Anda di halaman 1dari 16

KONSELING INDIVIDUAL

MEMILIH STRATEGI BANTUAN

Dosen Pengampu :
Dra. Yuline, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 9 :


Indira Fianti Utami F1141211030
Dwi Cindy Kurniawati F1141211019
Agung Prasetyo F1141211016
Tiara Rahmarani F1141211032
Cherry F1141171032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
denngan rahmat-Nya Makalah Konseling Individual yang berjudul "Pemilihan Strategi
Bantuan" dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pemilihan
strategi dalam proses konseling sangat penting, hal itu disebabkan oleh strategi yang tepat
akan membuat proses konseling dapat berlangsung dengan baik. Dalam hal pemilihan strategi
konseling, seorang konselor hendaknya berpedoman pada beberapa kriteria. Dengan
demikian proses konseling akan sesuai dengan keinginan baik dari konselor maupun dari
konseli.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Yuline, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Terakhir, kami ucapkan maaf yang
sebesar-sebesarnya jika dalam penyajian makalah ini terdapat berbagai kekurangan karena
saya hanyalah makhluk yang lemah dan penuh dengan kesalahan. Segala kekurangan berasal
dari diri saya yang masih belajar ini dan segala kelebihan hanyalah datangnya dari Allah
SWT.

ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 4
C. TUJUAN............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
I. Kapan Strategi Bantuan Didirikan........................................................................ 5
II. Kriteria Untuk Pemilihan Strategi........................................................................ 7
III. Pemilihan Kombinasi Strategi............................................................................ 12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................. 13
B. SARAN............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 14

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Strategi bantuan adalah "mode operandi" atau rencana tindakan yaitu, rencana untuk
memenuhi tujuan yang diinginkan klien Perencanaan strategi yang digunakan selama
proses konseling yang efektif, dapat mencapai perubahan emosional, pengetahuan
atau tingkah laku klien. Singkatnya, strategi bantuan adalah rencana prosedural untuk
membantu klien mengatasi masalah. Dan, dalam mencapai keadaan tidak bermasalah
itu tidak hanya satu cara saja yang digunakan. Hosfard dan de Visser (Cormier dan
Cormier, 1985) menyatakan tentang kevariasian dari strategi konseling itu sebagai
berikut: "seperti halnya tidak ada cara yang sempurna untuk memahami masalah
klien, begitu juga tidak ada satu strategi konseling yang sempurna yang cocok untuk
segala situasi. Teknik-teknik yang berbeda berpengaruh secara berbeda terhadap
individu yang berbeda, bagi masalah yang berbeda, dan bagi tujuan-tujuan yang
berbeda pula.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan strategi bantuan didirikan?
2. Apakah kriteria dalam pemilihan strategi konseling individual?
3. Bagaimanakah pemilihan strategi kombinasi?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan dan mengetahui kapan strategi bantuan didirikan
2. Menjelaskan dan mengetahui kriteria dalam pemilihan strategi konseling
individual
3. Menjelaskan dan mengetahui bagaimana pemilihan strategi kombinasi

