Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROFESI KONSELOR

KERJA SAMA PROFESIONAL DENGAN TEMAN SEJAWAT


DAN ANGGOTA PROFESI LAIN

Dosen pengampu:
Dr. Halida, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Julio Putra Jubata F1141171017
Rahayu Winarti F1141211003
Salwa Khalishah Putri F1141211010
Ria Tri Lestari F1141211018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan kita semua kesehatan serta rahmat-Nya yang membuat kita bisa berkumpul pada
kesempatan kali ini. Sehingga dengan adanya karunia yang telah diberikan maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa adanya hambatan sedikit pun. Kami juga
bersyukur dapat menyelesaikan makalah ini dalam tempo waktu yang tepat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah kami yaitu “Profesi
Konselor”. Dalam makalah yang sudah kami buat ini membahas tentang “Kerjasama
professional dengan teman sejawat dan anggota profesi lain”. Kami berharap dengan makalah
yang telah kami buat ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi generasi muda
terkhususnya, sehingga dengan makalah ini di ciptakan maka para pembaca pun akan
semangat dalam menambah wawasan serta menggali potensi dirinya. Semoga makalah ini
bisa menjadi suatu bahan ajar yang menarik buat pembaca.
Dan kami pun meminta maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan
sehingga menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap pembaca dan kami mengakui bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati
kami, kami siap menerima masukan berupa saran maupun kritik dari kalian semua yang
bersifat membangun dan mendorong bagi para pembaca maupun penulis. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Penulis

13 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah......................................................................................... 1
BAB 2
PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
D. Bentuk-bentuk kerjasama dengan teman sejawat dan anggota lain.... 2
E. Keterampilan mengembangkan kerjasama sejawat dengan lainnya.... 6
F. Pengembangan jejaring kerjasama profesional...................................... 7
BAB 3
PENUTUP....................................................................................................... 9
A. Kesimpulan................................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Interaksi seorang guru dalam melaksanakan misi tugas kependidikannya bukan hanya
terjadi antara guru dengan peserta didik, akan tetapi interaksi guru terserbut terjadi juga
dengan rekan sejawat, orang tua peserta didik, masyarakat, dan pelaksanaan misi tugasnya.
Dalam interaksi seperti itu, perbedaan pendapat, persepsi, harapan, dan perbedaan lainnya
sulit dihindari , apalagi pemikiran masyarakat diera demokratisasi ini semakin kritis.
Kemampuan bekerjasama merupakan perilaku yang membantu dua orang atau lebih
untuk membantu bekerja bersama dan berfungsi dengan baik dalam proses. Seseorang
dapat dikatakan bekerjasama apabila orang tersebut bersama orang lain bekerja bersama
untuk mencapai tujuan yang sama. Untuk mendalami suatu keahlian setidaknya haruslah
paham akan konsep dasar atau prinsip yang dimiliki suatu ilmu tersebut, karena prinsip
tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelayanan. Harus diketahui juga bahwa setipa
profesi memiliki hubungan dengan profesi lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk kerjasama dengan teman sejawat dan anggota profesi lain?
2. Bagaimana keterampilan mengembangkan kerjasama dengan teman sejawat dan
anggota profesi lain?
3. Bagaimana mengembangkan jejaring antar-profesi sejawat?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kerjasama dengan teman sejawat dan anggota
profesi lain
2. Untuk mengetahui keterampilan mengembangkan kerjasama dengan teman sejawat
dan anggota profesi lain
3. Untuk mengetahui cara mengembangkan jejaring antar-profesi sejawat

1
BAB 2
PEMBAHASAN
Bg Julio
D. Bentuk-bentuk Kerjasama Dengan Teman Sejawat dan Anggota Profesi Lain
Bentuk Kerjasama
1. Studi kasus (case conference) merupakan teknik yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi
kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri klien
2. Alih tangan kasus (referal) merupakan asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien
mengalihtangankan permasalahannya itu kepada pihak yang lebih ahli.
3. Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor
terhadap seorang pelanggan, disebut konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh
wawasan, pemahaman dan yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan/atau
permasalahan pihak ketiga
4. Dengan Pejabat Struktural. Pejabat struktural adalah orang-orang yang disertai
tanggug jawab mengelola keseluruhan program pendidikan di institusi pendidikan dalam
berbagai aspeknya, seperti kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi wakil kepala
sekolah bidang pengajaran dan wakil sekolah bidang pembinaan siswa.
5. Kolabrasi dengan psikiater. Berdasarkan situasi kritis, konselor perlu menerima
situasi dan menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri. Situasi-situasi krisis
dapat berupa masalah- masalah percobaan bunuh diri kehamilan dikehendaki,kematian
dan narkoba. Sehingga dibutuhkan yang tidak kolaborasi dengan psikiater melalu
dukungan tinggi dan konseli harus menerima pengobatan yang lebih dalam
6. Kolaborasi dengan Lembaga Kesehatan. Pihak sekolah terutama konselor
melakukan hubungan dengan lembaga kesehatan. Hal itu dilakukan agar siswa - siswi
mengetahui pentingnya menjaga kesehatan serta kebersihan baik lingkungan maupun
pribadi.
7. Kolaborasi dengan Pihak Berwenang (polisi). melakukan kerjasama atau kontak
dengan polisi untuk memberikan penjelasan bahaya yang timbul saat siswa melanggar
peraturan yang berhubungan dengan tindak criminal seperti mencuri,minum-minuman
keras,menggunakan narkoba dil. Selain itu polisi juga bisa memberikan penjelasan
kenakalan remaja yang berada diluar lingkungan yag harus diwaspadai Saat terjadi
2
permasalahan di sekolah yang berkaitan dengan tindak criminal seorang konselor dapat
member tahukan pada polisi.
8. Kolaborasi dengan DEPNAKER Kerjasama dengan pihak DEPNAKER bertujuan
untuk membantu konseli dalam bimbingan karir. Dengan kerjasama ini konselor
mengetahui lowongan-lowongan kerja di berbagai daerah dan mengetahui perkembangan
yang terjadi di lingkungan kerja serta hal-hal yang dibutuhkan untuk membantu siswa
mendapatkan pekerjaan.
Rahayu
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerjasama antara guru
dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru
dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, kemudian
layanan bimbingan di sekolah perlu dukungan atau bantuan guru. Adapun keterkaitan
antar guru mata pelajaran dalam layanan bimbingan dan konseling atau bentuk partisipasi
guru mata pelajaran dalam layanan bimbingan dan konseling oleh Sukardi antara lain:
1. Membantu mensosialisasikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2. Bekerjasama dengan guru pembimbing mengidentifikasi siswa yang memerlukan
bimbingan
3. Mengalihtangankan (referal) siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru
pembimbing.
4. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan dan program
pengayaan)
5. Memberikan esempata pada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru
pembimbing.
6. Berpartisifasi dalam program layanan bimbingan konseling (misalnya dalam
konferensi kasus)
7. Membantu mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian layanan bimbingan konseling.
Salwa
Dari uraian mengenai keterkaitan guru dalam bimbingan konseling dapat diartikan
bahwa guru mata pelajaran memiliki peran yang cukup banyak dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling, kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh guru mata pelajaran dapat
membantu apa yang guru BK yang tidak bisa lakukan karena keterbatasan jam, kapasitas
ilmu maupun intensitas pertemuan dengan siswa. Adapun keterbatasan-keterbatasan serta

3
kelebihan yang dimiliki keduanya menurut guru BK maupun guru mata pelajaran untuk
bekerjasama, berkomunikasi secara aktif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kerjasama antara guru bimbingan konseling dengan guru mata pelajaran dalam mengatasi
kesulitan belajar menurut lestari adalah sebagai berikut :
A. Pengumpulan data
Kegiatan yang dapat dilakukan konselor bersama guru mata pelajaran dalam
mengumpulkan data meliputi :
a) Mendiskusikan data yang perlu dikumpulkan guna kepentingan mengembangkan
karakter siswa.
b) Mendiskusikan alat pengumpul data yang akan digunakan
c) Saling informasi dan memadukan data siswa yang telah terkumpul.
B. Pengolahan data
Kegiatan yang dilakukan konselor dan guru mata pelajaran dalam menjalin
kerjasama guna pengolahan data dan identifikasi meliputi :
Saling menginformasikan dan memadukan data siswa agar dapat digunakan untuk
kepentingan identifikasi dan diagnosis
C. Diagnosis
Kegiatan kerjasama dan guru mata pelajaran dalam menjalin kerjasama guna
diagnosis mengembangkan karakter siswa dapat berupa :
a) Saling menginformasikan data yang diperlukan guna menganalisis karakter siswa.
b) Memadukan hasil temuan keduanya dalam menganalisis karakter siswa dan
membahas kembali untuk menentukan karakteristik dan faktor-faktor penyebab
penyimpangan karakter siswa, serta siswa yang perlu diprioritaskan untuk
mendapat bantuan.
D. Prognosis
Kegiatan yang dapat dilakukan konselor dan guru dalam prognosis adalah: a)
Mendiskusikan kasus siswa dengan pihak lainnya yang diperkirakan terlibat dalam
proses pemberian bantuan seperti wali kelas dan orang tua siswa bahkan ahli lain
seperti dokter, psikolog dan psikiater, b) Mendiskusikan alternatif bantuan yang akan
diberikan. Konselor membantu dalam menentukan alternatif bantuan yang bersifat
teknis, sedangkan guru mata pelajaran yang bersifat materi.
E. Treatment

4
Kegiatan yang dapat dilakukan konselor dengan guru mata pelajaran dalam
treatment adalah : a) Memantau kegiatan siswa selam pelaksanaan bantuan
berlangsusng. b) Konselor dan guru mata pelajaran dapat secara bersama-sama
menyelenggarakan bimbingan kelompok untuk memberikan pemahaman kepada siswa
akan makna dari belajar, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap belajar siswa
terhadap belajar dan mata pelajaran yang diikutinya, menjaring permasalahan yang
diperkirakan penyembangan karakter siswa, membantu siswa untuk memahami dirinya
dan karakter siswa.
F. Evaluasi
Kegiatan yang dapat dilakukan konselor dengan guru dalam evaluasi masalah : a)
Saling menginformasikan hasil pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa yang
telah diberikan bantuan b) Menganalisis bersama hasil yang telah diperoleh. c)
Mendiskusikan kegiatan tindak lanjut yang akan diberikan kepada siswa belum
menunjukkan kemajuan sepenuhnya dan siswa yang telah menunjukkan
keberhasilannya.
Ria
E. Keterampilan Mengembangkan Kerjasama dengan Teman Sejawat dan Anggota
Profesi Lain
Hubungan-hubungan yang harus diketahui guru untuk melaksanakan tugas
profesinya dan guru Indonesia harus menyadari sepenuhnya. Hubungan ini ditekankan
Kode pada kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain sesuai dengan yang
disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.
Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu
profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Disinilah esensi bahwa guru
harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru
dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat.
Adapun guru dapat mengembangkan kerjasama dengan teman profesi sejawat sebagai
berikut:
a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan
proses pendidikan.

c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

5
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.

e. Guru menghormati rekan sejawat. 

f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.

g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan


standar dan kearifan profesional.

h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.

i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat


profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.

j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap
tindakan profesional dengan sejawat.

k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan


keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
pendidikan dan pembelajaran.

l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah


agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan


kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.

n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.

o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar


pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.

q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

6
Rahayu
F. Pengembangan Jejaring (Net Working) Kerjasama Profesional

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi:


a. Konsultasi dengan guru-guru,
b. Melaksanakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
c. Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di
sekolah/madrasah,
d. Bekerjasama dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka
menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan
konseli,
e. Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan
bimbingan dan konseling, dan
f. Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan
pelayana bimbingan dan konseling.

7
8
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bentuk-bentuk kerjasama dengan teman sejawat dan anggota profesi lain antara lain
yaitu studi kasus, ahli tangan kasus, layanan konsultasi, kolaborasi dengan pejabat struktural,
kolaborasi dengan psikiater, kolaborasi dengan lembaga kesehatan, kolaborasi dengan pihak
berwenang (polisi), kolaborasi dengan DEPNAKER. Guru dapat mengembangkan kerjasama
dengan teman profesi sejawat dengan cara memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi,
dan reputasi sekolah, memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan, dll. Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor
yang meliputi Konsultasi dengan guru-guru, Melaksanakan program kerjasama dengan orang
tua atau masyarakat, dll.

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
dari segi penulisan. Kami berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bagi para pembaca
untuk dijadikan sebagai referensi. Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan
tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

HUNAINAH, H. ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING.


Jais, M., Arifin, I. Z., & Effendy, D. I. (2018). Konseling Teman Sebaya untuk Meningkatkan
Lifeskill Remaja. Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan
Psikoterapi Islam, 6(1), 57-75.
Ridwan, R. (2011). PENGEMBANGAN MANAJEMEN JEJARING BIMBINGAN DAN
KONSELING (MJBK) BERBASIS ANALISIS KEBUTUHAN. Educatio, 6(1),
38-52.

10

Anda mungkin juga menyukai