Anda di halaman 1dari 50

RUTE PEMBERIAN OBAT

• Merupakan rute pemberian obat yang paling


umum dan paling banyak dipakai karena
merupakan cara yang paling mudah, murah,
ORAL
aman dan nyaman bagi pasien.
• Obat diberikan melalui mulut dan ditelan
• Obat melalui rute yg paling kompleks dan lama
sampai pada organ target
• Obat akan diserap (diabsorpsi) melalui saluran
cerna : lambung/usus halus  memasuki
sirkulasi portal
• Obat mengalami metabolisme tk pertama (first
pass metabolism) di hepar  pengurangan
efikasi obat
1. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan Prosedur Kerja
2. Baca label obat
3. Bantu untuk meminumkannya dengan cara :
a. Obat berbentuk tablel atau kapsul dari botol  tuangkan
jumlah yang dibutuhkan ke dalam wadah. Jangan sentuh
obat dengan tangan.
b. Kaji kesulitan menelan obat. Bila ada, jadikan bentuk
tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan cairan.
c. Untuk bentuk cairan, encerkan, kocok, atau aduk obat
jika diperlukan (ikuti petunjuk pada label obat). Baca
angka pada sendok takar untuk menentukan dosis ketika
menuangkan cairan.
d. Kaji denyut nadi dan TD sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
4. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi
respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian
obat.
Sublingual • Pemberian obat dengan cara obat
diletakkan di bawah lidah.
• Dirancang supaya setelah diletakkan
dibawah lidah dan kemudian larut 
mudah untuk di absorpsi kedalan
sistem peredaran darah karena
jaringan di bawah lidah dari lapisan
tipis sel-sel epitel dan jaringan luas
kapiler.
• Obat diberikan dibawah lidah tidak
boleh ditelan dan tidak diizinkan
minum hingga obat larut sepenuhnya.
Prosedur Kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Memberikan obat kepada pasien
Sublingual
3. Memberitahu pasien agar meletakkan
obat pada bagian bawah lidah, hingga
terlarut seluruhnya.
4. Menganjurkan pasien agar tetap
menutup mulut, tidak minum dan
makan ataupun berbicara selama obat
belum terlarut seluruhnya.
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap
pemberian. Evaluasi respon terhadap
obat dengan mencatat hasil pemberian
obat.
Bukal
• Rute bukal dilakukan dengan
menempatkan obat diantara pipi dan
gusi sampai obat larut.
• Pasien harus diajarkan untuk
menempatkan dosis obat secara
bergantian di pipi kanan dan kiri
supaya mukosa tidak iritasi.Obat bukal
berekasi secara lokal pada mukosa
atau secara sistemik ketika obat larut.
Prosedur Kerja 1. Jelaskan kepada pasien prosedur yang
Bukal akan dilakukan.
2. Memberikan obat kepada pasien.
3. Memberitahu pasien agar meletakkan
obat diantara gusi dan selaput mukosa
pipi sampai terlarut sempurna.
4. Menganjurkan pasien agar tetap
menutup mulut, tidak minum, makan
ataupun berbicara selama obat belum
terlarut seluruhnya.
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap
pemberian. Evaluasi respon terhadap
obat dengan mencatat hasilpemberian
obat.
• Pemberian obat dengan cara dimasukkan ke
dalam rektum dengan tujuan memberikan Rektal
efek lokal maupun sistemik.
• Bentuknya suppositoria dan clysma atau
enema (obat pompa) ataupun salep (hanya
dioleskan pada permukaan rektal untuk efek
lokal)
• Pemberian obat ini tepat pada dinding rektal
yang melewati sfingter ani interna.
• Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar
bila dibandingkan dengan peroral, terhubung
pembuluh-pembuluh darah pertama.
• Kontraindikasi pada pasien yang mengalai
pembedahan rektal.
Keuntungan
• Dapat dipakai jika pasien tidak bisa per oral.
• Dapat mencegah FPM
• Salah satu pilihan untuk pasien yang tidak sadarkan diri.
Kerugian
• Banyak pasien tidak nyaman
• Hanya untuk obat lipofil
• Perlu kondisi khusus untuk penyimpanan obat
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung
Prosedur Kerja
tangan. Rektal
3. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain
kasa steril.
4. Buka supositoria dari kemasannya dan beri
pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri
pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari
tangan dominan anda.
5. Tutup area bawah pasien dengan menggunakan
selimut dan dibuka hanya pada area perineal saja
6. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui
mulut dan untuk merelaxkan sfingter ani.
7. Miringkan pasien dengan satu kaki di tekuk ke
depan.
7. Regangkan anus klien dengan tangan non dominan,
dengan jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam
anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal
10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan
anak – anak
8. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
9. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau
miring selama 20 menit hingga suppositoria melelh
sempurna.
10. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak
feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan
klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk
mengambil pispot atau ke kamar mandi
11. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasikan semua tindakan
Pemberian Obat Melalui Vagina
• Pemberian obat melalui vagina adalah pemberian obat yang dilakukan
dengan memasukkan obat melalui vagina. Umumnya obat bekerja
secara lokal. Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat
larut perlahan atau dapat juga dalam bentuk salep atau suppositoria.
• Pada pemberian obat secara vagina, pasien harus minimal selama 1
jam tidur telentang untukmenghindari obat mengalir keluar.
• Kontraindikasi pada pemakaian obat melalui vagina adalah pada saat
menstruasi atau kondisi khusus pada pasien spartus (pendarahan,
plasenta previa, ketuban pecahdini, persalinan praterm)
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
1. Obat cepat bereaksi
2. Efek yang ditimbulkan bersifat lokal

