Anda di halaman 1dari 12

PROFESI KONSELOR

KERJA SAMA PROFESIONAL DENGAN TEMAN SEJAWAT DAN ANGGOTA


PROFESI LAIN

Dosen Pengampu: Dr. Halida, M.Pd

Kelompok 5:

Raihal Akbar F1141191033

Wanda Yanuwarni F1141211022

Qhastariwafi Zatalini F1141211035

Andini Putri F1142211010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kita semua kesehatan dan serta rahmatNya yang membuat kita semua dapat berkumpul pada
kesempatan kali ini. Sehingga dengan adanya karunia yang telah diberikan maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin. Dan makalah yang kami buat pun
akhirnya bisa terselesaikan dengan baik walaupun awalnya terdapat sedikit kendala.
Dengan adanya makalah kami ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas salah satu mata
kuliah kami yaitu pada mata kuliah “Profesi Konselor”. Dalam makalah yang sudah kami
susun ini yang dimana membahas tentang “Kerja Sama Profesional Dengan Teman Sejawat
Dan Anggota Profesi Lain”. Dan dari makalah yang sudah kami susun ini kami berharap
semoga pembaca bisa mendapatkan hal baru berupa informasi untuk memperluas
pengetahuan. Dan kami juga berharap dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa
membawa dampak baik bagi kita semua dan semoga bisa bermanfaat. Semoga makalah ini
bisa menjadi suatu bahan ajar yang menarik buat pembaca dan bisa memahami lebih dalam
lagi mengenai Kerja Sama Profesional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi Lain.
Dengan adanya makalah ini kami berharap bisa menambah wawasan bagi pembaca. Dan
kami juga ingin meminta maaf sebelumnya, apabila makalah ini masih banyak
kekurangannya seperti salah dalam penulisan atau isi makalah ini belum cukup lengkap
terkait informasi atau teorinya sehingga menimbulkan rasa ketidakpuasan pada pembaca. Dan
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu dengan
kerendahan hati kami, maka kami siap menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
bagi penulis. Sehingga dengan adanya kritik dan saran tersebut bisa membuat penulis bisa
lebih baik lagi dalam menciptakan sebuah makalah untuk kedepannya. Dan kami juga ingin
mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Pontianak, 7 Maret 2023

Kelompok 5

2|Page
DAFTAR ISI

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sejatinya menanamkan nilai nilai transenden, spiritual dan pentingnya hidup
bermasyarakat dengan ahlak mulia. Pendidikan juga meruupakan asset yang dimiliki
suatu bangsa agar masyarakat dapat memajukan bangsanya di masa depan. Namun, bukan
hanya ilmu pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat saat ini, tetapi masyarakat
membutuhkan etika yang baik untuk menunjang itu semua .Dimasyarakat istilah kata
“etika” yang harfiah berarti “adat kebiasaan”, “watak”, atau “kelakuan manusia”. Etika
berkaitan dengan moral yang berarti cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan
yang baik dan menghindari tindakan yang buruk. Manusia yang memiliki etika yang baik
berarti memiliki karakter yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan kerja sama profesional teman sejawat dan anggota
profesi lain?
2. Apa sajakah yang diterapkan dalam prinsip kerja profesi bimbingan dan konseling?
3. Bagaimanakah sikap terhadap sesama profesi dan peserta didik?
4. Bagaimanakah hubungan dan kerja sama antar profesi?

C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui dan memahami seperti apa kerja sama professional teman
sejawat dan anggota profesi lain.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami apa saja prinsip kerja profesi bimbingan dan
konseling?
3. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana sikap terhadap sesama profesi dan
peserta didik.
4. Agar mengetahui dan memahami bagaimana hubungan dan kerja sama antar profesi.

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerja Sama Profesional Teman Sejawat dan Anggota Profesi Lain


Dalam tulisan yang ditulis oleh Desi Suci Fitriani Dkk (2015) mengatakan bahwa
profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlianatau keterampilan
dari pelakunya. Biasanya sebutan profesi selalu dikaitkandengan pekerjaam atau jabatab
yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat
disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung
arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatanyang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh
sembarang orang, akan tetapimemerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan
pelatihan yang dikembangan. Dan juga dalam sebuah artikel yang di tulis oleh Syarifah
Anis (2013)mengatakan bahwa, profesi adalah kata serapan dari sebuag kata dala
bahsainggris “ Profess” yang bermakna janji untuk memenuhi kewajiban melakukansuatu
tuga khusus secara tetap/permanen. Profesi sebdiri memiliki arti sbuag pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian
khusus.
Seperti yang diungkapkan oleh Burang Ashitamaymu (2015: 9) didalamtulisan Desi
Suci Fitriani Dkk (2015) Konselor adalan seseorang yang karenakewenangan dan
keahlianya memberi bantuan kepada konseli. Dalam konsleingindividual. Konselor
menjadi aktor yang secara aktif mengembangakan proseskonseling untuk mencapai
tujuan konseling sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konseling. Dan dalam proses
konseling, selain menggunakan meiaverbal, konselor juga dapat menggunakan mesia
tulisan, gambar, media elektronik dan media pengembangan tingkah laku lainnya. Semua
itu diurayakan konselor dengan cara-cara yang cermat dan tepat demi terentaskannya
masalah yang dialami oleh konseli.
Dan didalam tulisan Desi Suci Fitriani (2015) Pekerjaan tidak samadengan prosefi.
Istilahyang mudah di mengerti oleh masyarakat awam adalahsebuah profesi sudah pasti
menjadi sebuah pekerjaanm namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.
Profesi memiliki mekanisme serta aturanyang harus dipenuhi sebagai ketentuan
sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal
inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang mengganggap
bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

a. Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling


Bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu (konseli) sebagai bagian
dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga akhli (konselor) agar individu
(konseli) mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai
dengan tuntutan lingkungannya. Berdasar pada pengertian itu, maka dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, seorang konselor perlu
memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam proses perkembangan.
Seseorang dalam menjalankan fungsi bimbingan yaitu sadar dan menerima
tanggung jawab kepada seseorang yng mana dia menghargai hubungan tersebut.

5|Page
Cara optimal dalam membantu individu harus yang berpengalaman, bersikap dan
membantu dalam perkembangannya.
2. Bimbingan dilakukan oleh satu tangan ahli. Miller menegaskan bahwa bimbingan
melayanai individu yang berbeda-beda atau unik, karena itu memerlukan seorang
ahli yang profesional.
3. Bimbingan berdasarkan pengakuan dan penghargaan terhadap hak individu dalam
mengambil keputusan. Masing-masing orang ingin berubah kearah yang lebih
baik dalam tanggung jawabnya pada diri sendiri, masyarakat dan Tuhannya.
4. Bimbingan merupakan pemberian bantuan kepada individu dalam menyediakan
sejumlah pilihan, rencana, keterangan dan pengaturan yang bijaksana. Bimbingan
membantu peserta didik bisa memahami dan menjelaskan posisi dirinya,
rencananya dalam kehidupanya sebagai anggota masyarakat.
5. Bimbingan tidak bersifat memaksa. Bimbingan bergantung pada kemauan dan
motivasi dalam diri atau/ dan kemauan konseli untuk mengubah kearah yang lebih
baik.
6. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang bersifat bertahap kearah
berikutnya yang lebih maju. Mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, bahkan sampai dengan dirinya hidup di tengah-tengah masyarakat.
7. Bimbingan pelajaran yang luas bagi individu dalam kehidupan sosialnya.
8. Bimbingan berfungsi jika semua personel pendidikan seperti konselor, kepala
sekolah, guru, wali kelas, orang tua, dan staf lainnya aktif menjalankan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab dan tingkatan kompetensi mereka.
9. Bimbingan yang disediakan adalah untuk membantu peserta didik untuk
menjalani kenyataan hidupnya yang terbaik. Mencoba memberikan perbaikan
pada peserta didik dalam memahami, menerima diri dan lingkungannya.
10. Bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan yang diberikan secara
indvidual dan sosial. Bimbingan mencoba menjaga dan meningkatkan prestasi
peserta didik dalam pendidikan dan berusaha memelihara peserta didik sebagai
individu yang memiliki keterampilan dan keterikatan sosial.

Menurut (Shertzer & Stone, 1966), prinsip kerja yang paling penting dalam
memberikan bantuan kepada individu adalah 1) Totalitas pelayanan, artinya bantuan
kepada individu dilakukan secara total yaitu tidak setengah-setengah; 2) Menghargai
dan mengormati peserta didik dengan kemuliaan, iklas dan berbuat yang terbaik; 3)
Orientasi kerja hendaknya mengenai perencanaan peserta didik yang akan datang
sebagai sumber kehidupan yang optimal; 4) Keberadaan konselor adalah menjunjung
dan menegakkan perbedaan individu di sekolah secara unik; 5) Wawasan teoretis dan
pengalaman kerja profesional akan memberikan variasi dan ketepatan dalam
menghadapi suatu tuntutan layanan; 6) Konselor perlu kreatif menciptakan kualitas
hubungan kekeluargaan antara dirinya dengan peserta didik, dan antara konselor
dengan staf lainnya; serta 7) Pelayanan personil harus memiliki kualitas tinggi sebagai
upaya mempermudah usaha pencapaian tujuan pendidikan

