Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG CA.PARU

(KARSINOMA BRONKOGENIK)

Dosen pembimbing : Nurul Sri Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh :

Ningmas Rohmah Massitoh

16612798/2A

PRODI STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan lembar pendahuluan yang berjudul CA.PARU (Karsinoma
Bronkogenik). Dalam penyusunan lembar pendahuluan ini, penulis tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Nurul Sri Wahyuni , S.Kep.Ns.,M.Kes, selaku dosen pembimbing.


2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materil maupun
spiritual.
3. Teman-teman kelas A yang selalu memberikan kritik dan sarannya.
4. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari, lembar pendahuluan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya lembar pendahuluan ini. Semoga lembar pendahuluan ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis maupun bagi pembaca.

Ponorogo,Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul....................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan................................................................................................ 3
2.1 Definisi................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi................................................................................................................ 3-5
2.3 Manifestasi Klinis............................................................................................... 5-7
2.4 Masalah Yang Lazim Muncul............................................................................. 8
2.5 Discharge Planing............................................................................................... 8
2.6 Patofisiologi........................................................................................................ 9-10
BAB III Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..................................................... 11
3.1 Pengkajian........................................................................................................... 11
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 12
3.3 Intervensi............................................................................................................. 13-32
BAB IV Penutup...................................................................................................... 33
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 33
4.2 Saran.................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Paru adalah organ pada system pernafasan (respirasi) dan berhubungan dengan system
peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernafas dengan udara. Fungsinya adalah untuk
menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah. Prosesnya disebut pernafasan
eksternal atau bernafas.

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh . definisi kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru
secara abnormal yang tumbuh melebihi batas normal,dan yang kemudian dapat menyerang
bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National Cancer Institute (2009)

Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal
tanpa control dan dapat menyerang disekitarnya. Proses ini disebut metastasis, metastasis
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi CA paru?


1.2.2 Bagaimana etiologi CA paru?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis CA paru?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan CA paru?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi CA paru?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui definisi CA paru


1.3.2 Mengetahui etiologi CA paru
1.3.3 Mengetahui manifestasi klinis CA paru
1.3.4 Mengetahui penatalaksanaan CA paru
1.3.5 Mengetahui patofisiologi CA paru

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit CA
paru yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita
1.4.2 Bagi dosen dapat dijadikan sebagai tambahan referensi saat kegiatan belajar mengajar
1.4.3 Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan lembar pendahuluan ini untuk
pengetahuan tentang penyakit CA paru
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat
insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat
kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah kanker
payudara dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens


penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara
maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki
peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang
menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. WHO World Report
2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO,
Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per
100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5
rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan
oleh kanker paru sebesar 30%. (Depkes RI, 2004).

Faktor- faktor risiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos, riwayat
adanya penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel, kromium, klorometil
eter), terpapar uranium atau radon, dan infeksi HIV (Sat Sharma, 2009).

2.2 Etiologi
Penyebab dari kanker masih belum dketahui, namun diperkirakan bahwa
inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan factor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan pranan predisposisi hubungan keluarga ataupun
suku bangsa atau ras serta status imunologis seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa
kepustakaan kebiasaan merokok menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti
polusi udara, diet yang kurang mengndung (vitamin A selenin dan betakaranin),
infeksi sluran pernapasan kronik, dan keturunan/ genetic.(sudoyo aru)
Penyebab kanker paru antara lain:
1. Merokok

2. Iradiasi
3. Zat-zat yabg terhirup ditempat kerja
4. Polusi udara
5. Genetic
6. Diet

Klasifikasi/Pentahapan Klinik (clinical staging)


Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T:T0: tidak tampak tumor primer
T1: diameter tumor <3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2: Diameter >3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun berjarak lebih
dari 2cm dari karina, serta belum ada efusi pleura
T3: tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan atau
disertai defusi pleura.
2. N: N0: tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M:M0: tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain

2.3 Menifestasi klinis


Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah
menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. (Sudoyo Aru)
1. Gejala dapat bersifat local (tumor tumbuh setempat):
a. Batuk baru atau batuk kebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (whezzing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Ateelektasis
2. Infasi local
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia
d. Sindrom vena cava superior
e. Sindrom horoner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksual brakialis dan saraf simpatis servikalis
3. Gejala penyakit metastasis
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4. Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru) dengan gejala:
a. Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi: leukositosi, anemia, hiperkoagulasi
c. Hipertrofi osteoartropati
d. Neurologic: dementia , ataksia, tremor, neuropati perifer
e. Neuromiopati
f. Endokrin: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia )
g. Dermatologic: eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
h. Renal: syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)

5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis


a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
b. Kelainan berupa nodul soliter

Pemeriksaan penunjang
1. CT-scan
2. MRI
3. Foto toraks
4. Pemeriksaan sitologi sputum
5. Pemeriksaan Histopatologi
6. Pemeriksaan serologi

Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma
vena cava superior berat.

2. Radioterapi

Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa factor, antara lain:

1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru

Bila radiasi dilkukan setelah pembedahan, maka harus diketahui:

1. Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan


2. Penilaian batas sayatan oleh ahli patologi anaomi (PA)

Dosis radiasi yang secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan car pemberian 200
cGy/x, 5 hari per minggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah:

1. Hb>10 g%
2. Trombosit>100.000/mm
3. Leukosit >3000/dl
Radiasi paliatif pada unfavourable group, yakni :

1. PS<70
2. Penurunan BB>5%dalam 2 bulan
3. Fungsi paru buruk

3. Kemoterapi

Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah

1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)


2. Respons obyektif satu obat anti kanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO harus dihentikan atau diganti bila
setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi tumor progresif

Regimen untuk KPKBSK adalah :

1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)


2. PE ( sispatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsipatin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin

Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi :

1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS <70 atau usia lanjut , dapat diberikan obat
antikanker dengan regimen tertentu dan / atau jadwal tertentu.
2. Hb>10g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb<10g%,
tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi tetapi sesuai dengan penyebab anemia.
3. Granulosit >1500/mm
4. Trombosit >100.000/mm
5. Funsi hati dan ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)
Dosis obat antikanker dapat dihitung berdsarkan ketentuan farmakologi masing-masing.
Ada yang mnggunakan rumus antara lain , mg/mk BB, mg/luas permukaan tubuh
(BSA),atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under the curve) yang
menggunakanCCT unuk rumusnya. Luas permukaan tubuh (BSA) diuur dengan
menggunakan parameter tinggi badan dan berat badan, lalu dihitung dengan
menggunakan rumus atau alat pengukur khusus ( omogram yang berbentuk mistaar).

Untuk obat anti kanker yang menggunakan AUC (misal AUC 5), maka dosis dihitung
dengan menggunkan rumus atau menggunakan nomogram. Dosis (mg)= (target AUC)
x(GFR+25). Nilai GFR atau gromenular filtration rate dihitung dari kadar kreatinin dan
ureum darah penderitaan.

Evaluasi hasil pengobatan:

Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 sikius/sekuen, bila penderita melihat


perubahan ukur tumor pada foto toraks PA setelah nenberikan (silkus )
Kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan menggunakan CT-scan toraks setelah 4 kali
pemberian. Evaluasi dialakukan terhadap :
1. Respon subyektif yaitu penurunan keluhan awal
2. Respon semisubyek yaitu perbaikan tampilan, pertambahan berat badan
3. Respon obyektif
4. Efek samping obat

Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan keentuan:

1. Respon kompit (complete response,CRI): bila pada evaluasi tumor hilang 100% dan
kedaan ini menetap lebih dari 4 minggu.
2. Respons sebagian ( partial response, PR): bila pengurangan ukuran tumor > 50% tetapi
<100%.
3. Menetap (stable disease, PD ): bila ukuran tumor tidak berubah atau mengecil >25%
tetapi <50%.
4. Tumor progesif (progressive disease, PD): bila terjadi pertambahan ukuran tumor
>25% atau munculnya tumor /lesi baru di paru atau ditempat lain.

Pengobatan paliatif

Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi,


medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah,
pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan.
Rehabilitasi medic

Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik
prabedah dan pascbedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan
bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru
tidak mengembang ) dan mempercepat mobolisasi.

2.4 Masalah yang lazim muncul


1. Ketidakefektifan bersihkan jalan nafas b.d obstruksi bronchial skunder karena invasi
tumor (penyakit paru obstruktif kronis)
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d obsruksi bronkus, deformitasi dinding dada,
keletihan otot pernafasan
3. Nyeri akut b.d agen cidera (karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
menelan makanan, anoreksia, kelelahan dyspnea
5. Intoleransi aktifita b.d ketidakseimbangan suplai oksigen (anemis), kelemahan
secara umum
6. Ansietas b.d proses perkembangan penyakit
7. Defisiensi pengetauhan b.d keterbatasan informasi proses dan pengobatan penyakit
2.5 Discharge planning
1. Konsultasikan dengan dokter tentang penanganan lanjutan ( kemoterapi, radiasi,
pembedahan)
2. Tidak meroko sejak usia muda. Berhenti meroko dapat mengurangi resiko terkena
hindari daerah yang sering polusi udara dan hindarkan anak-anak terpapar asap
rokok
3. Tingkatkan daya tahan tubuh . cukup istirahat ,makan makanan bergizi.
2.6 Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pemeriksaan Fisik

B1 ( Breathing ) : RR 26x/mnt, tidak ada retraksi dada menggunakan alat bantu nafas
nasal canul 1 lpm, Batuk: (-) Sputum: (-)

Maslah keperawatan:Kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi

B2 ( Blood ) : irama jantung teratur, nadi 88x/mnt

B3 ( Brain ) :

B4 ( Bladder ) : buang air kecil lancer jumlah urine kurang lebih 1500cc per hari BAB
lancer 1x/hr, konsistensi lembek biasa

B5 ( Bowel ) : tidak kembung, bising usus normal, nafsu makan normal, makan 3kali
sehari, diet bubur

B6 ( Bone ) : kekuatan otot normal, kaki dan tangan tidak ada kelumpuha

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihkan jalan nafas b.d obstruksi bronchial skunder karena invasi
tumor (penyakit paru obstruktif kronis)
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d obsruksi bronkus, deformitasi dinding dada, keletihan
otot pernafasan
3. Nyeri akut b.d agen cidera (karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
menelan makanan, anoreksia, kelelahan dyspnea
5. Intoleransi aktifita b.d ketidakseimbangan suplai oksigen (anemis), kelemahan secara
umum
3.3 Intervensi atau Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan napas 1. Respiratory Airway suction
Definisi : status : ventilation a. Pastikan kebutuhan
Ketidakmampuan untuk 2. Respiratiory status oral / tracheal
membersihkan sekresi : airway patency suctioning
atau obstruksi 3. Criteria Hasil : b. Auskultasi suara
mempertahankan 1. Mendemonstrasikan napas sebelum dan
kebersihan jalan napas batuk efektif dan sesudah suctioning.
Batasan Karakteristik : suara nafas yang c. Informasikan pada
1. 1. Tidak ada batuk bersih, tidak ada klien dan keluarga
2. Suara napas sianosis dan dyspneu tentang suctioning.
tambahan ( mampu d. Minta klien napas
3. Perubahan frekwensi mengeluarkan dalam sebelum
napas sputum, mampu suctioning dilakukan.

