Anda di halaman 1dari 26

Pengaruh Perilaku Pacaran terhadap Prestasi Belajar

Pada Siswa Kelas XI di SMA X


Disusun untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu: Ima Fitri Sholichah, S.Psi., M.A.

Di susun oleh:

1. Mar’atul Muthoharoh (210701004)


2. Azzahra Namira (210701025)
3. Silviya Febrianti Saputri (210701033)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

TAHUN AKADEMIK 2022 - 2023


KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat,
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penugasan Metode
Penelitian Kuantitatif ini dengan judul "Pengaruh Perilaku Pacaran terhadap Prestasi Belajar
Pada Siswa Kelas XI di SMA X"

Tugas ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Kuantitatif. Selain itu, Tugas ini ditujukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
kami penulis dan pembaca. Penyusunan tugas ini kami laksanakan secara maksimal tak luput
dari bantuan beberapa pihak. Karena itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
terkait yang telah membantu penyelesaian makalah ini antara lain:
Dengan tersusunya makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Awang S. Wicaksono, M.Psi., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
2. Ima Fitri Sholichah, S.Psi., M.A. selaku Kepala Prodi Studi Psikologi Universitas
Muhammadiyah Gresik, serta Dosen Pengampu Mata Kuliah Metode Penelitian
Kuantitatif.
3. Rekan-rekan seangkatan yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penulisan maupun isi didalamnya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai belah pihak agar pada
pembelajaran selanjutnya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, kami berharap dengan adanya penulisan tugas
ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta bermanfaat bagi semua orang Amin.

Gresik,16 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................3

1.3 Batasan Masalah..........................................................................................................3

1.4 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.5 Tujuan Penelitian.........................................................................................................3

1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................5

2.1 Prestasi Belajar............................................................................................................5

2.1.1 Definisi Prestasi Belajar...........................................................................................5

2.1.2 Aspek – Aspek Prestasi Belajar...............................................................................6

2.1.3 Faktor – Faktor Prestasi Belajar...............................................................................7

2.2 Perilaku Pacaran..........................................................................................................9

2.2.1 Definisi Perilaku Pacaran.........................................................................................9

2.2.2 Aspek – Aspek Perilaku Pacaran...........................................................................10

2.2.3 Faktor – Faktor Perilaku Pacaran...........................................................................11

2.3 Siswa..........................................................................................................................11

2.4 Remaja.......................................................................................................................12

2.5 Hubungan Antar Variabel..........................................................................................14

2.6 Kerangka Konseptual................................................................................................14

2.7 Hipotesis....................................................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................16

ii
3.1 Tipe Penelitian...........................................................................................................16

3.2 Identifikasi Variabel..................................................................................................16

3.3 Definisi Operasional..................................................................................................16

3.4 Populasi dan Teknik Sampling..................................................................................18

3.4.1 Populasi..............................................................................................................18

3.4.2 Teknik Sampling................................................................................................18

3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................19

3.6 Validitas dan Reliabilitas...........................................................................................19

3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................................19

Daftar Pustaka......................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHLUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, pacaran merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi trend
atau budaya di kalangan remaja. Pacaran adalah teman tetap dengan lawan jenis dan memiliki
hubungan berdasarkan cinta. Pacaran sering terjadi pada remaja atau mereka yang belum
menikah. Sehingga seiring berkembangnya zaman pacaran dijadikan sebagai trend. Pada
masa remaja inilah yang menjadi fase pubertas dimana antara laki - laki dan perempuan
mengalami kematangan seksual sehingga memiliki ketertarikan antar lawan jenis.

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas dimana masa itu berada pada sekitar
umur (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, pada masa ini terjadi transisi dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah remaja banyak yang ingin mencoba hal
baru atau biasa disebut sedang mencari jati diri. Remaja banyak melakukan hal-hal yang
menyimpang norma seperti bergaul dengan teman yang prilakunya kurang memperhatikan
nilai moral, mengkonsumsi rokok, minuman keras atau obat-obatan terlarang, Pacaran, dan
melakukan sexs bebas. Padahal pada masa ini sangat baik untuk mengembangkan potensi
dimiliki seperti minat, bakat dan kemampuan.

