Anda di halaman 1dari 28

SIKAP PROFESIONAL DAN ORGANISASI PROFESI

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan

Dosen Pengampu : Drs. Heru Santosa,M.Pd


Disusun Oleh:
Hanny Imania 34151437699
Noviyanti 34151407..
Titan sulistika 3415141758
Yusnia Eka Putri 34151417..
Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2016

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Profesi Pendidikan Pengajaran yang berjudul Sikap
Professional dan Organisasi Profesi.
Adapun makalah Profesi Pendidikan yang berjudul Sikap Profesional dan
Organisasi Profesi telah diusahakan semaksimal mungkin, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu tidak lupa menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, apabila ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Mohon di maafkan , dan semoga
dengan adanya kekurangan dan keritik dari para pembaca maka kedepannya
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sebelumnya
Dengan demikian semoga dari makalah ini yang berjudul Sikap Profesional
dan Organisasi Profesi dapat berguna bagi pembelajaran dan bisa menambah
wawasan untuk pembaca.
Jakarta, 7 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar ... i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....1
1.2 Rumusan Masalah .... 2
1.3 Tujuan.2
1.4 Manfaat ..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Profesi dan Profesional..3-4
2.2. Pengertian Sikap dan Sasaran..4
2.3. Sasaran Sikap Profesional Guru4-14
2.4. Pengembangan Sikap Profesional Keguruan14-15
2.5 Organisasi Profesi Kependidikan..15-21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 22
Daftar Pustaka ....23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana
sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apabila memang ada yang patut diteladani
atau

tidak.

Bagaimana

guru

meningkatkan

pelayanannya,

meningkatkan

pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan


bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara sera cara bergaul baik dengan
siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, seiring menjadi perhatian
masyarakat luas.
Walaupun segala prilaku guru selalu di perhatikan masyarakat, tetapi akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah kasus prilaku guru yang berhubungan dengan
profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkahlaku guru dalam
memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap
profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan
dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional keguruan terhadap:
1) Peraturan perundang-undangan, 2) Organisasi profesi, 3) Teman sejawat, 4) Anak
didik, 5) Tempat kerja, 6) Pemimpin, dan 7) Pekerjaan.
Dewasa ini banyak sekali guru-guru diberbagai tingkat pendidikan yang masih
jauh dari sikap profesional. Kebanyakan mereka masuk kesuatu tingkat sekolah
tertentu masih mempunyai sikap acuh tak acuh. Diatara mereka hanya berkerja
untuk mengajar saja tanpa memikirkan bagaimana mengajar yang baik,tanpa
memikirkan bagaimana membuat administrasi pendidikan yang baik dan kadangkadang juga hanya sekedar menjalankan tugas. Oleh sebab itu para guru harus
lebih mengetahui bagaimana sikap profesi kependidikan beserta organisasi
profesinya.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian
tertentu. Dalam wadah ini diharapkan akan muncul satu sifat kekeluargaan yang
dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dijumpai dalam praktek profesi

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sasaran sikap professional ?
2. Bagaimana pengembangan sikap professional ?
3. Bagaimana Konsep Dasar, Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Organisasi
Profesional ?
4. Apa saja Jenis-jenis Organisasi Profesional Kependidikan di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sasaran dari sikap professional seorang guru.
2. Untuk mengetahui pengembangan dalam sikap professional seorang guru.
3. Untuk mengetahui konsep dasar, pengertian, tujuan, dan fungsi organisasi
professional
4. Untuk mengetahui Jenis Jenis Organisasi Profesional Kependidikan di
Indonesia
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan teoretis terkait peningkatan
sikap dan kinerja profesional guru serta dapat menjadi sumber dalam pembuatan
makalah-makalah terkait sikap dan kinerja profesional guru.
2. Manfaat Praktis
a.

Bagi mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon guru mendapat pengalaman dalam membuat


makalah serta menambah wawasan terkait sikap dan kinerja profesional
guru.

Mahasiswa dapat mengetahui sikap dan kinerja profesional guru yang patut
diterapkan saat menjadi guru nantinya.

b.

Bagi penulis lain

Makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis
guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya untuk bidang
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Profesi dan Profesional


Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi
yang tinggi. Sedangkan arti kata profesional sendiri berarti (1) bersifat profesi (2)
memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, (3) beroleh
bayaran karena keahliannya itu.
2.2. Pengertian Sikap dan Sasaran
Sikap atau attitude adalah suatu cara berinteraksi suatu perangsang.
Thursthone menjelaskan sikap adalah serajat suatu efek positif/efek negatif yang
dikaitkan dengan suatu objek psikologis. Dijelaskan pula sikap adalah kesiapan
untuk beraksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ada sejumlah
pendapat lain yang mendasar mengenai sikap. Berikut ini adalah garis besar
pandangan-pandangan sikap yang disusun oelh pengamat Eiser (1986, dalam Ross,
1994):
1. Sikap merupakan pengalaman subjektif.
2. Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan.
3. Sikap ialah pengalaman tentang suatu masalah atau objek dari sisi dimensi
4.
5.
6.
7.
8.
9.

penilaian.
Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai.
Sikap bisa diungkapkan melalui bahasa.
Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami.
Sikap dikomunikasikan kepada orang lain.
Sikap setiap orang bisa sama dan bisa tidak sama.
Sejumlah orang yang mempunyai sikap berbeda pada suatu objek akan berbeda
pula dalam pendapat masing-masing mengenai apakah yang benar atau salah

mengenai objek itu.


10. Sikap jelas berhubungan dengan perilaku sosial.
Begitulah, sikap telah didefiniskan dalam berbagai versi oleh para ahli.
Namun, dalam dunia pendidikan sikap diartikan sebagai gerak-gerik seseorang
dalam menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
2.3. Sasaran Sikap Profesional Guru

Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai
seorang tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru
dan UU. No. 14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4).
Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi
masyarakat di sekelilingnya. Berikut dijelaskan tujuh sikap profesional guru (dalam
Ady, 2009).
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir Sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan (PGRI,
1973). Kebijaksanaan pendidikan di Indonesia di pegang oleh pemerintah, dalam hal
ini oleh Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di
bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaanyang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain:
pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara
lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pemerataan
kesempatanbelajar antara laindengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu
pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang
taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan
ke dalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan
pemerintah ini selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program umum pendidikan.

Guru merupakan unsure aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru
mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah
segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun departemen lain
dalam rangka pembinaan pendidikan di Negara kita. Sebagai contoh, peraturan
tentang (berlakunya) kurikulum sekolah tertentu, pembebasan uang sumbangan
pembiayaan pendidikan (SPP), ketentuan tentang penerimaan murid baru,
penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA), dan lain sebagainya.
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuanketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan,
Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar
kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga menunjukan bahwa guru Indonesia
harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia dalam menjalankan tugas
pengabdiannya, sehingga guru Indonesia tidak mendapat pengaruh yang negative
dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan. Dengan
demikian, setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuanketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan
dan peeraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan maupun departemen lain yang berwenang mengatur pendidikan, di
pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pendidikan di Indonesia.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada
kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana
pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih

berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung kepada
kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya.
Organisasi PGRI merupakan suatu system, di mana unsur pembentuknya adalah
guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan system. Ada
hubungan timbale balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam
melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.
Organisasi professional harus membina mengawasi para anggotanya. Yang
dimaksud organisasi disini bukan hanya ketua, atau sekretaris, atau beberapa orang
pengurus tertentu saja, tetapi yang dimaksud dengan organisasi disini adalah semua
anggota

dengan

seluruh

pengurus

dan

segala

perangkat

dan

alat-alat

perlengkapannya. Kewajiban membina organisasi profesi merupakan kewajiban


semua anggota bersama pengurusnya. Oleh sebab itu, semua anggota dan
pengurus organisasi profesi, karena pejabat-pejabat dalam organisasi merupakan
wakil-wakil formal dari keseluruhan anggota organisasi, maka merekalah yang
melaksanakan tindakan formal berdasarkan wewenang yang telah didelegasikan
kepadanya oleh seluruh anggota organisasi itu. Dalam kenyataannya, para pejabat
itulah

