KEPERAWATAN
ANEMIA
Disusun oleh:
YULIA WIDYAWATI
NIM 16612817
2017
i
Kata Pengantar
Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesikan lembar pendahuluan yang berjudul
Anemia. Dalam penyususnan lembar pendahuluan ini, penulis tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Penulis menyadari, lembar pendahuluan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak dami sempurnanya lembar pendahuluan ini. Semoga lembar pendahuluan
ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.
Yulia Widyawati
NIM 16612781
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….3
2. 1 Definisi…………………………………………………………3
2. 2 Etiologi………………………………………………………....3
2. 3 Manifestasi Klinis………………………………………………6
2. 4 Masalah Yang Lazim Muncul………………………………….9
2. 5 Discharge Planning…………………………………………….9
2. 6 Patofisiologi …………………………………………………...11
2.7 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………….12
2.7.1 Pengkajian…………………………………………………….12
2.7.2 Diagnosis Keperawatan………………………………………..14
2.7.3 Intervensi………………………………………………………14
3.1.1 Kesimpulan…………………………………………………….46
3.1.2 Saran…………………………………………………………...46
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………47
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4.2 Bagi dosen dapat dijadikan sebagai tambahan referensi saat kegiatan
belajar mengajar
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Pemeriksaan Penunjang
7
1. Pemeriksaan laboraturium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada
komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
(MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
menginformasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini :
- Anemia defiensi besi : serum iron, TBC, saturasi transferin,
dan feritin serum.
- Anemia megaloblastik : asam folat darah/ertrosit, vitamin
B12.
- Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
- Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratoriun non hematologis : faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization)
Penatalaksanaan
8
1. Anemia aplastik
Dengan transpalasi sumsumtulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin ( ATG) yang diperlukan melalui jallur sentral
selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transpalasi sumsum tulang tidak
berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah
leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasiern tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defiensi besi
diberikan sulfat ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila
kadar Hb kurang dari 5 gr%.
5. Anemia megaloblastik
a. Defiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila defiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak
tersedianyafaktor intrisik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau melabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
9
2.6 Patofisiologi
Pendarahan saluran cerna, Dedefisiensi besi, vit B12, As. Opoveraktif RES, produksi
uterus, hidung, luka Folat, depresi sumsum SDM
tulang eritropetin ↓
Penghancuran SDM
Kehilangan SDM(sel darah
merah)
Produksi SDM ↓
Gangguan Penyerapan
Nutris& Penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi Paru Obat
Peningkatan kontraktilitas
Lemah lesu, parestesia, mati Ketidakefektifan pola
rasa, ataksia,gangguan napas
koordinasi , bingung
12
Palpitasi
4. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak ada
secret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada
perdarahan.
5. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir
sedikit merah.
6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tiroid, tampak bersih, tidak ada jaringan
parut, tidak ada lesi.
7. Dada (paru-paru dan jantung)
Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada
penumpukan cairan pada pleura.
8. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada
pigmentasi.
9. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada
penumpukan cairan.
10. Genetalia
kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit tampak bersih.
nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infuse, tidak ada kelainan,
apat bergerak, tidak ada kelainan.
2.7.3 Intervensi
penyebab dari
perubahan vital
sign
12. Nyeri
ektermitas
13. Bruit
femoral
14. Pemendek
an jarak
total yang
ditempuh
dalam uji
berjalan 6
menit
15. Pemendak
an jarak
bebas
nyeri yang
ditempuh
dalam uji
berjalan 6
menit
16. Perestesia
17. Warna
kulit pucat
saat
elevasi
Faktor yang
Berhubungan
1. Kurang
pengetahu
an tentang
faktor
pemberat
21
(mis,
merokok,
gaya
hidup,
monoton,
trauma,
obesitas,
asupan
garam,
imobilitas
)
2. Kurang
pengetahu
an tentang
proses
penyakit
(mis,
diabetes,
hiperlipde
mia)
3. Diabetes
militus
4. Hipertensi
5. Gaya
hidup
monoton
6. Merokok
22
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
bisa dilakukan
4. Monitor
interaksi anak
atau orang tua
setelah makan
5. Monitor
lingkungan
setelah makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
10. Monitor mual
25
dan muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringanjarin
gan konjungtiva
14. Monitor kalori
dan intake
nuntrisi
15. Catat adanya
edema,
hiperemik,hiper
tonik papilla
lidah dan
cavitas oral
16. Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet
2. Penurunan gangguan
motivasi penglihatan
3. Ketidaknyamana 13. Tempatkan
n pasien dalam
4. Kendala posisi nyaman
lingkungan makan
5. Keletihan 14. Lindungi
6. Gangguan dengan bib/
musculoskeletal kain alas dada
7. Gangguan 15. Memyediakan
neuromuscular sedotan, sesuai
8. Nyeri kebutuhan atau
9. Gangguan yang
persepsi diinginkan
10. Ansietas berat 16. Menyediakan
Kelemahan makanan dan
minuman yang
disukai, sesuai
17. Memantau
berat badan
pasien
18. Memonitor
status hidrasi
pasien, sesuai
19. Dorong pasien
untuk makan
diruang makan,
jika tersedia
20. Memyediakan
interaksi sosial
yang sesuai
37
21. Menyediakan
perangkat
adatif untuk
memfasilitasi
diri makan
pasien (mis,
panjang
menangani,
menangani
dengan lingkar
yang besar,
atau tali kecil
pada
peralatan),
sesuai
kebutuhan
22. Menggunakan
cangkir dengan
pegangan yang
besar, jika
perlu
23. Gunakan piring
dipecahkan dan
berbobot dan
kacamata, yang
diperlukan
Memberikan isyarat
sering dan pengawasan
yang ketat
38
inflamasi kencing
5. Vaksinasi tidak 11. Tingkatan
adekuat intake nutrisi
6. Pemajanan 12. Berikan
terhadap pathogen terapi
lingkungan antibiotic
meningkat bila perlu
a. Wabah Infection
7. Prosedur invasif Protection
8. Malnutrisi (proteksi
terhadap
infeksi)
13. Monitor
tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan
lokal
14. Monitor
hidung
granulosit,
WBC
15. Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
16. Batasi
pengunjung
17. Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
41
menular
18. Pertahankan
teknik
aspesis pada
pasien yang
beresiko
19. Pertahankan
teknik isolasi
k/p
20. Berikan
perawatan
klit pada area
epidema
21. Inspeksi kulit
dan
membrane
mukosa
terhadapa
kemerahan,
panas
drainase
22. Inspeksi
kondisi
luka/insisi
bedah
23. Dorong
masukan
nutrisi yang
cukup
24. Dorong
masukan
42
cairan
25. Dorong
istirahat
26. Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotic
sesuai resep
27. Ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
29. Laporkan
kecurigaan
infeksi
30. Laporkan
kultur positif
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://askepkuini.blogspot.co.id/2014/02/nurse-blog.html