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kapan Strategi Bantuan Didirikan
Banyak konselor yang belum mengetahui kapan strategi bantuan dimulai. Memang
persoalan ini tidak mudah dikerjakan. Sering konselor pemula cenderung
menggunakan stategi intervensi terlalu cepat dan memberikan rekomendasi atau
langkah-langkah tindakan terlalu kurang mantap (premature), hal ini karena
kebutuhan mereka sendiri perlu dibantu. Tidak mungkin konselor menyatakan bahwa
waktu pelaksanaan strategi adalah pertemuan ketiga, keempat atau kedelapan. Juga
tidak dibenarkan untuk menggunakan suatu prosedur treatment bagi setiap klien.
Sebaliknya konselor hendaknya selalu mencoba membuat rencana atau rationale bagi
tindakan yang akan diambil. Transisi dari membangun suatu hubungan yang baik dan
dari perumusan masalah dan tujuan ke pemulihan dan pelaksanaan prosedur konseling
adalah suatu yang gawat. Eisenberg dat Delaney 1977 (Cormier dan Cormier, 1985)
menyatakan bahwa waktu (timing) dari transisi ini adalah vital bagi keberhasilan
penggunaan strategi. Penggunaan prosedur yang terlalu prematur dapat
mencelakakan. Meskipun sudah dirumuskan apa yang dimaksud dengan penggunaan
prosedur yang prematur bagi setiap kasus, tetapi ada petunjuk yang membantu
konselor membuat transisi ini lebih efektif. Petunjuk yang dapat digunakan oleh
konselor untuk memperkirakan tibanya waktu strategi yang akan digunakan itu
meliputi (a) kualitas hubungan . (b) Penaksiran terhadap masalah, (c) pengembangan
tujuan konseling yang dikehendaki, (d) isyarat-syarat terhadap kesiapan dan
komitmen klien, dan (e) pengumpulan pengukuran-pengukuran awal (baseline).
a. Kualitas Hubungan
Hackney dan Cormier 1979 (Cormier dan Cormier, 1985) menunjukkan bahwa
strategi konseling dapat menjadi tidak efektif jika tidak disertai oleh hubungan
konseling yang kuat. Jika klien mulai bekerja dengan suatu rencana atau suatu
prosedur, maka suport dari konselor sangat penting. Suatu hubungan terapeutik
yang kuat membantu klien membuat transisi dari suport yang sifatnya dari dalam.
Konselor dapat mengetahui erat tidaknya hubungan konseling dari indikator-
indikator berikut ini, walaupun sifat hubungan ini bervariasi dari klien satu ke
klien lainnya.
1. Klien tidak memberi Anda balikan secara verbal bahwa Anda mengerti
perasaannya atau masalah-masalahnya secara akurat.
2. Klien telah mendemonstrasikan suatu kemauan untuk terlibat dalam konseling
melalui tingkah laku seperti tepat waktu, mendatangi pertemuan (sesion) yang
disepakati, menyelesaikan pekerjaan rumah, terbuka akan masalah-masalah
pribadinya, dan membagi perasaannya dengan Anda.
3. Klien dan konselortelah mendiskusikan segala sesuatu yang menghalangi
komuniasi terbuka.
4. Konselor merasa senang dalam berkonfrontasi, membuka diri, dan dalam
menggunakan kesegaran dengan kliennya.
Jika konselor merasa bahwa kondisi-kondisi tersebut di atas telah ada dan dialami
selama hubungan konseling maka sudah memadailah untuk memperkenalkan
suatu strategi bantuan pada klien.

6
b. Penaksiran Masalah
Menyarankan suatu rencana tindakan sebelum masalah klien ditaksir secara
memadai adalah merupakan tindakan yang prematur. Jika rencana tindakan itu
tetap dilaksanakan juga maka strategi yang tak layak atau tak relevan mungkin
akan dipilih. Karena itu jika konselor ingin menyarankan langkah-langkah yang
harus dilakukan klien, maka konselor hendaknya menanyakan pada dirinya sendiri
secara mental. Hal-hal yang perlu ditanyakan seperti dicontohkan di bawah ini.
1. Apakah saya tahu mengapa klien minta bantuan saya?
2. Apakah klien mengemukakan semua masalahnya atau hanya Sebagian saja
dari keseluruhan masalah yang dihadapinya?
3. Apakah saya tahu tingkah laku yang bermasalah dan situasi masalah dari klien
ini?
4. Dapatkah saya mendeskripsikan kondisi-kondisi yang menyokong pada
masalah klien?
5. Apakah saya sadar akan kepelikan dan kelibatan dari masalah itu?
Jika konselor dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara jujur, maka
teruskanlah rencana yang sedang dibuat. Jika tidak, maka konselor perlu
mengecek keinginannya untuk membuat rencana tindakannya sampai penaksiran
selesai dilaksanakan. Jika memungkinkan, klien perlu pula diberi kesempatan
merespon pertanyaan-pertanyaan ini agar dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan waktu yang layak dalam memperkenalkan strategi tindakan.
c. Pengembangan Tujuan Konseling
Jika konselor memperkenalkan suatu strategi sebelum merumuskan tujuan
konseling, maka konselor bisa salah dalam memberi bantuan karena suatu strategi
adalah jauh atau terpisah dari usaha mencapai tujuan. Jelasnya, hasil yang
diinginkan adalah merupakan prasyarat bagi pemilihan strategi: karena itu,
konselor dan klien hendaknya benar-benar dapat mendeskripsikan tingkah laku
hasil konseling yang diinginkan secara behavioral sebelum konselor menyarankan
suatu cara untuk mencapainya. Informasi ini membantu konselor menentukan
apakah intervensi yang dipilih menunjuk kepada hasil yang ditargetkan.

