KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Profesi Pendidikan Pengajaran yang berjudul Sikap
Professional dan Organisasi Profesi.
Adapun makalah Profesi Pendidikan yang berjudul Sikap Profesional dan
Organisasi Profesi telah diusahakan semaksimal mungkin, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu tidak lupa menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, apabila ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Mohon di maafkan , dan semoga
dengan adanya kekurangan dan keritik dari para pembaca maka kedepannya
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sebelumnya
Dengan demikian semoga dari makalah ini yang berjudul Sikap Profesional
dan Organisasi Profesi dapat berguna bagi pembelajaran dan bisa menambah
wawasan untuk pembaca.
Jakarta, 7 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ... i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....1
1.2 Rumusan Masalah .... 2
1.3 Tujuan.2
1.4 Manfaat ..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Profesi dan Profesional..3-4
2.2. Pengertian Sikap dan Sasaran..4
2.3. Sasaran Sikap Profesional Guru4-14
2.4. Pengembangan Sikap Profesional Keguruan14-15
2.5 Organisasi Profesi Kependidikan..15-21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 22
Daftar Pustaka ....23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana
sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apabila memang ada yang patut diteladani
atau
tidak.
Bagaimana
guru
meningkatkan
pelayanannya,
meningkatkan
Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui sikap dan kinerja profesional guru yang patut
diterapkan saat menjadi guru nantinya.
b.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis
guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya untuk bidang
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
penilaian.
Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai.
Sikap bisa diungkapkan melalui bahasa.
Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami.
Sikap dikomunikasikan kepada orang lain.
Sikap setiap orang bisa sama dan bisa tidak sama.
Sejumlah orang yang mempunyai sikap berbeda pada suatu objek akan berbeda
pula dalam pendapat masing-masing mengenai apakah yang benar atau salah
Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai
seorang tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru
dan UU. No. 14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4).
Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi
masyarakat di sekelilingnya. Berikut dijelaskan tujuh sikap profesional guru (dalam
Ady, 2009).
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir Sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan (PGRI,
1973). Kebijaksanaan pendidikan di Indonesia di pegang oleh pemerintah, dalam hal
ini oleh Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di
bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaanyang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain:
pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara
lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pemerataan
kesempatanbelajar antara laindengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu
pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang
taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan
ke dalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan
pemerintah ini selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program umum pendidikan.
Guru merupakan unsure aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru
mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah
segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun departemen lain
dalam rangka pembinaan pendidikan di Negara kita. Sebagai contoh, peraturan
tentang (berlakunya) kurikulum sekolah tertentu, pembebasan uang sumbangan
pembiayaan pendidikan (SPP), ketentuan tentang penerimaan murid baru,
penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA), dan lain sebagainya.
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuanketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan,
Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar
kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga menunjukan bahwa guru Indonesia
harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia dalam menjalankan tugas
pengabdiannya, sehingga guru Indonesia tidak mendapat pengaruh yang negative
dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan. Dengan
demikian, setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuanketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan
dan peeraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan maupun departemen lain yang berwenang mengatur pendidikan, di
pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pendidikan di Indonesia.
berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung kepada
kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya.
Organisasi PGRI merupakan suatu system, di mana unsur pembentuknya adalah
guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan system. Ada
hubungan timbale balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam
melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.
Organisasi professional harus membina mengawasi para anggotanya. Yang
dimaksud organisasi disini bukan hanya ketua, atau sekretaris, atau beberapa orang
pengurus tertentu saja, tetapi yang dimaksud dengan organisasi disini adalah semua
anggota
dengan
seluruh
pengurus
dan
segala
perangkat
dan
alat-alat
yang
memegang
peranan
fungsional
dalam
melakukantindakan
Guru
secara
pribadi
dan
bersama-sama,
mengembangkan,
dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibkan
kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu meninmgkatkan mutu dan
martabat profesi guru itu sendiri. Siapa lagi, kalau tidak anggota profesi itu sendiri,
yang akan mengangkat martabat suatu profesi serta meningkatkan mutunya.
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya,
pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai
kegiatan akademi lainnya. Jadi, kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas
pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja,
melainkan dapat juga dilakukan setelah yang bersangkutan lulus dari pendidikan
prajabatan ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.
