Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KANKER PARU-PARU
Dosen pengampu: Ns Handono FR.Kep,SP,Kep,M,B.

Di susun oleh: Kelompok 5

Herlina Anggraeni 2131800018


Dwi Susanti 2131800025
Fera Santia 2131800062
Baridatul Ulum 2131800053
Moh. Firmansyah H 2131800060
Aldo Jaiz M.H 2131800056

PROGRAM S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON – PROBOLINGGO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat segala limpahanrahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi nikmat berupa sehat dan kelancaran dalam hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH dengan
judul KANKER PARU

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari isi maupun penyusunannya,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang terkait yangsifatnya membangun agar dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya maupun orang lain yang membutuhkan umumnya.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari bantuan pikiran serta dorongan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT.

Probolinggo, 11 Januari 2023

PENYUSUN
KELOMPOK 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3. Tujuan.....................................................................................................................3

BAB 11 PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Anatomi fisiologi.....................................................................................................4
2.2 Definisi kanker paru.................................................................................................4
2.3 Etiologi/penyebab....................................................................................................6
2.4 Klasifikasi................................................................................................................7
2.5 Manifestasi klinis.....................................................................................................9
2.6 Patofisiologi............................................................................................................10
2.7 Pathway...................................................................................................................11
2.8 Komplikasi..............................................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................................12
2.10 Penatalaksanaan Penunjang..................................................................................14
2.12 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................15
2.13 Perencanaan..........................................................................................................16

BAB III PENUTUP......................................................................................................18

KESIMPULAN.............................................................................................................18

SARAN.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia terdapat berbagai macam penyakit.Penyakit-penyakit tersebut dikelompokkan
menjadi 2 macam, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.Penyakit menular atu
penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti virus,bakteria,atau
parasite bukan disebabkan factor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti
keracunanan).Sedangkan penyakit tidak menular adalah Penyakit yang tidak disebabkan oleh
kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan
tubuh manusia. Sejak 50 tahun terakhir ini, kejadian penyakit kanker di dunia semakin
mengkhawatirkan. Pertarungan manusia melawan kanker masih imbang. Pertarungan manusia
melawan kanker masih imbang. Kanker belum benar-benar dapat ditaklukkan oleh. Bahkan,
badan kesehatan dunia-WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030 sebanyak 26 juta penduduk
dunia akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya diperkirakan meninggal dunia.
Kondisi di Indonesia sendiri tidak lebih baik. Berdasarkan data riskesdas 2007, kanker
menduduki peringkat ke-7 sebagai penyebab kematian utama di Indonesia dengan presentase
5,7%. Ditemukan empat kasus kanker atau tumor setiap seribu penduduk Indonesia. Banyaknya
kasus kanker di Indonesia disebabkan rendahnya kesadaran (awareness) masyarakat terhadap
penyakit kanker serta rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau system
pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga
berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru merupakan kanker
yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena kanker paru-paru setiap
tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens penyakit kanker di
dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat
dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit
kardiovaskuler.Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia.Kanker paru merupakan salah satu jenis
penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.Penegakan

3
diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan yang tidak sederhana dan memerlukan
pendekatan multidisiplin kedokteran.Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat
membantu penderita (PDPI,2003).

    1.2 Tujuan

1.Untuk Mengetahui definisi dari kanker Paru


2. Untuk mengetahui gejala dari kanker paru
3. Untuk mengetahui pathogenesis dari kanker paru
4. Mengetahui gejala kanker paru-paru
5. Untuk mengetahui pencegahan dari kanker paru
6. Untuk mengetahui penyebab dari kanker paru
7. Mengetahui apa itu kanker paru-paru serta mengetahui terapi diet yang sesuai bagi penderita
kanker
8Mengetahui bahaya dari kanker paru-paru sehingga kita dapat mencegah penyakit kanker
paru-paru

1.3 Manfaat
1. mengetahui anatomi dan fisiologi kanker paru
2. Mengetahui definisi kanker paru
3. Mengetahui Etiologi kanker paru
4. Mengetahui klasifikasi kanker paru
5. Mengetahui patofisiologi kanker paru
6. Mengetahui manifestasi klinis kanker par
7. Mengetahui pahthway kanker paru
8. Mengetahui penatalaksanaan medis
9. Mengetahui kriteria diagnose kanker paru
10. Mengetahui diagnosa keperawatan
11. Mengetahui pemeriksaan penunjang
12. Mengetahui rencana keperawatan