yang

memegang

peranan

fungsional

dalam

melakukantindakan

pembinaansikap organisasi, merekalah yang mengkomunikasikan segala sesuatu


mengenai sikap profesi kepada para anggotanya. Dan mereka pula yang mengambil
tindakan apabila diperlukan.
Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan
pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para
anggota ini dikoordinnasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga
pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. Dengan perkataan lain setiap anggota
profesi, baik ia sebagai pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi guna
memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka
mewujudkan cita-cita organisasi.
Dalam dasar keenam dari Kode Etik ini dengan gambling juga di tuliskan,
bahwa

Guru

secara

pribadi

dan

bersama-sama,

mengembangkan,

dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibkan

kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu meninmgkatkan mutu dan
martabat profesi guru itu sendiri. Siapa lagi, kalau tidak anggota profesi itu sendiri,
yang akan mengangkat martabat suatu profesi serta meningkatkan mutunya.
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya,
pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai
kegiatan akademi lainnya. Jadi, kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas
pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja,
melainkan dapat juga dilakukan setelah yang bersangkutan lulus dari pendidikan
prajabatan ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.
Jika kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi diprakarsai
dan dilakukan oleh pemerintah, maka di waktu mendatang diharapkan organisasi
profesilah yang seharusnya merencanakan dan melaksanakannya, sesuai dengan
fungsi dan peranan organisasi itu sendiri.
Sikap seorang profesi terhadap organisasi profesi harus disadari dan
menjalankan tanggung jawabnya yang sesuai dengan kode etiknya, adapun sikap
seorang profesi terhadap organisasi profesi adalah:
1) Guru menjadi anggota profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
2) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberi
manfaat kepada kepentingan pendidikan.
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi

dan

komunikasi

masyarakat.
4) Guru menjunjung

tinggi

pendidikan
tindakan

dan

untuk

kepentingan

pertimbangan

guru

pribadi

dan
dalam

menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas


konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggung jawab, inisiatif individual dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
7) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat


Dalam ayat 7 Kode Etik guru disebutkan bahwa Guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti bahwa:
1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya,
2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini kode etik guru menunjukkan kepada kita betapa pentingnya
hubungan

yang

harmonis perlu

diciptakan

dengan

mewujudkan

perasaan

bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan sesama


anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan
kekeluargaan.
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka
melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan kekeluargaan ialah hubungan
persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun maupun
dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan
anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Seperti diketahui, dalam lingkungan sekolah terdapat seorang kepala sekolah
dan beberapa guru ditambah dengan beberapa orang personel sekolah lainnya
sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah membawa
misinya akan banyak bergantung kepada semua manusia yang terlibat didalamnya.
Agar setiap personel sekolah dapat pungsi sebagaimana mestinys, mutlak adanya
hubungan yang baik dan harmonis di antara sesame personel yaitu hubungan baik
di antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan kepala sekolah

dengan semua personal sekolah lainnya. Semua personal ini harus dapat
menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah tersebut.
Sikap professional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin
bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung
jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasip sepenanggunganserta
menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri
dengan mengorbankan kepentingan orang lain (Hermawan, 1979). Dalam suatu
pergaulan hidup, bagaimanapun kecilnya jumlah manusia, akan terdapat perbedaanperbedaanpikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak, dan lain sebagainya. Sekalipun
demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancar, tenteram, dan harmonis, jika di
antara mereka tumbuh sikap saling pengertian dan tenggang rasa antara satu
dengan lainnya.
Adalah kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang-kadang bersikap
kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan
keretakan di antara kita. Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau diketahui oleh murid
ataupun orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak
percaya kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendantangkan pengaruh yang negative
kepada anak didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut-larut,
kita perlu saling maaf-memaafkan dan memupuksuasana kekeluargaan yang akrab
antara sesama guru dan aparatur di sekolah.

b. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan


Kalau kita ambil contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang
diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang
menyatakan bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai
saudara kandung. Dengan ucapan ini para dokter manganggap profesi mereka
sebagai suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan dimuliakan.

Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalam hal ini
kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat
bahwa hubungan guru dengan temansejawatnya berlangsung seperti halnya dengan
profesi kedokteran.
Uraian ini dimaksudkan sebagai perbandingan untuk menjadikan bahan
dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai anggota profesi keguruan
dalam hubungan keseluruhan.
4. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami
oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan
pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dibaca dalam UU No. 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta
didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam system amongnya. Tiga kalimat yang
terkenal dari system itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
dan tut wuri handayani. Tiga kalimat ini mempunyai arti bahwa pendidikan harus
dapat memberi contoh, harus dapat memberi pengaruh, dan harus dapat
mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan
peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya.
Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam dalam arti
membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti
bersikap menetukan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya

menurut kehendak sang pendidik. Oleh karenanya, seorang tenaga profesi


menyikapinya, agar tercapai tujuan tersebut. Adapun sikap seorang profesi terhadap
anak didik adalah:
1) Berperilaku secara profesional
2) Membimbing peserta didik
3) Mengetahui karakteristik anak didik
4) Menghimpun informasi tentang anak didik
5) Menjalin hubungan dengan anak didik
6) Mencegah gangguan yang mempengaruhi perkembangan anak didik
7) Mencurahkan usaha profesinalnya untuk membantu anak didik
8) Menjunjung tinggi harga diri anak didikya
9) Memandang adil semua tindakan anak didiknya
10)Menjunjung tinggi kebutuhan dan hak anak didiknya
11) Terpanggil hati nurani dan moralnya untuk perkembangan anak didik
12)Membuat usaha yang rasional untuk melindungi anak didik
13)Tidak boleh membuka rahasia anak didik
14)Tidak boleh menggunakan hubungan kepada anak didik yang melanggar norma
15)Tidak boleh menggunakan hubungan dengan anak didik untuk memperoleh
keuntungan pribadi
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai
kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupan rohani, tidak hanya berilmu tinggi
tetapi juga bermoral tinggi pula. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya
mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani,
sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini
dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang
mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupannya sebagai insane
dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus
patuh kepada kehendak dan kemauan guru.
5. Sikap Terhadap Tempat Kerja
Sudah menjadi pengtahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja
akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap
guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam
lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerjayang baik ini ada dua hal yang
harus diperhatikan, yaitu:

a. Guru sendiri,
b. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari
Kode Etik yang berbunyi: Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif
mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan
penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat
belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendekatan lainnya yang diperlukan.
Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personil yang
terlibat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa, tidak
menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja
menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yanmg baik dengan orang
tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan
rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil dari
waktu, dimana peserta didik berada di sekolah dan di awasi oleh guru-guru.
Sebagian besar waktujustru digunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di rumah
dan di masyarakat sekitar.
Dalam menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat
mengambil prakarsa, misalnya dengan caramengundang orang tua sewaktu
mengambil rapor, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat
sekitar, mengikutsertakan persatuan orang tua siswa atau BP3 dalam membantu
ataupun meringankan beban permasalahan yang dimiliki oleh sekolah, terutama
menanggulangi kekurangan fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah.
Keharusan guru membina hubungan dengan orang tua dan masyarakat
sekitarnya ini merupakan isi dari butir ke lima Kode Etik Guru Indonesia.
6. Sikap Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun
organisasi yang lebih besar (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan

selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru,
ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai ke pusat.
Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada pembagian
pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai menteri
pendidikan dan kebudayaan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota
organisasi itu di tuntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan
organisasi tersebut. Dapat saja kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut
diberikan berupa tuntutan akan kepatuhannya dalam melaksanakan arahan dan
petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk
usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaiantujuan yang telah di
gariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan
bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus
bekerja sama dalam menyukseskan program yang telah disepakati, baik disekolah
maupan diluar sekolah.
Adapun sikap guru terhadap pemimpinnya antara lain:
1) Membina hubungan kerja sama dengan wali siswa
2) Memberikan informasi kepada wali siswa secara jujur
3) Merahasiakan informasi anak didik kepada orang lain
4) Memotivasi wali siswa
5) Berkomunikasi secara baik dengan wali siswa
6) Menjunjung tinggi hak wali siswa
7) Tidak boleh melakukan hubungan dengan wali siswa untuk memperoleh
keuntungan pribadi
7 .Sikap Terhadap pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat
memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan
dengan peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak semua orang dikarunia sifat

seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia
dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik,
bila dia mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apapun
agar kariernya berhasil baik, ia committed dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan
mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa
yang membutuhkannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus
selalu dapat menysuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan
permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya.
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh
kerenanya, guru selalu dituntut untuk secara terus-menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam
Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun
secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru
sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu
dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah
pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang
profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat
melakukannya secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang
tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya. Secara informal guru dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui media masa seperti
televisi, radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku teks
dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.

2.4. Pengembangan Sikap Profesional Keguruan


Seperti telah diungkapkan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik
mutu professional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap
profesionalnya. Ini berarti bahwa ketujuh sasaran penyikap yang telah dibicarakan
harus selalu dipupuk dan dikembangkan. Pengembangan sikap professional ini
dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajbatan maupun setelah bertugas
(dalam jabatan).
1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.
Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan
bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaiman guru bersikap
terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus
dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru.
Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu,
keterampilan dan bahkan sikap professional dirancang dan dilaksanakan selama
calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap
tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by-product) dari pengetahuan yang
diperoleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil
sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena belajar matematika
selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang
telah ditentukan. Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat di berikan
dengan membarikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang
direncanakan, sebagaimana halnya mempelajari Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) yang memberikan kepada seluruh siswa sejak dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2. Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan

Pengembangan sikap professional tidak berhenti apabila calon guru selesai


mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka peningkatan sikap professional keguruan dalam masa pengabdiannya
sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara
formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan
ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media masa televisi, radio, koran,
dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga

meningkatkan sikap

professional keguruan.
2.5 Organisasi Profesi Kependidikan
1. Konsep Dasar, Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Organisasi Profesi
kependidikan

Konsep Dasar

Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak


mengalami diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan dengan terjadinya
diferensiasi dan diversifikasi profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam
UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6) bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan,
Beberapa organisasi profesi kependidikan di indonesia, disamping PGRI, yang
sudah rilatif berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI). Organisasi ini beranggotakan para sarjana pendidikan dari berbagai bidang
pendidikan, yang didalamnya mempunyai sejumlah himpunan sejenis seperti
Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi, Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan
sebagainya. Organisasi lain yang sudah lebih berkembang ialah Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI).

Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda intenasionalisasi profesi, ada


yang disebutindonesian society for special needs education (ISSE) dan Indonesian
society for adapted Physical Education (ISAPE). Kedua organisasi ini menaruh
perhatian pada pendidikan kebutuhan khusus, terutama bagi kelompok yang
mengalami gangguan dalam perkembangan baik secara fisik, mental, maupun
sosial.
Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah
memberi manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan
kemampuan profesional, melindungi anggota dalam melaksanakan layanan
profesional, dan melindungi masyarakat dari kemungkinan melapraktek dari layanan
profesional. (santori, djaman, 6.22: 2009)
Pengertian W.J.S. Poerwadarminta (dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia)
organisasi yaitu susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang dsb) sehingga
merupakan kesatuan yang teratur. Selanjutnya menurut James D. Mooney,
organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama. Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja
sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari berbagai pengertian di atas
dapat kita simpulkan bahwa organisasi merupakan suatu perserikatan manusia
antara dua orang atau lebih yang didalamnya terdapat susunan dan aturan serta
sistem aktivitas kerja untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya yaitu mengenai profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan
yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian. Adapun karakteristik dari profesi antara lain adalah
mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai
suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu), dilaksanakan sebagai sumber
utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi profesi
merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang memiliki
profesi

yang

sama

untuk

mencapai

tujuan

bersama.