d. Kesiapan dan Komitmen Klien


Kesiapan klien dan komitmen klien kepada tindakan adalah petunjuk yang
keempat bagi konselor yang dapat digunakan untuk menentukan waktu pemilihan
strategi. Biasanya selalu mudah untuk bergerak secara pelan-pelan dan kemudian
mempercepat proses daripada bergerak kedalam rencana tindakan terlalu cepat
dan kemungkinan menakutkan klien atau mengecewakan mereka sehingga tidak
mengambil langkah-langkah berikutnya Egan 1975 (Cormier dan Cormier, 1985)
mengingatkan konselor tak memperlakukan klien sebagaimana adanya, jangan
menuntut klien yang ia tidak cukup siap. Misalnya klien yang mencari nasehat
atau cara yang tepat untuk memecahkan masalah mereka, akan tidak siap jika eka
diberi cara pemecahan masalah yang lambat, tetapi akan lebih bergun jika secara
langsung diberi nasehat sesuai dengan keperluannya. Klien yang memiliki sejarah
tentang tingkah laku yang menghindar mungkin memerlukan waktu ekstra,
sebelum siap untuk menyisihkan pola- pola penolakan atau pelarian yang khas.

7
Motivasi dan insentif klien untuk berbuals mempengaruhi penggunaan suatu
prosedur. Seorang klien mungkin menunjukkan kesiapan untuk bekerja dengan
memberikan isyarat verbal, menunjukkan kesadaran konsekuensi-kosekuensi
positif dari perubahan dan dengan mengerjakan sedikitnya beberapa kerja yang
tidak dengan bisa dilihat atau berfikir keras selama sesion konseling. Kadang-
kadang kesiapan klien untuk mencapai tujuan ditunjukkan oleh suatu perubahan
dalam suatu bagian dari tingkah lakunya, misalnya klien mungkin menjadi lebih
terbuka atau mungkin lebih mempunyai inisiatif di wawancara. Klien yang lain
mungkin menunjukkan kesiapan untuk bertindak dengan mulai menyatakan
haknya untuk memulai sesion tepat pada waktunya.

e. Pengumpulan Pengukuran-pengukuran Dasar


Sebagaimana yang telah dikemukakan perumusan dan masalah tujuan biasanya
disertai oleh pengumpulan data dasar. Kecuali masalah-masalah klien begitu
pentingnya sehingga intevensi yang segera diperlukan. Pengukuran dasar dapat
menyediakan informasi yang berguna tentang hakekat masalah klien dan tujuan
yang dikehendaki. Pengumpulan data dasar sebelum mengimplementasikan
strategi adalah penting sekali agar dapat menentukan seberapa jauh strategi itu
membantu klien.
2. Kriteria Untuk Pemilihan Strategi
Sekali konselor percaya bahwa prasarat bagi waktu yang layak dari suatu
strategi telah dipenuhi, Anda boleh siap untuk bergerak ke dalam fase strategi dari
konseling. Dalam usaha konseling, yaitu dalam konsultasi dengan klien, kita
menggunakan beberapa kriteria untuk memilih strategi- strategi. Deskripsi kita
tentang kriteria ini menunjukkan kesukaan kita sendiri, namun kita telah dibantu oleh
hasil pekerjaan Gambrill tahun 1977, Shaffer 1976 dan Okum 1982 (Cormier dan
Cormier, 1985). Mereka mengemukakan 7 kriteria penting untuk dipikirkan dalam
memilih strategi bantuan meliputi sifat-sifat dan kesukaan konselor, dokumentasi bagi
Strategi, faktor-faktor lingkungan, hakekat tingkah laku masalah klien, tipe hasil yang
diinginkan, sifat-sifat dan kesukaan klien, isyarat-isyarat diagnostik dan pola-polanya.
Dalam pemilihan strategi 7 kriteria tersebut hendaknya diperhitungkan,
walaupun mungkin yang paling penting adalah hakekat dari masalah klien dan pola-
pola dan isyarat diagnostik. Strategi konseling hendaknya digunakan yang
mempunyai kesempatan terbaik dalam membatu klien memcahkan kembali masalah-
masalah khusus mereka secara lebih efektif. Lima kriteria lainnya yang kurang
penting akan mempengaruhi pemilihan strategi yang dibuat oleh konselor dan klien.
Pada umumnya strategi intervensi yang efektif akan memenuhi 12 kriteria berikut
ini.
a. Mudah dilaksanakan.
b. Sesuai dengan sifat-sifat unik dan kesukaan klien.
c. Sesuai dengan sifat-sifat masalah faktor-faktor yang berhubungan.
d. Lebih bersifat positif daripada bersifat hukuman.
e. Mendorong perkembangan keterampilan mengatur diri sendiri.
f. Memperkuat harapan klien tentang keefektifan pribadi atau kemanjuran diri.
g. Didukung oleh literatur.

8
h. Dapat dilaksanakan dengan praktis.
i. Jangan menimbulkan masalah tambahan bagi klien dan orang-orang dekat klien
lainnya.
j. Jangan membebani klien atau orang-orang dekat klien lainnya dengan banyak hal
yang harus dilakukan.
k. Jangan menuntut diluar batas kemampuan konselor untuk melakukan dan
bertanggung jawab terhadapnya.
l. Jangan mengulangi cara pemecahan masalah yang tidak berhasil yang pernah
dilakukan.

a) Sifat-sifat dan Kesukaan Konselor


Egan (1975) menyatakan bahwa konselor yang baik adalah orang yang mempunyai
khasanah keterampilan membantu yang luas dan yang dapat secara siap menggunakan
keterampilan ini untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan klien yang berbeda-beda.
Kita menghargai konselor yang mengikuti prosedur baru dan ahli dalam
menggunakan berbagai prosedur dalam proses konseling. Kita mempertanyakan
apakah konselor akan mampu berfungsi secara memadai dengan berbagai klien
dengan hanya memiliki rentang keterampilan yang terbatas. Seperti yang
dikemukakan Maslow (Cormier dan Cormier, 1985) bahwa jika kita hanya memiliki
palu, maka kemungkinan besar kita akan menggunakannya untuk segala keperluan
kita. Namun antusiasme untuk memperbanyak strategi treatment tidak berarti bahwa
konselor hendaknya mengesampingkan prinsip-prinsip tingkah laku manusia hanya
dengan mengemukakan hal yang terakhir saja. Juga kita tidak menganjurkan bahwa
konselor hendaknya mengajukan suatu strategi yang hanya sedikit saja diketahui atau
tidak diketahui. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Okun (Cormier dan Cormier,
1985) bahwa berpura-pura menjadi seorang ahli secara etik diragukan. Salah
representasi diri Anda sendiri dan kualifikasi Anda terhadap klien juga bisa membawa
konsekuensi hukum yang serius.
Karena itu disarankan agar konselor menggunakan keterampilanny dengan
tingkat yang menyenangkan, dan nilai-nilai sebagai kriteria untuk memilih strategi
mana yang paling layak. Prosedur yang pernah Anda gunakan dan sikap Anda
terhadapnya adalah faktor utama yang mempengaruhi kesukaan Anda. Pada waktu
yang sama, jangan membatasi din sendiri dengan keterampilan yang telah ada pada
Anda. Anda hendaknya terbuka bagi teknik-teknik yang berbeda-beda, tetapi sadarlah
bahwa Anda masih memerlukan supervisi atau konsultasi untuk menemani
penggunaan pendekatan baru Anda. Jangan ragu-ragu untuk berbagi kesukaan Anda
dengan klien. Lagi pula, kesukaan Anda terhadap strategi-strategi dapat merefleksikan
orientasi khusus Anda terhadap terapi. Ini juga hendaknya disampaikan pada klien
pada awal terapi.

b) Dokumentasi Tentang Strategi


Terdapat berbagai data tentang prosedur konseling yang berbeda-beda. Data ini dapat
membantu konselor menentukan cara-cara dimana strategi itu digunakan secara
berhasil dan dengan berbagai tipe masalah klien. Semua strategi yang dikemukakan
mempunyai dukungan empiris. Strategi itu dapat menjadi kriteria untuk
dipertimbangkan dalam menentukan pengunaannya. Seperti yang dikemukakan

9
Gambrill (Cormier dan Cormier, 1985) strategi yang terbaik adalah tidak selalu yang
disarankan oleh satu literatur, terutama jika strategi itu memiliki masalah operasional
atau jika klien menyukai strategi yang lainnya. Namun jangan membatasi diri Anda
sendiri terhadap strategi-strategi yang pernah digunakan. Parcipant Mod- eling
misalnya telah tercatat sebagai yang paling efektif untuk mengurangi rasa takut.
Modeling ini pula telah digunakan membantu klien memperoleh keterampilan-
keterampilan baru. Jika menggunakan strategi-strategi yang didasarkan pada
dokumentasi dalam literatur maka sering bermanfaat untuk menunjukkan pada klien
bahwa prosedur x dan y dua-duanya telah tercatat sebagai efektif bagi klien yang
mempunyai masalah serupa atau berbagai sifat-sfiat yang berhubungan dengan
masalah-masalah itu.

c) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor-faktor didalam lingkungan konseling atau klien dapat berpengaruh
apakah suatu strategi itu praktis atau tidak praktis. Hal ini melipa waktu, biaya,
peralatan, peranan orang-orang penting bagi klien dan adanya konsekuensi-
kosekuensi penguatan dalam lingkungan sekitar. Jumlah waktu yang dapat konselor
gunakan dengan klien untuk setiap mionnya dan untuk keseluruhan konseling
mempengaruhi strategi yang digunakan oleh konselor. Dalam konseling yang
waktunya terbatas prosedur yang kongkrit dan spesifik yang mudah dikerjakan adalah
lebih praktis. Setting konseling juga membatasi pilihan prosedur. Misalnya akan sulit
untuk melatih klien dalam relaksasi yang dalam tanpa adanya kursi yang enak.
Lingkungan klien juga penting. Egan (1975) menunjukkan bahwa suatu
rencana tindakan yang dapat terjadi dalam suatu lingkungan yang keras atau dapat
menemui banyak penolakan tidak merupakan strategi yang praktis. Dapat
digunakannya model-model peran dan penguatan-penguatan di dalam lingkungan
klien dapat juga menunjang terhadap strategi apa yang mungkin digunakan. Tetapi
akan tidak membantu jika tergantung pada satu prosedur yang menghendaki sejumlah
besar dukungan dari orang-orang penting sekitar klien jika klien mempunyai sedikit
hubungan yang akrab.

d) Hakekat Masalah Klien dan Sistem Respon yang Ada


Konselor harus memperkirakan beberapa tanggung jawab untuk memberikan saran
tentang strategi yang didasarkan pada pengukuran sebelumnya tentang masalah klien.
Strategi-strategi itu hendaknya merefleksikan hakekat dari tingkah laku masalah.
Tentu saja hali menghendaki suatu pengujian dan perumusan masalah dan juga
pengetahuan tentang tujuan dari prosedur-prosedur tertentu. Sebagai contoh: Jika
klien ingin meningkatkan nilai hasil tesnya dan setelah diteliti ternyata siswa itu tidak
belajar, maka konselor memperoleh alasan dasar untuk menyarankan beberapa tipe
latihan keterampilan belajar. Tetapi jika setelah ditelaah menunjukkan bahwa klien
telah belajar dengan baik tetapi panik ketika mengerjakan test maka konselor
memperoleh alasan untuk menyarankan suatu pendekatan untuk menangani rasa takut
akan tes, seperti desensitiasi yang sistematis, penstrukturan kognitif, atau kedua-
duanya.
Lebih lanjut, konselor perlu mengetahui hakekat dari sistem respon atau
komponen yang berhubungan dengan masalah tersebut, yaitu pikiran. perasaan,

10
ekspresi-ekspresi tubuh, tingkah laku yang tampak, dan sebagainya agar dapat
menyesuaikan strategi treatment dengan baik. Misalnya, seorang klien yang telah
dideskripsikan terdahulu yang cemas terhadap tes mungkin mengalami kecemasan
setidak-tidaknya dalam tiga sistem respon, yaitu kognitif, fisiologikal, dan tingkah
laku. Seorang klien mungkin melaporkan kecemasannya itu dalam tiga jenis respon
tersebut selama situasi masalah itu Klien lainnya mungkin mereaksi melalui tingkah
lakunya tanpa mempengaruhi fisiknya. Tergantung pada sistem respon apa yang
terkait. maka konselor akan memberikan pilihan treatment yang sesuai. Reaksi
kognitif akan lebih cocok diberi strategi terapi-kognitif, seperti "penghentian pikiran",
penstrukturan kognitif, dan pendekatan rasional emotif, dan strategi
watment "coping skill desensitization”. Respon somatik (fisiologis) akan
emperoleh banyak keuntungan dari teknik-teknik pengarangan kecemasan. seperti
latihan relaksasi otot, desensitiasi yang sistematis, hinfeedback, dan beberapa
pendekatan badan yang diperuntukkan bagi penderita fensi otot kronis. Reaksi tingkah
laku akan banyak memperoleh keuntungan dari strategi latihan, partisipant
modellling, dan contact desensitization ying Orang yang bereaksi dalam bentuk
kognitif dan somatif akan lebih cocok diatasi dengan meditasi, sedangkan orang yang
mengalami masalah dalam betiga-tiga responnya akan cocok dengan treatment yang
multi bentuk seperti latihan stress inoculation.
Lawan dari pendekatan cognitive-behavioral itu adalah pendekatan
pendekatan terapi yang berpusat pada klien. Pendekatan terapi ini sering merupakan
treatment awal yang dipilih bagi orang yang menderita kecemasan dan phobia.
Melalui perlakuan yang empati dan hangat, penghargaan yang positif, dan hormat,
dapat menghilangkan kecemasan in secara sedikit demi sedikit.
Perlu diingat bahwa hasil terapi yang terbaik diperoleh jika klien diberi
penanganan dengan metode yang cocok dengan pola respon khusus mereka. Karena
itu konselor hendaknya mempelajari secara cermat komponen-komponen atau sistem
respon yang berkaitan dengan masalah klien itu dan kemudian berusaha memilih
pendekatan treatment yang sesuai dengan masalah tersebut.

e) Hakekat dari Tujuan Hasil


Pilihan strategi treatment juga tergantung pada hakekat tujuan yang telah
diidentifikasi dan apa yang mewakili tujuan. Tujuan-tujuan hasil dapat
menggambarkan isu-isu pilihan dan isu-isu perubahan. Ini adalah perbedaan yang
penting, karena setiap jenis isu menghendaki strategi yang berbeda. Isu-isu pilihan
biasanya dilayani secara baik oleh strategi atau pendekatan seperti konseling
vokasional dan pendidikan, pembuatan keputusan dan pemecahan konflik, bermain
peran dan pembalikan peran daloy Gestalt, dan kerja pemutusan kembali TA
Perlu diingat bahwa untuk isu-isu perubahan, tujuan hasil dapat meliputi
perolehan respon, penambahan respon, pengurangan respon, atau penstrukturan
kembali respon. Bagi tujuan-tujuan yang menggambarkan perolehan respon, maka
komponen latihan keterampilan dan pendekatan modeling sering banyak membantu.
Biasanya makin besar kerugian (de- isa) makin lebih dikehendaki teknik modeling,
latihan, dan balikan. Bagi fu yang menggambarkan penambahan respon, pendekatan
modeling. gery, penangkalan stress, meditasi, relaksasi otot, self-monitoring, dan
paradoxical intention dapat digunakan secara istimewa untuk meningkatkan tingkah

11
laku yang dikehendaki. Bagi tujuan-tujuan yang menggambarkan pengurangan
respon, maka teknik/metode imagery, penghentian pikiran, pencegahan stress,
meditasi, relaksasi otot, self-monitoring, self-reward, desensitisasi yang sistematis,
dan paradoxicalitention dapat digunakan untuk mengurangi respon-respon yang tak
diinginkan. Bagi tujuan-tujuan yang menggambarkan penstrukturan respon kembali,
penghentian pikiran dengan penonjolan yang terselubung, (convert assertion),
penstrukturan kembali kognitif, pencegahan stress, coping skills atau desensitisasi
yang self-control, pengontrolan langsung,dan pemetaan kembali atau pelabelan
kembali dapat digunakan secara khusus.
f) Sifat-sifat dan Kesukaan Klien
Cormier dan Cormier (1985) mengatakan bahwa pilihan strategi konseling
yang layak adalah suatu keputusan bersama antara konselor dan klien dengan kata lain
konseli aktif pula dalam menentukan keputusan tersebut. Dengan demikian konseli
merupakan partner di dalam proses terapi. Karena itu kesukaan konseli terhadap suatu
rencana treatment hendaknya menjadi bahan pertimbangan dalam memilih strategi
konseling.
Kesukaan konseli terhadap suatu rencana treatment adalah penting. Seperti
yang dikemukakan oleh Devine dan Fernald (Cormier dan Cormier, 1985). Upaya
untuk memenuhi harapan dan kesukaan konseli sering menunjukkan hasil terapi yang
positif. Sue (Cormier dan Cormier, 1985) menunjukkan bukti tentang kesukaan atau
kebutuhan konseli sebagai berikut:
a. Klien memerlukan partisipasi dalam terapi secara aktif daripada secara pasif.
b. Hak-hak konseli perlu dibuat explisit.
c. Proses konseling memerlukan keterbukaan, yaitu dimana konselor menjelaskan apa
yang akan dilaksanakan selama konseling dan atau ketika suatu pendekatan treatment
khusus digunakan.
d. Klien harus setuju terhadap treatment.

Implikasi-implikasi ini penting bagi semua konseli tanpa memperhatikan


setting dimana mereka dibantu. Dengan implikasi-implikasi itu berarti pula hak-hak
konseli dihargai. Hal ini sesuai dengan kode etik dan prinsip-prinsip yang ada, yaitu
bahwa setiap konseli mempunyai hak untuk memilih layanan dan strategi yang cocok
bagi kebutuhan-kebutuhannya.
Dalam kaitan ini Cormier dan Cormier (1985) menyarankan usaha untuk
melindungi hak dan kesejahteraan konseli dengan cara memberikan informasi tentang
strategi-strategi berikut kepada klien.
a. Suatu deskripsi tentang pendekatan treatment yang relevan dan potensial bagi
konseli tertentu dengan masalah tertentu pula.
b. Alasan (rationale) untuk setiap prosedur
c. Deskripsi tentang peranan konselor dalam setiap prosedur.
d. Deskripsi peranan konseli dalam setiap prosedur.
e. Ketidaksenangan atau resiko yang mungkin terjadi sebagai hasil dari prosedur
tersebut.
f. Keuntungan yang diharapkan sebagai hasil dari prosedur itu.
g. Perkiraan waktu dan tenaga yang diperlukan bagi setiap prosedur.

12
Selain kesukaan konseli, sifat-sifat dan karakteristik konseli juga dipertimbangkan
dalam meilih teknik dan strategi konseling. Misalnya: dalam modeling dan
desensitisasi diperlukan kemampuan konseli untuk menggerakkan dan menghidupkan
kesan mental. Sifat lainnya adalah keterampilan social dan keterampilan mengontrol
diri. Kondisi fisik atau sikap dan nilai-nilai yang dipegang teguh mungkin
menghalangi penggunaan strategi tertentu. Jika konselor mengabaikan hal tersebut
maka mungkin konseli akan enggan atau menolak melakukan kegiatan yang
disarankan dalam prosedur itu. Ketidaksetujuan konseli ini mungkin dikemukakan
dalam bentuk kata dan sering dikemukakan melalui bahasa tubuh seperti perubahan
warna muka, gerakan mata atau mulut atau pola- pola penarikan napas.
g) Isyarat dan Pola-pola Diagnostik
Menurut Shaffer (dalam Cormier dan Cormier, 1985) kategori penting yang
digunakan dalam memilih intervensi bantuan adalah isyarat-isyarat dan pola
diagnostik yang dapat diobservasi selama wawancara. Isyarat dan pola-pola
diagnostik ini adalah dasar atau aturan keputusan yaitu cara memilih dan
mengurutkan jenis intervensi yang paling bermanfaat bagi konseli tertentu dengan
masalah tertentu dengan tujuan tertentu pula. Suatu aturan keputusan adalah
serentetan pertanyaan-pertanyaan mental yang secara konstan ditanyakan oleh
konselor pada dirinya sendiri selama wawancara agar dia dapat menyesuaikan teknik
pada konseli dan masalah-masalahnya. Menurut Shaffer, pada tahap pertama
hendaknya diterapkan pendekatan konseling yang berpusat pada konseli. Kemudian
pada session berikutnya, tugas konselor adalah mengobservasi dan memproses isyarat
dan pola-pola diagnostik, dan atas dasar itu menentukan apakah akan tetap
menggunakan pendekatan konseling yang berpusat pada konseli atau pindah dan
menggunakan pendekatan lain yang diperkirakan lebih efektif.

