Dosen Pengampu :
Dra. Yuline, M.Pd
Alhamdulillah, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
denngan rahmat-Nya Makalah Konseling Individual yang berjudul "Pemilihan Strategi
Bantuan" dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pemilihan
strategi dalam proses konseling sangat penting, hal itu disebabkan oleh strategi yang tepat
akan membuat proses konseling dapat berlangsung dengan baik. Dalam hal pemilihan strategi
konseling, seorang konselor hendaknya berpedoman pada beberapa kriteria. Dengan
demikian proses konseling akan sesuai dengan keinginan baik dari konselor maupun dari
konseli.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Yuline, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Terakhir, kami ucapkan maaf yang
sebesar-sebesarnya jika dalam penyajian makalah ini terdapat berbagai kekurangan karena
saya hanyalah makhluk yang lemah dan penuh dengan kesalahan. Segala kekurangan berasal
dari diri saya yang masih belajar ini dan segala kelebihan hanyalah datangnya dari Allah
SWT.
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 4
C. TUJUAN............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
I. Kapan Strategi Bantuan Didirikan........................................................................ 5
II. Kriteria Untuk Pemilihan Strategi........................................................................ 7
III. Pemilihan Kombinasi Strategi............................................................................ 12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................. 13
B. SARAN............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Strategi bantuan adalah "mode operandi" atau rencana tindakan yaitu, rencana untuk
memenuhi tujuan yang diinginkan klien Perencanaan strategi yang digunakan selama
proses konseling yang efektif, dapat mencapai perubahan emosional, pengetahuan
atau tingkah laku klien. Singkatnya, strategi bantuan adalah rencana prosedural untuk
membantu klien mengatasi masalah. Dan, dalam mencapai keadaan tidak bermasalah
itu tidak hanya satu cara saja yang digunakan. Hosfard dan de Visser (Cormier dan
Cormier, 1985) menyatakan tentang kevariasian dari strategi konseling itu sebagai
berikut: "seperti halnya tidak ada cara yang sempurna untuk memahami masalah
klien, begitu juga tidak ada satu strategi konseling yang sempurna yang cocok untuk
segala situasi. Teknik-teknik yang berbeda berpengaruh secara berbeda terhadap
individu yang berbeda, bagi masalah yang berbeda, dan bagi tujuan-tujuan yang
berbeda pula.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan strategi bantuan didirikan?
2. Apakah kriteria dalam pemilihan strategi konseling individual?
3. Bagaimanakah pemilihan strategi kombinasi?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan dan mengetahui kapan strategi bantuan didirikan
2. Menjelaskan dan mengetahui kriteria dalam pemilihan strategi konseling
individual
3. Menjelaskan dan mengetahui bagaimana pemilihan strategi kombinasi
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kapan Strategi Bantuan Didirikan
Banyak konselor yang belum mengetahui kapan strategi bantuan dimulai. Memang
persoalan ini tidak mudah dikerjakan. Sering konselor pemula cenderung
menggunakan stategi intervensi terlalu cepat dan memberikan rekomendasi atau
langkah-langkah tindakan terlalu kurang mantap (premature), hal ini karena
kebutuhan mereka sendiri perlu dibantu. Tidak mungkin konselor menyatakan bahwa
waktu pelaksanaan strategi adalah pertemuan ketiga, keempat atau kedelapan. Juga
tidak dibenarkan untuk menggunakan suatu prosedur treatment bagi setiap klien.
Sebaliknya konselor hendaknya selalu mencoba membuat rencana atau rationale bagi
tindakan yang akan diambil. Transisi dari membangun suatu hubungan yang baik dan
dari perumusan masalah dan tujuan ke pemulihan dan pelaksanaan prosedur konseling
adalah suatu yang gawat. Eisenberg dat Delaney 1977 (Cormier dan Cormier, 1985)
menyatakan bahwa waktu (timing) dari transisi ini adalah vital bagi keberhasilan
penggunaan strategi. Penggunaan prosedur yang terlalu prematur dapat
mencelakakan. Meskipun sudah dirumuskan apa yang dimaksud dengan penggunaan
prosedur yang prematur bagi setiap kasus, tetapi ada petunjuk yang membantu
konselor membuat transisi ini lebih efektif. Petunjuk yang dapat digunakan oleh
konselor untuk memperkirakan tibanya waktu strategi yang akan digunakan itu
meliputi (a) kualitas hubungan . (b) Penaksiran terhadap masalah, (c) pengembangan
tujuan konseling yang dikehendaki, (d) isyarat-syarat terhadap kesiapan dan
komitmen klien, dan (e) pengumpulan pengukuran-pengukuran awal (baseline).
a. Kualitas Hubungan
Hackney dan Cormier 1979 (Cormier dan Cormier, 1985) menunjukkan bahwa
strategi konseling dapat menjadi tidak efektif jika tidak disertai oleh hubungan
konseling yang kuat. Jika klien mulai bekerja dengan suatu rencana atau suatu
prosedur, maka suport dari konselor sangat penting. Suatu hubungan terapeutik
yang kuat membantu klien membuat transisi dari suport yang sifatnya dari dalam.
Konselor dapat mengetahui erat tidaknya hubungan konseling dari indikator-
indikator berikut ini, walaupun sifat hubungan ini bervariasi dari klien satu ke
klien lainnya.
1. Klien tidak memberi Anda balikan secara verbal bahwa Anda mengerti
perasaannya atau masalah-masalahnya secara akurat.
2. Klien telah mendemonstrasikan suatu kemauan untuk terlibat dalam konseling
melalui tingkah laku seperti tepat waktu, mendatangi pertemuan (sesion) yang
disepakati, menyelesaikan pekerjaan rumah, terbuka akan masalah-masalah
pribadinya, dan membagi perasaannya dengan Anda.
3. Klien dan konselortelah mendiskusikan segala sesuatu yang menghalangi
komuniasi terbuka.
4. Konselor merasa senang dalam berkonfrontasi, membuka diri, dan dalam
menggunakan kesegaran dengan kliennya.
Jika konselor merasa bahwa kondisi-kondisi tersebut di atas telah ada dan dialami
selama hubungan konseling maka sudah memadailah untuk memperkenalkan
suatu strategi bantuan pada klien.
6
b. Penaksiran Masalah
Menyarankan suatu rencana tindakan sebelum masalah klien ditaksir secara
memadai adalah merupakan tindakan yang prematur. Jika rencana tindakan itu
tetap dilaksanakan juga maka strategi yang tak layak atau tak relevan mungkin
akan dipilih. Karena itu jika konselor ingin menyarankan langkah-langkah yang
harus dilakukan klien, maka konselor hendaknya menanyakan pada dirinya sendiri
secara mental. Hal-hal yang perlu ditanyakan seperti dicontohkan di bawah ini.
1. Apakah saya tahu mengapa klien minta bantuan saya?
2. Apakah klien mengemukakan semua masalahnya atau hanya Sebagian saja
dari keseluruhan masalah yang dihadapinya?
3. Apakah saya tahu tingkah laku yang bermasalah dan situasi masalah dari klien
ini?
4. Dapatkah saya mendeskripsikan kondisi-kondisi yang menyokong pada
masalah klien?
5. Apakah saya sadar akan kepelikan dan kelibatan dari masalah itu?
Jika konselor dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara jujur, maka
teruskanlah rencana yang sedang dibuat. Jika tidak, maka konselor perlu
mengecek keinginannya untuk membuat rencana tindakannya sampai penaksiran
selesai dilaksanakan. Jika memungkinkan, klien perlu pula diberi kesempatan
merespon pertanyaan-pertanyaan ini agar dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan waktu yang layak dalam memperkenalkan strategi tindakan.
c. Pengembangan Tujuan Konseling
Jika konselor memperkenalkan suatu strategi sebelum merumuskan tujuan
konseling, maka konselor bisa salah dalam memberi bantuan karena suatu strategi
adalah jauh atau terpisah dari usaha mencapai tujuan. Jelasnya, hasil yang
diinginkan adalah merupakan prasyarat bagi pemilihan strategi: karena itu,
konselor dan klien hendaknya benar-benar dapat mendeskripsikan tingkah laku
hasil konseling yang diinginkan secara behavioral sebelum konselor menyarankan
suatu cara untuk mencapainya. Informasi ini membantu konselor menentukan
apakah intervensi yang dipilih menunjuk kepada hasil yang ditargetkan.
7
Motivasi dan insentif klien untuk berbuals mempengaruhi penggunaan suatu
prosedur. Seorang klien mungkin menunjukkan kesiapan untuk bekerja dengan
memberikan isyarat verbal, menunjukkan kesadaran konsekuensi-kosekuensi
positif dari perubahan dan dengan mengerjakan sedikitnya beberapa kerja yang
tidak dengan bisa dilihat atau berfikir keras selama sesion konseling. Kadang-
kadang kesiapan klien untuk mencapai tujuan ditunjukkan oleh suatu perubahan
dalam suatu bagian dari tingkah lakunya, misalnya klien mungkin menjadi lebih
terbuka atau mungkin lebih mempunyai inisiatif di wawancara. Klien yang lain
mungkin menunjukkan kesiapan untuk bertindak dengan mulai menyatakan
haknya untuk memulai sesion tepat pada waktunya.
8
h. Dapat dilaksanakan dengan praktis.
i. Jangan menimbulkan masalah tambahan bagi klien dan orang-orang dekat klien
lainnya.
j. Jangan membebani klien atau orang-orang dekat klien lainnya dengan banyak hal
yang harus dilakukan.
k. Jangan menuntut diluar batas kemampuan konselor untuk melakukan dan
bertanggung jawab terhadapnya.
l. Jangan mengulangi cara pemecahan masalah yang tidak berhasil yang pernah
dilakukan.
9
Gambrill (Cormier dan Cormier, 1985) strategi yang terbaik adalah tidak selalu yang
disarankan oleh satu literatur, terutama jika strategi itu memiliki masalah operasional
atau jika klien menyukai strategi yang lainnya. Namun jangan membatasi diri Anda
sendiri terhadap strategi-strategi yang pernah digunakan. Parcipant Mod- eling
misalnya telah tercatat sebagai yang paling efektif untuk mengurangi rasa takut.
Modeling ini pula telah digunakan membantu klien memperoleh keterampilan-
keterampilan baru. Jika menggunakan strategi-strategi yang didasarkan pada
dokumentasi dalam literatur maka sering bermanfaat untuk menunjukkan pada klien
bahwa prosedur x dan y dua-duanya telah tercatat sebagai efektif bagi klien yang
mempunyai masalah serupa atau berbagai sifat-sfiat yang berhubungan dengan
masalah-masalah itu.
c) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor-faktor didalam lingkungan konseling atau klien dapat berpengaruh
apakah suatu strategi itu praktis atau tidak praktis. Hal ini melipa waktu, biaya,
peralatan, peranan orang-orang penting bagi klien dan adanya konsekuensi-
kosekuensi penguatan dalam lingkungan sekitar. Jumlah waktu yang dapat konselor
gunakan dengan klien untuk setiap mionnya dan untuk keseluruhan konseling
mempengaruhi strategi yang digunakan oleh konselor. Dalam konseling yang
waktunya terbatas prosedur yang kongkrit dan spesifik yang mudah dikerjakan adalah
lebih praktis. Setting konseling juga membatasi pilihan prosedur. Misalnya akan sulit
untuk melatih klien dalam relaksasi yang dalam tanpa adanya kursi yang enak.
Lingkungan klien juga penting. Egan (1975) menunjukkan bahwa suatu
rencana tindakan yang dapat terjadi dalam suatu lingkungan yang keras atau dapat
menemui banyak penolakan tidak merupakan strategi yang praktis. Dapat
digunakannya model-model peran dan penguatan-penguatan di dalam lingkungan
klien dapat juga menunjang terhadap strategi apa yang mungkin digunakan. Tetapi
akan tidak membantu jika tergantung pada satu prosedur yang menghendaki sejumlah
besar dukungan dari orang-orang penting sekitar klien jika klien mempunyai sedikit
hubungan yang akrab.
10
ekspresi-ekspresi tubuh, tingkah laku yang tampak, dan sebagainya agar dapat
menyesuaikan strategi treatment dengan baik. Misalnya, seorang klien yang telah
dideskripsikan terdahulu yang cemas terhadap tes mungkin mengalami kecemasan
setidak-tidaknya dalam tiga sistem respon, yaitu kognitif, fisiologikal, dan tingkah
laku. Seorang klien mungkin melaporkan kecemasannya itu dalam tiga jenis respon
tersebut selama situasi masalah itu Klien lainnya mungkin mereaksi melalui tingkah
lakunya tanpa mempengaruhi fisiknya. Tergantung pada sistem respon apa yang
terkait. maka konselor akan memberikan pilihan treatment yang sesuai. Reaksi
kognitif akan lebih cocok diberi strategi terapi-kognitif, seperti "penghentian pikiran",
penstrukturan kognitif, dan pendekatan rasional emotif, dan strategi
watment "coping skill desensitization”. Respon somatik (fisiologis) akan
emperoleh banyak keuntungan dari teknik-teknik pengarangan kecemasan. seperti
latihan relaksasi otot, desensitiasi yang sistematis, hinfeedback, dan beberapa
pendekatan badan yang diperuntukkan bagi penderita fensi otot kronis. Reaksi tingkah
laku akan banyak memperoleh keuntungan dari strategi latihan, partisipant
modellling, dan contact desensitization ying Orang yang bereaksi dalam bentuk
kognitif dan somatif akan lebih cocok diatasi dengan meditasi, sedangkan orang yang
mengalami masalah dalam betiga-tiga responnya akan cocok dengan treatment yang
multi bentuk seperti latihan stress inoculation.
Lawan dari pendekatan cognitive-behavioral itu adalah pendekatan
pendekatan terapi yang berpusat pada klien. Pendekatan terapi ini sering merupakan
treatment awal yang dipilih bagi orang yang menderita kecemasan dan phobia.
Melalui perlakuan yang empati dan hangat, penghargaan yang positif, dan hormat,
dapat menghilangkan kecemasan in secara sedikit demi sedikit.
Perlu diingat bahwa hasil terapi yang terbaik diperoleh jika klien diberi
penanganan dengan metode yang cocok dengan pola respon khusus mereka. Karena
itu konselor hendaknya mempelajari secara cermat komponen-komponen atau sistem
respon yang berkaitan dengan masalah klien itu dan kemudian berusaha memilih
pendekatan treatment yang sesuai dengan masalah tersebut.
11
laku yang dikehendaki. Bagi tujuan-tujuan yang menggambarkan pengurangan
respon, maka teknik/metode imagery, penghentian pikiran, pencegahan stress,
meditasi, relaksasi otot, self-monitoring, self-reward, desensitisasi yang sistematis,
dan paradoxicalitention dapat digunakan untuk mengurangi respon-respon yang tak
diinginkan. Bagi tujuan-tujuan yang menggambarkan penstrukturan respon kembali,
penghentian pikiran dengan penonjolan yang terselubung, (convert assertion),
penstrukturan kembali kognitif, pencegahan stress, coping skills atau desensitisasi
yang self-control, pengontrolan langsung,dan pemetaan kembali atau pelabelan
kembali dapat digunakan secara khusus.
f) Sifat-sifat dan Kesukaan Klien
Cormier dan Cormier (1985) mengatakan bahwa pilihan strategi konseling
yang layak adalah suatu keputusan bersama antara konselor dan klien dengan kata lain
konseli aktif pula dalam menentukan keputusan tersebut. Dengan demikian konseli
merupakan partner di dalam proses terapi. Karena itu kesukaan konseli terhadap suatu
rencana treatment hendaknya menjadi bahan pertimbangan dalam memilih strategi
konseling.
Kesukaan konseli terhadap suatu rencana treatment adalah penting. Seperti
yang dikemukakan oleh Devine dan Fernald (Cormier dan Cormier, 1985). Upaya
untuk memenuhi harapan dan kesukaan konseli sering menunjukkan hasil terapi yang
positif. Sue (Cormier dan Cormier, 1985) menunjukkan bukti tentang kesukaan atau
kebutuhan konseli sebagai berikut:
a. Klien memerlukan partisipasi dalam terapi secara aktif daripada secara pasif.
b. Hak-hak konseli perlu dibuat explisit.
c. Proses konseling memerlukan keterbukaan, yaitu dimana konselor menjelaskan apa
yang akan dilaksanakan selama konseling dan atau ketika suatu pendekatan treatment
khusus digunakan.
d. Klien harus setuju terhadap treatment.
12
Selain kesukaan konseli, sifat-sifat dan karakteristik konseli juga dipertimbangkan
dalam meilih teknik dan strategi konseling. Misalnya: dalam modeling dan
desensitisasi diperlukan kemampuan konseli untuk menggerakkan dan menghidupkan
kesan mental. Sifat lainnya adalah keterampilan social dan keterampilan mengontrol
diri. Kondisi fisik atau sikap dan nilai-nilai yang dipegang teguh mungkin
menghalangi penggunaan strategi tertentu. Jika konselor mengabaikan hal tersebut
maka mungkin konseli akan enggan atau menolak melakukan kegiatan yang
disarankan dalam prosedur itu. Ketidaksetujuan konseli ini mungkin dikemukakan
dalam bentuk kata dan sering dikemukakan melalui bahasa tubuh seperti perubahan
warna muka, gerakan mata atau mulut atau pola- pola penarikan napas.
g) Isyarat dan Pola-pola Diagnostik
Menurut Shaffer (dalam Cormier dan Cormier, 1985) kategori penting yang
digunakan dalam memilih intervensi bantuan adalah isyarat-isyarat dan pola
diagnostik yang dapat diobservasi selama wawancara. Isyarat dan pola-pola
diagnostik ini adalah dasar atau aturan keputusan yaitu cara memilih dan
mengurutkan jenis intervensi yang paling bermanfaat bagi konseli tertentu dengan
masalah tertentu dengan tujuan tertentu pula. Suatu aturan keputusan adalah
serentetan pertanyaan-pertanyaan mental yang secara konstan ditanyakan oleh
konselor pada dirinya sendiri selama wawancara agar dia dapat menyesuaikan teknik
pada konseli dan masalah-masalahnya. Menurut Shaffer, pada tahap pertama
hendaknya diterapkan pendekatan konseling yang berpusat pada konseli. Kemudian
pada session berikutnya, tugas konselor adalah mengobservasi dan memproses isyarat
dan pola-pola diagnostik, dan atas dasar itu menentukan apakah akan tetap
menggunakan pendekatan konseling yang berpusat pada konseli atau pindah dan
menggunakan pendekatan lain yang diperkirakan lebih efektif.
13
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam menentukan kapan saat yang terbaik untuk menggunakan suatu strategi
dalam proses konseling, seorang konselor dapat melihat dari beberapa faktor yaitu:
kualitas hubungan, penaksiran suatu masalah, pengembangan tujuan konseling yang
dikehendaki, isyarat-isyarat terhadap kesiapan dan komitmen konseli, dan
pengumpulan pengukuran-pengukuran awal. Ketika semua faktor-faktor telah
terpenuhi kita dapat memulai suatu strategi konseling dengan mempertimbangkan
beberapa hal diantaranya ada 7 kriteria untuk dapat menjadikan proses konseling
berlangsung secara efektif dan efesien. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sifat-sifat dan kesukaan konselor
2. Dokumentasi bagi strategi
3. Faktor-faktor lingkungan
4. Hakikat tingkah laku masalah konseli
5. Tipe hasil yang diinginkan
6. Sifat-sifat dan kesukaan konseli
7. Isyarat-isyarat diagnostik dan pola-polanya. Pada umumnya konseli akan
mengemukakan masalah yang kompleks dengan
B. SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi bagi
penulis dan yang membaca makalah ini. Apabila terdapat kesalahan di dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dan diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun agar penyusunan makalah penulis selanjutnya dapat tersusun lebih baik
lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abimayu, Soli & Manrihu, Thayeb. Teknik Dan Laboraturium Konseling. Departemen
pendidikan dan kebudayaan Direktorat jenderal pendidikan tinggi. Jakarta. Hal : 233-
253
Cormier, W.H., dan Cormier, L.S. 1985. Interviewing Strategies for Helpers (Second Editon)
Montery, California: Brooks/Cole Publish- ing Company.
Egan, Gerard. 1975. The Skilled Helper (Second Edition). Monterey, California: Brook/Cole
Publishing Company.
16