Kekurangan :
3. Dapat membangkitkan rasa malu
4. Kesulitan dalam melakukan prosedur
Prosedur Kerja
1. Siapkan Peralatan
2. Kaji kemampuan pasien dalam menggunakan aplikator atau
suppositoria.
3. Tutup gorden atau pintu kamar
4. Bantu klien berbaring dalam posisi dorsal recumben
5. Masukkan suppositoria dengan menggunakan tangan
terbungkus sarung tangan atau menggunakan aplikator
6. Instruksikan pasien untuk tetap berbaring selama sekurang-
kurangnya 15 menit.
7. Lepas sarung tangan, buang ke wadah yang tepat dan cuci
tangan. Jika menggunakan aplikator, cuci dengan sabun dan air
hangat lalu simpan ditempatnya untuk penggunaan selanjutnya
8. Catat dan dokumentasikan
Jalur Parenteral
• Digunakan untuk obat-obat
yang sulit diserap oleh saluran
cerna.
• Paling sesuai untuk kondisi
pasien yang tidak sadar.
• Diperlukan efek segera pada
obat.
• Dosis obat paling terkendali.
Intravena • Pemberian obat intravena adalah
pemberian obat dengan cara
memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena menggunakan spuit injeksi.
• Pemberian obat secara intravena
merupakan pemberian obat yang sangat
BERBAHAYA.
• Pemberian IV Harus dilakukan
perlahan-lahan sambil mengawasi
respon penderita
• Obat cepat masuk ke sirkulasi sistemik

Keuntungan •
Bioavailbilitas obat 100%
Tidak mengalami FPM
• Dapat diberikan kepada pasien tidak sadar