Sedangkan

Merton

mendefinisikan bahwa organisasi profesi adalah organisasi dari praktisi yang

menilai/mempertimbangkan seseorang atau yang lain mempunyai kompetensi


professional dan mempunyai ikatan bersama untuk menyelenggarakan fungsi sosial
yang mana tidak dapat dilaksanakan secara terpisah sebagai individu.
Organisasi profesi mempunyai 2 perhatian utama yaitu, kebutuhan hukum untuk
melindungi masyarakat dari anggota profesi yang tidak dipersiapkan dengan baik
dan kurangnya standar dalam bidang profesi yang dijalani.
Organisasi

profesi

menyediakan

kendaraan

untuk

anggotanya

dalam

menghadapi tantangan yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah
positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai dengan perubahan sosial.

Ciri-Ciri Organisasi Profesi

Secara umum, ciri-ciri organisasi profesi adalah:


1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi
2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggan dan kehormatan
3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.
4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan
5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif
6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan

Tujuan Organisasi Profesi

Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu
dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lilma misi
dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan
(1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5)
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organissi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1
mempunyi tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, krir,

wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam


masyarakat.Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada
lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan dan/atau
mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga
kependidikan yang profesional.
1.

Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan

upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan


yang diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang
pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain
(lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi berperan sebagai
fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah
kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan
memotifasi anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang
diembannya.
2.

Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota,

merupkan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan


kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan memiliki
mkekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.
3.

Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional

anggota, merupakan upaya para profsional untuk menmpatkan anggota suatu


profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi keendidikan bertujuan
untuk megembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya melaluai
pendidikan atau latihan terprogram.
4.

Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota,

merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar


dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik
melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang tidak
mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.
5.

Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraa, merupakan

upaya organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir


batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati
urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak kiprah

organisasi profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi


anggota

melalui

organisasi

terhadap

pemerintah

akan

lebih

terindahkan

dibandingkan individu.

Fungsi Organisasi Profesi

Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota


profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini.
1.

Fungsi Pemersatu

Yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu


organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial,
politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Motif intrinsik dan
ekstrinsik.Intrinsik,

para

profesional

terdorong

oleh

keinginannya

mendapat

kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya. Secara
ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi
yang semakin hari semakin kompleks.

2.

Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional

Fungsi kedua dari organisasi kependidikan adalah meningkatkan kemampuan


professional pengemban profesi kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1, pasal 61 yang berbunyi: Tenaga kependidikan dapat
membentuk

ikatan

profesi

sebagai

wadah

untuk

meningkatkan

dan

mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan


kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam UUSPN tahun 1989, pasal 31 ;
ayat 4 dinyatakan bahwa :Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha dapat
mengembangkan kemampuan profesionalnya

sesuai dengan perkembangan

tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Kompetensi

merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan kependidikan.Menurut


Johnson kompetensi dibangun oleh 6 perangkat kompetensi berikut ini.
a.

Performence component

b.

Subject component

c.

Professional component

d.

Process component

e.

Adjustment component

f.

Attidudes component

Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur
dan tidak terstruktur.Program terstruktur adalah program yang dibuat dan
dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang
dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan
tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan
tuntutan waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur
ini adalah :
a.

Penataran tingkat nasional

b.

Supervisi

c.

Pembinaan dan pengembangan sejawat

d.

Pembinaan dan pengembangan individual


2. Jenis-jenis Organisasi Profesional Kependidikan di Indonesia

1) PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)


PGRI sebuah organisasi kependidikan yang lahir tanggal 25 november 1945
hanya berselang 3 bulan setelah kemerdekaan indonesia di proklamasikan. PGRI
bersifat unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat bekerja, kedudukan,
suku, jenis kelamin, agama, dan asal usul, independent, yang berdasarkan pada
prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan kemitrasejajaran dengan
berbagai pihak. Nonpartai politik, bukan partai politik, tidak terkait dan mengikat diri
pada kekuatan organisasi/partai politik manapun.
2) ABKIN (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia)

ABKIN adalah organisasi profesi untuk para konselor di Indonesia. Asosiasi ini
didirikan pada tahun 2003 dalam kongres nasional di Lampung seiring upaya
memperkuat konselor sebagai suatu profesi sebagai pengganti Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) yang merupakan organisasi profesi yang menaungi
petugas

bimbingan

dan

konseling

sebelumnya.

