KANKER PARU-PARU
Dosen pengampu: Ns Handono FR.Kep,SP,Kep,M,B.
PAITON – PROBOLINGGO
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat segala limpahanrahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi nikmat berupa sehat dan kelancaran dalam hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH dengan
judul KANKER PARU
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari isi maupun penyusunannya,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang terkait yangsifatnya membangun agar dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya maupun orang lain yang membutuhkan umumnya.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari bantuan pikiran serta dorongan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT.
PENYUSUN
KELOMPOK 5
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB 11 PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Anatomi fisiologi.....................................................................................................4
2.2 Definisi kanker paru.................................................................................................4
2.3 Etiologi/penyebab....................................................................................................6
2.4 Klasifikasi................................................................................................................7
2.5 Manifestasi klinis.....................................................................................................9
2.6 Patofisiologi............................................................................................................10
2.7 Pathway...................................................................................................................11
2.8 Komplikasi..............................................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................................12
2.10 Penatalaksanaan Penunjang..................................................................................14
2.12 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................15
2.13 Perencanaan..........................................................................................................16
KESIMPULAN.............................................................................................................18
SARAN.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia terdapat berbagai macam penyakit.Penyakit-penyakit tersebut dikelompokkan
menjadi 2 macam, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.Penyakit menular atu
penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti virus,bakteria,atau
parasite bukan disebabkan factor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti
keracunanan).Sedangkan penyakit tidak menular adalah Penyakit yang tidak disebabkan oleh
kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan
tubuh manusia. Sejak 50 tahun terakhir ini, kejadian penyakit kanker di dunia semakin
mengkhawatirkan. Pertarungan manusia melawan kanker masih imbang. Pertarungan manusia
melawan kanker masih imbang. Kanker belum benar-benar dapat ditaklukkan oleh. Bahkan,
badan kesehatan dunia-WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030 sebanyak 26 juta penduduk
dunia akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya diperkirakan meninggal dunia.
Kondisi di Indonesia sendiri tidak lebih baik. Berdasarkan data riskesdas 2007, kanker
menduduki peringkat ke-7 sebagai penyebab kematian utama di Indonesia dengan presentase
5,7%. Ditemukan empat kasus kanker atau tumor setiap seribu penduduk Indonesia. Banyaknya
kasus kanker di Indonesia disebabkan rendahnya kesadaran (awareness) masyarakat terhadap
penyakit kanker serta rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau system
pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga
berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru merupakan kanker
yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap
tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens penyakit kanker di
dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat
dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit
kardiovaskuler.Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia.Kanker paru merupakan salah satu jenis
penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.Penegakan
3
diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan yang tidak sederhana dan memerlukan
pendekatan multidisiplin kedokteran.Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat
membantu penderita (PDPI,2003).
1.3 Manfaat
1. mengetahui anatomi dan fisiologi kanker paru
2. Mengetahui definisi kanker paru
3. Mengetahui Etiologi kanker paru
4. Mengetahui klasifikasi kanker paru
5. Mengetahui patofisiologi kanker paru
6. Mengetahui manifestasi klinis kanker par
7. Mengetahui pahthway kanker paru
8. Mengetahui penatalaksanaan medis
9. Mengetahui kriteria diagnose kanker paru
10. Mengetahui diagnosa keperawatan
11. Mengetahui pemeriksaan penunjang
12. Mengetahui rencana keperawatan
4
BAB II
Pembahasan
5
mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk
pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton,
2007).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan
karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat
aktivitas
dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan
kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa normal (Jayanti, 2013).
Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang
menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea).
Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong
udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang
udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (Yunus, 2007).
Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi
menjadi empat mekanisme dasar, yaitu:
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot pernapasan berkontraksi, tetapi
pengeluaran udara pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup, penarikan
nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak
hingga diafragma dan tulang dada menutup dan berada pada posisi semula (Evelyn, 2009).
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama bernafas tenang, tekanan
intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi
menurun sampai -6 mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan
6
tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-
paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan
recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang
menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru (Algasaff, 2015).
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding
dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan
lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks
berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan
intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali
pada akhir ekspirasi (Miller et al, 2011).
Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam
pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah
yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi
gas dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah
proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan aliran darah (Guyton, 2007).
7
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di
bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru (Suryo, 2010: 27). Karsinoma bronkogenik atau
kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari
sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus
(Muttaqin, 2008: 198).
Kanker paru adalah jenis kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan
penting dalam proses pernapasan. Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada
umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah
kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker
paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil.
Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma,
karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar. Kanker paru-paru merupakan kanker paling
umum kedua yang diidap pria dan kanker paling umum ketiga yang diidap wanita di Singapura.
Pria memiliki resiko kanker paru-paru 3 kali lebih tinggi dari wanita. Dari 3 kelompok etnis
utama, etnis Cina memiliki resiko tertinggi, yang diikuti oleh etnis Melayu dan India.
NSCLC merupakan tipe paling umum dari kanker paru-paru, dan tidak seagresif dibandingkan
dengan SCLC. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat. Bila didiagnosa secara
dini, pembedahan dan/atau radioterapi, kemoterapi, dapat memberikan harapan akan
kesembuhan.
SCLC merupakan kanker yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat dan menyebar cepat ke
pembuluh darah menuju anggota tubuh lainnya. Seringkali, kanker ini dikategorikan sebagai
penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya diobati melalui kemoterapi dan bukan
melalui prosedur pembedahan
8
2.3 Etiologi/Penyebab
Menurut satmoko budi santoso, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker, yakni sebagai berikut:
Faktor ini dinilai sangat dominan sebagai penyebab kanker karena dapat dipengaruhi oleh factor
genetik. Sebagai contoh, resiko perempuan menderita kanker payudara meningkat 1,5 – 3 kali
lipat jika ibu atau saudara perempuannya menderita kanker payudara.
2.Kelainan kromosom
Misalnya, seseorang yang mengalami down syndrome yang memiliki 3 buah kromosom
beresiko 12-20 kali lebih tinggi menderita kanker darah (leukemia)Akut
3.Hormon
Hormone adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh, yang berfungsi mengatur kegiatan
alat-alat tubuh.
4.Faktor lingkungan
Misalnya rokok dapat meningkatkan resiko terkena kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara),
dan kandung kemih. Factor lingkungan lainnya adalah berjemur di bawah sinar matahari yang
mengandung sinar ultraviolet (UV) dalam waktu lama, sehingga dapat menyebabkan terkena
penyakit kulit.
5.Makanan
Makanan merupakan salah satu factor penyebab terjadinya kanker, terutama kanker saluran
pencernaan. Biasanya makanan yang diasapkan atau diasamkan dapat meninggalkan resiko
terjadinya kanker di are perut.
9
6.Bahan kimia
Banyak sekali bahan kimia yang di deteksi sebagai penyebab kanker, terutama kanker saluran
pencernaan. Misalnya penggunaan asbes bisa menyebabkan seseorang terserang kanker paru-
paru dan kanker kulit.
7.Virus
Beberapa virus dapat menyebabkan kanker. Virus penyebab kanker disebgut onkogenik.
Misalnya, virus papilloma yang menyebabkan kutil genitalis, yang termasuk salah satu
penyebab kanker leher rahim pada perempuan. Ada juga virus hepatitis B dan hepatits C yang
bisa menyebabkan kanker Hati.
8.Infeksi
infeksi yang dikarenakan prasit schistosoma bisa menyebabkan kanker kandung kemih, lantaran
terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih
Contoh pola hidup yang tidak sehat adalah: kebiasaan merokok secara berlebihan, berganti-
ganti pasangan, dll. Contoh pola hidup yang salah tersebut dapat memperbesar resiko terkena
kanker.
2.4 Klasifikasi
Menurut WHO berdasarkan jenis histologi secara umum kanker paru dibagi menjadi 4 jenis
antara lain:
1.Karsinoma sel skuamosa (epidemologi)
Tipe karsinoma sel skuamosa terjadi pada 40% dari seluruh kanker paru jenis iniadalah
yang paling sering ditemukan. Biasanya terletak di sentral sekitar hilus, danmenonjol kearah
dalam bronki besar. diameter tumor jarang mencapai beberapa sentimeter dan cendrung
menyebar secara tidak langsung ke kelenjer getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
Karsinoma sel skuamosa ini sering dsertai dengan batuk. Karena tumor ini cendrung agak
lambat dalam bermetastase, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis (Wilson,2006)
10
2.Karsinoma sel kecil
Tipe karsinoma sel kecil terjadi pada 0% dari seluruh kanker paru. Seperti sel skuamosa
biasanya terletak ditengah sekitar percabangan bronki. Karsinoma sel kecil terdiri dari sel oat,
sel intermediate dan kombinasi Secara mikroskopis tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil
(sekitar kali sel limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini
sering menyerupai biji oat, sehingga diberi nama karsinoma sel oat, sedangkan sel intermediate
ukurannya 4 kali sel limfosid. Karsinoma sel kecil memiliki waktu pembelahan yang cepat dan
prognosis terburuk dibantingkan semua tipe lainnya. Metastatis dini ke mediastinum dan ke
kelenjer limfa (Wilson,2006).
