Di susun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
Tugas ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Kuantitatif. Selain itu, Tugas ini ditujukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
kami penulis dan pembaca. Penyusunan tugas ini kami laksanakan secara maksimal tak luput
dari bantuan beberapa pihak. Karena itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
terkait yang telah membantu penyelesaian makalah ini antara lain:
Dengan tersusunya makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Awang S. Wicaksono, M.Psi., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
2. Ima Fitri Sholichah, S.Psi., M.A. selaku Kepala Prodi Studi Psikologi Universitas
Muhammadiyah Gresik, serta Dosen Pengampu Mata Kuliah Metode Penelitian
Kuantitatif.
3. Rekan-rekan seangkatan yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penulisan maupun isi didalamnya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai belah pihak agar pada
pembelajaran selanjutnya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, kami berharap dengan adanya penulisan tugas
ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta bermanfaat bagi semua orang Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
2.3 Siswa..........................................................................................................................11
2.4 Remaja.......................................................................................................................12
2.7 Hipotesis....................................................................................................................15
ii
3.1 Tipe Penelitian...........................................................................................................16
3.4.1 Populasi..............................................................................................................18
Daftar Pustaka......................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHLUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, pacaran merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi trend
atau budaya di kalangan remaja. Pacaran adalah teman tetap dengan lawan jenis dan memiliki
hubungan berdasarkan cinta. Pacaran sering terjadi pada remaja atau mereka yang belum
menikah. Sehingga seiring berkembangnya zaman pacaran dijadikan sebagai trend. Pada
masa remaja inilah yang menjadi fase pubertas dimana antara laki - laki dan perempuan
mengalami kematangan seksual sehingga memiliki ketertarikan antar lawan jenis.
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas dimana masa itu berada pada sekitar
umur (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, pada masa ini terjadi transisi dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah remaja banyak yang ingin mencoba hal
baru atau biasa disebut sedang mencari jati diri. Remaja banyak melakukan hal-hal yang
menyimpang norma seperti bergaul dengan teman yang prilakunya kurang memperhatikan
nilai moral, mengkonsumsi rokok, minuman keras atau obat-obatan terlarang, Pacaran, dan
melakukan sexs bebas. Padahal pada masa ini sangat baik untuk mengembangkan potensi
dimiliki seperti minat, bakat dan kemampuan.
Pergaulan pada remaja sekarang sudah menjadi sorotan di era sekarang, banyak
remaja yang sudah terbawah arus modernisasi sehingga moral dan keimanannya menipis.
Terutama pada aktivitas berpacaran di kalangan remaja. Fenomena ini sudah sangat umum
dan sering kita jumpai, terutama di lingkungan sekolah. Hampir sebagian besar remaja,
terutama siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana pun itu telah dan pernah
berpacaran. Perilaku ini merupakan salah satu dari penyimpangan pada remaja. Banyak
remaja yang berpacaran dan melakukan sexs bebas diluar pernikahan, sehingga menyebabkan
hamil di luar nikah. Hal tersebut harus di cegah sejak dini, pencegahan tersebut dapat
dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanamkan perilaku yang bermoral dan beriman
sehingga dapat menjadikan remaja yang berprestasi dan bebas dari perilaku menyimpang.
Terdapat definisi mengenai perilaku pacaran yang dikemukakan oleh beberapa tokoh.
Menurut Santrock (2003) mengatakan bahwa memilih dan menentukan pasangan untuk
dinikahi disebut dengan kencan. Hubungan pacaran yang dilakukan oleh remaja memiliki arti
penting bagi remaja yang berpacaran. Manfaat secara umum seseorang berpacaran adalah
1
menikmati kebersamaan bersama orang lain (Santrock, 2003). Berpacaran juga dapat melatih
keterbukaan, umpan balik dan menyelesaikan konflik. Hurlock (1980) juga mengatakan
bahwa dengan berpacaran maka remaja akan mempunyai keterampilan sosial yang baik,
sikap baik hati dan menyenangkan.
Terdapat sisi positif dan negatif dari perilaku pacaran yang dilakukan oleh para
remaja. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nisa (2008 ) mengatakan bahwa
“Berpacaran dapat memberikan kontribusi positif bagi remaja yang berpacaran. Hasil positif
yang didapatkan oleh remaja yang berpacaran adalah ketika mereka dihadapkan oleh suatu
konflik, maka jalan untuk menyelesaikan konflik adalah dengan pengendalian diri di antara
mereka. Pengendalian diri tersebut di antaranya yaitu kesabaran dan berpikir positif”.
2
kewajibannya sebagai siswa. Mereka terlalu fokus untuk berpacaran sehingga mengabaikan
tugas dan menjadikan prestasi belajarnya menurun.
Dari penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
"Pengaruh Perilaku Pacaran terhadap Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI di SMA
X"
1. Prestasi belajar yang dilihat dari nilai rapot siswa dimana prestasi dipengaruhi oleh
salah satu faktor internal, yaitu motivasi belajar pada siswa. Motivasi belajar siswa di
SMA X ditinjau dari perilaku pacaran pada siswa kelas XI.
2. Aspek perilaku pacaran yang ingin diteliti yaitu dengan mengumpulkan data
mengenai aktifitas berpacaran yang terjadi di kalangan siswa dan siswi kelas XI di
SMA X dan menganalisis hubungan timbal balik yang berdampak terhadap prestasi
belajar siswa tersebut di sekolah.
3. Subjek dan tempat pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA X.
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa
pengetahuan dan wawasan terutama mengenai pengaruh perilaku pacaran terhadap
prestasi belajar pada siswa Kelas Xl di SMA . Selain itu, dapat dijadikan bahan kajian
dan pengembangan lebih lanjut untuk penelitian berikutnya.
B. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Manfaat Hasil Penelitian ini untuk membantu guru pembimbing dalam
meningkatkan layanan bimbingan dan konseling terhusus bimbingan pribadi yaitu
membimbing siswa menjalin hubungan yang sewajarnya dengan lawan jenis dan
membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan pengetahuan bagaimana
membimbing anaknya yang masih remaja saat berpacaran agar dapat
meningkatkan prestasi belajar disekolahnya tanpa mempengaruhi hubungan
pacarannya.
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan reverensi untuk memahami dengan baik
dampak positif dan dampak negatif yang diakibatkan dari berpacaran yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan dapat dijadikan sebagai masukan dan
pengetahuan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Definisi Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut
Djamarah (2002), “Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individual maupun kelompok”. Menurut Hamdani (2010) bahwa “ Prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan diciptakan, baik secara individual maupun
kelompok”. Selanjutnya mengatakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai oleh seseorang”.
Sudjana (2008) mengatakan belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan
kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu, jadi belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu
dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek
pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
Sedangkan menurut Slameto (2010) mengatakan Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Nitko dan Brookhart (2011) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
perkembangan siswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dicapai/diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi belajar salah satu penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam
periode tertentu.
Menurut (Istarani, 2012) bahwa “Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun secara kelompok”. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkanselama seseorang tidak melakukan kegiatan (Harefa, 2017).
5
Menurut (Syah, 2015) bahwa “evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang telah dicapai dari penguasaan dan keterampilan yang dikembangkan
oleh siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan
dalam bentuk nilai atau rapot yang dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi. Hasil dari
evaluasi tersebutlah yang dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar ini merupakan bagian penting dari pembelajaran karena dapat dijadikan
bahan acuan keterampilan siswa setelah melaksanakan proses belajar.
1. Aspek kognitif.
Aspek kognitif sebagai indikator prestasi dikemukakan oleh Muhibbin Syah
yang menyatakan bahwa “prestasi siswa dalam bidang kognitif ini dapat diukur
dengan beberapa cara, baik dengan tes tertulis maupun lisan” (Syah, 2001). Aspek
kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat Pengetahuan (knowledge), Tujuan pembelajaran tingkat ini menuntut
siswa untuk mengingat kembali (recall) informasi yang diterima sebelumnya,
misalnya Fakta, terminologi pemecahan masalah dan lain sebagainya
b. Tingkat Pemahaman (komprehensip), Kategori pemahaman yang mengacu
pada kemampuan untuk menjelaskan informasi yang sudah diketahui dengan
kata-kata sendiri. Dalam hal ini, siswa diharapkan menerjemahkan atau
mengulangi apa yang mereka dengar ke dalam kata-kata.
c. Tingkat Penerapan (aplicatioan), Penerapan ini merupakan kemampuan
menerapkan pengetahuan yang dipelajari pada situasi baru dan memecahkan
berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tingkat Analisis (analysis), Analisis adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi, membedakan, dan membandingkan komponen-komponen
atau unsur-unsur dari suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis, atau
6
kesimpulan, dan menelaah komponen-komponen itu untuk menentukan
kontradiktif. Dalam hal ini, siswa diharapkan mampu menunjukkan hubungan
antara ide-ide yang berbeda dengan cara membandingkan ide-ide tersebut
dengan prinsip atau praktik standar yang sedang dipelajari.
e. Tingkat sintesis (syinthesis), Sintesis didefinisikan sebagai kemampuan
individu dalam menggabungkan atau menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga dapat terbentuk pola baru.
f. Tingkat evaluasi (evaluation), Evaluasi merupakan tingkatan tertinggi yang
mengaharapkan siswa untuk dapat membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai ide produk atau benda berdasarkan kriteria tertentu. Jadi evaluasi ini lebih
berupa pada penilaian evaluasi (Sujana, 2005).
2. Aspek Afektif.
Aspek afektif merupakan ranah berpikir yang meliputi watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Muhibbin Syah menyatakan “Prestasi
yang afektif meliputi penerimaan (sambutan), apresiasi (sikap menghargai),
internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya, seorang siswa
dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak suatu masalah, atau mungkin
seorang siswa terlibat dalam hal-hal yang dianggap baik (Shah, 2004).
3. Aspek psikomotorik.
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berhubungan dengan olah gerak
seperti yang berhubungan dengan otot-otot syaraf misalnya lari, melangkah,
menggambar, berbicara, membongkar peralatan atau memasang peralatan dan lain
sebagainya. Sudjana (2016) mengemukakan bahwa ranah psikomotorik meliputi
keterampilan siswa berupa keterampilan. Dalam bidang psikologi, erat kaitannya
dengan pekerjaan fisik sehingga menimbulkan gerakan tubuh dengan melakukan
hal-hal seperti mengelas, melukis, mengukur, sebagainya.
Ketiga aspek tersebut akan semakin sempurna apabila ketiga aspek tersebut
dimiliki oleh setiap siswa. Sehingga siswa tidak hanya pintar dalam mata
pelajaran, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Capaian
prestasi belajar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu saling berhubungan.
7
kemampuan umum adalah intelligence quotient (IQ). Karena IQ yang relatif tinggi biasanya
dapat memprediksi pencapaian keberhasilan dalam prestasi belajar. Namun dalam beberapa
kasus, IQ yang tinggi tidak menjamin keberhasilan seseorang dalam belajar dan hidup di
masyarakat.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang bukan hanya karena IQ yang tinggi, tetapi
prestasi belajar juga merupakan hasil interaksi seperti faktor-faktor yang mempengaruhi baik
dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Pengenalan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar sangatlah penting, agar dapat membantu siswa mencapai
prestasi dari hasil belajar yang terbaik.
1. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, faktor
jasmaniah yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya,seperti mengalami
sakit, cacat fisik atau mengalami perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelenjar yang mengakibatkan kelainan tingkah laku.
2. Faktor psikologis
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk belajar yang sesuai dengan kemampuan
terhadap keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini ditentukan oleh tingkat tinggi
rendahnya intelegensi yang normal ditunjukkan sesuai dengan tingkat perkembangan
teman sebaya.
b. Minat
Dalam psikologi minat merupakan kecenderungan untuk selalu inginkan
memperhatikan atau mengingat sesuatu secara terus- menerus. Minat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan belajar. Pelajaran yang menarik bagi
siswa biasanya akan lebih mudah dipelajari dan diserap. Minat belajar sangat
mempengaruhi belajar, jika seseorang tertarik pada sesuatu, dia akan tetap berusaha,
agar apa yang dia inginkan tercapai.
8
c. Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan seseorang untuk berhasil di masa
depan. Setiap orang memiliki bakat dalam artian memiliki potensi untuk mencapai
tingkat kinerja tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
d. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.
Motivasi belajar merupakan faktor penting karena merupakan kondisi yang dapat
mendorong siswa untuk belajar. Masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar
adalah bagaimana mengorganisasikan untuk meningkatkan motivasi. Begitu pula
dalam proses belajar mengajar, siswa akan berkembang ketika mereka termotivasi
untuk belajar.
1. Keadaan keluarga : Keluarga adalah lingkungan yang paling penting dalam proses belajar.
Kondisi yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar.
Misalnya, cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pemahaman orang tua.
2. Keadaan sekolah : Lingkungan sekolah merupakan lingkungan tempat siswa belajar secara
sistematis. Kondisi ini meliputi metode pengajaran, kurikulum, hubungan guru-murid,
hubungan antar siswa, disiplin sekolah, perangkat pembelajaran, metode pembelajaran dan
fasilitas pendukung lainnya.
3. Keadaan masyarakat : Siswa mudah terpengaruh oleh lingkungan masyarakat karena
berada di lingkungan tersebut. Kegiatan dalam masyarakat, media, teman bergaul,
kegiatan lingkungan tetangga juga menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi siswa,
sehingga perlu diupayakan lingkungan yang positif yang dalam mendukung belajar siswa
(Slameto, 2010).
9
remaja yang berpacaran. Manfaat secara umum seseorang berpacaran adalah menikmati
kebersamaan bersama orang lain.
Menurut Degenova & Rice (dalam Hakim, 2014) pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat mengenal satu sama lain. Menurut Dariyo (2014) mengatakan bahwa Pacaran adalah
masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan
atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut,
maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan
atau masa pernikahan.
10
meningkat, merasa nyaman, menginginkan untuk selalu bersama orang yang
dicintai dll.
b. Aspek intimasi (intimacy) kedekatan perasaan antara dua orang dengan kekuatan
yang mengikat mereka untuk bersama. Suatu hubungan yang mencapai kedekatan
emosional ketika kedua belah pihak saling memahami, terbuka dan mendukung
satu sama lain dan dapat mengatakan apa saja tanpa takut ditolak, dapat saling
memaafkan dan menerima, terutama ketika mereka tidak setuju atau melakukan
kesalahan.
11
2.3 Siswa
Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah orang/anak yang sedang
berguru (belajar, bersekolah). Menurut Daradjat (1995), siswa adalah individu “unik” yang
memiliki potensi dan sedang berkembang. Dalam proses perkembangannya, siswa
membutuhkan bantuan yang sifat dan contoh teladan yang ditentukan bukan oleh guru,
melainkan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan bersama dengan orang lain.
Menurut Sardiman (2003), siswa adalah orang yang datang ke sekolah untuk
memperoleh atau mempelajari berbagai jenis pendidikan. Pada masa ini, siswa mengalami
berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Selain itu, mereka juga berubah secara
kognitif dan mulai berpikir secara abstrak layaknya orang dewasa. Pada masa ini, remaja juga
mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua mereka untuk memenuhi peran sosial
baru mereka sebagai orang dewasa. Periode ini berlangsung antara usia 12 dan 22 tahun.
2.4 Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang telah
mencakup semua perkembangan yang berkaitan dengan persiapan menuju masa
dewasa. Menurut Santrock ( 2006 ) istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescence yang berarti “tumbuh” menjadi dewasa. Istilah Adolescence seperti yang
dipergunakan saat ini, mempunyai arti luas, yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Sedangkan menurut Ericson, masa remaja merupakan masa- masa krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan tersebut diperkuat oleh James Marcia bahwa
karakteristik remaja yang sedang mencari jati diri seringkali menimbulkan masalah bagi diri
remaja.
Menurut Monks (2008), masa remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju
dewasa. Fase remaja mencerminkan pemikiran anak muda dalam koridor berpikir konkrit,
12
keadaan ini disebabkan oleh proses pematangan yang terjadi pada masa tersebut. Periode ini
berlangsung dari usia 12 hingga 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:
Menurut Hurlock (2007) remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami
masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan
akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak
lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan
ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan
pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh,
minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut,
serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena
sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak
orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan
dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di
dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan
kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat di simpulkan bahwa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
13
perubahan secara fisik, psikis, dan psikososial. Dengan rentang usia 12 - 21 tahun. Adanya
perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami
masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Menurut Degenova & Rice (dalam Hakim, 2014) pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat mengenal satu sama lain. sedangkan Santrock (2003) mengatakan bahwa memilih dan
menentukan pasangan untuk dinikahi disebut dengan kencan. Hubungan pacaran yang
dilakukan oleh remaja memiliki arti penting bagi remaja yang berpacaran. Manfaat secara
umum seseorang berpacaran adalah menikmati kebersamaan bersama orang lain (Santrock,
2003).
Nitko dan Brookhart (2011) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
perkembangan siswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dicapai/diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi belajar salah satu penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode
tertentu.
Sehingga perilaku pacaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa remaja. Pada
masa remaja tersebut mereka dalam proses pencarian jati diri dan selalu ingin melakukan hal
baru. Dengan begitu di duga terdapat hubungan antara perilaku pacaran dengan prestasi
belajar. Remaja berharap dengan adanya perilaku pacaran dapat menjadi motivasi agar lebih
giat belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar, sehingga hal tersebut dapat
membanggakan orang tua.
14
2.6 Kerangka Konseptual
Berdasarkan penjelasan dari hubungan antar variabel diatas maka kerangka
konseptual yang dapat digambarkan pada penelitian mengenai "Pengaruh perilaku pacaran
terhadap prestasi siswa kelas XI di SMA X" sebagai berikut:
Faktor yang
Perilaku
mempengaruhi Motivasi Prestasi belajar
Pacaran
prestasi belajar
2.7 Hipotesis
Menurut Arikunto (2006) Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap penelitian,
sampai terdapat bukti dari data yang telah diperoleh. Sehingga dapat diketahui bahwa
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak Adanya Pengaruh perilaku pacaran dengan prestasi belajar siswa kelas Xl Di
SMA X
Ha : Adanya Pengaruh perilaku pacaran dengan prestasi belajar siswa kelas Xl di SMA X
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan adalah bentuk penelitian kuantitatif yaitu
melaksanakan penelitian dengan cara yang sistematis, terkontrol dan empiris. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, dan datanya berwujud bilangan
(skor atau nilai, peringkat, dan frekuensi).
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pacaran (variabel independen) dengan prestasi
belajar (variabel dependen) siswa kelas XI di SMA X.
1. Variabel terikat atau dependent variable (Y) pada penelitian ini adalah Prestasi
belajar. Variabel dependent adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui
besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Besar efek tersebut diamati dari ada
tidaknya, timbul hilangnya, besar-mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak
sebagai akibat perubahan pada variabel lain termaksud (Azwar, 2007: 62).
2. Variabel bebas atau independent variable (X) pada penelitian ini adalah perilaku
pacaran. Variabel independent yaitu suatu variabel yang variasinya mempengaruhi
variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang
pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Variabel ini dipilih dan sengaja
16
dimanipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain tersebut dapat diamati
dan diukur (Azwar, 2007: 62).
variabel yang akan diteliti sehingga memudahkan dalam pengumpulan data yang akan
digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu Pengaruh Perilaku
Pacaran terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI di SMA X. maka dapat dirumuskan definisi
1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari penguasaan dan
keterampilan yang dikembangkan oleh siswa setelah dilakukan proses belajar
mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot yang dapat
diketahui setelah dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebutlah yang dapat
memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ini
merupakan bagian penting dari pembelajaran karena dapat dijadikan bahan acuan
keterampilan siswa setelah melaksanakan proses belajar.
Sehingga prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi yang telah dicapai
seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau rapor setelah mengalami proses belajar mengajar diakhir semester ganjil 22 - 23.
2. Perilaku pacaran
Perilaku pacaran merupakan serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai
keintiman serta adanya ketertarikan emosi antara pria dan wanita yang belum
menikah dengan tujuan saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain
sebagai pertimbangan sebelum menikah.
Berdasarkan Pengertian diatas, pacaran yang akan diteliti dalam penelitian ini
yaitu mengumpulkan data mengenai aktifitas berpacaran yang terjadi di kalangan
siswa dan siswi kelas XI di SMA X dan menganalisis hubungan timbal balik yang
berdampak terhadap prestasi belajar siswa tersebut di sekolah.
3. Siswa
Siswa adalah individu yang bersekolah untuk memperoleh dan mempelajari
pendidikan untuk mengembangkan diri mereka. siswa ini lah yang menjadi salah satu
17
faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan dan untuk berjalanya sistem
belajar-mengajar. Berdasarkan penjelasan diatas, Siswa yang akan dijadikan subjek
adalah siswa kelas XI SMA X.
18
Total 192 30
Mengukur nilai dari variabel penelitian agar dapat menghasilkan data yang lebih
akurat, efesien dan komunikatif. Maka penelitian ini menggunakan skala dalam bentuk
angka. Skala yang digunakan pada skala ini adalah skala likert dengan 4 alternatif
jawaban. Alternatif jawaban positif adalah sangat sering, sering, jarang, tidak pernag.
Alternatif jawaban negatif adalah tidak pernah, jarang, sering, sangat sering. Menurut
19
Sugiono (2014) skala likert digunakan untuk mengukur sikap atau pendapat seseorang
atau sejumlah kelompok terhadap fenomena sosial dimana jawaban setiap item
mempunyai gradasi positif sampai negatif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta CV
CDC (Center for Disease Control). (2011). Reproductive Health: Teen Pregnancy. Diakses
dari laman web tanggal 18 April 2023 dari:
http://www.cdc.gov/TeenPregnancy/index.htm.
Djamaroh, S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
DeGenova, M.K & Rice, P. (2005). Human Intimacy: Marriage, The Family and It’s
Meaning New Edition. Boston: McGraw Hill.
Harefa, D. (2017). Pengaruh Presepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Dan
Minat belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Survey
pada SMK Swasta di Wilayah Jakarta Utara). Horison Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Lingusitik, 7(2), 49–73.
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif Referensi Guru Dalam Menentukan Model
Pembelajaran. PT. Media Persada.
Nana Sudjana. (2016). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Santrock, J.W. (2003). Remaja. Edisi 11 jilid 2. Penerjemah: Benedictine Widyasinta.
Jakarta: Erlangga
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Syafi'i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang prestasi belajar siswa
dalam berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal Komunikasi
Pendidikan, 2(2), 115-123.
21
Sujana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Syah, M. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
22