Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR KRITIS

TAHAPAN-TAHAPAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT


KEPUTUSAN
Dosen Pembimbing : Maulidiyah S.Kep.,Ns

Disusun oleh

Kelompok 5 ;

1. Diani Ayu Safitri (2131800044)


2. Baridatul Ulum (2131800053)
3. Muhammad Adib Fadlurrahman (2131800034)
4. Jefry Yusan Prasetyo (2131800033)
5. Uswatun Hasanah (2131800019)
6. Arya Dwi Hafi Alif (2131800047)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON – PROBOLINGGO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi nikmat berupa sehat dan kelancaran dalam hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah proses keperawatan dan berpikir kritis.

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata ajar PROSES
KEPERAWATAN DAN BERPIKIR KRITIS di Universitas Nurul Jadid. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun
penyusunannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
terkait yang sifatnya membangun agar dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun orang
lain yangmembutuhkan umumnya. Dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari bantuan
pikiran serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT.

Paiton,9 Maret 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4

1.3 Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

2.1 Devinisi Pengambilan Keputusan.............................................................................5

2.2 Teori Pengambilan Keputusan..................................................................................5

2.3 Tahap Tahap Pengambilan Keputusan.....................................................................5

2.4 Proses Pengambilan Keputusan................................................................................10

2.5 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan..............................................................14

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan Etis..............................16

BAB III PENUTUP...........................................................................................................19

3.1 kesimpulan................................................................................................................19

DARTAR PUSTAKA........................................................................................................20
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia.Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau
tindakan.Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan
manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan
keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Pengambilan keputusan dalam
penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya
dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses
pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan
kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis
harus memilikikemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif,
baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Perawat merupakan tenaga
profesional yang bertanggung jawab dalam memberikan proses keperawatan kepada klien.
Berdasarkan hal tersebut perawat harus mampu mengambil keputusan klinis sebagai upaya
membantu pasien dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar dari setiap
masalah keperawatan yang dialami pasien. Perawat selalu dihadapkan dengan berbagai
masalah klinis dalam memberikan perawatan terhadap pasien. Perawat yang profesional tentu
saja akan mampu mengambil keputusan klinis agar masalahpasien dapat diatasi dengan cepat
dan tepat. untuk mendapatkan bantuan hidup, kondisi pasien akan semakin memburuk dan
akibat yang paling fatal adalah kematian (Potter & Perry, 2009).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Pengambilan Keputusan?


2. Apa saja yang ada dalam Pengambilan Keputusan?
3. Bagaimana konsep dalam pengambilan keputusan?

1.3 TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui yang di maksud dengan pengambilan keputusan
2. Agar bisa memahami cara mengambil keputusan yang tepat
3. Dapat mengetahui konsep yang ada di pengambilan keputusan
4. untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang tahapan pengambilan keputusan
dalam keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Pengambilan Keputusan

Perawat memiliki peranan penting dalam mengambil keputusan klinis yang tepat dan
akurat karena perawat akan menemukan berbagai situasi klinis yang berkaitan dengan
masyarakat atau pasien,anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga sangat
penting untuk berpikir kritis pada setiap situasi. Jika dalam proses pengambilan
keputusan dilakukan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat, ini akan berpengaruh bagi
kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan kepada pasien. Berpikir kritis dapat
dijadikan sebuah acuan bagi pelayanan yang akan diberikan pasien agar lebih cepat dan
tepat dalam proses pengambilan keputusan Kurangnya kemampuan perawat dalam
mengambil keputusan dalam situasi yang kriis tentu saja akan membahayakan pasien dan
menimbulkan kerugian bagi pasien, diantaranya pasien akan terlambat. Pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak
dan inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada
keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat
(Laudon, 2008 : 148). Pengambilan keputusan juga merupakan suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Menurut Davis (1979: 5), keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan
perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat
menyimpang dari rencana semula. Kemampuan seseorang untuk membuat suatu
keputusan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar wewenang yang diberikan atasan
kepadanya. Tetapi yang paling penting bukanlah banyak atau sedikitnya wewenang,
melainkan apakah orang tersebut benar - benar dapat menggunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya untuk membuat keputusan yang terbaik
2. Teori Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan pemikiran yang kritis sebagai upaya
pemecahan masalah. Ketrampilan memutuskan perlu dilatih, dan berkaitan dengan
pengalaman. Sebagai contoh keputusan untuk memilih tempat untuk tempat lokasi
rujukan. Pertimbangan dalam memutuskan sesuatu dipangaruhi oleh banyak faktor.
Potter dan Perry (2009) dalam bukunya tentang “Buku Ajar Fundamental Keperawatan”
menjelaskan bahwa ketika orang mengambil keputusan mereka harus mencocokkan tiap
pilihan dengan kriteria yang dipunyai (pengalaman, keramahan, dan reputasi) mencoba
pilihan yang mungkin diambil (bicara langsung dengan beberapa tenaga kesehatan),
mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil dan membuat keputusan
akhir. Definisi pengambilan keputusan menurut ilmuan Nigro dalam Ridho, 2003 adalah
pilihan sadar dan teliti terhadap salah satu alternative yang memungkinkan dalam suatu
posisi tertentu untuk merealisasikan tujuan yang diharapkan. Disisi lain pengambilan
keputusan marupakan bagian dari peristiwa yang terdiri dari diagnose, seleksi tindakan
dan implementasi (Beach & Cannolly, 2005).