Pergaulan pada remaja sekarang sudah menjadi sorotan di era sekarang, banyak
remaja yang sudah terbawah arus modernisasi sehingga moral dan keimanannya menipis.
Terutama pada aktivitas berpacaran di kalangan remaja. Fenomena ini sudah sangat umum
dan sering kita jumpai, terutama di lingkungan sekolah. Hampir sebagian besar remaja,
terutama siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana pun itu telah dan pernah
berpacaran. Perilaku ini merupakan salah satu dari penyimpangan pada remaja. Banyak
remaja yang berpacaran dan melakukan sexs bebas diluar pernikahan, sehingga menyebabkan
hamil di luar nikah. Hal tersebut harus di cegah sejak dini, pencegahan tersebut dapat
dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanamkan perilaku yang bermoral dan beriman
sehingga dapat menjadikan remaja yang berprestasi dan bebas dari perilaku menyimpang.

Terdapat definisi mengenai perilaku pacaran yang dikemukakan oleh beberapa tokoh.
Menurut Santrock (2003) mengatakan bahwa memilih dan menentukan pasangan untuk
dinikahi disebut dengan kencan. Hubungan pacaran yang dilakukan oleh remaja memiliki arti
penting bagi remaja yang berpacaran. Manfaat secara umum seseorang berpacaran adalah

1
menikmati kebersamaan bersama orang lain (Santrock, 2003). Berpacaran juga dapat melatih
keterbukaan, umpan balik dan menyelesaikan konflik. Hurlock (1980) juga mengatakan
bahwa dengan berpacaran maka remaja akan mempunyai keterampilan sosial yang baik,
sikap baik hati dan menyenangkan.

Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa perilaku pacaran dikalangan remaja


telah cukup memperhatikan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh CDC (Center for
Disease Control) mengenai perilaku pacaran remaja yang menyimpang yang dilakukan pada
beberapa orang pelajar SMA (Sekolah Menengah Atas) di U.S (United States) tahun 2011,
pelajar yang pernah melakukan hubungan seksual adalah 47,45% (Center for Diseases
Control, 2013).

Terdapat sisi positif dan negatif dari perilaku pacaran yang dilakukan oleh para
remaja. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nisa (2008 ) mengatakan bahwa
“Berpacaran dapat memberikan kontribusi positif bagi remaja yang berpacaran. Hasil positif
yang didapatkan oleh remaja yang berpacaran adalah ketika mereka dihadapkan oleh suatu
konflik, maka jalan untuk menyelesaikan konflik adalah dengan pengendalian diri di antara
mereka. Pengendalian diri tersebut di antaranya yaitu kesabaran dan berpikir positif”.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa kelas XI SMA X mengenai perilaku


pacaran yang ada di sekolahnya. Siswa yang menjalin hubungan pacaran lebih terarah ke hal-
hal yang positif, mereka akan bersikap seperti teman biasa ketika berada disekolah dan hanya
bertemu jika di koridor atau pun di kantin. Terkadang juga mereka pergi jalan ketika berada
di luar sekolah seperti mall, bioskop atau taman. Berdasarkan hasil wawancara siswa yang
menjalin hubungan pacaran akan lebih semangat untuk pergi ke sekolah. Mereka juga
terkadang akan belajar bersama dan saling support untuk membantu meningkatkan motivasi
belajarnya.

Dengan adanya hubungan pacaran tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar


siswa. Remaja berharap dengan adanya perilaku pacaran dapat menjadi motivasi agar lebih
giat belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar, dengan hal tersebut orang tua dapat
membanggakan orang tua. Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting, seperti yang
dikemukakan oleh Aunurrahman (2014: 180) "Motivasi belajar merupakan suatu kekuatan
yang dapat menjadi daya penggerak yang memungkinkan siswa dapat memanfaatkan potensi
yang ada dalam dirinya maupun potensi yang ada di luar dirinya untuk mencapai tujuan
belajar". Akan tetapi banyak juga siswa yang telah memiliki pacar meninggalkan