Jika kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi diprakarsai
dan dilakukan oleh pemerintah, maka di waktu mendatang diharapkan organisasi
profesilah yang seharusnya merencanakan dan melaksanakannya, sesuai dengan
fungsi dan peranan organisasi itu sendiri.
Sikap seorang profesi terhadap organisasi profesi harus disadari dan
menjalankan tanggung jawabnya yang sesuai dengan kode etiknya, adapun sikap
seorang profesi terhadap organisasi profesi adalah:
1) Guru menjadi anggota profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
2) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberi
manfaat kepada kepentingan pendidikan.
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi
dan
komunikasi
masyarakat.
4) Guru menjunjung
tinggi
pendidikan
tindakan
dan
untuk
kepentingan
pertimbangan
guru
pribadi
dan
dalam
yang
harmonis perlu
diciptakan
dengan
mewujudkan
perasaan
dengan semua personal sekolah lainnya. Semua personal ini harus dapat
menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah tersebut.
Sikap professional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin
bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung
jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasip sepenanggunganserta
menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri
dengan mengorbankan kepentingan orang lain (Hermawan, 1979). Dalam suatu
pergaulan hidup, bagaimanapun kecilnya jumlah manusia, akan terdapat perbedaanperbedaanpikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak, dan lain sebagainya. Sekalipun
demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancar, tenteram, dan harmonis, jika di
antara mereka tumbuh sikap saling pengertian dan tenggang rasa antara satu
dengan lainnya.
Adalah kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang-kadang bersikap
kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan
keretakan di antara kita. Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau diketahui oleh murid
ataupun orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak
percaya kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendantangkan pengaruh yang negative
kepada anak didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut-larut,
kita perlu saling maaf-memaafkan dan memupuksuasana kekeluargaan yang akrab
antara sesama guru dan aparatur di sekolah.
Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalam hal ini
kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat
bahwa hubungan guru dengan temansejawatnya berlangsung seperti halnya dengan
profesi kedokteran.
Uraian ini dimaksudkan sebagai perbandingan untuk menjadikan bahan
dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai anggota profesi keguruan
dalam hubungan keseluruhan.
4. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami
oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan
pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dibaca dalam UU No. 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta
didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam system amongnya. Tiga kalimat yang
terkenal dari system itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
dan tut wuri handayani. Tiga kalimat ini mempunyai arti bahwa pendidikan harus
dapat memberi contoh, harus dapat memberi pengaruh, dan harus dapat
mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan
peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya.
Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam dalam arti
membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti
bersikap menetukan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya
a. Guru sendiri,
b. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari
Kode Etik yang berbunyi: Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif
mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan
penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat
belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendekatan lainnya yang diperlukan.
Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personil yang
terlibat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa, tidak
menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja
menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yanmg baik dengan orang
tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan
rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil dari
waktu, dimana peserta didik berada di sekolah dan di awasi oleh guru-guru.
Sebagian besar waktujustru digunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di rumah
dan di masyarakat sekitar.
Dalam menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat
mengambil prakarsa, misalnya dengan caramengundang orang tua sewaktu
mengambil rapor, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat
sekitar, mengikutsertakan persatuan orang tua siswa atau BP3 dalam membantu
ataupun meringankan beban permasalahan yang dimiliki oleh sekolah, terutama
menanggulangi kekurangan fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah.
Keharusan guru membina hubungan dengan orang tua dan masyarakat
sekitarnya ini merupakan isi dari butir ke lima Kode Etik Guru Indonesia.
6. Sikap Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun
organisasi yang lebih besar (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan
selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru,
ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai ke pusat.
Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada pembagian
pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai menteri
pendidikan dan kebudayaan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota
organisasi itu di tuntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan
organisasi tersebut. Dapat saja kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut
diberikan berupa tuntutan akan kepatuhannya dalam melaksanakan arahan dan
petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk
usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaiantujuan yang telah di
gariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan
bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus
bekerja sama dalam menyukseskan program yang telah disepakati, baik disekolah
maupan diluar sekolah.