3. Tahap -Tahap Pengambilan Keputusan


Cooke & Slack (1991) menjelaskan 9 tahap yang dilalui individu dalam mengambil
keputusan yaitu:

a. Observasi. Individu memperhatikan bahwa ada sesuatu yang keliru atau kurang
sesuai, sesuatu yang merupa kan kesempatan untuk ‐ memutuskan sedang terjadi pada
lingkungannya. Suatu kesadaran bahwa keputusan sedang diperlukan. Kesadaran ini
diikuti oleh satu periode perenungan seperti proses inkubasi.
b. Mengenali masalah.
Sesudah mele wati masa ‐ perenungan, atau karena akumulasi dari banyaknya bukti bukti
atau tanda tanda yang tertang kap, maka individu semakin ‐ menyadari bahwa kebutuhan
untuk memutuskan sesuatu menjadi semakin nyata.
c. Menetapkan tujuan.
Fase ini adalah masa mempertimbangkan harapan yang akan dicapai dalam mengambil
keputusan. Tujuan pada umumnya berkaitan dengan kesenjangan antara sesuatu yang
telah diobservasi dengan sesuatu yang diharapkan, berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi.
d. Memahami masalah.
Merupakan suatu kebutuhan bagi individu untuk memahami secara benar permasalah an,
yaitu mendiagnosa akar ‐ permasa lahan yang terjadi. Kesalahan ‐ dalam mendiagnosa
dapat terjadi karena memformulasikan masalah secara salah, karena hal ini akan mempe
ngaruhi ‐ rangkaian proses selanjut nya. Jawaban ‐ yang benar terhadap pemahaman
masalah yang salah memiliki makna/akibat sama seperti halnya jawaban yang salah
terhadap pemahaman masalah yang benar.
e. Menentukan Pilihan pilihan
Jika batas batas keputusan telah ‐ didefini sikan dengan lebih sempit maka ‐ pilihan
pilihan dengan sendirinya lebih ‐ mudah tersedia. Namun, jika keputusan yang diambil
masih didefinisikan secara luas maka proses menetapkan pilihan merupakan proses
kreatif.
f. Mengevaluasi Pilihan pilihan.
Fase ini melibatkan penentuan yang lebih luas mengenai ketepatan masing‐ masing
pilihan terhadap tujuan pengambilan keputusan.
g. Memilih.
Pada fase ini salah satu dari beberapa pilihan keputusan yang tersedia telah dipilih,
dengan pertimbangan apabila diterapkan akan menjanjikan suatu kepuasan.
h. Menerapkan.
Fase ini melibatkan perubahan‐ perubahan yang terjadi karena pilihan yang telah dipilih.
Efektivitas penerapan ini bergantung pada ketrampilan dan kemampuan individu dalam
menjalankan tugas serta sejauh mana kesesuaian pilihan tersebut dalam penerapan.
i. Memonitor.
Setelah diterapkan, maka keputusan tersebut sebaiknya dimonitor untuk melihat
efektivitas dalam memecahkan masalah atau mengurangi permasalahan yang
sesungguhnya.
4. Proses Pengambilan Keputusan Klinis Keperawatan
Beberapa konsep yang digunakanuntuk menggambarkan berpikir kritisdalam
keperawatan adalah penalaranklinis, perumusan diagnostik, pengambilan keputusan,
penilaian, dan pemecahan maslah. Menurut penelitian yang dilakukanolehPanggabean,
2019 kemampuanberfikir kritis perawat dalampengambilan keputusan klinis berhubungan
erak dengan kemampuan berfikir kritis perawat dengan nilai p=0,026 dan juga menurut
Khairina, 2018 pengalaman kerja mempunyai hubungan erat dengan kemampuan
pengambilan keputusan klinis dengan nilai p value 0,012. Berpikir kritis digambarkan
sebagai "sebuah proses, tujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa
yang harus percaya dan apa yang harus dilakukan". Pengambilan keputusan klinis adalah
sebuah proses yang melibatkan kedua penalaran diagnostik dan penilaian klinis.
Tindakan dalam ini tindakan diarahkan sebagai proses refleksi dari perawat maupun
pasien (Jan Florin, 2007). Pengambilan keputusan sangat penting keberadaannya dalam
asuhan maupun dalam manajemen keperawatan. Pengambilan keputusan merupakan
suatu proses yang mencakup semua penilaian kegiatan yang diperlukan guna
membuktikan dan meperlihatkan pilihan terbaik dalam menyelesaiakan suatu masalah
tertentu. setiap keputusan adalah akibat dari sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh
banyak kekuatan, pengambilan keputusana bukan merupakan prosedur yangtetapakan
tetapi sebuah proses yangberuntun. pengambilan keputusanadalah proses yang
melibatkanpendekatan sistemik yangharusdiadaptasikan dengan lingkungan. Bagaimanan
perawat dalammengambil keputusan klinis?Pengambilan keputusan
keperawatandilakukan pada semua tahapproseskeperawatan. Sehingga seorangperawat
harus mampu berpikir ktitis, berkomunikasi dengan baik sebagai suatu elemen penting
dalam pengaambilan keputusan klinis, sehingga terjadi pembelajaran berkelanjutan bagi
pasien sehingga meningkatkan tingkat kemandirianpasien.

4. LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan Menurut Manulang (1994) ada lima


tahap dalam mengambil keputusan yaitu
 tahap 1 menerima tantangan. Pengambilan keputusan dimulai manakala seseorang
dihadapkan kepada suatu tantangan terhadap jalur tindakannya yang berlaku.

 Tahap 2 mencari alternatif. Bila suatu jalur tindakah yang sedang berlaku mendapat
tantangan, pengambilan keputusan yang efektif mulai mencari alternatif. Individu
mempertimbangkan secara matangmatang tujuan-tujuannya serta nilainilai yang relevan
dengan suatu keputusan.

 Tahap 3 penilaian alternatif. Pada tahap ini kelebihan-kelebihan serta kekurangan


kekurangan dari masing masing alternatif dipertimbangkan dengan cermat. Tahap ini sering
melibatkan upaya yang besar untuk mencari informasi yang dapat dipercayai yang relevan
dengan keputusan yang efektif, mencari fakta-fakta serta ramalan dari berbagai ragam
sumber berkenaan dengan akibat akibat dari alternative alternatif yang sedang
dipertimbangkan. Individu menimbang dengan hati hati baik aspek positif maupun negatif
dari masing-masing alternatif.

 Tahap 4 menjadi terikat. Pada tahap ini pilihan terakhir sudah dibuat dan pengambilan
keputusan menjadi terikat kepada suatu jalur tindakan baru. Pengambilan keputusan efektif
menelaah kembali segala informasi yang telah terkumpul sebelum mengambil suatu
keputusan terakhir. Individu juga memikirkan bagaimana melaksanakan keputusan dan
membuat rencana cadangan seandainya ada sesuatu resiko yang menjadi kenyataan.

 Tahap 5 berpegang pada keputusan. Setiap pengambil keputusan berharap segalanya akan
berjalan lancar sesudah suatu keputusan diambil, tetapi hambatan sering terjadi. Memilih
alternatif terbaik belumlah mencukupi. Jika keputusan tidak dilaksanakan secara memadai,
hasil yang menggembirakan tidak akan tercapai. Kepribadian dan pengambilan keputusan
Kepribadian berasal dari kata personality, dalam bahasa Inggris dari kata Latin: persona.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan Etis

 Faktor Agama dan Adat-Istiadat Setiap penduduk yang menjadi warga Negara Indonesia
harus beragama/berkepercayaan. Ini sesuai dengan sila pertama pancasila. Setiap warga
negara diberi kebebasan untuk memilih agama/kepercayaan yang dianutnya. Ini sesuai
dengan Bab XI pasal 29 Undangundang Dasar 1945 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan
atas ketuhanan yang maha esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Sebagai Negara berketuhanan, maka segala kebijakan/aturan yang di
buat diupayakan tidak bertentangan dengan aspek-aspek agama yang ada di Indonesia
(Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha). Misalnya, sebelum program keluarga berencana
dijadikan program nasional, pihak pemerintah telah mendiskusikan berbagai metode
kontrasepsi yang tidak bertentangan dengan agama dan para pemuka agama. Dengan
ketentuan agama, maka para perawat tidak ragu-ragu dalam mempromosikan program
tersebut dan dapat memberi informasi yang tidak bertentangan dengan agama yang di anut
oleh pasien. Kaitan adat-istiadat dan implikasi dalam keperawatan sampai saat ini belum
tergali secara jelas di Indonesia. Di beberapa Negara maju misalnya Amerika Serikat, aspek
adat-istiadat dan budaya telah digali menjadi spesialisasi khusus keahlian keperawatan.
Beberapa universitas di Amerika yang membuka program ini antara lain The University of
Utah mempunyai program doctoral transcultural nursing dan the university of Washington
serta the Pennsylvania state university mempunyai program transcultural nursing tingkat
master. Dengan ditawarkannya program ini maka penelitian tentang keperawatan pada
pasien dari berbagai budaya menjadi semakin marak dan membantu perawat dalam
membantu memberikan asuhan keperawatan selaras dengan budaya pasiennya. 6 Factor
adat-istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh terhadap pembutan
keputusan etis. Contoh dari permasalahan praktik adat-istiadat bisa diperhatikan pada contoh
berikut: “ Dalam budaya Jawa dan daerah lain dikenal suatu falsafah tradisional “Mangan
ora mangan anggere ngumpul” (makan tidak makan asalkan bersama). Falsafah ini sampai
saat ini masih mempengaruhi system kekerabatan orang Jawa. Sebagai contoh bila ada
anggota keluarga yang sakit dan dirawat dirumah sakit maka biasanya ada salah satu
keluarga yang menungguinya. Ini berbeda dengan sistem kekerabatan orang Barat dimana
bila ada anggota keluarga yang sakit maka sepenuhnya diserahkan pada perawat dalam
keperawatan sehari-hari. Setiap rumah sakit di Indonesia mempunyai aturan menuggu dan
persyaratan pasien yang boleh di tunggu. Namun hal ini sering tidak dihiraukan oleh
keluarga pasien, misalkan dengan alasan rumah jauh, pasien tidak tenang bila tidak ditunggu
keluarga, dll. Ini sering menimbulkan masalah etis bagi perawat antara membolehkan dan
tidak membolehkan.

 Faktor Social Berbagai factor social berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis.
Factor ini meliputi antara lain meliputi perilaku social dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundangundangan (Ellis, Hartley, 1980). Perkembangan
social dan budaya juga berpengaruh terhadap system kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan
komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan. Nilainilai yang diyakini masyarakat
berpengaruh pula terhadap keperawatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang perawat harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan


memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang timbul sebagai konsekuensi dari
keputusan yang telah diambilnya. Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah yang difokuskan untuk
memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus memiliki kemampuan berfikir
kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman yang berharga yang cukup
efektif dalam pemecahan masalah..
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2005. Konsep Dasar Keperawatan Jakarta : ECG DS,


DS, Bambang Sudono., A, Dhani Setya., & H, Rif Atiningtyas. (2017). Gambaran

Kemampuan Berpikir Kritis Perawat Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di


Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(1), 79-106.

Fadhillah, Nurul,. Noraliyatun Jannah. (2017). Pelaksanaan Prinsip Etik Keperawatan


dalam Asuhan Keperawatan pada Perawat Pelaksana. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 2(3), 1-7.

Potter, P., & Perry, A. G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep,Proses


dan Praktik. Jakarta: ECG.
Khairina. lfa, Hema Malini, Emil Huriani. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pengambilan Keputusan Perawat Dalam Ketepatan Triase Di Kota Padang.
IndonesianJournal For Heath Science. Vol 2,

Anda mungkin juga menyukai