6|Page
b. Sikap Terhadap Sesama Profesi dan Peserta Didik
Sikap terhadap teman sesama profesi yaitu perlunya saling menghormati, saling,
membantu, saling mengingatkan, saling menegur, saling mendorong sesama konselor.
Menciptakan dan memelihara kekeluargaa, kesetiakawanan, hubungan sesama
konselor akan menumbuhkan perasaan yang harmonis dan perasaan saudara antara
sesama anggota profesi. Dan untuk peserta didik/konseli gurru bimbingan dan
konseling perlu menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan konseli,
mengutamakan kepentingan konseli,
tidak bersikap diskriminasi secara baik kepada semua konseli akan menciptakan
hubungan yang bersifat membantu secara profesiona bersifat membantu secara
profesional.

c. Hubungan dan Kerja Sama antar Profesi


Hubungan dan kerjasama BK, umumnya dalam masalah sekolah. Karena kedua
kata ini sering ditemui. Hubungan berarti terkait akan peran, dan disini kita akan
membahas peranan dan kerjasama personil sekolah dalam pelayanan Bk di Sekolah.
Seperti yang diungkapkan oleh Gusnanda Amalia (2014) :
 Peran Kepala/Wakil Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku penanggung jawabseluruh penyelenggaraan pendidikan
di Sekolah memegang peran strategis dalam mengembangkan layanna bimbingan
dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) dalam Gusnanda
Amalia (2014) memerincikan peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :
1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di
sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling
merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya
pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan
dan konseling.
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah.
5. Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan
kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.
6. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan
kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK. Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh
peranutama kepala sekolah yaitu, sebagai :
1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik).
2) Kepala sekolah sebagai manajer.
3) Kepala sekolah sebagaiadministrator.
4) Kepala sekolah sebagai supervisor.
7|Page
5) Kepala sekolahsebagai leader (pemimpin).
6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja.
7) Kepala sekolah sebagai wirausahawan.

 Peran Guru Pembimbing


Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam
tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak
mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan
menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai
pembimbing, seorang guru harus :
1. Mengumpulkan data tentang siswa
2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
3. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara
individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian
tentang pendidikan anak
4. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa
5. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
6. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
7. Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa
8. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas
bimbingan lainnya
9. Meneliti kemajuan siswa baik disekolah maupun diluar sekolah.

 Peran Guru Mata Pelajaran


Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya
(2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai
pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan
peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis
(2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan
pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah,
mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
8|Page
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih-tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan
khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan Pembimbingan
dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

 Peran Wali Kelas


Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
Wali Kelas berperan:
1. Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya,
2. Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya,
3. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan
dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling,
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti
konferensi kasus; dan
5. Mengalih-tangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor.

 Peran Pengawas BK
Pengawas BK mempunyai peranan yaitu Mengkoordinasikan guru
pembimbing dalam :
1. Memasyarakatkan pelayanan BK kepada segenap warga sekolah (siswa, guru,
dan personil sekolah lainnya), orang tua siswa dan masyarakat.
2. Menyusun program kegiatan BK (program satuan layanan dan kegiatan
pendukung, program mingguan, bulanan, caturwulan, dan tahunan).
9|Page
3. Melaksanakan program BK
4. Mengadministrasikan program kegiatan BK
5. Menilai hasil pelaksanaan program BK
6. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan BK
7. Memberikan tindak lanjut terhadap analisis penilaian BK
8. Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi kepentingan
tenaga, prasarana, dan sarana alat dan perlengkapan pelayanan BK.
 Kerjasama antara Personil Sekolah dan Pelaksana BK
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses belajar pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dari proses bimbingan. Ada beberapa pendapat mengenai hal ini yaitu:
1. Proses belajar menjadi sangat efektif apabila bahan yang dipelajari dikaitkan
langsung dengan tujuan pribadi siswa.
2. Guru memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya lebih peka
terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran
kegiatan kelas
3. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah/kesulitan secara lebih
nyata.

Guru pembimbing mempunyai keterbatasan dalamhal yang berkaitan dengan:

a) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa dalam hal ini karena tenaga
pembimbing masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang
cukup banyak tidak bisa dilakukan secara intensif.
b) Keterlibatan guru pembimbing sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua
bentuk pelayanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi
tertentu. Di lain pihak, guru juga mempunyai beberapa ketentuan menurut
Koestoer Pratowisastro (1982). Keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara
lain:
 Guru tidak mungkin lagi menangani masalah siswa yang bermacam-macam,
karena guru tidak terlatih untuk melakukan semua tugas.
 Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah.

10 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Penulis sangat menyadari kekurangan yang terdapat pada makalah ini, baik dari
penysusnan kata, penggunaan bahasa yang penulis gunaan maupun pembahasan yang
dimuatkan di dalam makalah ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran membangun dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ulfah & Arifudin, O. IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH


DALAM KURIKULUM 2013. Jurnal Tahsinia (Jurnal Karya Umum dan Ilmiah).

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai