Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Untuk memenuhi mata kuliah sumber belajar

Yang Dibina oleh Bapak Dr.Amat Nyoto ,M.Pd.

Oleh :

KELOMPOK 3

Andri Saikul I. 209513421200

Firda Radyan H. 209513420418

Pipit Agung P. 209513421199

Oktamitra Trio H. 209513420417

Vindiarta Jaka H. 209513421930

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Nopember 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya dan tidak menemui kendala yang berarti.
Dalam penyusunan makalah ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan
perhatian serta dukungan dari semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah Sumber Belajar PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR .
Maka dari itu, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr.Amat Nyoto
,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Sumber Belajar.
Akhirnya tiada gading yang tak retak, saya menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk yang
membacanya.

Malang, Nopember 2011

Penyusun
LATAR BELAKANG

Keberadaan perpustakaan sekolah di lingkungan sekolah masih kurang


mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan
pada lembagapendidikan, khususnya pada tingkat Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Dasar. Dari 175.268 unit sekolah diseluruh Indonesia, baru 12.620
sekolah yang memiliki perpustakaan. Untuk SD baru 5 % yang mempunyai
perpustakaan sekolah, SMP sekitar 42% dan SMU sekitar 68% (Suara Merdeka,
Rabu 9 Juni 2004).
Kondisi ini menyiratkan bahwa perhatian penentu kebijakan di lingkungan
sekolah belum memprioritaskan perpustakaan sekolah sebagai program sekolah yang
perlu diperhatikan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Sementara itu dalam
kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai penunjang
kegiatan belajar siswa dan guru.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan menutut guru untuk lebih aktif dalam
mengembangkan pembelajaran khususnya dalam mengembangkan indikator
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk itu pada setiap satuan unit
sekolah perlu didukung adanya perpustakaan yang mampu berfungsi dengan baik.
Secara sederhana pengertian perpustakaan adalah salah satu bentuk
organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku
dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan
masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Menurut
Wiryokusumo (dalam Darmono,
2004) dengan memanfaatkan perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi untuk
memecahkan berbagai masalah, sumber untuk menentukan kebijakan tertentu, serta
berbagai hal yang sangat penting untuk keperluan belajar.
Jika ditilik dari pengertian tersebut, hakikat perpustakaan adalah pusat
sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan dapat pula
diartikan sebagai tempat kumpulan buku-buku atau tempat buku dihimpun dan
diorganisasikan sebagai media belajar siswa. Wafford (dalam Darmono, 2004)
menterjemahkan perpustakaan sebagai salah satu organisasi sumber belajar yang
menyimpan, mengelola, dan memberikan
layanan bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu
maupun masyarakat umum.
Lebih luas lagi pengertian perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang
berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi
bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber
informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan. Jika dikaitkan
dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah memberikan
sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.
Banyak batasan atau pengertian tentang perpustakaan yang disampaikan oleh para
pakar di bidang perpustakaan.

Anda dapat mempelajari beberapa pengertian perpustakaan seperti di bawah


ini :

Menurut kamus The Oxford English Dictionary,kata library atau


perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti
sebagai suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai
sebagai bahan rujukan.
Pengertian perpustakaan ini pada abad ke-19 berkembang menjadi suatu
gedung,ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara
dengan baik,dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan memperoleh
penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung yang berisi koleksi buku
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah
perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian pusat
media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat
dokumenstasi dan pusat rujukan .
Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang tercantum dalam Keputusan
Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa perpustakaan merupakan salah satu
sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi
sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional.

Perkataan pustaka lebih luas maknanya dari perkataan buku. Bahan pustaka dapat
berupa naskah, gambar, kaset, film, slide, rontal, dan sebagainya.
Secara sederhana Mujani A. Nurhasi dalam bukunya Sejarah Perpustakaan
Dan Perkembangannya Di Indonesia memberikan pengertian sebagai berikut :
Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan,
menyimpan, dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara
sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinyu sebagai sumber
informasi.
Dari pengetian tersebut, terlihat adanya lima unsure pokok yang terkandung
dalam pengertian perpustakaan, yaitu
a. Tempat mengumpulkan, menyimpan, dan memelihara koleksi bahan pustaka
b. Koleksi bahan pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara
tertentu
c. Bahan pustaka digunakan secara kontinyu oleh para pemakai
d. Meruakan sumber informasi
e. Merupakan suatu unit kerja
Dengan pengertian yang kita pakai tentang perpustakaan. Jadi bukan
sembarang waktu kita sebut dengan perpustakaan, pun juga tidak sembarang tempat
pengumpulan buku kita sebut perpustakaan, melainkan harus ada ketentuan system
penyusunan yang mempunyai tujuan tertentu.
Didalam perustakaan selalu ada :
a. Buku- buku yang diatur dalam golongannya
b. Tempat atau rumah yang khusus untuk menyiapkannya
c. Pegawai yang memelihara serta ada anggota-anggota yang meminjam buku-
buku tersebut

A. FUNGSI-FUNGSI PERPUSTAKAAN MENURUT JENISNYA.

Perpustakaan Nasional RI, menurut Keputusan Presiden nomor 11 tahun


1989,pasal 3 ,menyelenggarakan fungsi :

a. .membantu Presiden dalam rangka merumuskan kebijaksanaan mengenai


pengmbangan,pembinaan dan pendayagunaan perpustakaan.

b. melaksanakan pengembangan tenaga perpustakaan dan kerjadsama antara


badan/lembaga termsuk perpustakaan didalam maupun diluar negeri

c. melaksanakan pembinaan atas semua ejnis perpustakaan di instansi/lembaga


pemerintah maupun swasta yang ada dipusat ataupun didaerah

d. melaksanakan pengumpulan,penyimpanan, dan pengolahan bahan pustaka dari


dalam dan luar negeri

e. melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan danpelestarian bahan pustaka

f. melaksanakan penyusunan naskah bibliografi nasional dan katalog induk


nasional

g. malaksanakan penyusunan bahan rujukan berupa


indeks,bibliografi,subyek,abstrak dan penyususnan perangkat lumak
bibiliografi.

h. melaksanakan jasa koleksi rujukan dan naskah

j. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Presiden


1. Fungsi Perpustakaan Daerah
Disamping,Perpustakaan Daerah yang merupakan suatu organaisasi dilingkungan
Perpustakaan Nasional RI yang berada di daerah , menurut Keputusan Kepala
Perpustakaan Nasional RI nomor 001/Org/9/1990, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perpustakaan Nasional RI, mempunyai fungsi :

a. mempersiapkan bahan perumusan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan


perustakaan di daerah.
b. melaksanakan pembinaan dan pengembangan pada semua jenis perpustakaan di
daerah
c. melaksanakan pengeumpulan, penyimpanan, dan pengolahan bahan pustaka
d. melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka
e. melaksanakan penyususnan dan penerbitan bibliobgrafi daerah dan katalog induk
daerah
f. melaksanakan penyususnan bahan rujukan berupa indeks,bibliografi,subyek,
abstrak dan direktori
g. melaksanakan jasa informasi dan rujukan (referensi)
h. melaksanakan kerja sama antar perpustakaan di daerah
i. melaksanakan koordinasi dan evaluasi kegiatan perpustakaan di daerah
j. melaksanakan urusan ketatausahaan

2. Fungsi Perpustakaan Umum dan Keliling


Perpustakaan Umum baik yang berada di Daerah Tingkat II (Ibukota
Kabupaten/Kotamadya), di ibukota kecamatan maupun yang berada di desa, menurut
Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 1988 dan Instruksi Menteri Dalam
Negeri nomor 21 tahun 1988, mempunyai fungsi :

a. menghimpun dan mengolah bahan pustaka dan informasi


b. memelihara danmelestarikan bahan pustaka dan informasi
c. mengatur dan mendayagunakan bahan pustaka dan informsi, sebagai pusat
kegiatan belajar, pelayanan informasi, penelitian dan menumbuhkan minat dan
kebiasaan membaca bagi seluruh lapisan masyarakat
Perpustakaan Keliling berfungsi sebagai perpustakaan umum yang melayani
kebutuhan informasi masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan
umum. Pada hakikatnya fungsi Perpustakaan Keliling sama dengan Perpustakaan
Umum . Perpustakaan Keliling merupakan kepanjangan layanan Peprustakaan
Umum.

3. Fungsi Perpustakaan Sekolah


Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidiknan dan Kebudayaan
nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai :

a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti


tercantum dalam kurikulum sekolah
b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan
kreativitas dan imajinasinya.
c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang
(buku-buku hiburan)
Semua fungsi tersebut akan tergambar dalam koleksi pepustakaan bersangkutan

Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat


langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah
merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana
bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya turut menentukan keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran. melalui perpustakaan siswa dapat mendidik
dirinya secara berkesinambungan.
Secara umum perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaanya
dengan pertimbangan bahwa:
a. perpustakaan merupakan sumber belajar,
b. merupakan salah satu komponen sistem instruksional,
c. sumber untuk menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran,
d. sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan siswa dapat
mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis,
berpikir dan berkomunikasi.

