Anda di halaman 1dari 22

Makalah Komunikasi

Teori Dalam Pengambilan Keputusan Klien


KELOMPOK 3 (1B)

Dosen Pengampu

Dr.Yuliva, S.Sit,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Arsyi Annisa (224110445)


2. Desrintan Permata Sari (224110449)
3. Dwindy Yoanda (224110451)
4. Helena Novia Ningsih (224110456)
5. Mayang Faradilla (224110461)
6. Nisfanika Shahira (224110466)
7. Rara Mulya Amanda (224110471)
8. Yuyun Indra Sari (224110479)

PRODI DII KEBIDANAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
T.P 2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Komunikasi
dalam Pratik kebidanan yang berjudul “Teori dalam Penambilan Keputusan
Klien” untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Komunikasi dalam Pratik
kebidanan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna namun berkat
bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami berharap makalah ini dapat menjadi inspirasi yang dapat menambah
wawasan serta dapat membantu proses pembuatan makalah bagi generasi
selanjutnya, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan...................3
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan..........................5
C. Tipe Pengambilan Keputusan................................................................6
D. Pemberian Informasi Efektif.................................................................6
E. Jenis-Jenis Keputusan...........................................................................7
F. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan.....................................................9
G. Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan.................................10
H. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K.............................................13
I. Kesulitan Saat Konseling....................................................................16
J. Upaya untuk mengatasi kesulitan........................................................17
BAB III PENUTUP........................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang
berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan
cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun
dengan klien serta keluarganya.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan
oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan
melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui
komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan
kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan
wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan
hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang
dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan
kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan
perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil
keputusan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan?
3. Apa saja tipe pengambilan keputusan?
4. Bagaimana cara kita memberikan informasi yang efektif?
5. Apa saja jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien?
6. Jelaskan saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K!
7. Apa saja elemen-elemen dasar pengambilan keputusan?
8. Bagaimana kesulitan-kesulitan saat konseling?

1
9. Bagaimana upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam
mengambil keputusan
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui tipe pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui cara memberikan informasi yang efektif pada klien
5. Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien
6. Untuk mengetahui saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
7. Untuk mengetahui elemen-elemen dasar pengambilan keputusan
8. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan saat memberikan konseling
9. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan
keputusan.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam
mengambil keputusan
2. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan
3. Dapat mengetahui tipe pengambilan keputusan
4. Dapat mengetahui cara memberikan informasi yang efektif pada
klien
5. Dapat mengetahui jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh
klien
6. Dapat mengetahui saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
7. Dapat mengetahui elemen-elemen dasar pengambilan keputusan
8. Dapat mengetahui kesulitan-kesulitan saat memberikan konseling
9. Dapat mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan
keputusan.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan


Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi
klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang
berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan
keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar
keputusan yang diambil klien tepat.

Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :


1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan
klien untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak
menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan
melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya
atau konsekuensi negative.
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan
pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan
masalahnya.

a. Teori Pengambilan Keputusan


Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
a) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi
pertanyaan “apa yg terjadi?”.
b) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-
akibat.
c) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola
berpikir mengambil pilihan.

3
d) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis):
didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin
& dapat terjadi.

b. Inti Pengambilan Keputusan


Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative).
Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif
tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam
pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut
dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm
mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

Lingkungan Situasi Keputusan


Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi,
politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa
“quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah,
kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan
sales/ agen tidak bergairah.

c. Pengambilan Keputusan Yang Baik Harus Mempertimbangkan


1. Kondisi
2. Kehendak
3. Konsekuensinya

d. Langkah Dalam Pengambilan Keputusan Yang Baik


1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF
dan NEGATIF)

4
e. Hal-Hal Yang Perlu Ditekankan Kepada Klien Dalam
Pengambilan Keputusan
1. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan
karena berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan
masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi
informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan
situasinya.
2. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan
saran yang sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan
pribadi dan situasi.
3. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.

4. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah


konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan
kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan
kondisi klien dan kebutuhannya.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


1. Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak
berat dan tidak memforsir tenaga). Menghindari tingkah laku yg
menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yg
menimbulkan kesenangan.
2. Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan. Sikap subjektivitas akan
mempengaruhi keputusan yang diambil.
3. Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan
intelektual). Orang mendapat informasi, memahami situasi dan
berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal

5
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan
melaksanakannya (untuk menilai potensi diri dan kepercayaan
diri)
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu
orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan
bisa mendukung maupun mengkritik.

C. Tipe Pengambilan Keputusan


(Saraswati I, Tarigan L.H, 2002)
1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena
ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup.
2. Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung
diputuskan, karena keputusan tersebut dirasakan paling tepat.
3. Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4. Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam
situasi marah dan tergesa-gesa.
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang
lain yang bertanggung jawab.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.

D. Pemberian Informasi Efektif


Pemberian informasi efektif bila:
1. Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam
mengambil keputusan.
2. Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
3. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)

6
b. Menggunakan bahasa sederhana
c. Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
d. Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang
hal-hal penting.

Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan


pada klien:
Memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata,
mengeringkan telinga, mengobati luka di mulut, menyiapkan
larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri
salep mata, menyiapkan sumbu untuk mengeringfkan telinga, cara
mencampur satu bungkus oralit dalam air yang benar, cara
membubuhi gention violet di mulut anak, cara melegakan
tenggorok dengan bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat
sendiri di rumah.
Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara
membubuhi salep pada mata bayi, mencampur dan melarutkan
oralit, memberi dosis pertama anti biotik.

E. Jenis-Jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan
yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/
tidak terprogram.
1. Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat
rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat
dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram
terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang
tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak
sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi

7
keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang
pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester,
pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).

2. Keputusan yang tidak diprogram


Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak
terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat
dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah,
apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena
permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang
tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena
kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang
diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang
hasil yang diinginkan (Wijono,1999).

Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang


khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan
kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya
dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini
disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya
bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan
umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono,
1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak
diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat
baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/
prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.

Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):


Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria
khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg

8
berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd
keputusan tsb.

Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian)


Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana
keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak
diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan
sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa,
namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas
peristiwa.

Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):


Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam
tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin
dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu
tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan inventori
sederhana dalam keadaan ada resiko,Kriteria nilai harapan (expected
value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan
persoalan inventori sederhana. Pengambilan keputusan dalam suasana
konflik (game theory):

Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana


pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk
bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap
dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.

F. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan


 Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan
kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
 Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai
keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.

9
 Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu
yang harus segera dilaksanakan.
 Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu
untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali
dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
 Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang
lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
 Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.

G. Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan


o Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan
mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya
ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil
keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan.
Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-
masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat
kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan
melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi
dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh
Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan
yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang
bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.

o Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah
permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi
dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan
apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa
rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya

10
operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien,
dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan
adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika
penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan
tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan
dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam
mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan
yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab
permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena
informasi dianggap mengancan harga diri.

o Mengembangkan sejumlah alternatif


Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan
serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan.
Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun
ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang
diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi.
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang
menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat
lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses
pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil
keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang
potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa
proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.

o Penilaian dan pemilihan alternatif


Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan
evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan
dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif
tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan,
apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang

11
terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang
hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan
model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah
dikembangkan.

o Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka
keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah
ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun
mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar.
Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan
bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi
komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang
peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam
mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya
juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan
tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan
tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya.
Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan
yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan
operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).

o Evaluasi dan pengendalian


Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat
begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai.
Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar
apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir.
Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat
pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika
keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada,

12
maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan
kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari
proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-
hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999;
Gitosudarmo, 1997).

H. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K


1. Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
 Penolakan atau kebingungan klien.
 Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-
mata ragu mengatakan apa selanjutnya.
 Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
 Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
 Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
 Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
 Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi
emosional sebelumnya.

Hal yang harus dipahami saat klien diam :


 Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas
atau marah.
 Bila terjadi di awal pertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa
mengatakan : “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya
pada pertemuan pertama klien-klien saya juga merasa begitu. Apakah
ibu merasa cemas?”
 Bila klien diam karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana
perasaan ibu sekarang?”, diikuti hening beberapa saat, pandang klien
dan perlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.

13
 Bila diam di tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks
pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Lebih baik
menunggu beberapa saat, beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak nyaman.
 Bila klien diam karena berfikir tidak perlu berusaha memecah
kesunyian atau menunjukkan sikap tidak menerima.

2. Klien Menangis
Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu
atau memegang tangan klien) secara hati-hati.

3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien


 Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau
membantu menyelesaikan masalah seperti harapan klien.
 Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
 Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu
menyediakan waktu untuk klien menghadapi saat-saat sulit
meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.

4. Konselor melakukan kesalahan


Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur.
Mengakui bahwa konselor salah dan minta maaf adalah cara untuk
menghargai klien.

5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien


Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab
pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut
untuk klien.

14
6. Klien menolak bantuan konselor
Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal positif,
paling tidak klien telah datang dan berkenalan dengan konselor,
mungkin klien mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk
melakukan pertemuan lanjutan.

7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor


Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang
kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang
yang sama jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin
lama hal itu semakin tidak penting apabila kita semakin mengenal.
Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana
nantinya.”. biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang
dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian,
menghargai klien dan tidak menilai klien.

8. Waktu yang dimiliki konselor terbatas.


Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan,
meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan
menunjukkan konselor berharap bertemu klien pada pertemuan
selanjutnya.

9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik


Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik
untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak
kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor
merasa ditolak klien.

10. Klien dan konselor sudah saling mengenal


Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa
kerahasiaan akan tetap terjaga, jelaskan bahwa konselor akan

15
bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar konseling terhadap
klien sebagai temannya.

11. Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic


Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus
menerus mengulang pembicaraannya.

12. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.


Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak
akan membantu klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.

13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.


Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi
secara emosional pada klien, karena klien akan mengamati hal itu.

14. Keadaan kritis


Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada
keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-
langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.

I. Kesulitan Saat Konseling


Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama
konselor pemula. Antara lain :
1. Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
2. Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan
3. Penerimaan yang berlebihan
4. Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak
berpengalaman.
5. Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6. Merenungkan setelah sesi yang sulit.

16
J. Upaya untuk mengatasi kesulitan
1. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri
maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk
mempermudah penerimaan klien.
3. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling
pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan
mereka.
4. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
5. Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu
yg secara langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup.
Karakteristiknya meliputi :
a. Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian,
pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan
kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan
kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
b. Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks,
situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat.

17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi
klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang
berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan
keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar
keputusan yang diambil klien tepat. Oleh karena itu seorang bidan
harus mampu memahami keadaan klien, sehingga dalam pengambilan
keputusan, klien bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk
dirinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://meismidwife.wordpress.com/2013/04/15/makalah-strategi-membantu-
klien-dalam-mengambil-keputusan/

19

Anda mungkin juga menyukai