3.Adenokarsinoma
Tipe adenokarsinoma terjadi pada 0% dari seluruh kasus kanker paru. Prognosistipe sel
adenokarsinoma ini lebih buruk dari pada sel skuamosa. Adenokarsinomamenunjukkan susunan
seluler seperti kelenjer bronkus dan dapat mengandung mukus. Jenis tumor ini timbul pada
bagian perifer segmen bronkus dan kadang dapat dikaitkan dengan jaringan perut local pada
paru dan fibrosis interestinal kronik. Tumor sering kalimeluas ke pembuluh darah dan limfe
pada stadium dini, dan sering bermetastase jauhsebelum tumor primer terindikasi menyebabkan
gejala (Wilson, 2006).
11
yaitu:
1. Stadium terbatas: tumor ditemukan dalam satu paru dan penjalaran ke kelenjergetah bening
dalam paru yang sama. Memiliki angka keberhasilan terapi sebesar 0%.
2. Stadium luas: tumor telah menyebar keluar dari satu paru atau ke organ lain diluar paru.
Pengobatan dengan kemoterapi memiliki angka respon terapi sebesar 60-70%.
b. Kanker paru bukan sel kecil (NSCLC= non small cell lung cancer).
Semua kanker paru lain selain karsinoma paru kecil mencapai 75-80% dari seluruhkanker paru.
Yang terpenting pada prognosis ini adalah menentukan stadium ari penyakit. Jenis kanker ini
umumnya menggunakan operasi sebagai terapi utama dalam terapigabungan (wandesen, 2008).
Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung misalnya batuk, hemoptysis, nyeri
dada dan sesak napas, stridor. Batuk merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker paru.
Gejala lain yang berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi pleura, efusi perikard,
sindrom vena kava superior, disfagi, sindrom pancoast, dan paralisis diafragma. Sindrom
pancoastmerupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh disulkus superior, yang
menyebabkan invasi pleksus brachial sehingga menimbulkan nyeri pada lengan dan munculnya
sindrom Horner (ptosis, miosis, hemifacial anhidrosis)
Keluhan suara serak menandakan telah terjadinya kumpulan saraf atau gangguan pada pita
suara. Gejala klinis sistematik yang juga kadang menyertai yaitu penurunan berat badan dalam
waktu yang singkat, nafsu makan menurun, dan demam hilang timbul. Gejala yang brkaitan
dengan gangguan neurologis (sakit kepala, lemah/parese) sering terjadi jika terdapat
penyebaran ke otak atau ke tulang belakang. Nyeri tulang bisa jadi gejala awal kanker yang
telah menyebar ke tulang.
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru dpat bervariasi
tergantung pada letak, besar tumor, dan penyebarannya. Pembesaran kelenjar getah bening
(KGB) supraklavikula, leher dan aksila menandakan telah terjadi penyebaran ke KGB atau
tumor di dinding dada, kepala atau lokasi lain juga menjadi pertanda penyebaran. Sesak nafas
12
dengan temuan suara napas yang abnormal pada pemeriksaan fisik didapat jika terdapat massa
yang besar, efusi pleura atau atelectasis. Venektasi (pelebaran vena) di dinding dada dengan
pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava
superior (SVKS). Sindrom Horner sering terjadi pada tumo yang terletak di apeks (Pancoast
tumor). Thrombus pada vena ekstremitas, yang ditandai dengan edema disrtai nyeri pada
anggota gerak dan gangguan sistem hemostatis (peningkatan kadar D- dimer), menjadi gejala
telah terjadinya bendungan venaa dalam (DVT). Tanda- tanda patah tulang patologik dapat
terjadi pada kanker yang bermetastasis ke tulang. Tanda-tanda gangguan neurologis akan
didapat jika kanker sudah menyebar ke otak aau tulang belakang.
2.6. Patofisiologi
13
2.7 Pathway
Metaplasia, Hiperlasia
Kanker Paru
Area pleuritik
NYERI AKUT
2.8 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker paru. reseksi bedah
dapat mengakibatkan gagal napas, terutama ketika sistem jantung paru terganggusebelum
pembedahan dilakukan. Terapi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis. Toksisitas paru dan
leukemia adalah potensial efek samping dari kemoterapi. Perawat menjelaskan kepada pasien
dan keluarganya tentang potensi efek samping dari rencana pengobatan spesifik dan strategi
14
untuk mengatasinya. Penatalaksanaan gejalaakan membantu pasien menghadapi tindakan
terapeutik.
a. Syndrom vena kava superior Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior,
merupakan komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan mediastinum
superior atau nodus limfe mediatinal.
b. Syndrom paraneoplastik biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup sindrom sekresi
ADH yang tidak tepat (SIADH) dengan retensi cairan, edema, terkait ACTH abnormal dan
hiperkalsemia. Tumor paru juga dapat menghasilkan factor prokoagulasi, meningkatkan risiko
thrombosis vena, emboli paru, dan endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala
neuromuscular seperti kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama
penyakit
Penatalaksaan medis/Tindakan medis dan pengobatan untuk kanker paru biasanya dilakukan
berdasarkan jenis, ukuran, letak, stadium, dan kondisi pengidap secara keseluruhan. Ada
beberapa jenis tindakan medis yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker ini, yaitu:
1. Operasi
Prosedur operasi dalam pengobatan kanker paru dapat dilakukan jika kanker masih berada
pada stadium satu, atau hanya pada satu sisi paru-paru dan belum menyebar ke sisi lain paru
atau organ lainnya. Tindakan operasi ini dilakukan untuk mengangkat tumor dan sebagian
jaringan sehat di sekitarnya, sehingga penyebaran sel kanker pun dapat dihambat.
Namun, jika tumor berukuran cukup besar, dokter bedah toraks akan melakukan lobektomi
untuk mengangkat sebagian paru-paru. Lalu, ketika kanker telah menyebar hingga ke seluruh
paru kanan atau paru kiri, dokter akan mengangkat salah satu paru secara keseluruhan.
Pengidap kanker paru-paru tetap dapat bernapas secara normal, meskipun hanya dengan satu
paru.
15
2. Kemoterapi
Tindakan medis jenis ini dilakukan pada kasus kanker paru yang sudah memasuki stadium
lanjut. Prosedur kemoterapi biasanya akan dilakukan selama beberapa minggu atau bulan,
untuk membunuh sel kanker, serta menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker yang
masih tersisa setelah operasi. Kemoterapi juga dapat dilakukan sebelum operasi dengan tujuan
untuk membuat kanker menyusut, agar lebih mudah diangkat. Fungsi lain kemoterapi adalah
untuk meredakan gejala kanker yang dialami pengidap.
3. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan setelah operasi, untuk membunuh sel
kanker yang masih tersisa. Dengan kata lain, ketika operasi tidak mungkin lagi dilakukan pada
kondisi kanker stadium lanjut, terapi radiasi akan dilakukan untuk meredakan gejala dan
menghambat penyebaran kanker.
4. Terapi Target
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan obat tablet, yang akan langsung menyerang
protein pertumbuhan dari sel-sel kanker. Obat ini biasanya akan diberikan pada pengidap
kanker paru stadium lanjut, ketika operasi dan radioterapi sudah tidak dapat dilakukan untuk
menangani kanker. Contoh obat terapi target untuk kanker paru-paru adalah erlotinib dan
gefitinib.
5. Krioterapi
Jenis pengobatan ini menggunakan gas dengan suhu yang sangat dingin untuk
menyusutkan tumor atau membunuh sel kanker. Krioterapi dilakukan jika kanker telah
menyumbat saluran pernapasan, dan membuat pengidapnya sulit bernapas.
6. Terapi Ablasi
Terapi ablasi ditujukan pada pengidap kanker paru stadium awal. Terapi ini menggunakan
gelombang radio yang dapat menghasilkan panas untuk membunuh sel kanker.
16
7. Terapi Fotodinamik
Pengobatan ini ditujukan pada pengidap kanker paru stadium awal yang menolak untuk
menjalani operasi. Terapi fotodinamik menggunakan sinar laser untuk menghancurkan sel
kanker.
Pemeriksaan penunjang bisa di lakukan dengan tes darah, untuk mendeteksi infeksi.
Pemeriksaan dahak, untuk mendeteksi kemungkinan infeksi di saluran pernapasan. Spirometri,
untuk menilai fungsi organ paru-paru. Punksi pleura, yaitu penyedotan cairan di ruang antara
selaput paru-paru Sangat penting meningkatkan kesadaran untuk senantiasa berperilaku hidup
sehat dan mengetahui apakah diri kita memiliki risiko terjadinya kanker paru.
- Bronkoskopi adalah prosedur utama pemeriksaan yang dapat menetapkan diagnosis kanker
paru.
17
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatanklien yang aktual
dan potensial yang dapat dikelola melalui intevensi keperawatan mandiri. Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang ringkas, jelas, berpusat pada klien, dan spesifik pada klien
(Rosdahl & Kowalski 2014).
Menurut Wijaya & Putri (2013) pasien yang mengalami kanker paru akan muncul berbagai
masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (invasi sel
kanker), kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi, ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret/sekresi darah, ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan, dan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia/kerusakan menelan.
b. bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas (D.0001)
c. pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005)
18
Standar luaran keperawatan Indonesia
Nyeri akut b.d agen cedera Tingkat nyeri (L.08066) Pemberian analgesic
fisiologis (D.0077) (1.08243)
Setelah dilakukan intervensi
2x24 jam diharapkan tingkat Observasi:
nyeri berkurang dengan - indentifikasi karakteristik
kriteria hasil: nyeri
- identifikasi Riwayat alergi
-kemampuan menuntaskan
obat
aktivitas 2 (cukup menurun)
- monitor tanda-tanda vital
menjadi 5 (meningkat)
sebelum dan sesudah
- keluhan nyeri 3 (sedang) pemberian analgestik
menjadi 5 (menurun) - monitor efektifitas analgesic
Edukasi:
- jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic, jika perlu
2. pengontolan infeksi
(1.14551)
Observasi:
2. motilitas gastrointestinal - identifikasi pasien-pasien
(L.030023) yang mengalami penyakit
20
- suara peristaltic 2 (cukup tangan dengan benar
meningkat) menjadi skala 4 - ajarkan etika batuk dan atau
(cukup menurun) bersin
- pengosongan lambung3
(sedang) menjadi skala ) 5
(mrnurun)
21
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Edukasi:
- ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
22
dirumah
Kolaborasi:
- kolaborasi penggunaaan
dosis oksigen
- kolaborasi penggunaaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur
Pola napas tidak efektif b.d 1. Pola napas (L.01004) 1. Pematauan respirasi
posisi tubuh yang (1.01014)
Setelah dilakukan intervensi
menghambat posisi paru (D.
selama 2x24 jam diharapkan Observasi:
0005)
gangguan pola napas - monitor frekuensi, irama,
berkurangdengan hasil kedalaman dan upaya napas
kriteria: - monitor kemampuan batuk
- ventilasi semenit 1 efektif
(menurun) menjadi 4 (cukup - monitor adanya produksi
meningkat) sputum
- kapasitas vital 1 (menurun) - monitor adanya sumbatan
5 (meningkat) jalan napas
- diameter thoraks anterior-
Terapeutik:
posteilor 2 (cukup menurun)
- atur interval pemantauan
menjadi 5 (meningkat)
respirasi sesuai kondisi
- tekanan ekspirasi 3 (sedang)
pasien
menjadi 5 (meningkat)
- dokumentasikan hasil
- tekanan inspirasi 2(cukup
pemantauan \
menurun) menjadi 4 (cukup
meningkat) Edukasi:
- dispnea 2 (cukup - jelaskan tujuan dan
meningkat) menjadi 5 prosedur pemantauan
23
- informasikan hasil
menurun
pemantauan, jika perlu
c- penggunaan otot bantu
napas 3 (sedang) menjadi 5
(menurun)
- frekuensi napas 1
(memburuk) menjadi 4(cukup
membaik)
- kedalaman napas 2 (cukup
memburuk) menjadi 5
(membaik) 2. pencegahan infeksi
(1.14539)
2. Tingkat infeksi (L. 14137)
Observasi:
Setelah dilakukan
- monitor tanda dan gejala
pemeriksaan 2x24 jam
infeksi local dan sistemik
diharapkan tingkat infeksi
mulai berkurang dengan Terapeutik:
kriteria hasil: - batasi jumlah pengunjung
- kebersihan tangan - berikan perawatan kulit
3(sedang) menjadi 5 pada area edema
(meningkat) - cuci tangan sebelum dan
- kebersihan badan 2 (cukup sesudah kontak dengan
menurun) menjadi 4 (cukup pasien dan lingkungan pasien
meningkat) - pertahankan Teknik aseptic
- nafsu makan 2 (cukup pada pasien berisiko tinggi
menurun) menjadi 4 (cukup
Edukasi:
meningkat)
- jelaskan tanda dan gejala
- bengkak 4 (cukup menurun)
infeksi
menjadi 2 (cukup meningkat)
- ajarkan cara mencuci tangan
- demam 3 (sedang) menjadi
dengan benar
1 (menurun)
- ajarkan rtika batuk
24
- ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi:
- kolaborasisa pemberian
imunisasi, jika perlu
BAB III
PENUTUP
25
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1.hindari rokok untuk menghindari resiko lebih besar terkena penyakit kanker paru-paru
2. ubah pola makan menjadi pola makan gizi seimbang
3. lakukan pengecekan terhadap kondisi badan apabila ada gejala tentang kanker paru-paru
4. hindari faktor-faktor pemicu yang dapat menyebabkan kanker paru-paru
5. menjaga BB dan lakukanlah aktifitas fisik secara rutin
4.3. Evaluasi
26
Evaluasi adalah tahapan akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari Tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Penilaian keperawatan merupakan kegiatan melaksanakan rencana Tindakan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
DAFTAR PUSTAKA
27
(PDPI, 2003).PDPI, 2003. H. 1-6. 2. Anonim. Cause of death. Available at.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76,
80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Alsagaff. (2015). Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Airlangga University Press.
Jayanti, N. 2013. Perbandingan Kapasitas Vital Paru pada Atlet Pria Cabang Olahraga & Lari
Cepat Persiapan Olahraga Provinsi 2013 di Bandar Lampung. Majority Journal. 2(5): 113-118.
Juarfianti. Engka, Joice N. Supit, Siantar. 2015. Kapasitas Vital Paru pada Penduduk Dataran
Tinggi Desa Rurukan Tomohon. Jurnal e-Biomedik. 3(1): 430-434
Yunus, F. 2007. Faal paru dan latihan. Jurnal Respirasi Indonesia. 17(1): 100-105
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Berman, A., Syinder. S. & Fradsen. G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing. USA:
pearson Education
(Sloane, 2003). Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. Smeltzer
S.C dan Bare B.G. 2002
(Price dan Wilson, 1995) Price, S. A. dan Wilson, L. M. C., 1995, Fisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses
(Suryo, 2010: 27) Suryo, J.2010. Herbal Sistem Pernafasaan. Yogjakarta: Bentang Pustaka.
Sutinbuk D. 2012.
Muttaqin, 2008: 198) Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem.
Persarafan
(ilmu penyakit dalam, 2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II (2001). Slamet Suyono -
Nama Orang;. Tidak Tersedia Deskripsi. Ketersediaan
28
(Moore et al, 2009).Daniel R Moore, Jason E Tang, Nicholas A Burd, Tracy Rerecich, Mark A
Tarnopolsky, Stuart M Phillips The Journal of physiology 587 (4), 897-904, 2009
(Wilson,006)
(Arisandi, 2008). Arisandi Y. (2008). “Khasiat Tanaman Obat”. Jakarta: Pustaka Buku Merah.
Anrinal. (2013).
(Rosdahl & Kowalski 2014). Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Dasar. Edisi. 10. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C. (2013).
putra, rizema S. 2013. Pengantar ilmu gizi dan diet. Jogjakarta: D-medika
Apriyanti, maya .2013. meracik sendiri obat&menu sehat bagi penderita kanker. jogjakrta:
pustaka baru press.
Chen, rostia & timcancerHelps. 2012. Solusi cerdas mencegah&mengobati kanker. jakarta
selatan: Agromedia
Guyton, A. C. & John, E. Hall (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati
Setiawan. Jakarta: EGC.
Halim Danusantoso. 2000. Buku saku ilmu penyakit paru. Jakarta: Hipokrates. Hall. 169- 192.
LeMone, Priscilla dan Burke, Karen M, 2000, Surgical Nursing: Critical Thinking in Client
Care (ed.2nd), New Jersey: Prentice Hall Health.
29