2
kewajibannya sebagai siswa. Mereka terlalu fokus untuk berpacaran sehingga mengabaikan
tugas dan menjadikan prestasi belajarnya menurun.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
"Pengaruh Perilaku Pacaran terhadap Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI di SMA
X"

1.2 Identifikasi Masalah


Dasar pada penelitian ini adalah adanya banyak faktor yang menjadi motivasi siswa
sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas XI di SMA X, salah satunya perilaku
pacaran. Sehingga pada penelitian ini berfokus pada seberapa pengaruh perilaku pacaran
terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA X.

1.3 Batasan Masalah


Untuk menghindari kemungkinan meluasnya yang ada pada penelitian ini. Maka
peneliti membatasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Prestasi belajar yang dilihat dari nilai rapot siswa dimana prestasi dipengaruhi oleh
salah satu faktor internal, yaitu motivasi belajar pada siswa. Motivasi belajar siswa di
SMA X ditinjau dari perilaku pacaran pada siswa kelas XI.
2. Aspek perilaku pacaran yang ingin diteliti yaitu dengan mengumpulkan data
mengenai aktifitas berpacaran yang terjadi di kalangan siswa dan siswi kelas XI di
SMA X dan menganalisis hubungan timbal balik yang berdampak terhadap prestasi
belajar siswa tersebut di sekolah.
3. Subjek dan tempat pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA X.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang diambil adalah,
"Apakah ada pengaruh perilaku pacaran terhadap prestasi belajar siswa kelas XI di SMA X?"

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah "Untuk
mengetahui apakah ada pengaruh perilaku pacaran terhadap prestasi belajar siswa kelas XI di
SMA X"

1.6 Manfaat Penelitian


A. Manfaat Teoritis

3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa
pengetahuan dan wawasan terutama mengenai pengaruh perilaku pacaran terhadap
prestasi belajar pada siswa Kelas Xl di SMA . Selain itu, dapat dijadikan bahan kajian
dan pengembangan lebih lanjut untuk penelitian berikutnya.
B. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Manfaat Hasil Penelitian ini untuk membantu guru pembimbing dalam
meningkatkan layanan bimbingan dan konseling terhusus bimbingan pribadi yaitu
membimbing siswa menjalin hubungan yang sewajarnya dengan lawan jenis dan
membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan pengetahuan bagaimana
membimbing anaknya yang masih remaja saat berpacaran agar dapat
meningkatkan prestasi belajar disekolahnya tanpa mempengaruhi hubungan
pacarannya.
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan reverensi untuk memahami dengan baik
dampak positif dan dampak negatif yang diakibatkan dari berpacaran yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan dapat dijadikan sebagai masukan dan
pengetahuan.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Definisi Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut
Djamarah (2002), “Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individual maupun kelompok”. Menurut Hamdani (2010) bahwa “ Prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan diciptakan, baik secara individual maupun
kelompok”. Selanjutnya mengatakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai oleh seseorang”.

Sudjana (2008) mengatakan belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan
kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu, jadi belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu
dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek
pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
Sedangkan menurut Slameto (2010) mengatakan Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Nitko dan Brookhart (2011) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
perkembangan siswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dicapai/diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi belajar salah satu penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam
periode tertentu.

Menurut (Istarani, 2012) bahwa “Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun secara kelompok”. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkanselama seseorang tidak melakukan kegiatan (Harefa, 2017).

5
Menurut (Syah, 2015) bahwa “evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang telah dicapai dari penguasaan dan keterampilan yang dikembangkan
oleh siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan
dalam bentuk nilai atau rapot yang dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi. Hasil dari
evaluasi tersebutlah yang dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar ini merupakan bagian penting dari pembelajaran karena dapat dijadikan
bahan acuan keterampilan siswa setelah melaksanakan proses belajar.

2.1.2 Aspek – Aspek Prestasi Belajar


Ada beberapa aspek yang prestasi belajar yang dapat menjadi indikator dalam suatu
keberhasilan belajar. Menurut Bloom dalam buku Rusmono menyebutkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan
psikologis. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan.