• Perlu prosedur steril


• Menimbulkan rasa sakit
• Dapat terjadi iritasi
Kerugian •

Resiko kelebihan dosis besar
Reaksi alergi ceoat terjadi
• Obat yang masuk tidak dapat ditarikkembali
• Tidak bisa dilakukan mandiri oleh pasien.
• Obat diinjeksikan ke dalam jaringan otot. Intramuskular
• Pemberian obat secara intramuskular sangat
dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air
yang menentukan kecepatan
dankelengkapan absorpsi obat.
• Lokasi penyuntikan dapat di daerah paha
depan (Vastus Lateralis), daerah panggul
(Ventrogluteal), daerah pantat
(dorslogluteal), atau lengan atas (Deltoid).
• Daerah ini digunakan dalam penyuntikan
dikarenakan massa otot yang besar,
vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
• Pemberian obat yang dilakukan dengan cara
memasukkan ke dalam jaringan kulit. Pemberian Subkutan
subkutan pada dasarnya dilakukan di bawah kulit
atau di bawah dermis/epidermis.
• Cocok untuk obat yang perlu diserap secara
perlahan untuk menghasilkan efek berkelanjutan.
• Pilih area injeksi yang memiliki lapisan lemak
yang memadai.
• Ganti area suntikan secara periodik untuk
mencegah tejadinya lipodistrofi (hilangnya lemak
dibawah kulit yang menyebabkan kurang
efektifnya terserapnya obat)
• Area injeksi : perut, pinggulbagian atas,
punggung bagian atas, lengan bagian atas dan
paha.
Intrakutan atau Intradermal
• Pemberian obat yang dilakukan
dengan cara memasukkan obat ke
dalam lapisan dermal kulit tepat di
bawah epidermis.Biasanya hanya
sejumlah kecil larutan yang
digunakan.
• Metode ini sering digunakan untuk
uji alergi ataupun pemberian vaksin.
• Lokasi injeksi yaitu bagian lengan
bawah, daerah skapula di punggung,
dada bagian atas, paha bagian medial.
Lanjutan .....
• Injeksi intradermal diberikan ke dalam dermis,
tepat di bawah epidermis. Jalur intradermal
memiliki waktu absorpsi terlama dari semua
pareteral. Untuk alasan inilah injeksi intradermal
digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes
tuberkulin dan tes alergi, serta anestesi lokal.
Keuntungan jalur intradermal untuk tes – tes ini
adalah reaksi tubuh terhadap substansi tersebut
mudah diamati, dan derajat reaksi dapat dibedakan
melalui studi perbandingan.
Intratekal
• Pemberian obat dilakukan dengacara disuntikkan ke dalam saluran
sum-sum tulang belakang yang berisi cairan cerebrospinal
Transdermal
• Jalur pemberian obat melalui transdermal
umumnya disebut dengan “Patch” karena
obat terkandung dalam plester/koyok
tersebut yang diserap melalui kulit.
• Plester trasndermal memberikan dosis
yang konsisten dosis yang konsisten
dalam darah dan mengatasi masalah
penyerapan dalam saluran pencernaan
yang sering dialami oleh pasien yang
mengonsumsi obat oral.
• Menghindari FPM
• Bermanfaat untuk obat yang mempunyai waktu
paruh pendek
• Mencegah terjadinya kerusakan obat akbita
Keuntungan dari Ph saluran cerna
• Mudah untuk menghentikan pemberian obat
jika terjadi kesalahan.
• Dapat digunakan sendiri

• Hanya untuk obat lipofil


Kerugian • Dapat terjadi iritasi lokal
• Perika resep obat
• Hindari memotong plester menjadi dua.
Prosedur Kerja
• Tempelkan plester ke area tubuh tertentu.
Nitrogliserin ditempelkan di dada atau lengan atas,
Fentanil ditempelkan di dada, panggul atau lengan
atas.
• Pakailan sarung tangan ketika menempelkan
plester karena perawat dapat dengan mudah
menyerap obat yang terkandung didalam plester
tersebut yang dapay menyebabkan reaksi yang
tidak diinginkan.
• Tempatkan plester pada area kulit yang bersih,
kering, tidak ditumbuhi rambut, dan utuh (tidak
mengalami luka)
Inhalasi
• Obat dihisap melalui saluran nafas, melalui hidung
dan/atau mulut.Jalur pemberian obat melalui
inhalasi digunakan untuk pasien yang menghirup
obat menggunakan inhaler. Ada dua macam
inhaler yang umum digunakan yaitu nebulizer dan
inhaler dosis terukur (MDI, Meterd-dose Inhaler).
• Nebulizer mengubah obat dalambentuk cair
menjadi aerosol halus. MDI adalah logam kecil
dengan tinggi 5-6 inci (sekitar 13-15 cm) dengan
tombol pada bagian atas yang dapat ditekan untuk
melepaskan obat.
• Buka tutup inhaler dan kocoklah
• Buanglah nafas perlahan-lahan sedapat mungkin Prosedur
mengosongkan paru-paru
• Pegang inhaler 2,5-5 cm didepan mulut
kerja inhaler
• Mulai menarik nafas melalui mulut, bersamaan dengan itu
katupkan bibir rapat-rapat ke mulut aerosol dan tekan inhaler
satu kali.
• Tetaplak menarik nafas melalui mulut sedalam mungkin
selama kurang lebih 3-5 deitik.
• Tahan nafas selama 10 detik supaya obat dapat masuk ke
paru-paru dengan sempurna.
• Hembuskan nafas melalui hidung.
• Jika resep obat menghendaki pasien menyemprotkan lebih
dari satu kali semprot dengan MDI, ajarkan pasien untuk
menunggu selama 2 menit untuk semprotan berikutnya.
• Setelah selesai bersihkan mulut aerosol dengan air hangat dan
pasien berkumur dengan air dan meludah karena inhalan
steroid dapat memicu tumbuhnya jamur pada rongga mulut.
TOPIKAL
• Pemberian obat di permukaan
kulit atau membran area mata,
hidung, lubang telinga, dan
rektum untuk menghasilkan efek
lokal maupun sistemik.
• Obat yang biasa digunakan
untuk pemberian obat topikal
pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, spray atau
salep.
Penggunaan Tetes Mata
Prosedur Kerja Salep Mata
Penggunaan Tetes Telinga
Pemberian Tetes Hidung
Prosedur Penggunaan Semprot Hidung
1. Beritahu pasien untuk menutup lubang
hidung yang tidak sakit.
2. Minta pasien untuk memiringkan
kepalanya ke arah sisi lubang hidung
yang tertutup.
3. Semprotkan obat
4. Minta pasien untuk menahan nafas, atau
membuka lubang hidung yag tertutup
sebelumnya dan bernafas melalui lubang
hidung tersebut sesuai petunjuk
pengobatan
Pemilihan Rute Obat
• Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi
pasien.
• Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:
a) Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
b) Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
c) Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
d) Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
e) Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
f) Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-
macam rute
g) Kemampuan pasien menelan obat melalui oral
PRINSIP-PRINSIP
PEMBERIAN OBAT
• Pengobatan merupakan tindakan interdependen  aktifitas
perawatan yang dilakukan secara tim dengan profesi kesehatan
lainnya.
• Terdapat “enam benar” yang harus diikuti ketika memberikan obat.
• Langkah tersebut adalah
1. Pasien yang benar
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Waktu yang benar
5. Jalur pemberian obat yang benar
6. Dokumentasi yang benar
Pasien Benar
• Tenaga kesehatan memberikan obat pada pasien yang benar.
• Setiap kali memberikan obat, tenaga kesehatan harus
• memastikan obat diberikan pada pasien yang benar dengan cara
memeriksa identitas pasien (papan identitas di tempat tidur, atau gelang
identitas), atau ditanyakan langsung ke pasien atau keluarganya.
• Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
Obat Benar
• Tenaga Kesehatan harus memastian bahwa obat tersebut adalah untuk terapi
medis yang tepat bagi pasien.
• Perika tanggal kadaluarsa obat. Obat memiliki nama dagang dan nama
generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat,
kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
• Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
Dosis Benar
• Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan
dosisnya perawat harus memeriksanya lagi.
• Tenaga kesehatan harus memiliki gambaran akan dosis obat sebelum
melakukan perhitungan dosis. Jika dosis obat hasil perhitungan selisih,
maka konsultasikan dengan dokter ataupun apoteker.
• Terkadang, perhitungan dosis obat harus diperiksa oleh dua orang
apabila perhitungan dosis rumit dan obat berpotensi menimbulkan
bahaya jika dosis berlebih.
Waktu Benar
• Waktu pemberian obat telah ditulis secara spesifik pada resep obat.
Seberapa sering obat diberikan tergantung pada waktu paruh obat.
Obat dengan waktu paruh yang pendek akan lebih sering diberikan
dibandingkan dengan yang memiliki waktu paruh panjang.
• Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai.
Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar
yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
• Periksalah apakah pasien dijadwalkan untuk diagnosis atau prosedur
lainnya yang mungkin mengganggu waktu pemberian obat.
Jalur pemberian obat benar
• Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

Dokumentasi Benar
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan,
dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila
pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Hak-hak Pasien dalam Pemberian
obat
•Hak untuk mengetahui alasan pemberian
obat
•Hak untuk menolak pengobatan

Anda mungkin juga menyukai