Jika dikaitkan dengan pengertian sumber belajar, maka perpustakaan


merupakan salah satu dari berbagai macam sumber belajar yang tersedia di
lingkungan sekolah. Mengacu pada definisi sumber belajar yang diberikan oleh
Association for Education Communication Technology (AECT) maka pengertian
sumber belajar adalah berbagai sumber baik itu berupa data, orang atau wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik yang digunbakan secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai
tujuan belajarnya.
Ditinjau dari segi pendayagunaan, AECT membedakan sumber belajar
menjadi dua
macam yaitu:
a. sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber belajar
yang dirancang tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide, film, video
dan sebagainya yang memang dirancang untuk membantu mencapai tujuan
pembelajaran tertentu,
b. sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak sengaja dibuat untuk
membantu mencapai tujuan pembelajaran. Jenis ini banyak terdapat
disekeliling kita dan jika suatu saat kita membutuhkan, maka kita tinggal
memanfaatkannya. Contoh sumber belajar jenis ini adalah tokoh masyarakat,
toko, pasar, museum.
Mengacu pada definisi AECT tentang sumber belajar, maka sumber belajar
jenis pertama yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat untuk membantu pencapaian
tujuan belajar perlu disimpan untuk didayagunakan secara maksimal. Penyimpanan
berbagai sumber belajar tadi ditempatkan dan diorganisasikan di perpustakaan.
Dengan demikian maka perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan
di lingkungan berbagai lembaga, termasuk sekolah guna membantu tercapainya setiap
upaya pembelajaran..

B. Kelembagaan Perpustakaan Sekolah


Sebenarnya yang paling hakiki dari perpustakaan adalah bagaimana
menciptakan kondisi di sekolah melalui perpustakaan agar dapat membantu warga
sekolah dalam proses belajar mengajar. Lebih jauh diharapkan perpustakaan sekolah
dapat menciptakan atmosfir sekolah yang kondousif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Melalui perpustakaan sekolah dapat mendorong tumbuhnya
daya kreasi dan imajinasi anak melalui berbagai bacaan yang tersedia di
perpustakaan. Untuk bisa menciptakan kondisi tersebut kelembagaaan perpustakaan
sekolah haruslah dapat mendukung peran dan tugas yang harus
diembanggnya.
Secara umum kelembagaan perpustakaan sekolah masih mengalami
kendala yang disebabkan berbagai faktor sebagai berikut:
1. Belum dipikirkannya posisi pepustakaan sekolah sebagai unit yang strategis
dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
2. Minimnya dana operasional pengelolaan dan pembinaan perpustakaan
sekolah,
3. Terbatasnya sumber daya manusia, dan bahkan amat terbatasnya sumber
daya manusia yang mampu mengelola perpustakaan serta
mengembangkannnya sebagai sumber belajara bagi siswa dan guru,
4. Lemahnya koleksi perpustakaan sekolah. Pada umumnya perpustakaan
sekolah terdiri dari buku pelajaran yang merupakan droping dari
pemerintah,
5. Minat baca siswa yang masih belum menggembirakan, walaupun
pemerintah telah mencanangkan berbagai program seperti bulan buku
nasional, hari aksara, wakaf buku dan sebagainya,
6. Kepedulian penentu kebijakan terhadap perpustakaan masih kurang, bahkan
keberadaan perpustakaan hanya sebagai pelengkap,
7. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk dalam hal
ini adalah ruang perpustakaan sekolah.
8. Belum adanya jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dengan
kurikulum,
9. Kegiatan belajar mengajar belum memanfaatkan perpustakaan secara
maksimal dalam arti guru tidak terlalu sering memberikan tugas-tugas
kepada siswa yang terkait dengan pemanfaatan perpustakaan sekolah.

Untuk mengatasi masalah tersebut perpustakaan memang perlu mendapat


perhatian. Sekolah perlu melakukan berbagai upaya agar perpustakaan dapat berjalan
paling tidak sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Standar yang telah
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional memang perlu dijadikan acuan.
Namun itu semua perlu disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Ada beberapa cara mengatasi atau boleh dikatakan menyiasati dari kondisi
yang kurang mendukung. Misalnya masalah ruangan perpustakaan dan tenaga
pengelola. Dengan segala keterbatasanya, banyak sekolah yang telah memiliki
fasilitas ruang perpustakaan, namun juga banyak sekolah yang belum memiliki
ruangan perpustakaan.
Untuk mengatasi masalah belum adanya ruang perpustakaan, koleksi di
pindahkan ke kelas yang mencerminkan kebutuhan kelas dan dibawah pengawasan
wali kelas. Pada kondisi ini diperlukan kedisiplinan administrasi agar buku dapat
dikontrol setiap saat. Siapa yang meminjam dan kapan harus kembali. Konsep
perpustakaan kelas sudah diterapkan di beberapa sekolah yang tidak memiliki
ruangan perpustakaan.
Masalah dana misalnya, dapat diatasi dengan mengadakan kerjasama dengan
Komite Sekolah. Pengalaman kami ketika melakukan pembinaan perpustakaan
sekolah dasar di Malang Jawa Timur, hal tersebut kami terapkan. Kita perlu
mengadakan pendekatan dengan Komite Sekolah dan menyampaikan program-
program sekolah termasuk didalamnya adalah program pengembangan perpustakaan.
Perpustakaan perlu mendapat dukungan dana tetap dari Komite Sekolah
sehingga koleksinya dapat ditambah setiap periode tertentu. Tanpa ada penyegaran
koleksi perpustakaan menjadi kering dan kurang menarik minat siswa untuk datang
dan memanfaatkannya.
Beberapa pakar bidang perpustakaan mengatakan mendirikan perpustaakaan
itu mudah, tetapi untuk menjaga kelangsungnya diperlukan kerja serius dengan
program yang jelas dan terarah. Karena dalam pelaksanannya banyak tantangan dan
itu harus diatasi agar perpustakaan terus dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

B. Strategi Pengembangan Perpustakaan Sekolah


Melihat fungsi perpustakaan yang demikian penting dan melihat kenyatan
bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah belum berjalan dengan baik, untuk itu
diperlukan srategi pengembangan perpustakaan sekolah dengan baik. Tentunya
pengembangan perpustakaan sekolah harus berangkat dari inisiatif sekolah itu sendiri.

Adapun pengembangan perpustakaan sekolah meliputi hal-hal sebagai


berikut:
1. Status organisasi, perlu ada pemantapam status organisasi atau kelembagaan
perpustakaan sekolah,
2. Pembiayaan, perlu adanya anggaran yang memadahi yang dapat digunakan untuk
operasional perpustakaan sekolah,
3. Gedung dan atau ruang perpustakaan, perlu ada ruangan yang representatif
sehingga keberadaan perpustakaan sekolah mampu menunjang kegiatan KBM di
sekolah,
4. Koleksi bahan pustaka, koleksi bahan pustaka perlu disesuaikan dengan kebutuhan
minimun sekolah yang mengacu pada kurikulum dan kegiatan ekstra kurikuler si
sekolah.
5. Peralatan dan perlengkapan, perlu disesuiakn dengan kebutuhan perpustakaan
sekolah sehingga perpustakaan dapat berjalan dengan baik
6. Tenaga perpustakaan, mempunyai kualifikasi yang memadahi untuk pengelolaan
perpustakaan sekolah.
7. Layanan perpustakaan, disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jika mungkin ada
layanan diluar jam-jam belajar siswa, sehingga siswa dapat memanfaaatkan
perpustakaan dengan baik.
8. Promosi, erlu dilakukan dengan berbagai cara agar perpustakaan menarik bagi
siswa.

C. Peluang Pengembangan Perpustakaan Sekolah

Dari berbagai jenis perpustakaan memang perpustakaan sekolah paling


banyak mendapat sorotan, karena dinilai oleh banyak pihak masih perlu mendapat
perhatian. Hal senada pernah dinyatakan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI
bahwa perpustakaan sekolah perlu mendapat perhatian dari pihak yang berkompeten,
karena secara umum keberadaanya belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Sebenarnya peluang untuk lebih memberdayakan perpustakaan telah terbuka.

Beberapa kondisi yang saat ini dapat mendukung pengembangan perpustakaan


sekolah telah ada seperti:
1. Adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
merupakan dasar pijkakan kita dan memungkinkan semua lembaga pendidikan
formal didukung oleh sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan),
2. Adanya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Pemberlakuan kurikulum Tahun 2006 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KTASP) yang menuntut guru untuk mengembangkan indikator pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Untuk iu sekolah perlu didukung
dengan perpustakaan secara memadai.
4. Adanya metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Dalam metode ini
siswa dituntut untuk mengembangkan, dan memperdalam sendiri materi yang
telah disampaikan oleh guru. Dalam kondisi ini maka peran perpustakaan
sangat besar untuk membantu siswa dalam memperkaya kasanah
pengetahuannya,
5. Adanya kebijakan permerintah untuk menggalakkan minat baca dengan mengambil
even-even tertentu seperti tanggal 2 Mei sebagai hari Pendidikan Nasional dan
sekaligus sebagai even bulan buku, tanggal 14 September sebagai hari Aksara
Internasional, momentum ini sekaligus dimanfaatkan sebagai bulan gemar
membacadan hari kunjung perpustakaan, 28 Oktober sebagai hari Sumpah
Pemuda dan sekaligus bulan bahasa. Kegiatan tersebut secara langsung maupun
tidak langsung terkait dengan perpustakaan, Momen ini sangat baik untuk
kegiatan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan serta pengembangan minat
baca siswa,
6. Kebijakan pemerintah/pemerintah daerah untuk memberikan subsidi buku baik
buku pelajaran maupun buku bacaan kepada setiap sekolah,
7. Tumbuhnya berbagai partisipasi masyarakat yang berkaitan dengan minat baca,
perbukuan, dan perpustakaan, seperti Gerakan Waqaf Buku, Kelompok
Masyarakat Pecinta Buku (KMPB), Klub Perpustakaan, dan Kelompok Pecinta
Bacaan Anak.
Jika perpustakaan sekolah akan difungsikan sebagai penunjang proses belajar
siswa, maka perlu ada upaya untuk lebih mendayagunakan perpustakaan tersebut.
cara untuk lebih memberdayakan keberadaan perpustakaan di lingkungan
sekolah:
1. perlu upaya untuk menciptakan penguatan kelembagaan terhadap perpustakaan
sekolah,
2. perlunya diciptakan pengajaran yang terkait dengan pemanfaatan fasilitas yang
tersedia di perpustakaan,
3. perlu upaya melibatkan guru dalam pemilihan koleksi perpustakaan yang akan
dibeli, sehingga guru tahu koleksi yang demiliki perpustakaan,
4. promosi dan pemasyarakatan perpustakaan dengan mengambil even-even khusus
seperti pada hari peringatan nasional,
5. perlu diupayakan adanya jam belajar di perpustakaan, sehingga siswa terbiasa
memanfaatkan perpustakaan,
6. perlunya pemberian rangsangan kepada siswa agar termotivasi untuk
memanfaatkan perpustakaan, misalnya penghargaan terhadap siswa yang
meminjam buku paling banyak dalam kurun waktu tertentu.

D. Perpustakaan Yang Ideal


Perpustakaan sekolah yang baik memang bersifat relatif, namun demikian
bukan berarti kriteria tersebut tidak bisa dirumuskan sama sekali. Sifat relatif ini
disebabkan oleh kondisi dari sekolah yang sangat beragam. Ada sekolah yang
mempunyai sarana yang lengkap sedangkan pada sisi lain masih ada sekolah yang
sarana pendukungnya kurang lengkap.

Beberapa kriteria dari "perpustakaan sekolah yang ideal" yang dapat


berfungsi sebagai sumber belajar siswa secara memadai.
1. adanya status kelembagaan yang kuat dari perpustakaan,
2. struktur oraganisasi perpustakaan jelas dan berjalan dengan baik,
3. memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, bersih, dan
penyinaranya cukup,
4. memiliki tempat baca yang memadai,
5. miliki perabot perpustakaan secara memadai,
6. partisipasi pemakainya (siswa dan guru) baik dan aktif,
7. jenis koleksinya mencerminkan komposisi yang baik antara buku teks dengan buku
fiksi, yaitu 40% untuk buku teks, 30% buku-buku pengayaan, dan 30% buku fiksi
serta judul buku yang dimiliki bervariasi,
8. koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekolah,
9. memiliki tenaga pengelola dengan kompetensi yang memadai,
10. pengorganisasian koleksinya teratur,
11. didukung dengan teknologi informasi dan komunkasi
12. administrasi perpustakaanya tertib yang meliputi administrasi keanggotaan,
administrasi inventaris buku dan perabot, peminjaman, penyusutan, penambahan
buku, statistik peminjaman,
13. memiliki sarana penelusuran informasi yang baik
14. memiliki peraturan perpustakaan,
15. memiliki program pengembangan secara jelas dan terarah,
16. memiliki program keberaksaraan informasi (literasi infomasi)
17. memiliki program pengembangan minat membaca dikalangan siswa,
18. memiliki program mitra perpustakaan,
19. melakukan kegiatan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan,
20. kegiatan perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan belajar,
21. memiliki anggaran perpustakaan secara tetap,
22. adanya kerjasama dengan sekolah lain,
23. pelayanannya menyenangkan,
24. ada jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dalam kurikulum..
Parameter di atas tentunya tidak bisa diterapkan disemua sekolah, karena
masingmasing sekolah kondisinya tidak sama. Dengan parameter tersebut pihak
sekolah dapat mengembangkan perpustakaan sekolah secara ideal.
Fungsi/ peranan perpustakaan di Perguruan tinggi yang baik adalah
sebagai berikut :
a. Menyediakan buku-buku, majalah, dan bahan-bahan lain oleh para mahasiswa
untuk perkuliahannya
b. Menyediakan bahan-bahan penunjang dalam pengajaran dan penelitian oleh staf
mengajar untuk mata kuliah yang diajarkannya. Kalau erlu meminjamkan ke
perpustakaan lain jika perpustakaan sendiri tidak memilikinya
c. Menyediakan bahan bacaan seperti : buku dan majalah, tidak saja dipakai dalam
kelas atau teks, tetapi juga bahan-bahan lain yang jelas sifatnya serta bahan-
bahan untuk mengembangkan hobby dn bahan-bahan hiburan
d. Memenuhi keperluan yang lebih khusus yang disediakan oleh kekhususan suatu
perguruan tinggi, bahan-bahan yang akan diperlukan oleh mahasiswa dalam
praktik keguruan, penelitian, kebudayaan daerah, dimana perguruan tinggi itu
berada, serta buku-buku petunjuk dimana bahan-bahan itu bias didapat.
e. Membantu mahasiswa berkenalan dengan kesusastraan anak, alat-alat pandang (
audio, visual ) serta memberikan pengarahan dalam pengembangan suatu
perpustakaan sekolah
f. Membantu para mahasiswa untuk keperluan sehari-hari akan informasi tentang
daerah, statistic dan alamat-alamat serta tempat bahan-bahan yang akan
diperlukan dalam praktik yang tersedia di perustakaan-perpustakaan lain di
daerahnya
g. Bertindak sebagai penghubung mahasiswa dengan perpustakaan lain
h. Menyediakan kesempatan untuk mahasiswa dalam meltih menggunakan buku-
buku dari perpustakaan sebagai modal pertama bagi mereka akan melaksanakan
tugas disekolah-sekolah lainnya
i. Membuat buku pedoman perpustakaan, daftar-daftar penambahan buku, daftar
bacaan untuk matakuliah tertentu dengan mengadakan pameran koleksi
perpustakaan, baik di dalam maupun di luar kampus, suaya khalayak mengetahui
bahan-bahan yang tersedia di perpustakaan yang dapat dipergunakan dalam
proses belajar mengajar.
Jenis Koleksi Perpustakaan Dalam Pusat Sumber Belajar
Koleksi perpustakaan disusun berdasarkan fungsi, subjek, atau berdasarkan
kombinasi keduanya. Pembagian koleksi berdasarkan fungsi, membuat ruangan-
ruangan perpustakaan dibagi atas daerah-daerah dengan tujuan pelayanan, yakni
sebagai berikut