1. Aspek kognitif.
Aspek kognitif sebagai indikator prestasi dikemukakan oleh Muhibbin Syah
yang menyatakan bahwa “prestasi siswa dalam bidang kognitif ini dapat diukur
dengan beberapa cara, baik dengan tes tertulis maupun lisan” (Syah, 2001). Aspek
kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat Pengetahuan (knowledge), Tujuan pembelajaran tingkat ini menuntut
siswa untuk mengingat kembali (recall) informasi yang diterima sebelumnya,
misalnya Fakta, terminologi pemecahan masalah dan lain sebagainya
b. Tingkat Pemahaman (komprehensip), Kategori pemahaman yang mengacu
pada kemampuan untuk menjelaskan informasi yang sudah diketahui dengan
kata-kata sendiri. Dalam hal ini, siswa diharapkan menerjemahkan atau
mengulangi apa yang mereka dengar ke dalam kata-kata.
c. Tingkat Penerapan (aplicatioan), Penerapan ini merupakan kemampuan
menerapkan pengetahuan yang dipelajari pada situasi baru dan memecahkan
berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tingkat Analisis (analysis), Analisis adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi, membedakan, dan membandingkan komponen-komponen
atau unsur-unsur dari suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis, atau

6
kesimpulan, dan menelaah komponen-komponen itu untuk menentukan
kontradiktif. Dalam hal ini, siswa diharapkan mampu menunjukkan hubungan
antara ide-ide yang berbeda dengan cara membandingkan ide-ide tersebut
dengan prinsip atau praktik standar yang sedang dipelajari.
e. Tingkat sintesis (syinthesis), Sintesis didefinisikan sebagai kemampuan
individu dalam menggabungkan atau menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga dapat terbentuk pola baru.
f. Tingkat evaluasi (evaluation), Evaluasi merupakan tingkatan tertinggi yang
mengaharapkan siswa untuk dapat membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai ide produk atau benda berdasarkan kriteria tertentu. Jadi evaluasi ini lebih
berupa pada penilaian evaluasi (Sujana, 2005).
2. Aspek Afektif.
Aspek afektif merupakan ranah berpikir yang meliputi watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Muhibbin Syah menyatakan “Prestasi
yang afektif meliputi penerimaan (sambutan), apresiasi (sikap menghargai),
internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya, seorang siswa
dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak suatu masalah, atau mungkin
seorang siswa terlibat dalam hal-hal yang dianggap baik (Shah, 2004).
3. Aspek psikomotorik.
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berhubungan dengan olah gerak
seperti yang berhubungan dengan otot-otot syaraf misalnya lari, melangkah,
menggambar, berbicara, membongkar peralatan atau memasang peralatan dan lain
sebagainya. Sudjana (2016) mengemukakan bahwa ranah psikomotorik meliputi
keterampilan siswa berupa keterampilan. Dalam bidang psikologi, erat kaitannya
dengan pekerjaan fisik sehingga menimbulkan gerakan tubuh dengan melakukan
hal-hal seperti mengelas, melukis, mengukur, sebagainya.
Ketiga aspek tersebut akan semakin sempurna apabila ketiga aspek tersebut
dimiliki oleh setiap siswa. Sehingga siswa tidak hanya pintar dalam mata
pelajaran, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Capaian
prestasi belajar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu saling berhubungan.

2.1.3 Faktor – Faktor Prestasi Belajar


Suatu prestasi belajar di sekolah merupakan hasil usaha belajar yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan umum yang dapat kita ukur. Salah satu cara untuk mengukur

7
kemampuan umum adalah intelligence quotient (IQ). Karena IQ yang relatif tinggi biasanya
dapat memprediksi pencapaian keberhasilan dalam prestasi belajar. Namun dalam beberapa
kasus, IQ yang tinggi tidak menjamin keberhasilan seseorang dalam belajar dan hidup di
masyarakat.