ABKIN

memiliki

tujuan

menyukseskan pembangunan nasional, khususnya dibidang pendidikan dengan


jalan memberikan sumbangan pemikiran dan menunjang pelaksanaan program yang
menjadi garis kebijakan pemerintah.
3) ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia)
ISPI didirikan pada tanggal 17 mei 1960 yang berkedudukan di Jakarta. ISPI
memiliki tujuan untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada pembangunan
pendidikan nasional secara profesional agar lebih terarah.
4) ISMaPI (Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia)
ISMaPI merupakan organisasi profesi yang independen tampil sebagai pioner
dan fasilitator dalam upaya peningkatan dan pengembangan manajemen pendidikan
di Indonesia melalui pengembangan disiplin,profesi,dan praktek manajemen
pendidikan. ISMaPI lahir untuk melanjutkan cita-cita Himpunan Sarjana Administrasi
Pendidikan Indonesia (HISAPIN) dalam menghimpun para ahli profesional dan
praktisi di bidang menajemen pendidikan.
BAB III
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan

Berdasarkan makalah Berdasarkan kajian yang membahas tentang Sikap


Profesional Keguruan dan Organisasi Profesi dapat di simpulkan bahwa
1. Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan
pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi keguruan.
2. Sasaran sikap profesional guru yaitu sikap pada peraturan perundangundangan, sikap terhadap organisasi profesi, sikap terhadap teman sejawat,

sikap Terhadap anak didik, sikap terhadap tempat kerja, sikap terhadap
pemimpin dan sikap terhadap pekerjaan.
3. Pengembangan sikap profesional ada dua tahap yaitu pengembangan sikap
selama pendidikan prajabatan dan pengembangan sikap selama dalam
jabatan.
4. Organisasi profesi dapat diartikan suatu organisasi yang didirikan oleh dua
orang atau lebih yang memiliki profesi yang sama untuk mencapai tujuan
bersama. Tujuan dibentuknya organisasi profesi adalah untuk meningkatkan
dan mengembangkan karier anggota, kemampuan anggota, kewenangan
profesional anggota, martabat anggota agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi, dan kesejahteraan untuk meningkatkan
kesejahteraan lahir batin anggotanya. Sedangkan fungsi

dari organisasi

profesi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya


menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan
kemampuan profesional profesi ini.
5.

Jenis Jenis organisasi profesi di Indonesia meliputi PGRI (Persatuan


Guru

Republik

Indonesia),

ABKIN

(Asosiasi

Bimbingan

Konseling

Indonesia), ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia) ,ISMaPI (Ikatan


Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Aini , Hasniatul.2012.Sikap Profesional Keguruan .( http://hasniaprofesikeguruan.blogspot.com/2012/01/sikap-profesional-keguruan.html, diakses
pada 29 Februari 2016)
Arif Wibawa, Fajri dkk.2015. Sikap Profesional Guru .(
http://fajriarifwibawa.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sikap-profesional-guru.html,
diakses 6 maret 2016 )
Andreas Susilo Eko P. 2012. Organisasi Profesi Guru.
(http://andreassusiloeko.blogspot.com/2012/01/organisasi-profesi-guru.html, diakses
tanggal 06 maret 2016 )

Hadi, Sopwan. 2010. Makalah Profesi Keguruan.


(http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-organisasi-keguruan.html,
diakses tanggal 06 maret 2016 )
Pakpahan, Hendra .2006. Profesi Kependidikan Organisasi Dan Sikap Profesi
Kependidikan. (http://kumpulanskripdanmakalah.blogspot.co.id/2016/03/makalahprofesi-kependidikan-organisasi.html , diakses 06 maret 2016 )

Anda mungkin juga menyukai