4
BAB II
Pembahasan

2.1 Anatomi Fisiologi


Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru-paru adalah berbentuk
kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma.
Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru terbagi
lagi menjadi beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah
ruang yang disebut mediastinum (Evelyn, 2009).
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang Bernama pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput tipis yang langsung
membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada.
Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).
Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem
pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru.
Menurut Alsagaff (2015) sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu inspirasi
dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi
adalah pergerakan dari 10 dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar
dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot
pernafasan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna, sternokleidomastoideus, skalenus
dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.
2. Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan

5
mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk
pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton,
2007).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan
karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat
aktivitas
dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan
kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa normal (Jayanti, 2013).
Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang
menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea).
Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong
udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang
udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (Yunus, 2007).
Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi
menjadi empat mekanisme dasar, yaitu:
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot pernapasan berkontraksi, tetapi
pengeluaran udara pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup, penarikan
nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak
hingga diafragma dan tulang dada menutup dan berada pada posisi semula (Evelyn, 2009).
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama bernafas tenang, tekanan
intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi
menurun sampai -6 mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan

6
tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-
paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan
recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang
menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru (Algasaff, 2015).
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding
dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan
lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks
berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan
intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali
pada akhir ekspirasi (Miller et al, 2011).
Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam
pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah
yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi
gas dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah
proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan aliran darah (Guyton, 2007).

2.2 Definisi kanker paru


Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan
neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru secara
abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai
dengan pembelahan sel yang tidak terkendali serta sel-sel tersebut memiliki kemampuan untuk
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumubuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (ilmu
penyakit dalam, 2001)

7
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di
bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru (Suryo, 2010: 27). Karsinoma bronkogenik atau
kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari
sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus
(Muttaqin, 2008: 198).

Kanker paru adalah jenis kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan
penting dalam proses pernapasan. Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada
umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah
kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker
paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil.

Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma,
karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar. Kanker paru-paru merupakan kanker paling
umum kedua yang diidap pria dan kanker paling umum ketiga yang diidap wanita di Singapura.
Pria memiliki resiko kanker paru-paru 3 kali lebih tinggi dari wanita. Dari 3 kelompok etnis
utama, etnis Cina memiliki resiko tertinggi, yang diikuti oleh etnis Melayu dan India. 

a. Kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC)

NSCLC merupakan tipe paling umum dari kanker paru-paru, dan tidak seagresif dibandingkan
dengan SCLC. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat. Bila didiagnosa secara
dini, pembedahan dan/atau radioterapi, kemoterapi, dapat memberikan harapan akan
kesembuhan.

b. Kanker paru-paru sel kecil (SCLC)

SCLC merupakan kanker yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat dan menyebar cepat ke
pembuluh darah menuju anggota tubuh lainnya. Seringkali, kanker ini dikategorikan sebagai
penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya diobati melalui kemoterapi dan bukan
melalui prosedur pembedahan

8
2.3 Etiologi/Penyebab

Menurut satmoko budi santoso, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker, yakni sebagai berikut:

1.Riwayat keluarga (genetik)

Faktor ini dinilai sangat dominan sebagai penyebab kanker karena dapat dipengaruhi oleh factor
genetik. Sebagai contoh, resiko perempuan menderita kanker payudara meningkat 1,5 – 3 kali
lipat jika ibu atau saudara perempuannya menderita kanker payudara.

2.Kelainan kromosom

Misalnya, seseorang yang mengalami down syndrome yang memiliki 3 buah kromosom
beresiko 12-20 kali lebih tinggi menderita kanker darah (leukemia)Akut

3.Hormon

Hormone adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh, yang berfungsi mengatur kegiatan
alat-alat tubuh.

4.Faktor lingkungan

Misalnya rokok dapat meningkatkan resiko terkena kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara),
dan kandung kemih. Factor lingkungan lainnya adalah berjemur di bawah sinar matahari yang
mengandung sinar ultraviolet (UV) dalam waktu lama, sehingga dapat menyebabkan terkena
penyakit kulit.

5.Makanan

Makanan merupakan salah satu factor penyebab terjadinya kanker, terutama kanker saluran
pencernaan. Biasanya makanan yang diasapkan atau diasamkan dapat meninggalkan resiko
terjadinya kanker di are perut.

9
6.Bahan kimia

Banyak sekali bahan kimia yang di deteksi sebagai penyebab kanker, terutama kanker saluran
pencernaan. Misalnya penggunaan asbes bisa menyebabkan seseorang terserang kanker paru-
paru dan kanker kulit.