Prestasi belajar yang dicapai seseorang bukan hanya karena IQ yang tinggi, tetapi
prestasi belajar juga merupakan hasil interaksi seperti faktor-faktor yang mempengaruhi baik
dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Pengenalan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar sangatlah penting, agar dapat membantu siswa mencapai
prestasi dari hasil belajar yang terbaik.

Menurut Slameto, dalam bukunya menyatakan bahwa banyak faktor yang


mempengaruhi belajar siswa, namun hanya digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang dalam proses belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar
individu yang sedang dalam proses belajar. Faktor internal meliputi :

1. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, faktor
jasmaniah yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya,seperti mengalami
sakit, cacat fisik atau mengalami perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelenjar yang mengakibatkan kelainan tingkah laku.
2. Faktor psikologis
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk belajar yang sesuai dengan kemampuan
terhadap keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini ditentukan oleh tingkat tinggi
rendahnya intelegensi yang normal ditunjukkan sesuai dengan tingkat perkembangan
teman sebaya.
b. Minat
Dalam psikologi minat merupakan kecenderungan untuk selalu inginkan
memperhatikan atau mengingat sesuatu secara terus- menerus. Minat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan belajar. Pelajaran yang menarik bagi
siswa biasanya akan lebih mudah dipelajari dan diserap. Minat belajar sangat
mempengaruhi belajar, jika seseorang tertarik pada sesuatu, dia akan tetap berusaha,
agar apa yang dia inginkan tercapai.

8
c. Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan seseorang untuk berhasil di masa
depan. Setiap orang memiliki bakat dalam artian memiliki potensi untuk mencapai
tingkat kinerja tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
d. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.
Motivasi belajar merupakan faktor penting karena merupakan kondisi yang dapat
mendorong siswa untuk belajar. Masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar
adalah bagaimana mengorganisasikan untuk meningkatkan motivasi. Begitu pula
dalam proses belajar mengajar, siswa akan berkembang ketika mereka termotivasi
untuk belajar.

Sedangkan Faktor-faktor ekstern meliputi :

1. Keadaan keluarga : Keluarga adalah lingkungan yang paling penting dalam proses belajar.
Kondisi yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar.
Misalnya, cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pemahaman orang tua.
2. Keadaan sekolah : Lingkungan sekolah merupakan lingkungan tempat siswa belajar secara
sistematis. Kondisi ini meliputi metode pengajaran, kurikulum, hubungan guru-murid,
hubungan antar siswa, disiplin sekolah, perangkat pembelajaran, metode pembelajaran dan
fasilitas pendukung lainnya.
3. Keadaan masyarakat : Siswa mudah terpengaruh oleh lingkungan masyarakat karena
berada di lingkungan tersebut. Kegiatan dalam masyarakat, media, teman bergaul,
kegiatan lingkungan tetangga juga menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi siswa,
sehingga perlu diupayakan lingkungan yang positif yang dalam mendukung belajar siswa
(Slameto, 2010).

2.2 Perilaku Pacaran


2.2.1 Definisi Perilaku Pacaran
Hurlock (1980) mengatakan bahwa dengan berpacaran maka remaja akan mempunyai
keterampilan sosial yang baik, sikap baik hati dan menyenangkan. Berpacaran juga dapat
melatih keterbukaan, umpan balik dan menyelesaikan konflik. Sedangkan Menurut Santrock
(2003) mengatakan bahwa memilih dan menentukan pasangan untuk dinikahi disebut
dengan kencan. Hubungan pacaran yang dilakukan oleh remaja memiliki arti penting bagi

9
remaja yang berpacaran. Manfaat secara umum seseorang berpacaran adalah menikmati
kebersamaan bersama orang lain.

Menurut Degenova & Rice (dalam Hakim, 2014) pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat mengenal satu sama lain. Menurut Dariyo (2014) mengatakan bahwa Pacaran adalah
masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan
atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut,
maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan
atau masa pernikahan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan perilaku pacaran merupakan


serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman serta adanya ketertarikan emosi
antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan saling mengenal dan melihat
kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.

2.2.2 Aspek – Aspek Perilaku Pacaran


Menurut teori cinta Sternberg ketertarikan antara remaja yang berpacaran dipengaruhi
oleh dua aspek yaitu:

a. Aspek Nafsu (passion)


Aspek nafsu ini merupakan suatu hubungan antar individu dikarenakan oleh
unsur biologis, ketertarikan fisik atau dorongan seksual. Karena kedua aspek
tersebut, para ahli menyebutnya dengan masa asmara atau masa pacaran yang
romantis.
b. Aspek intimasi (intimacy)
Aspek intiminasi ini merupakan suatu hubungan yang erat, akrab, saling
percaya dan saling menerima antara satu orang dengan orang lain.

Sedangkan menurut Wisnuwardani (2012) adapun aspek-aspek pacaran sebagai


berikut:

a. Aspek nafsu (passion) menekankan intensitas perasaan yang ditimbulkan oleh


ketertarikan fisik dan seksual. Dalam jenis cinta ini, seseorang mengalami
ketertarikan fisik yang jelas, terus-menerus memikirkan kekasihnya, melakukan
kontak mata yang intens selama pertemuan, mengalami perasaan mengambang
yang luar biasa, mengagumi dan jatuh cinta dengan pasangannya, detak jantung

10
meningkat, merasa nyaman, menginginkan untuk selalu bersama orang yang
dicintai dll.
b. Aspek intimasi (intimacy) kedekatan perasaan antara dua orang dengan kekuatan
yang mengikat mereka untuk bersama. Suatu hubungan yang mencapai kedekatan
emosional ketika kedua belah pihak saling memahami, terbuka dan mendukung
satu sama lain dan dapat mengatakan apa saja tanpa takut ditolak, dapat saling
memaafkan dan menerima, terutama ketika mereka tidak setuju atau melakukan
kesalahan.

2.2.3 Faktor – Faktor Perilaku Pacaran


Menurut Manladdawaladaa (2014) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pacaran sebagai berikut:

a. Umur yang masih sangat muda


Pada masa remaja ini merupakan masa pencarian jati diri, masa ini sangat
rentan bagi remaja terserangan virus pink, pada usia ini seseorang masih dianggap
labil. Banyak aktivitas pacaran yang dilakukan oleh remaja yang belum memiliki
pemikiran dewasa terpengaruh dengan hal yang negatif. Rasa ingin mencoba,
penasaran dan masih banyak lagi yang ingin diketahui oleh remaja.
b. Lingkungan yang tidak mendukung
Lingkungan juga dapat menjadi faktor munculnya virus ini, karena mau atau
tidak mau kita hidup dan bersosialisasi di lingkungan masyarakat, sehingga segala
sesuatu yang kita lakukan tidak akan terlepas dari pengaruh lingkungan.
c. Keluarga yang kurang perhatian
Sekolah pertama anak adalah di rumah, keluarga yang mengarahkan dan
memberikan pendidikan agama agar anak dapat saling memahami secara wajar
tanpa melanggar aturan agama.
d. Kurangnya pengetahuan agama
Agama merupakan dasar untuk dijadikan fondasi dalam kehidupan.
Kehidupan kita telah diatur secara religius, termasuk masalah hubungan antara
lawan jenis dengan kurangnya pengetahuan agama dapat menciptakan krisis iman
dan menjadikan keyakinan kita jauh dari Allah swt.

11
2.3 Siswa
Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah orang/anak yang sedang
berguru (belajar, bersekolah). Menurut Daradjat (1995), siswa adalah individu “unik” yang
memiliki potensi dan sedang berkembang. Dalam proses perkembangannya, siswa
membutuhkan bantuan yang sifat dan contoh teladan yang ditentukan bukan oleh guru,
melainkan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan bersama dengan orang lain.

Menurut Sardiman (2003), siswa adalah orang yang datang ke sekolah untuk
memperoleh atau mempelajari berbagai jenis pendidikan. Pada masa ini, siswa mengalami
berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Selain itu, mereka juga berubah secara
kognitif dan mulai berpikir secara abstrak layaknya orang dewasa. