompok berbasis pilates, serta latihan ski.

PEMBAHASAN
Pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komunikasi dan pendekatan pada
pasien penyintas tumor otak mampu meningkatkan kualitas hidup mereka (Wahyuningtyas
et al., 2021). Artikel lain penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa para penyintas
tumor otak dengan beberapa intervensi seperti relaksasi seni dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien kanker dalam melanjutkan aktivitas pengobatan terapinya (Hasni et al., 2023).
Hal ini sejalan dengan penelitian ini pada studi ini menemukan pada penelitian pertama
yang menggunakan intervensi yoga ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
signifikan terkait dengan pengurangan apresiasi nyeri, berkurangnya sakit kepala,
peningkatan nafsu makan, tidur lebih nyenyak, kelelahan berkurang, serta peningkatan
aktivitas harian pada pasien tumor (Govardhan et al., 2019). Namun demikian, penelitian ini
masih memiliki kelemahan terkait instrumen yang digunakan untuk kualitas hidup yang
tidak menggunakan kuesioner standar akibat keterbatasan terjemahan. Selain itu penelitian
ini juga menyarankan penggunaan ukuran sampel yang lebih besar agar dapat
mengonfirmasi temuan yang ada.
Hasil studi selanjutnya yang menggunakan intervensi promosi kesehatan berbasis
pengobatan tradisional Cina dan dukungan sebaya menunjukkan bahwa tekanan emosional
awal, perilaku kesehatan, dan kualitas hidup (QoL) membaik selama intervensi tiga bulan
(Wilford et al., 2020). Selain itu para orang tua merasa bahwa dukungan teman sebaya
secara langsung dan melalui grup Facebook berkontribusi terhadap manfaat program yang
mereka ikuti. Studi berikutnya meneliti perawatan berkualitas tinggi (high-quality nursing)
terhadap penyintas tumor otak. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas
hidup pasca operasi pada pasien tumor otak serta meringankan kondisi psikologis yang
merugikan, mengurangi tingkat komplikasi dan meningkatkan efikasi diri (Shi et al., 2021).
Selanjutnya, studi lain yang mengevaluasi efektivitas terapi kelompok berbasis pilates
menemukan bahwa terapi kelompok berbasis pilates terbukti efektif dalam mengurangi
tingkat kelelahan dan beban gejala yang ada dengan meningkatkan kualitas hidup pada
penyintas tumor otak (Jakkula et al., 2019). Penelitian ini melibatkan penyintas pria maupun
wanita dengan kelompok usia 18 hingga 65 tahun. Intervensi lain dilakukan pada artikel
penelitian berikutnya yaitu menggunakan latihan ski (Troschel et al., 2020). Penelitian ini
terdiri dari sesi ski harian selama seminggu dengan pemandu ski profesional serta dokter.
Hasilnya menunjukkan tidak ditemukan efek samping yang parah yang didokumentasikan
selama pemeriksaan harian. Terdapat peningkatan yang kuat dalam aktivitas yang terukur

925
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

serta kualitas hidup yang disertai dengan penurunan distres selama intervensi, dan sebagian,
setelahnya. Hasil penelitian lain menemukan peserta studi dalam kelompok eksperimen
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kepuasan hidup dibandingkan dengan
kelompok kontrol setelah menerima intervensi aktivasi perilaku berbasis Internet; dan
memberikan dukungan bahwa intervensi tersebut dikaitkan dengan perubahan positif dari
waktu ke waktu (Grenawalt et al., 2022). Temuan ini memberikan bukti awal bahwa
aktivasi perilaku dapat diberikan melalui internet dan dapat memberikan efek positif pada
kualitas hidup orang dewasa muda yang selamat dari tumor otak pada masa kanak-kanak.
Keterbatasan dalam studi ini antara lain: Pencarian artikel terbatas pada jurnal/
database yang tidak berbayar atau tanpa langganan, artikel yang mengarah ke judul dan
tujuan studi hanya tersedia dalam bentuk abstrak dan tidak dapat diakses full text tidak
masuk dalam kriteria saat penyaringan artikel dalam studi ini.

SIMPULAN
Studi ini menggambarkan manfaat positif berbagai intervensi yang diberikan terhadap
kualitas hidup para penyintas tumor otak. Intervensi tersebut berupa yoga, promosi
kesehatan berbasis traditional chinese medicine (TCM) dan dukungan sebaya (The Ohana
Project), high-quality nursing, terapi kelompok berbasis pilates, serta latihan ski. Temuan
ini menjadi bahan rujukan untuk memilih dan memberikan intervensi yang sesuai untuk
meningkatkan kualitas hidup penyintas tumor otak.

SARAN
Intervensi dalam meningkatkan kualitas hidup pasien penyintas tumor otak ini harus
menjadi perhatian karena sering kali individu yang menderita tumor otak hanya
mendapatkan perhatian dari aspek medis dan kondisi fisik tanpa memperhatikan psikologis
atau kualitas hidup dari pasien tersebut. Para penyintas tumor otak ini perlu diberikan
beberapa intervensi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan agar tidak
menghambat proses pengobatan selanjutnya. Diharapkan para tenaga kesehatan dapat
melakukan pengkajian yang lebih komorehensive terkait masalah yang sering timbul
setelah menjalani tatalaksana tumor otak khususnya yang berkaitan dengan kualitas hidup,
sehingga dapat diterapkannya beberapa intervensi yang sesuai dapat dilakukan pada
penyintas tumor otak agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Penelitian selanjjtnya
yang dapat dikembangkan yakni teknik pemilihan intervensi yang sesuai bagi para
penyintas tumor otak serta alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan
intervensi kualitas hidup khusus pada pasien penyintas tumor otak.

DAFTAR PUSTAKA
AANS. (2023). Brain Tumors. AANS.ORG.
https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Brain-
Tumors
Abaziou, T., Tincres, F., Mrozek, S., Brauge, D., Marhar, F., Delamarre, L., Menut, R.,
Larcher, C., Osinski, D., Cinotti, R., Sol, J. C., Fourcade, O., Roux, F. E., &
Geeraerts, T. (2020). Incidence and Predicting Factors of Perioperative
Complications During Monitored Anesthesia Care for Awake Craniotomy. Journal of
Clinical Anesthesia, 64(September 2019), 109811.
https://doi.org/10.1016/j.jclinane.2020.109811
Afiyanti, Y., Besral, & Haryani. (2020). The Quality of Life of Indonesian Women with
Gynecological Cancer. Enfermería Clínica, 30, 65–69.

926
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

https://doi.org/10.1016/J.ENFCLI.2020.07.013
Ayu, N. K. P., & Afiyanti, Y. (2021). Fear of Cancer Recurrence and Quality of Life
Among Gynaecological Cancer Survivors Under Treatment. Enfermería Clínica, 31,
S276–S280. https://doi.org/10.1016/J.ENFCLI.2020.09.015
Cheung, A. T., Li, W. H. C., Ho, L. L. K., Ho, K. Y., Chiu, S. Y., Chan, C. F. G., & Chung,
O. K. (2019). Impact of Brain Tumor and Its Treatment on the Physical and
Psychological Well-Being, and Quality of Life Amongst Pediatric Brain Tumor
Survivors. European Journal of Oncology Nursing, 41, 104–109.
https://doi.org/10.1016/J.EJON.2019.06.003
Ghozali, M., & Sumarti, H. (2021). Pengobatan Klinis Tumor Otak pada Orang Dewasa.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapan, 2(1), 1–14. https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/jurnalphi/article/view/8302/0
Govardhan, H. B., Nelson, N., Khaleel, I., Kumar, A., Roy, M., Divyashree, S. J.,
Harshitha, K. R., Hegde, A., Anu, K. R., Vasana, H., Mathewa, S. M., Paula, S. S.,
Kashyapa, R., & Kalyyani, B. (2019). Effect of Yoga on the Symptomps Response in
Pediatric Brain Tumor in-Patients Undergoing Chemo and Radiotherapy. Onkologia i
Radioterapia, 46(1), 34–38. https://www.oncologyradiotherapy.com/articles/effect-
of-yoga-on-symptom-response-in-paediatric-brain-tumour-inpatients-undergoing-
chemo-and-radio-therapy.pdf
Grenawalt, T. A., Tansey, T. N., Phillips, B. N., Strauser, D. R., Rosenthal, D. A., &
Wagner, S. (2023). Effectiveness of Internet-Based Behavioral Activation on Quality
of Life Among Young Adult Survivors of Childhood Brain Tumor: A Randomized
Controlled Trial. Disability and Rehabilitation, 45(15), 2480–2487.
https://doi.org/10.1080/09638288.2022.2094478
Hasni, H., Andika, M., & Syahid, A. (2023). Pengaruh Art Therapy terhadap Kualitas
Hidup Anak Kanker yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Kesehatan Andalas, 11(3),
164-168. https://doi.org/10.25077/jka.v11i3.2099
Ilawanda, Z. M., & Atsani, G. F. (2021). Gambaran Radiologis pada Bidang Neurologis
Tumor Otakle. Jurnal Syntax Fusion, 1(12), 987-1001.
https://fusion.rifainstitute.com/index.php/fusion/article/view/125/120
Jakkula, S., Mangavelli, S., Manchi, V., Samal, A., & Reddy, K. (2019). Efficacy of Pilates
Based Group Therapy on Fatigue and Quality of Life in Brain Tumor Survivors â-A
Randomized Control Trial. IAIM, 6(10), 74–81.
https://www.iaimjournal.com/storage/2019/10/iaim_2019_0610_10.pdf
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/397/2020
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tumor Otak
NHS. (2020). Brain tumours. NHS.UK. https://www.nhs.uk/conditions/brain-tumours/
Patchana, T., Lopez, J. A., Majeed, G., Ho, A., Alarcon, T., Plantak, N., Vu, P., & Siddiqi,
J. (2022). The Awake Craniotomy: A Patient’s Experience and a Literature Review.
Cureus, 14(6), 4–11. https://doi.org/10.7759/cureus.26441
Primananda, A. P. (2023). Gangguan Depresi pada Tumor Otak. Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2007/gangguan-depresi-pada-tumor-otak
Rivera, M., Norman, S., Sehgal, R., & Juthani, R. (2021). Updates on Surgical Management
and Advances for Brain Tumors. Current Oncology Reports, 23(3), 35.
https://doi.org/10.1007/s11912-020-01005-7

927
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 920-928

Shi, B., Wang, L., & Huang, S. (2021). Effect of High-Quality Nursing on Psychological
Status and Prognosis of Patients Undergoing Brain Tumor Surgery. American
Journal of Translational Research, 13(10), 11974-11980. https://e-
century.us/files/ajtr/13/10/ajtr0131753.pdf
Troschel, F. M., Ramroth, C., Lemcke, L., Clasing, J., Troschel, A. S., Dugas, M.,
Stummer, W., Wiewrodt, R., Brandt, R., & Wiewrodt, D. (2020). Feasibility, Safety
and Effects of a One-Week, Ski-Based Exercise Intervention in Brain Tumor Patients
and Their Relatives: A Pilot Study. Journal of Clinical Medicine, 9(4), 1006.
https://doi.org/10.3390/JCM9041006
Wahyuningtyas, K., Sitorus, R., & Kariasa, I. M. (2021). Penerapan Model Adaptasi Roy
dalam Asuhan Keperawatan Pasien Tumor Otak Post Kraniotomi. 1–7.
https://www.academia.edu/download/60571111/Kristanti_Wahyuningtyas-Spesialis-
Manuskrip-KIA-FIK-201920190912-117209-1wanwv6.pdf
Weichenthal, S., Olaniyan, T., Christidis, T., Lavigne, E., Hatzopoulou, M., Van Ryswyk,
K., Tjepkema, M., & Burnett, R. (2020). Within-City Spatial Variations in Ambient
Ultrafine Particle Concentrations and Incident Brain Tumors in Adults.
Epidemiology, 31(2), 177–183. https://doi.org/10.1097/EDE.0000000000001137
Wilford, J. G., McCarty, R., Torno, L., Mucci, G., Torres-Eaton, N., Shen, V., & Loudon,
W. (2020). A Multi-Modal Family Peer Support-Based Program to Improve Quality
of Life among Pediatric Brain Tumor Patients: A Mixed-Methods Pilot Study. MDPI,
7(4), 35. https://doi.org/10.3390/CHILDREN7040035

928
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TUMOR OTAK

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

DENI SETIYAWAN NIM. 821233019


TOMO HARTOYO NIM. 821233105
NASYARUDDIN NIM. 821233071
NUR ASIDA NIM. 821233075
SILVIA MARJULINA NIM. 821233094
TRI PURBOYO WAHYU NIM. 821233106

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tumor Otak

Hari/tanggal : Senin, 25 September 2023

Waktu : Pukul 10.10 – 11.50 WIB


Tempat : Tempat Tunggu Pasien Ruang Melati RS A
Sasaran : Keluarga pasien Ruang Melati RS A
Pemberi materi : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yarsi Pontianak

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan sasaran penyuluhandapat
memahami tentang tumor otak.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat :
1. Menjelaskan pengertian tumor otak
2. Menjelaskan klasifikasi tumor otak
3. Menjelaskan penyebab tumor otak
4. Menjelaskan tanda dan gejala tumor otak
5. Menjelaskan penanganan tumor otak
C. Materi.
1. Pengertian tumor otak
2. Klasifikasi tumor otak
3. Penyebab tumor otak
4. Tanda dan gejala tumor otak
5. Penanganan Tumor Otak
Materi penyuluhan terlampir
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
Leaflet

2
F. Pelaksanaan
No Tahap danWaktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
.
Pembukaan 1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
5 menit memperkenalkan diri 2. Mendengarkan maksud dan
2. Menyampaikan maksud dan tujuan tujuan
3. Menyampaikan topik penyuluhan 3. Mendengarkan topik
yang akan diberikan penyuluhan
4. Menjelaskan mekanisme kegiatan 4. Mendengarkan mekanisme
5. Kontrak waktu kegiatan
5. Menyetujui kontrak waktu

Penyuluhan 1. Menggali pengetahuan peserta 1. Menjawab pengalaman &


30 menit mengenai tumor otak pengetahuan sebelumnya
2. Menjelaskan materi: tentang tumor otak
a. Menjelaskan pengertian tumor 2. Mendengarkan materi yang
otak diberikan
b. Menjelaskan penyebab 3. Menanyakan materi yang
tumor otak belum dipahami
c. Menjelaskan klasifikasi
tumor otak
d. Menjelaskan tanda dan gejala
tumor otak
e. Menjelaskan pengobatan
tumor otak
3. Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya
4. Menjawab pertanyaan peserta
Penutup 1. Mengevaluasi pemahaman peserta 1. Menjawab pertanyaan
5 menit 2. Menyimpulkan kembali penjelasan pemateri
yang telah diberikan 2. Mendemonstrasikan materi
3. Membagikan leaflet 3. Mendengarkan kesimpulan
4. Salam penutup

3
G. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilakukan
b. Pembuatan SAP, leaflet maksimal 2 hari sebelum acara
c. Peserta berada di tempat yang ditentukan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job discription

4
Lampiran

MATERI PENYULUHAN MENGENAL TUMOR OTAK

A. Pengertian
Tumor otak adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di dalam dan
disekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari semua jenis kanker dan
dapat terjadi pada semua usia. Pria lebih banyak terkena penyakit ini dari pada wanita.
Tumor otak dapat jinak atau ganas, primer atau sekunder.