4. Sianosis bernapas dengan e. Berikan O2 dengan

5. Kesulitan berbicara mudah, tidak ada menggunakan nasal

atau mengeluarkan suara pursed lips) untuk memfasilitasi

6. Penurunan bunyi 2. Menunjukkan jalan suksion nasotrakeal

napas napas yang paten f. Gunakan alat yang


(klien tidak merasa steril setiap
7. Dipsneu
tercekik, irama napas, melakukan tindakan.
8. Sputum dalam jumlah
frekuensi pernafasan g. Anjurkan pasien
yang berlebihan
dalam rentang untuk istirahat dan
9. Batuk yang tidak
normal, tidak ada napas dalam setelah
efektif
suara nfas abnormal) kateter dikeluarkan
10. Orthopneu
3. Mampu dari nasotrakeal.
11. Gelisah
mengidentifiksikan h. Monitor status
12. Mata terbuka lebar dan mencegah factor oksigen pasien.
Factor-faktor yang yang dapat i. Ajarkan kelurga
berhubungan : menghambat jalan bagaimana cara
1. Lingkungan : napas melakukan suksion.
a. Perokok pasif j. Hentikan sukion dan
b. Mengisap rokok berikan oksigen
c. Merokok apabila pasien
2. Obstruksi jalan nafas menunjukkan
a. Spasme jalan napas bradikardi
b. Mokus dalam jumlah peningkatan saturasi
berlebihan O2, dll.
c. Eksudat dalam jalan
alveoli Airway
d. Materi asing dalan Managemen
jalan napas a. Buka jalan napas,
e. Adanya jalan napas gunakan teknik chin
buatan lift atau jaw thrust
f.Sekresi bertahan/sisa bila perlu.
sekresi b. Posisikan pasien
g. Sekresi dalam bronki untuk
3. Fisiologis : memaksimalkan
a. Jalan napas alergik ventilasi
b. Asma c. Identifikasi pasien
c. Penyakit paru perlunya
obstruksif kronik pemasangan alat
d. Hiperplasi dinding jalan napas buatan
bronchial d. Pasang mayo bila
e. Infeksi perlu
f.Disfungsi neuromuscular e. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu.
f. Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction.
g. Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan.
h. Lakukan suction
pada mayo.
i. Berikan
bronkodilator bila
perlu.
j. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab.
k. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan
status O2.
2. Ketidakefektifan Pola NOC NIC
Napas 1. Respiratory status: Airway
Definisi: inspirasi dan Ventilation management
atau ekspirasi yang tidak 2. Respiratory status: a. Buka jalan napas,
memberikan ventilasi. Airway patency gunakan teknik hin
Batasan karakteristik: 3. Vital sign Status lift aau jaw thrust
1. Perubahan kedalam Kriteria hasil: bila perlu
pernafasan 1. Mendemonstrsikan b. Posisikan pasien
2. Perubahan ekskursi batuk efektif dan untuk
dada suara nafas yang memaksimalkan
3. Mengmbil posisi tiga bersih, tidak ada ventilasi
titik sianosis dan dyspneu c. Identifikasi pasien
4. Bradipneu (mampu perlunya
5. Penurunan tekan mengeluarkan sputu, pemasangan alat
ekspirasi mampu bernafas bantu jalan napas
6. Penurunan ventilasi dengan mudah, tidak buatan
semenit ada pursed lips d. Pasang mayo bila
7. Penurunan kpasital 2. Menunjukkan jalan perlu
vital napas yang paten e. Lakukan fisioterapi
8. Dipneu (klien tidak merasa dada bila perlu
9. Peningkatan diameter tercekik, irama nafas, f. Kelurkan secret
anterior posterior frekuensi pernafasan dengan batuk atau
10. Pernapasan cuping dalam rentang suctionaus
hidung normal, tidak ada g. Auskultasi suara
11. Ortopneu suara nafas napas, catat adanya
12. Fase ekspirasi abnormal) suara tambahan.
memenjang 3. Tanda-tanda vital h. Lakukan suction
13. Pernafasan bibir dalam rentang normal pada mayo.