7.Virus

Beberapa virus dapat menyebabkan kanker. Virus penyebab kanker disebgut onkogenik.
Misalnya, virus papilloma yang menyebabkan kutil genitalis, yang termasuk salah satu
penyebab kanker leher rahim pada perempuan. Ada juga virus hepatitis B dan hepatits C yang
bisa menyebabkan kanker Hati.

8.Infeksi

infeksi yang dikarenakan prasit schistosoma bisa menyebabkan kanker kandung kemih, lantaran
terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih

9.Pola hidup yang tidak sehat

Contoh pola hidup yang tidak sehat adalah: kebiasaan merokok secara berlebihan, berganti-
ganti pasangan, dll. Contoh pola hidup yang salah tersebut dapat memperbesar resiko terkena
kanker.

2.4 Klasifikasi
Menurut WHO berdasarkan jenis histologi secara umum kanker paru dibagi menjadi 4 jenis
antara lain:
1.Karsinoma sel skuamosa (epidemologi)
Tipe karsinoma sel skuamosa terjadi pada 40% dari seluruh kanker paru jenis iniadalah
yang paling sering ditemukan. Biasanya terletak di sentral sekitar hilus, danmenonjol kearah
dalam bronki besar. diameter tumor jarang mencapai beberapa sentimeter dan cendrung
menyebar secara tidak langsung ke kelenjer getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
Karsinoma sel skuamosa ini sering dsertai dengan batuk. Karena tumor ini cendrung agak
lambat dalam bermetastase, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis (Wilson,2006)

10
2.Karsinoma sel kecil
Tipe karsinoma sel kecil terjadi pada 0% dari seluruh kanker paru. Seperti sel skuamosa
biasanya terletak ditengah sekitar percabangan bronki. Karsinoma sel kecil terdiri dari sel oat,
sel intermediate dan kombinasi Secara mikroskopis tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil
(sekitar kali sel limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini
sering menyerupai biji oat, sehingga diberi nama karsinoma sel oat, sedangkan sel intermediate
ukurannya 4 kali sel limfosid. Karsinoma sel kecil memiliki waktu pembelahan yang cepat dan
prognosis terburuk dibantingkan semua tipe lainnya. Metastatis dini ke mediastinum dan ke
kelenjer limfa (Wilson,2006).

3.Adenokarsinoma
Tipe adenokarsinoma terjadi pada 0% dari seluruh kasus kanker paru. Prognosistipe sel
adenokarsinoma ini lebih buruk dari pada sel skuamosa. Adenokarsinomamenunjukkan susunan
seluler seperti kelenjer bronkus dan dapat mengandung mukus. Jenis tumor ini timbul pada
bagian perifer segmen bronkus dan kadang dapat dikaitkan dengan jaringan perut local pada
paru dan fibrosis interestinal kronik. Tumor sering kalimeluas ke pembuluh darah dan limfe
pada stadium dini, dan sering bermetastase jauhsebelum tumor primer terindikasi menyebabkan
gejala (Wilson, 2006).

4.Karsinoma sel besar


Tipe karsinoma sel besar kira-kira hanya terjadi pada 0% dari semua jenis kanker paru-
paru. Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan ukuran inti bermacam-macam,
sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengaf penyebaran ekstensif
dan cepat ke tempat yang jauh. Umumnya jenis ini terletak di perifer, mempunyai diferensiasi
jelek dan mempunyai kecendrungan untuk bermetastase cepat (Wilson,2006)
Berdasarkan karakteristik biologi karsinoma paru dan metode terapinya kanker parudibagi
menjadi yaitu:
a. Kanker paru sel kecil (SCLC= Small cell lung cancer)
Kekhasan klinisnya adalah memiliki derajat keganasan yang tinggi, mudah bermetatasis,
merupakan terapi gabungan dengan kemoterapi sebagai terapi utama. SCLC dibagi 2 menjadi

11
yaitu:
1. Stadium terbatas: tumor ditemukan dalam satu paru dan penjalaran ke kelenjergetah bening
dalam paru yang sama. Memiliki angka keberhasilan terapi sebesar 0%.
2. Stadium luas: tumor telah menyebar keluar dari satu paru atau ke organ lain diluar paru.
Pengobatan dengan kemoterapi memiliki angka respon terapi sebesar 60-70%.

b. Kanker paru bukan sel kecil (NSCLC= non small cell lung cancer).
Semua kanker paru lain selain karsinoma paru kecil mencapai 75-80% dari seluruhkanker paru.
Yang terpenting pada prognosis ini adalah menentukan stadium ari penyakit. Jenis kanker ini
umumnya menggunakan operasi sebagai terapi utama dalam terapigabungan (wandesen, 2008).