B. Klasifikasi
Klasifikasi Tumor Otak (Hadi Purwanto, 2016) :
A. Berdasarkan Stadium
1) Grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi cukup
baik.
2) Grade II : tumor bersifat infiltratif, aktivitas mitosis rendah, namun sering timbul
rekurensi. Jenis tertentu tertentu bersifat progresif ke arah derajat keganasan yang
lebih tinggi
3) Grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan
terdapat anaplasia.
4) Grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan dengan
progresivitas penyakit yang cepat pada pre-post operas
B. Berdasarkan jenis tumor

1) Jinak
a) Acoustic neuroma Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma,
tumbuh dari sel selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus
auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah gangguan pendengaran
sensori 18 neural unilateral yang disebabkan oleh kerusakan nervus delapan
dalam meatus (lesi intrakanalikular)
b) Meningioma Tumor ini memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
c) Pituitary adenoma Manifestasi neurologis klasik yaitu hemianopia bitemporal
yang disebabkan oleh kompresi kiasma optikum oleh ekstensi suprasela suatu

5
adenoma. Keadaan patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi
kiasma, sehingga menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis,
meningioma suprasela, dan kraniofaringioma
d) Astrocytoma (grade I) yaitu tumor yang berkembang disistem syaraf pusat
bersifat jinak/ non kanker
2) Malignant / Ganas

a) Astrocytoma (grade 2,3,4)


b) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
c) Apendymoma
Tumor ganas yang berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup
ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap
bagian fosa ventrikularis.

d) Metastase tumor otak


Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara dan ginjal, serta
melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak metastasis. Lokasi tumor
dapat terletak di dalam otak itu sendiri atau di meningen yang melapisiotak itu
sendiri

C. Berdasarkan lokasi

1) Tumor supratentorial
a) Glioma
1. Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer
otak dan sering menyebar ke sisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
2. Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan diturunkan pada
astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang). Pada orang dewasa tumbuh di
hemisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di serebelum dan pada
umumnya berisi cairan atau kistik
3. Oligodendroglioma
6
Lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel
oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami
klasifikasi.

b) Meningioma

Tumor ini berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang
lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran
araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak
dekat dengan tulang, kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis
karenamerupakan massa 20 ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid
ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum
sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontineangle.
Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang
lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau
letak timbulnya tumor).
Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik
sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis krani sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid
ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan
visus yang progresif.
2) Tumor infratentorial
a) Schwanomaakustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering berkembang pada saraf
akustikus sehingga muncul gejala gangguan pendengaran
b) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % –10 % dari seluruh tumor otak
dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering
berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih
kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
c) Meningioma
Tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel
jaringan penyambung araknoid dan dura.
d) Hemangioblastoma
7
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering
dijumpai dalam serebelum.

C. Penyebab
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Namun terdapat beberapa faktor yang diduga
mempunyai peran terjadinya tumor otak (Hadi Purwanto, 2016), antara lain :
a. Genetic / Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astricytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
b. Sisa-sisa sel embrional (Embryonic Cell Rest)
Sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadi glioma
d. Virus
Banyak penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan (Stark-Vance, et
al., 2017).
f. Trauma kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak)

D. Gejala
Tumor otak menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat karena menyerang dan
menghancurkan jaringan otak lainnya.Massa fisik tumor juga dapat menyebabkan efek
sekunder, seperti:
1. Kompresi otak, saraf tengkorak dan pembuluh darah.
8
2. Cerebral edema atau pembengkakan akibat akumulasi cairan.
3. Peningkatan tekanan intrakranial (ICP)
Gejala tepatnya tergantung pada jenis, ukuran dan lokasi tumor, serta luasnya invasi.
Tumorotak seringkali tetap tersembunyi untuk waktu yang lamakarena hanya
menyebabkanketidaknyamanan kecil di awal. Tumor biasanya didiagnosis terlambat,
karena gejalanya tidakspesifik dan ambigu, seperti gejala pertama dan paling umum yaitu
sakit kepala.
Gejala khas yang mungkin mengindikasikan tumor otak adalah:.
1. Vertigo dan penglihatan kabur.
2. Sakit kepala, terutama pada malam dan pagi hari. Sakit kepala yang
disebabkantumor otak semakin parah dalam beberapa hari ke minggu dan obat
analgesikbiasa tidak mengurangi sakitnya
3. Mual dan muntah, biasanya di pagi hari. Ini sering menandakan tekanan intrakranial
yang meningkat.
4. Kejang, kedutan pada anggota badan atau satu sisi tubuh
5. Masalah neurologis, kelumpuhan
6. Gangguan koordinasi, limbung dan pelupa
7. Perubahan kepribadian

E. Diagnosis
Selain wawancara (riwayat medis), teknik-teknik pemeriksaan berikut ini digunakan
untukmendiagnosis tumor otak:
1. Rontgen tengkorak dan angiografi serebral. Pembuluh darah diperiksa olehrontgen
setelah injeksi larutan yang membuat mereka terlihat.
2. Eksaminasi neurologis
3. Computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI).
4. Electroencephalogram (EEG). Tes ini mengukur aktivitas listrik otak.
Tumormungkin terlihat sebagai kelainan lokal.

9
5. Pemeriksaan cairan cerebrospinal. Pada tes ini, contoh cairan serebrospinal diambil
dari tulang belakang. Tumor otak mengakibatkan tekanan yang meningkat, tingkat
protein lebih tinggi, mengurangi kadar gula atau glukosa.Mungkin juga ada sel-sel
tumor di cairan cerebrospinal.
6. Biopsi jaringan. Bila ada dugaan tumor ganas, sampel tumor diambil melaluioperasi
khusus. Ahli bedah dapat menargetkan lokasi tertentu, dipandu oleh CTscan atau
MRI.

F. Terapi
Pengobatan tumor otak tergantung pada jenis, lokasi dan kepekaan terhadap radiasi
danagen kimia. Tujuan perawatan adalah menghilangkan tumor jika mungkin, atau jika
tidak makauntuk menguranginya, meringankan gejala dan mencegah kerusakan otak
lebih lanjut. Pilihanterapitumor otak seperti hal nya pada kanker jenis lain,yaitu operasi,
kemoterapi,dan radioterapi.
Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk mengontrol edema otak
atau akumulasi cairan,diuretik untuk mengurangi pembengkakan otak, analgesik untuk
mengurangi rasa sakit,antasida untuk mengurangi stres ulkus dan anti konvulsan untuk
mengurangi kejang.
Langkah dan metode pengobatan yang biasa ditempuh oleh para medis biasanya
meliputibeberapa hal di bawah ini:
1. Pembedahan
Langkah ini ditempuh jika sel kanker sudah terlalu besar dan mulai mengganggu
sistemmotorik pasien
2. Penyinaran
Dokter menggunakan sinar X dengan radiasi yang tinggi untuk menghancurkan
selkanker, biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pembedahan
3. Kortikosteroid
Diberikan oleh dokter untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi pada otak
4. Pemberian Antikonvulsan
Diberikan pada pasien untuk mengurangi intensitas kejang yang mungkin terjadi
suatu waktu. Masa penyembuhan berfariasi antara pasien yang satu dengan lainnya,
namun biasanya berkisar antara 6 sampai 8minggu setelah proses pengangkatan
tumor selesai.Tehnik pengobatan di atas bukan tanpa resiko, oleh sebab itu
dibutuhkan dokter yang sangat mengertiakan penyakit ini.

10
Tips untuk Anda
Kita harus melindungi diridari paparan radiasi
yang tidak perlu, terutama pada anak-anak.
Penanganan dan kontakbahan kimia harus
dihindari. Selain itu, gaya hidup sehat seperti
9
tidak merokok dan tidakmengonsumsi alkohol
membatasi risiko penyakit.
Program Studi S1
Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Yarsi
10
Pontianak
LEMBAR KONSULTASI

No Tanggal Perbaikkan

Anda mungkin juga menyukai