3. Pemilihan Kombinasi Strategi


Cormier dan Cormier (1985) menyatakan bahwa strategi bantuan jarang yang
digunakan secara sendirian. Walaupun dalam kuliah strategi konseling dibahas
masing-masing, akan tetapi dalam prakteknya strategi tersebut sering digunakan
dalam kombinasi. Lagi pula, terdapat saling tumpang tindih, diantara strategi-strategi
itu dalam pelaksanaan yang sesungguhnya. Seperti yang dinyatakan oleh Mahoney
(Cormier dan Cormier, 1985) bahwa penyajian dimensi masalah secara tersendiri
merupakan mitos yang dikemukakan oleh kebiasaan riset, dan konseli yang phobia
pada ular ia menyatakan keinginannya untuk memajukan penyesuaian pribadi.
Karena masalah konseli sebagian besar berdimensi banyak dan dikontrol oleh
variabel yang luas, maka target perubahan dan strategi treatment yang diperlukan juga
banyak. Bukti-bukti menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara
perubahan unjuk kerja dan perubahan kognitif (pengetahuan). Pemenuhan unjuk kerja
dalam bentuk pengalaman penguasaan pribadi dapat memperkuat harapan konseli
tentang keefektifan pribadi atau self-efficacy. Suatu program bantuan yang
terintegrasi dengan baik akan menggunakan semua strategi yang dibutuhkan untuk
menangani keterampilan unjuk kerja konseli, keterampilan kognitif, respon
emosional, proses-proses tubuhn dan faktor-faktor lingkungan.

13
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam menentukan kapan saat yang terbaik untuk menggunakan suatu strategi
dalam proses konseling, seorang konselor dapat melihat dari beberapa faktor yaitu:
kualitas hubungan, penaksiran suatu masalah, pengembangan tujuan konseling yang
dikehendaki, isyarat-isyarat terhadap kesiapan dan komitmen konseli, dan
pengumpulan pengukuran-pengukuran awal. Ketika semua faktor-faktor telah
terpenuhi kita dapat memulai suatu strategi konseling dengan mempertimbangkan
beberapa hal diantaranya ada 7 kriteria untuk dapat menjadikan proses konseling
berlangsung secara efektif dan efesien. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sifat-sifat dan kesukaan konselor
2. Dokumentasi bagi strategi
3. Faktor-faktor lingkungan
4. Hakikat tingkah laku masalah konseli
5. Tipe hasil yang diinginkan
6. Sifat-sifat dan kesukaan konseli
7. Isyarat-isyarat diagnostik dan pola-polanya. Pada umumnya konseli akan
mengemukakan masalah yang kompleks dengan

Sesuai dengan kriteria strategi pemilihan di atas, kemungkinan perlakuan yang


diberikan dapat memilih salah satu ataupun kombinasi dari teknik-teknik relaksasi,
desensitisasi, modeling, stress inoculation, meditasi, kerja kelompok, latihan
keterampilan, imagery, dan sebagainya. Setelah strategi-strategi itu di pilih oleh
konselor dan konseli, akan diteruskan dengan jalan bekerjasama dalam
mengimplemantasikan prosedur-prosedur tersebut.

B. SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi bagi
penulis dan yang membaca makalah ini. Apabila terdapat kesalahan di dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dan diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun agar penyusunan makalah penulis selanjutnya dapat tersusun lebih baik
lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abimayu, Soli & Manrihu, Thayeb. Teknik Dan Laboraturium Konseling. Departemen
pendidikan dan kebudayaan Direktorat jenderal pendidikan tinggi. Jakarta. Hal : 233-
253
Cormier, W.H., dan Cormier, L.S. 1985. Interviewing Strategies for Helpers (Second Editon)
Montery, California: Brooks/Cole Publish- ing Company.
Egan, Gerard. 1975. The Skilled Helper (Second Edition). Monterey, California: Brook/Cole
Publishing Company.

16

Anda mungkin juga menyukai