2.5. Manifestasi klinis


Kanker paru tidak memiliki gejala klinis yang khas, tetapi batuk, sesak napas, atau nyeri
dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak kunjung sembuh dengan pengobatan bisa
pada pasien kelompok risiko harus ditindaklanjuti untuk prosedur diagnose kanker paru.

Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung misalnya batuk, hemoptysis, nyeri
dada dan sesak napas, stridor. Batuk merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker paru.

Gejala lain yang berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi pleura, efusi perikard,
sindrom vena kava superior, disfagi, sindrom pancoast, dan paralisis diafragma. Sindrom
pancoastmerupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh disulkus superior, yang
menyebabkan invasi pleksus brachial sehingga menimbulkan nyeri pada lengan dan munculnya
sindrom Horner (ptosis, miosis, hemifacial anhidrosis)

Keluhan suara serak menandakan telah terjadinya kumpulan saraf atau gangguan pada pita
suara. Gejala klinis sistematik yang juga kadang menyertai yaitu penurunan berat badan dalam
waktu yang singkat, nafsu makan menurun, dan demam hilang timbul. Gejala yang brkaitan
dengan gangguan neurologis (sakit kepala, lemah/parese) sering terjadi jika terdapat
penyebaran ke otak atau ke tulang belakang. Nyeri tulang bisa jadi gejala awal kanker yang
telah menyebar ke tulang.

Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru dpat bervariasi
tergantung pada letak, besar tumor, dan penyebarannya. Pembesaran kelenjar getah bening
(KGB) supraklavikula, leher dan aksila menandakan telah terjadi penyebaran ke KGB atau
tumor di dinding dada, kepala atau lokasi lain juga menjadi pertanda penyebaran. Sesak nafas

12
dengan temuan suara napas yang abnormal pada pemeriksaan fisik didapat jika terdapat massa
yang besar, efusi pleura atau atelectasis. Venektasi (pelebaran vena) di dinding dada dengan
pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava
superior (SVKS). Sindrom Horner sering terjadi pada tumo yang terletak di apeks (Pancoast
tumor). Thrombus pada vena ekstremitas, yang ditandai dengan edema disrtai nyeri pada
anggota gerak dan gangguan sistem hemostatis (peningkatan kadar D- dimer), menjadi gejala
telah terjadinya bendungan venaa dalam (DVT). Tanda- tanda patah tulang patologik dapat
terjadi pada kanker yang bermetastasis ke tulang. Tanda-tanda gangguan neurologis akan
didapat jika kanker sudah menyebar ke otak aau tulang belakang.

2.6. Patofisiologi

Awalnya menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan


deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul
dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, dan tulang rangka
(Arisandi, 2008).

13
2.7 Pathway

Merokok Polusi Udara Paparan Zat Genetik Penyakit Paru

Bahan karsinogen mengendap

Metaplasia, Hiperlasia

Kanker Paru

Karsinoma sel besar

Penyebaran neuplasti ke mediastilin

Area pleuritik

NYERI AKUT

2.8 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker paru. reseksi bedah
dapat mengakibatkan gagal napas, terutama ketika sistem jantung paru terganggusebelum
pembedahan dilakukan. Terapi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis. Toksisitas paru dan
leukemia adalah potensial efek samping dari kemoterapi. Perawat menjelaskan kepada pasien
dan keluarganya tentang potensi efek samping dari rencana pengobatan spesifik dan strategi

14
untuk mengatasinya. Penatalaksanaan gejalaakan membantu pasien menghadapi tindakan
terapeutik.

Beberapa syndrome yang menyerang kanker paru:

a. Syndrom vena kava superior Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior,
merupakan komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan mediastinum
superior atau nodus limfe mediatinal.

b. Syndrom paraneoplastik biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup sindrom sekresi
ADH yang tidak tepat (SIADH) dengan retensi cairan, edema, terkait ACTH abnormal dan
hiperkalsemia. Tumor paru juga dapat menghasilkan factor prokoagulasi, meningkatkan risiko
thrombosis vena, emboli paru, dan endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala
neuromuscular seperti kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama
penyakit

2.9 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksaan medis/Tindakan medis dan pengobatan untuk kanker paru biasanya dilakukan
berdasarkan jenis, ukuran, letak, stadium, dan kondisi pengidap secara keseluruhan. Ada
beberapa jenis tindakan medis yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker ini, yaitu:

1. Operasi

Prosedur operasi dalam pengobatan kanker paru dapat dilakukan jika kanker masih berada
pada stadium satu, atau hanya pada satu sisi paru-paru dan belum menyebar ke sisi lain paru
atau organ lainnya. Tindakan operasi ini dilakukan untuk mengangkat tumor dan sebagian
jaringan sehat di sekitarnya, sehingga penyebaran sel kanker pun dapat dihambat.