1. Ruang sirkulasi
Bila anda memasuki sebuah lobi perpustakaan hal yang pertama terlihat
adalah meja sirkulasi. Disini akan mencetak buku-buku yang akan dibawa pulang
dengan memperlihatkan kartu pengenal. Prosedur peminjaman diatur dalam buku
pedoman perpustakaan pada masing-masing lembaga. Pedoman ini menjelaskan
jam buka perpustakaan, lama peminjaman buku yang di izinkan, tata tertib
peminjaman, dan lain lain. Di ruang ini juga cabinet catalog yang berisi kartu-
kartu yang berfungsi sebagai indeks semua buku yang terdapat diperpustakaan
tersebut.

2. Ruang reserve
Ruang reserve ini berisi buku-buku dan bahan-bahan untuk mata
pelajaran/mata kuliah tertentu yang diminta oleh para guru/dosen agar disediakan
untuk keperluan siswa/ mahasiswa. System reserve ini diciptakan untuk melayani
kebutuhan dimana seorang guru/dosen mungkin menugaskan siswa/mahasiswa
yang jumlahnya mungkin ratusan orang membaca sebuah artikel atau bab
tertentu dari sebuah buku.
Karena jumlah siswa/ mahasiswa banyak membutuhkannya maka
perpustakaan pasti tidak mampu memberi buku sejumlah siswa/ mahasiswa yang
membutuhkan untuk membaca artikel atau bab yang dimaksud. Mahasiswa yang
bersangkutan pergi ke ruang reserve meminta buku tersebut. Menanda tangani
pinjamannya untuk satu atau dua jam membaca disana. Dengan cara begini
semua mahasiswa mendapat kesematan yang sama untuk menyelesaikan tugas-
tugas bacanya.
Beberapa perpustakaan mengizinkan buku-buku reserve tersebut dipinjam
untuk satu malam, selama akhir minggu, atau selama dalam perpustakaan
ditutup. Peminjaman cara begini dilakukan pada hari ketika perpustakaan itu
dibuka kembali. Keterlambatan pengembalian akan dikenakan denda yang berat.

3. Ruang referensi
Buku-buke referensi yang terdapat di ruang referensi adalah bahan sumber-
sumber untuk fakta-fakta tertentu. Apa yang terjadi di London tahun 1963 ?
berapakah berat atom dari lithium ? berapa jumlah orang buta huruf di amerika ?
siapa pemenang hadiah nobel tahun 1972 ? apakah kata-kata anda dapatdipakai
dalam penulisan ilmiah ?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan terdapat dalam buku-buke referensi
: ensiklopedia, buku pegangan, kamus, atlas, indeks, statistic, abstrak, biografi,
dan lain-lain. Karena buku-buku ini biasanya mahal, dan dibutuhkan oleh banyak
orang maka buku0buku ini tidak boleh dipinjam keluar perpustakaan walaupun
dalam waktu yang singkat.
Beberapa buku referensi malah merupakan indeks dari bahan-bahan lain, seperti
indeks tesis, indeks skripsi, indeks artikel majalah , indeks-indeks hasil penelitian
dan sebagainya.

4. Ruang majalah
Perpustakaan perpustakaan kecil sering menyimpan majalah, surat kabar,
dan pamphlet di ruang referensi. Akan tetapi pada perpustakaan-perpustakaan
besar menyimpan majalah-majalah, surat kabar, dan penerbitan berkala lainnya
merupakan tempat yang ideal untuk melihat-lihat bahan bacaan, membaca untuk
kesenangan, dan membaca studi.
5. Ruang AVA
Di ruangan ini disediakan bahan-bahan audio visual, diman terdapat
berbagai mesin untuk mendengar dan melihat/ menonton. Di beberapa
perpustakaan terdapat pula pusat-pusat bahan AVA di mana mahasiswa dapat
bekerja untuk menyelesaikan suatu proyek atau tugas pengajaran.
Pembagian koleksi berdasarkan subjek. Beberaa perpustakaan memunyai
buku dan bahan non buku dalam jumlah yang sangat besar, sehinga rumit
menempatkannya pada suatu ruangan/daerah. Cara pemecahannya adalah dengan
membagi bahan-bahan tersebut atas bagian ilmu pengetahuan seperti pembagian
universitas/istitut ke fakultas-fakultas. Suatu pembagian yang tipikal adalah
membagi ruangan-ruangan perpustakaan, ilmu-ilmu social, sains dan
engineering, bisnis dan industry. Ruangan ruangan lainnya mungkin bahan-
bahan dokumen, surat kabar dan sebagainya.
Dengan pembagian ini setiap pembagian merupakan sebuah perpustakaan
terpisah/tersendiri-sendiri, berisi semua buku di dalam perpustakaan yang
disusun menurut fungsinya. Buku-buku ini disusun berdasarkanklasifikasi
persepuluhan Dewey atau UDC atau Library of Congres.

E. Pengembangan Kebiasaan Membaca melalui Perpustakaan Sekolah


Untuk mengembangkan perpustakaan sebagai sumber belajar perlu
diciptakaan atmosfir sekolah yang menunjang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan
adalah adanya pengembangan program kebiasaan membaca untuk menumbuhkan
minat membaca siswa. Diharapkan penyediaan sarana untuk peningkatan kegemaran
membaca siswa akan berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan
membaca. Keterampilan membaca dan dan kegemaran membaca memiliki hubungan
yang saling mendukung.
Upaya-upaya peningkatan minta membaca perlu dilakukan baik oleh guru
dengan tujuan agar siswa mempunyai kemauan untuk melakukan kegiatan membaca
sesering mungkin di luar kelas. Pada lingkungan sekolah perpustakaan mempunyai
peran yang sangat strategis dalam hal penyediaan fasilitas untuk meningktkan minat
baca siswa. Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh
seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan
berkembang dengan cara dibentuk.
Dalam kaitan ini dapat kita simak teori rangsangan dan dorongan. Dorongan
adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada
pencapaian suatu tujuan. Dorongan yang dimaksud adalah motivasi tidak hanya untuk
perilaku tertentu saja, melainkan perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan
dasar yang diinginkan seseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari
dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar. Memperhatikan asal dari
dorongan untuk berperilaku, dapat diprediksikan bahwa minat dan kegemaran
membaca itu timbul dalam diri anak maupun dari orang-orang lain di lingkungan
sekitar.
Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program peningkatan minat dan
kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur berikut ini:
a. anak didik pada semua jenjang SD, SLTP, SLTA,
b. guru sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah,
c. sekolah dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang pengkondisian
tumbuhnya minat dan kegemaran membaca,
d. orang tua di rumah,
e. lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah,
f. lembaga-lembaga masyarakat yang berminat terhadap pengembangan minat dan
kegemaran membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca,
g. pemerintah melalui berbagai program yang dikembangkan, seperti adanya kegiatan
bulan buku nasional pada setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional pada setiap
bulan September, hari kunjung perpustakaan yang jatuh pada bulanSeptember,
kegiatan tersebut bisa dikaitkan dengan pembinaan minat dankegemaran
membaca.
Motivasi yang berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal,
sedangkan dorongan dari pihak lainnya bersifat eksternal. Dengan kata lain bila akan
merumuskan strategi peningkatan minat dan kegemaran membaca anak didik maka
dua model strategi tersebut patut dipertimbangkan, yaitu model strategi yang
didasarkan pada motivasi internal dan model yang digerakkan oleh motivasi
eksternal.
Sekurang-kurangnya terdapat tiga dimensi pengembangan minat dan
kegemaran membaca yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Dimensi edukatif pedagogik


Dimensi ini menekankan tindak-tindak motivasional apa yang dilakukan para
guru di kelas, untuk semua bidang studi yang akhirnya para siswa tertarik dan
memiliki minat terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Paradigma
pengajaran saat ini adalah berpusat pada anak didik, maka pengembangan minat baca
hendaknya dimulai dari aktivitas belajar sehari-hari di kelas.

2. Dimensi sosio kultural


Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca siswa dapat digalakkan
berdasarkan hubungan-hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota
masyarakat. Misalnya dalam masyarakat paternalistik, orang tua atau pemimpin
selalu menjadi panutan. Dalam hal ini jika yang dijadikan panutan memiliki minat
baca maka dapat diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi
tersebut, artinya anak akan memiliki sikap dan kegemaran membaca.

3. Dimensi perkembangan psikologis


Anak usia sekolah pada jenjang SD/SMP/SMU merupakan usia anak
praremaja. Tahap pertengahan masa anak-anak didominasi dengan fungsi
pengamatan, fungsi rasa ingin tahu yang cukup kuat. Pada masa ini perlu
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran
membaca siswa. Pengamatan membaca yang jitu biasanya melalui ilustrasi gambar.
Penalaran intelektual mudah dirangsang melalui diskripsi yang dikotomis,
argumentasi yang menggugah.
Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan
kesadaran membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan
tersedianya bahan bacaan yang memadai baik dalam segi jumlah maupun dalam
kualitas bacaan. Pada aspek lain minat baca senantiasa perlu dikembangkan. Di
lingkungan anak usia sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan
dengan prinsip jenjang dan pikat.
Prinsip pertama perlu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk mulai
menyenangi kegiatan membaca. Prinsip kedua perlu ada upaya untuk
mengkondisikan perlunya penyediaan meteri bacaan yang sesuai dengan
perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak, yang senantiasa terus
mendorong anak untuk maju menuju pada kegiatan membaca yang berkualitas.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegemaran
membaca siswa melalui perpustakaan adalah:
a. Menyediakan bahan bacaan yang diminati siswa, yang sesuai dengan keragaman
tingkat perkembangan anak.
b. Menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa
melalui penataan yang bagus, dengan pelayanan yang ramah,
c. Membuat promosi dan kegiatan pengembangan minat dan kegemaran membaca
dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah,
d. Memberikan tugas tambahan kepada siswa di luar kelas. Pemberian tugas
tambahan ini tentunya berkaitan dengan terbatasnya jam pelajaran di dalam kelas.
Oleh sebab itu guru sebaiknya senantiasa mendorong siswa untuk lebih banyak
membaca di luar jamjam sekolah (di rumah). Tugas membaca dapat dipantau
dengan membuat laporan, resensi buku, atau membuat laporan garis besar isi buku
yang telah dibacanya (sinopsis) dengan memanfaatkan bacaan yang tersedia di
perpustakaan,
e. Tersedianya waktu bagi siswa untuk berkunjung ke perpustakaan baik secara
perseorangan maupun klasikal yang sekaligus merupakan jam belajar di
perpustakaan.
f. Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar
G. KESIMPULAN
Dari uraian yang serba ringkas tersebut dapat ditarik benang merah bahwa
dalam lingkungan sekolah, kegiatan belajar perlu didukung oleh sarana yang
memadai, salah satunya adalah perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber
belajar siswa. Sebagai sumber belajar perpustakaan sekolah mengemban beberapa
fungsi yang amat fital.
Fungsi perpustakaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik apabila
didukung oleh beberapa hal seperti pengembangan koleksi yang sesuai, organisasi
dan penguatan kelembagaan perpustakaan, pelayanan, penyediaan sarana dan
prasarana, serta program promosi dan pengembangan perpustakaan. Keberadaan
perpustakaan sekolah perlu ditangani secara baik dan memadai. Untuk itu diperlukan
kemauan dari berbagai pihak untuk mengembangkannya yaitu penentu kebijakan
pada tingkat departemen, tingkat daerah, tingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan
pengelola perpustakaan).
DAFTAR PUSTAKA
Budisetyo Prianggono dkk. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Bahan pelatihan
kepala
SMU se Indonesia di Malang, 1996.
Darmono, 2002. Menjadi pintar: memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai
sumber belajar. Malang: UM Press
Darmono, 2004. Manajemen dan tata kerja perpustakaan sekolah. Cetakan ke-2.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Djazali, H. Achmad. 1994. Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Sekolah.
Suara
Guru . no. 2.
Hasan, Fuad. 1995. Perpustakaan Sekolah. Kompas. Selasa, 21 Agustus.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Jean, Lowrie. 1961. Elementary School Libraries. Scarecrow, New York.
Kompas. Mei 2002. Hanya Satu Persen SD Negeri Miliki Perpustakaan
Mbulu, Yoseph. 1992. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Dalam Kegiatan Belajar-
Mengajar. Majalah Pendidikan. (XIX), 27.
Nasution, A.S. 1978. Perpustakaan Sekolah. Petunjuk untuk Membina dan
Memelihara Perpustakaan Sekolah. Pusat Pembinaan Perpustakaan. Depdikbud,
Jakarta.
Pack, Peter J; Pack F. Marian. 1988. Coledges, Learning and Libraries: the Future
.
London: Clive Bingley
Ryan, Hadi K. dan Martha, Erick A. 1993. Koleksi Lengkap Menghidupkan
Perpustakaan Sekolah. Surabaya Post. Minggu , 3 Oktober.
Sitepu. 1994. Satuan Tugas Koordinasi Pembinaan Perpustakaan Sekolah. Masa
Depan
(XI) 4.
Suara Merdeka, Rabu 9 Juni 2004

Anda mungkin juga menyukai