Adapun sikap guru terhadap pemimpinnya antara lain:
1) Membina hubungan kerja sama dengan wali siswa
2) Memberikan informasi kepada wali siswa secara jujur
3) Merahasiakan informasi anak didik kepada orang lain
4) Memotivasi wali siswa
5) Berkomunikasi secara baik dengan wali siswa
6) Menjunjung tinggi hak wali siswa
7) Tidak boleh melakukan hubungan dengan wali siswa untuk memperoleh
keuntungan pribadi
7 .Sikap Terhadap pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat
memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan
dengan peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak semua orang dikarunia sifat
seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia
dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik,
bila dia mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apapun
agar kariernya berhasil baik, ia committed dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan
mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa
yang membutuhkannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus
selalu dapat menysuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan
permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya.
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh
kerenanya, guru selalu dituntut untuk secara terus-menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam
Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun
secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru
sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu
dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah
pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang
profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat
melakukannya secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang
tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya. Secara informal guru dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui media masa seperti
televisi, radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku teks
dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.
meningkatkan sikap
professional keguruan.
2.5 Organisasi Profesi Kependidikan
1. Konsep Dasar, Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Organisasi Profesi
kependidikan
Konsep Dasar
yang
sama
untuk
mencapai
tujuan
bersama.
Sedangkan
Merton
profesi
menyediakan
kendaraan
untuk
anggotanya
dalam
menghadapi tantangan yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah
positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai dengan perubahan sosial.
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu
dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lilma misi
dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan
(1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5)
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organissi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1
mempunyi tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, krir,
melalui
organisasi
terhadap
pemerintah
akan
lebih
terindahkan
dibandingkan individu.
Fungsi Pemersatu
para
profesional
terdorong
oleh
keinginannya
mendapat
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya. Secara
ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi
yang semakin hari semakin kompleks.
2.
ikatan
profesi
sebagai
wadah
untuk
meningkatkan
dan
Performence component
b.
Subject component
c.
Professional component
d.
Process component
e.
Adjustment component
f.
Attidudes component
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur
dan tidak terstruktur.Program terstruktur adalah program yang dibuat dan
dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang
dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan
tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan
tuntutan waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur
ini adalah :
a.
b.
Supervisi
c.
d.
ABKIN adalah organisasi profesi untuk para konselor di Indonesia. Asosiasi ini
didirikan pada tahun 2003 dalam kongres nasional di Lampung seiring upaya
memperkuat konselor sebagai suatu profesi sebagai pengganti Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) yang merupakan organisasi profesi yang menaungi
petugas
bimbingan
dan
konseling
sebelumnya.
ABKIN
memiliki
tujuan
Kesimpulan
sikap Terhadap anak didik, sikap terhadap tempat kerja, sikap terhadap
pemimpin dan sikap terhadap pekerjaan.
3. Pengembangan sikap profesional ada dua tahap yaitu pengembangan sikap
selama pendidikan prajabatan dan pengembangan sikap selama dalam
jabatan.
4. Organisasi profesi dapat diartikan suatu organisasi yang didirikan oleh dua
orang atau lebih yang memiliki profesi yang sama untuk mencapai tujuan
bersama. Tujuan dibentuknya organisasi profesi adalah untuk meningkatkan
dan mengembangkan karier anggota, kemampuan anggota, kewenangan
profesional anggota, martabat anggota agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi, dan kesejahteraan untuk meningkatkan
kesejahteraan lahir batin anggotanya. Sedangkan fungsi
dari organisasi
Republik
Indonesia),
ABKIN
(Asosiasi
Bimbingan
Konseling
DAFTAR PUSTAKA
Aini , Hasniatul.2012.Sikap Profesional Keguruan .( http://hasniaprofesikeguruan.blogspot.com/2012/01/sikap-profesional-keguruan.html, diakses
pada 29 Februari 2016)
Arif Wibawa, Fajri dkk.2015. Sikap Profesional Guru .(
http://fajriarifwibawa.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sikap-profesional-guru.html,
diakses 6 maret 2016 )
Andreas Susilo Eko P. 2012. Organisasi Profesi Guru.
(http://andreassusiloeko.blogspot.com/2012/01/organisasi-profesi-guru.html, diakses
tanggal 06 maret 2016 )