Namun, jika tumor berukuran cukup besar, dokter bedah toraks akan melakukan lobektomi
untuk mengangkat sebagian paru-paru. Lalu, ketika kanker telah menyebar hingga ke seluruh
paru kanan atau paru kiri, dokter akan mengangkat salah satu paru secara keseluruhan.
Pengidap kanker paru-paru tetap dapat bernapas secara normal, meskipun hanya dengan satu
paru.

15
2. Kemoterapi

Tindakan medis jenis ini dilakukan pada kasus kanker paru yang sudah memasuki stadium
lanjut. Prosedur kemoterapi biasanya akan dilakukan selama beberapa minggu atau bulan,
untuk membunuh sel kanker, serta menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker yang
masih tersisa setelah operasi. Kemoterapi juga dapat dilakukan sebelum operasi dengan tujuan
untuk membuat kanker menyusut, agar lebih mudah diangkat. Fungsi lain kemoterapi adalah
untuk meredakan gejala kanker yang dialami pengidap.

3. Radioterapi

Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan setelah operasi, untuk membunuh sel
kanker yang masih tersisa. Dengan kata lain, ketika operasi tidak mungkin lagi dilakukan pada
kondisi kanker stadium lanjut, terapi radiasi akan dilakukan untuk meredakan gejala dan
menghambat penyebaran kanker.

4. Terapi Target

Terapi ini dilakukan dengan menggunakan obat tablet, yang akan langsung menyerang
protein pertumbuhan dari sel-sel kanker. Obat ini biasanya akan diberikan pada pengidap
kanker paru stadium lanjut, ketika operasi dan radioterapi sudah tidak dapat dilakukan untuk
menangani kanker. Contoh obat terapi target untuk kanker paru-paru adalah erlotinib dan
gefitinib.

5. Krioterapi

Jenis pengobatan ini menggunakan gas dengan suhu yang sangat dingin untuk
menyusutkan tumor atau membunuh sel kanker. Krioterapi dilakukan jika kanker telah
menyumbat saluran pernapasan, dan membuat pengidapnya sulit bernapas.

6. Terapi Ablasi

Terapi ablasi ditujukan pada pengidap kanker paru stadium awal. Terapi ini menggunakan
gelombang radio yang dapat menghasilkan panas untuk membunuh sel kanker.

16
7. Terapi Fotodinamik

Pengobatan ini ditujukan pada pengidap kanker paru stadium awal yang menolak untuk
menjalani operasi. Terapi fotodinamik menggunakan sinar laser untuk menghancurkan sel
kanker.

3.1 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang bisa di lakukan dengan tes darah, untuk mendeteksi infeksi.
Pemeriksaan dahak, untuk mendeteksi kemungkinan infeksi di saluran pernapasan. Spirometri,
untuk menilai fungsi organ paru-paru. Punksi pleura, yaitu penyedotan cairan di ruang antara
selaput paru-paru Sangat penting meningkatkan kesadaran untuk senantiasa berperilaku hidup
sehat dan mengetahui apakah diri kita memiliki risiko terjadinya kanker paru.

Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa kanker paru diantaranya,


sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium, terdiri dari pemeriksaan:


CEA, NSE (Neuron Spesific Enolase), SCC (Squamose Cell Carcinoma) dan CYFRA 21-1,
diperlukan untuk mengevaluasi diagnosis, memperkirakan prognosis, mengevaluasi
kekambuhan kanker paru, serta mengevaluasi respons pengobatan kanker paru.
2. Pemeriksaan non laboratorium, seperti:
- Foto toraks AP/lateral diperlukan sebagai pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru,
- CT scan Toraks diperlukan sebagai evaluasi lanjut pada pasien dengan kecurigaan kanker
paru, dan diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis hingga
regio.

- Bronkoskopi adalah prosedur utama pemeriksaan yang dapat menetapkan diagnosis kanker
paru.

3.2 Diagnosa Keperawatan

17
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatanklien yang aktual
dan potensial yang dapat dikelola melalui intevensi keperawatan mandiri. Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang ringkas, jelas, berpusat pada klien, dan spesifik pada klien
(Rosdahl & Kowalski 2014).