14. Takipneu (tekanan darah, nadi, i. Berikan
15. Penggunan otot pernafasan) bronkodilator bila
aksesorius untuk bernafas perlu.
Factor yan berhubungan: j. Berikan pelembab
1. Ansietas udara Kassa basah
2. Posisi tubuh NaCl Lembab.
3. Deformitas tulang k. Atur intake untuk
4. Deformitas dinding cairan
dada mengoptimalkan
5. Keletihan keseimbangan.
6. Hiperventilasi l. Monitor respirasi dan
7. Sindrom hipoventilasi status O2.
8. Gangguan
musculoskeletal
9. Kerusakan neurologis
10. Imaturitas neurologs
Oxygen oxygen
11. Disfungsi
Oxygen Therapy
neuromuscular
a. Bersihkan hidung
12. Obesitas
dan secret trakea
13. Nyeri
b. Pertahankan jalan
14. Keletihan otot
napas
pernapasan cedera
c. Atur peralatan
medulla spinalis
oksigenasi
d. Monitor aliran
oksigenasi
e. Pertahankan posisi
pasien
f. Onservasi adanya
tanda-tanda
hipoventilas
g. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
i
Vital sign Moitoring
a. Monitor TD, nadi,
suhu, RR
b. Catat adanya
fluktuasi tekana
darah
c. Monitor VS saat
pasien terbaring,
duduk, atu berdiri
d. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitasmonitor
kualitas dari nadi
f. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
g. Monitor suara paru
h. Monitor pola
pernapasan abnormal
i. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit
j. Monitor sianosis
perifer
k. Monitor adanya
cushing triad
(tejkanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
l. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
3. Nyeri akut NOC NIC
Definisi: Pengalaman 1. Pain level Pain Management
sensori dan emosional 2. Pain control a. Lakukan pengkajian
yang tidak 3. Comfort level nyeri secara
menyenangkan akibat Kriteria hasil: komprehensif
kerusakan jaringan actual 1. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
atau potensial atau nyeri (tahu penyebab karakteristik,durasi,
digambarkan dalam hal nyeri, mampu frekuensi, kualitas,
kerusakan sedemikian menggunakan tehnik dan factor presipitasi
rupa (International nonfarmakologi b. Observasi reaksi
Association for the study untuk mengurangi nonverbal dan
of Pain): awitan yang nyeri, mencari ketidaknyamanan
tiba-tiba atau lambat dari bantuan) c. Gunakan tehnik
intensitas ringan hingga 2. Melporkan bahwa komunikasi
berat dengan akhir yang nyeri berkurang terapeutik untuk
dapat diantisipasi atau dengan menggunakan mengetahui
diprediksi dan manajemen nyeri pengalaman nyeri
berlangsung kurang dari 3. Mampu mengenali pasien
6 bulan. nyeri ( skala d. Kaji kultur yang
Batasan karakteristi: intensitas, frekuensi mempengarui respon
1. Perubahan selera dan tanda nyeri) nyeri
maka 4. Menyatakan rasa e. Evaluasi pengalaman
2. Perubahan tekanan nyaman setelah nyeri masa lampau
darah nyreri berkurang f. Evaluasi bersam
3. Perubahan frekwensi pasien dan tim
jantung kesehatan lain
4. Perubahan frekwensi tentang
pernapasan ketidakefektifan
5. Laporan isyarat control nyeri masa
6. Diaphoresis lampau
7. Perilaku distraksi g. Bantu pasien dan
( misalnya berjalan keluarga untuk
mondar-mandir mencari mencari dan
orang lain dan atau menemukan
aktivitas lain, aktivitas dukungan
berulang) h. Control lingkungan
8. Mengekspresikan yang dapat
perilaku (misalnaya mempengaruhi nyeri
gelisah, merengek, seperti suhu ruangan,
menangis) pencahayaan, dan
9. Masker wajah kebisingan
( misalnya mata kurang i. Kurangi factor
bercahaya, tampak kacau, presipitasi nyeri
gerakan mata terpencar j. Pilih dan lakukan
atau tetap pada satu focus penanganan nyeri
meringis) (farmakologi,
10. Sikap melindungi nonfarmakologi, dan
area nyeri interpersonal)
11. Focus menyempit k. Kaji tipe dan sumber
(misalnya gangguan nyeri untuk
persepsi nyeri, hambatan menentukan
proses berfikir, intervensi
penurunan interaksi
l. Ajarkan tentang
dengan orang dan
lingkungan) tehnik
12. Indikasi nyeri yang nonfarmakologi
dapat diamati m. Beriakan analgetik
13. Perubahan posisi untuk mengurangi
untuk menghindari nyeri nyeri
14. Sikap tubuh n. Evaluasi keefektifan
melindungi control nyeri
15. Dilatasi pupil o. Tingkatkan istirahat
16. Melaporkan nyeri p. Kolaborasikan
secara verbal dengan dokter jika
17. Gangguan tidur ada keluhan dan
Factor yang tindakan nyeri tidak
berhubungan: berhasil
Agen cedera (misalnya q. Monitor penerimaan
biologis, zat kimia, fisik, pasien tentang
psikologis) manajemen nyeri
Analgesic
Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
memberikan obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilh analgesic yamg
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
e. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
f. Pilih rutepemberian
secara IV, IM untuk
pengobatn nyeri
secara teratur
g. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
h. Berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
i. Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala
4. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status Nutrition
kebutuhan tubuh 2. Nutritional status: Management
Definisi: asupan nutrisi food and fluid intake a. Kaji adanya alergi
tidak cukup untuk 3. Nutritional status: makanan
memenuhi kebutuhan nutrient intake b. Kolaborasi dengan
metabolic Kriteria hasil : gizi untuk
Batasan karakteristi: 1. Adanya peningkatan menentukan jumlah
1. Kram abdomen berat badan sesui kalori dan nutrisi
2. Nyeri abdomen dengan tujuan yang dibutuhkan
3. Menghindari 2. Berat badan ideal pasien
makanan sesuai dengan tinggi c. Anjurkan pasien
4. Berat badan 20% atau badan untuk meningkatkan
lebih dibawah berat 3. Mampu intake Fe
badan ideal mengidentifikasi d. Anjurkan pasien
5. Kerapuhan kapiler kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
6. Diare 4. Tidak ada tanda- protein dan vitamin
7. Kehilangan rambut tanda mainutrisi C
berlebihan 5. Menunjukkan e. Berikan substansi
8. Bising usus hiperaktif peningkatan fungsi gula
9. Kurang makanan pengecapan dan f. Yakin kan diet yang
10. Kurang informasi menelan dimakan
11. Kurang minat pada 6. Tidak terjadi mengandung tinggi
makanan penurunan berat serat untuk
12. Penurunan berat badan yang berarti mencegah konstipasi
badan dengan supan g. Berikan makanan
makanan adekuat yang terpilih (sudah
13. Kesalahan konsepsi dikonsultasikan
14. Kesalahan informasi dengan ahli gizi)
15. Merman mukosa h. Ajarkan pasien
pucat bagaiman membuat
16. Ketidak mampuan catatan makanan
memakan makanan harian
17. Tonus otot menurun i. Monitor jumlah
18. Mengeluh gangguan nutrisi dan
sensasi rasa kandungan kalori
19. Mengeluh asupan j. Beriakn informasi
makanan kurang dari tentang kebutuhan
RDA (recommended nutrisi
daily allowance ) k. Kaji kemampuan
20. Cepat kenyang pasien untuk
setelah makan mendapatkan nutrisi
21. Sariawan rongga yang dibutuhkan
mulut Nutrition
22. Steatore Monitoring
23. Kelemahan otot a. BB pasien dalam
pengunyah batas normal
24. Kelemahan otot untuk b. Monitor adanya
mengunyah penurunan berat
Factor-faktor yang badan
berhubungan: c. Monitor tipe dan
1. Factor biologis jumlah aktivitas yang
2. Factor ekonomis biasa di lakukan
3. Ketidakmampuan d. Monitor interaksi
untuk mengabsorbsi anak atau orang tua
nutrient selama makan
4. Ketidakmampuan e. Monitor lingkungan
untuk mencerna makanan selama makan
5. Ketidakmamapuan f. Jadwalkan
untuk menelan pengobatan dan
6. Factor psikologis tindakan tidak
selama jam makn
g. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahn, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake nutrisi
o. Catat adanya idema,
hiperemik,
Hipertonik papilla
lidah, dan cavitas
oral
p. Catat jika lidah
bewarna magenta,
scarlet
5. Intoleransi aktifitas NOC NIC
Definisi:ketidakcukupan 1. Energy conservation Activity therapy
energy psikologis atau 2. Activity tolerance a. Kolaborasikan
fisiologis atau fisiologis 3. Self care: ADLs dengan tenaga
untuk melanjutkan atau Criteria hasil: rehabilitasi medic
menyelesaikan aktifitas 1. Berpartisipasi dalam dalam merencanakan
kehidupan sehari-hari aktifitas fisik tanpa program terapi yang
yang harus atau yang disertai peningkatan tepat
ingin dilakukan. tekanan darah, nadi, b. Bantu klien untuk
Batasan karakteristik: dan RR mengidentifikasi
1. Respon tekanan darah 2. Mampu melakukan aktivitas yang
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari mampu dilkukan
aktivitas (ADLs) secara c. Bantu untuk memilih
2. Respon frekwensi mandiri aktivitas konsisten
jantung abnormal 3. Tanda-tanda vital yang sesuai dengan
terhadap aktivitas normal kemampuan
3. Perubahan EKG yang 4. Energy psikomotor fisik,psikologi sosial
mencerminkan aritmia 5. Level kelemahan d. Bantu untuk
4. Perubahab EKG yng 6. Mampu berpindah: mengidentifikasi dan
mencerminkan iskemia dengan atau tanpa mendapatkan sumber
5. Ketidaknyamanan bantuan alat yang diperlukan
setelah beraktivitas 7. Status untuk aktivitas yang
6. Dipsnea setelah kardiopulmunari diinginkan
beraktivitas adekuat e. Bantu untuk
7. Menyaatakan merasa 8. Sirkulasi status baik mendapatkan alat
letih 9. Statu respirasi: bantuan aktivitas
8. Menyatakan merasa pertukaran gas dan seperti kursi roda,
lemah ventilasi adekuat krek,
Factor yang f. Bantu untuk
berhubungan: mengidentifikasi
1. Factor lingkungan aktivitas yang
yang berubah disukai
2. Gangguan kognisi g. Bantu klien untuk
3. Gangguan membuat jadwal
penglihatan latihan diwaktu luang
4. Keterbatasan h. Bantu pasien atau
neuromuscular keluarga untuk
5. Factor psikologi mengidentifikasi
6. Kelemahan struktur kekurangan dalam
panggul pendukung beraktifitas
i. Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktifitas
j. Bantu pasien untuk
mengembankan
motifasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik,
emosi, sosial, dan
spiritual

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan merupkan tumor ganas primer
system pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percababangan bronkus. Penyakit ini jarang terjadi dan paling sering terjadi didaerah
industry.

Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan seputar
Ca.paru dan juga dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Edisi
revisi jilid 1 Yogyakarta; Medical Action Publishing

http://dokumen.tips>Dokumens

http://weenbee.Ca.Paru.pdf.files.wordpress

http://dokumen.Ca.Paru.pdf.tips

Anda mungkin juga menyukai