Menurut Wijaya & Putri (2013) pasien yang mengalami kanker paru akan muncul berbagai
masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (invasi sel
kanker), kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi, ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret/sekresi darah, ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan, dan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia/kerusakan menelan.

Diagnosa keperawatan nyeri akut menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


(SDKI) PPNI 2017 adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadakatau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri akut ditandai dengan tanda
dan gejala tampak meringis, bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,
nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan
diaforesis. Masalah keperawatan pada pasien kanker paru yaitu:

a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis (D.0077)

Standar luaran keperawatan Indonesia

- Tingkat nyeri (L.08066)

- Fungsi gastrointestinal (L. 02010)

b. bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas (D.0001)

Standar luaran keperawatan Indonesia

- Bersihan jalan napas (L. 01001)

- Pertukaran gas (L. 01003)

c. pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru (D.0005)

18
Standar luaran keperawatan Indonesia

- Pola napas (L. 01004)

- Tingkat infeksi (L. 14137)

3.3 Rencana keperawatan

Nyeri akut b.d agen cedera Tingkat nyeri (L.08066) Pemberian analgesic
fisiologis (D.0077) (1.08243)
Setelah dilakukan intervensi
2x24 jam diharapkan tingkat Observasi:
nyeri berkurang dengan - indentifikasi karakteristik
kriteria hasil: nyeri
- identifikasi Riwayat alergi
-kemampuan menuntaskan
obat
aktivitas 2 (cukup menurun)
- monitor tanda-tanda vital
menjadi 5 (meningkat)
sebelum dan sesudah
- keluhan nyeri 3 (sedang) pemberian analgestik
menjadi 5 (menurun) - monitor efektifitas analgesic

- kesulitan tidur 4 (cukup Terapeutik:


menurun) menjadi 2 (cukup - diskusikan jenis analgesik
meningkat) yang disukai untuk mencapai
analgesia ooptimal, jika perlu
- frekuensi nadi 2 (cukup
- pertimbangkan penggunaan
memburuk) menjadi 5
infus kontinu, atau bolus
(membaik)
untuk mepertahankan kadar
- pola napas 2 (cukup dala serum
memburuk) menjadi 5 - tetapkan target efektifitas
(membaik) analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
19
-. tekanan darah 3 (sedang) - dokumentasikan respons
menjadi 5 (membaik) terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan

Edukasi:
- jelaskan efek terapi dan
efek samping obat

Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic, jika perlu

2. pengontolan infeksi
(1.14551)

Observasi:
2. motilitas gastrointestinal - identifikasi pasien-pasien
(L.030023) yang mengalami penyakit

Setelah dilakukan infeksi menular

pemeriksaan 2x24 jam Terapeutik:


diharapkan motilitas - terapkan kewaspadaan
gastrointestinal berkurang universal
dengan hasil kriteria: - tempatkan pada ruang
- nyeri dari skala 4(cukup isolasi bertekanan positif
meningkat) menjadi 2 (cukup untuk pasien yang mengalami
menurun) penurunan imunitas
- kram abdomen dari skala - sterilisasi dan desinfeksi
5(meningkat) menjadi skala 2 alat-alat furnitut, lantai,
(cukup menurun) sesuai kebutuhan
- mual dari skala 4 (cukup
meningkat) menjadi skala 2 Edukasi:

(cukup menurun) - Ajarkan cara mencuci

20
- suara peristaltic 2 (cukup tangan dengan benar
meningkat) menjadi skala 4 - ajarkan etika batuk dan atau
(cukup menurun) bersin
- pengosongan lambung3
(sedang) menjadi skala ) 5
(mrnurun)

Bersihan jalan napas b.d 1. 1Bersihan jalan napas 1. Pemantauan respirasi


hipersekresi jalan napas (L.01001) (1.01014)
(D.0001)
Setelah dilakukan Observasi:
pemeriksaan 2x24 jam - monitor frekuensi, irama,
diharapkan keseimbangan kedalaman, dan upaya napas
napas meningkat dengan - monitor kemampuan batuk
hasil kriteria: efektif
- batuk efektif b (meningkat) - monitor adanya produksi
menjadi 1 (menurun) sputum
- produksi sputum 2 (cukup - monitor adanya sumbatan
meningkat) menjadi 5 jalan napas
(menurun) - palpasi kesimetrisan
- mengi 1 (meningkat) ekspansi paru
menjadi 4 (cukup menurun) - aukultasi bunyi napas
- wheezing 1 (meningkat)
Terapeutik:
menjadi 4 (cukup menurun)
- atur interval pemantauan
- frekuensi napas 1
respirasi sesuai kondisi
(memburuk) menjadi 5
pasien
(membaik)
- dokumentasikan hasil
- pola napas 1 (memburuk)
pemantauan
menjadi 5 (membaik)
Edukasi:
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

21
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2. pertukaran gas (L.01001)


2. terapi oksigen (1.01026)
Setelah dilakukan intervensi
selama 2x24 jam diharapkan Observasi:
jalan napas berkurang dengan - monitor kecepatan aliran
kriteria hasil: oksigen
- tingkat kesadaran dari skala - monitor posisi alat terapi
5 (meningkat) menjadi skala oksigen
4 (cukup memburuk) - monitor tanda-tanda vital
- dispnea dari skala 2 (cukup - monitor tingkat kecemasan
meningkat) menjadi skala 5 akibat terapi oksigen
(menurun) - monitor tanda dan gejala
- bunyi napas tambahan dari toksikasi oksigen dan
skala 2 (cukup meningkat) atelectasis
menjadi sakala 5 (menurun)
Terpeutik:
- PCO2 dari skala 3 (sedang)
- bersihkan sekret pada
menjadi skala 5 (membaik)
mulut, hidung dan trakea, jika
- pusing dari skala 3 (sedang)
perlu
menjadi skala 5 (membaik)
- pertahankan keptenan jalan
- pola napas dari skala 2
napas
(cukup memburuk) menjadi
- siapkan dan atur peralatan
skala 5 (membaik)
pemberian oksigen
- berikan oksigen tambahan
jika perlu

Edukasi:
- ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen

22
dirumah

Kolaborasi:
- kolaborasi penggunaaan
dosis oksigen
- kolaborasi penggunaaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur

Pola napas tidak efektif b.d 1. Pola napas (L.01004) 1. Pematauan respirasi
posisi tubuh yang (1.01014)
Setelah dilakukan intervensi
menghambat posisi paru (D.
selama 2x24 jam diharapkan Observasi:
0005)
gangguan pola napas - monitor frekuensi, irama,
berkurangdengan hasil kedalaman dan upaya napas
kriteria: - monitor kemampuan batuk
- ventilasi semenit 1 efektif
(menurun) menjadi 4 (cukup - monitor adanya produksi
meningkat) sputum
- kapasitas vital 1 (menurun) - monitor adanya sumbatan
5 (meningkat) jalan napas
- diameter thoraks anterior-
Terapeutik:
posteilor 2 (cukup menurun)
- atur interval pemantauan
menjadi 5 (meningkat)
respirasi sesuai kondisi
- tekanan ekspirasi 3 (sedang)
pasien
menjadi 5 (meningkat)
- dokumentasikan hasil
- tekanan inspirasi 2(cukup
pemantauan \
menurun) menjadi 4 (cukup
meningkat) Edukasi:
- dispnea 2 (cukup - jelaskan tujuan dan
meningkat) menjadi 5 prosedur pemantauan

23
- informasikan hasil
menurun
pemantauan, jika perlu
c- penggunaan otot bantu
napas 3 (sedang) menjadi 5
(menurun)
- frekuensi napas 1
(memburuk) menjadi 4(cukup
membaik)
- kedalaman napas 2 (cukup
memburuk) menjadi 5
(membaik) 2. pencegahan infeksi
(1.14539)
2. Tingkat infeksi (L. 14137)
Observasi:
Setelah dilakukan
- monitor tanda dan gejala
pemeriksaan 2x24 jam
infeksi local dan sistemik
diharapkan tingkat infeksi
mulai berkurang dengan Terapeutik:
kriteria hasil: - batasi jumlah pengunjung
- kebersihan tangan - berikan perawatan kulit
3(sedang) menjadi 5 pada area edema
(meningkat) - cuci tangan sebelum dan
- kebersihan badan 2 (cukup sesudah kontak dengan
menurun) menjadi 4 (cukup pasien dan lingkungan pasien
meningkat) - pertahankan Teknik aseptic
- nafsu makan 2 (cukup pada pasien berisiko tinggi
menurun) menjadi 4 (cukup
Edukasi:
meningkat)
- jelaskan tanda dan gejala
- bengkak 4 (cukup menurun)
infeksi
menjadi 2 (cukup meningkat)
- ajarkan cara mencuci tangan
- demam 3 (sedang) menjadi
dengan benar
1 (menurun)
- ajarkan rtika batuk

24
- ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi

Kolaborasi:
- kolaborasisa pemberian
imunisasi, jika perlu

BAB III
PENUTUP

25
4.1 Kesimpulan

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan


paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial
mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang
terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan radang akan
berevolusi. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdeferensiasi menjadi sel goblet
yang mensekresi mukus. Penyebab kematian utama akibat kanker pada laki-laki dan wanita
yang sering kali disebabkan oleh merokok. yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Karena
tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya
dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan dengan yang tidak merokok.Kanker paru dapat
menimbulkan berbagai gejala klinis  dan sindrom  yang cukup  beragam, tergantung  dari
iokasi,  ukuran, substansi  yang dikeluarkan oleh tumor dan metastasis ke organ yang
dikenai.Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah,
berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau
retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan
tanpa sebab yang jelas.Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang
dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian dari kanker paru.

4.2 Saran

1.hindari rokok untuk menghindari resiko lebih besar terkena penyakit kanker paru-paru
2. ubah pola makan menjadi pola makan gizi seimbang
3. lakukan pengecekan terhadap kondisi badan apabila ada gejala tentang kanker paru-paru
4. hindari faktor-faktor pemicu yang dapat menyebabkan kanker paru-paru
5. menjaga BB dan lakukanlah aktifitas fisik secara rutin

4.3. Evaluasi

26
Evaluasi adalah tahapan akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari Tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Penilaian keperawatan merupakan kegiatan melaksanakan rencana Tindakan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil

DAFTAR PUSTAKA

27
(PDPI, 2003).PDPI, 2003. H. 1-6. 2. Anonim. Cause of death. Available at.

Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76,
80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Alsagaff. (2015). Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Airlangga University Press.

Jayanti, N. 2013. Perbandingan Kapasitas Vital Paru pada Atlet Pria Cabang Olahraga & Lari
Cepat Persiapan Olahraga Provinsi 2013 di Bandar Lampung. Majority Journal. 2(5): 113-118.

Juarfianti. Engka, Joice N. Supit, Siantar. 2015. Kapasitas Vital Paru pada Penduduk Dataran
Tinggi Desa Rurukan Tomohon. Jurnal e-Biomedik. 3(1): 430-434

Yunus, F. 2007. Faal paru dan latihan. Jurnal Respirasi Indonesia. 17(1): 100-105

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Berman, A., Syinder. S. & Fradsen. G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing. USA:
pearson Education

(Sloane, 2003). Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. Smeltzer
S.C dan Bare B.G. 2002

(Price dan Wilson, 1995) Price, S. A. dan Wilson, L. M. C., 1995, Fisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses

(Suryo, 2010: 27) Suryo, J.2010. Herbal Sistem Pernafasaan. Yogjakarta: Bentang Pustaka.
Sutinbuk D. 2012.

Muttaqin, 2008: 198) Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem.
Persarafan

(ilmu penyakit dalam, 2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II (2001). Slamet Suyono -
Nama Orang;. Tidak Tersedia Deskripsi. Ketersediaan

28
(Moore et al, 2009).Daniel R Moore, Jason E Tang, Nicholas A Burd, Tracy Rerecich, Mark A
Tarnopolsky, Stuart M Phillips The Journal of physiology 587 (4), 897-904, 2009

(Wilson,006)

(Arisandi, 2008). Arisandi Y. (2008). “Khasiat Tanaman Obat”. Jakarta: Pustaka Buku Merah.
Anrinal. (2013).

(wandesen, 2008). Wan Desen. Koleksi Nasional. Menampilkan 1 – 8 of 8 untuk pencarian:


‘Wan Desen’, lama mencari: 0.86s. Daftar Grid Visual

(Rosdahl & Kowalski 2014). Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Dasar. Edisi. 10. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C. (2013).

putra, rizema S. 2013. Pengantar ilmu gizi dan diet. Jogjakarta: D-medika
Apriyanti, maya .2013. meracik sendiri obat&menu sehat bagi penderita kanker. jogjakrta:
pustaka baru press.
Chen, rostia & timcancerHelps. 2012. Solusi cerdas mencegah&mengobati kanker. jakarta
selatan: Agromedia
Guyton, A. C. & John, E. Hall (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati
Setiawan. Jakarta: EGC.
Halim Danusantoso. 2000. Buku saku ilmu penyakit paru. Jakarta: Hipokrates. Hall. 169- 192.
LeMone, Priscilla dan Burke, Karen M, 2000, Surgical Nursing: Critical Thinking in Client
Care (ed.2nd), New Jersey: Prentice Hall Health.

29

Anda mungkin juga menyukai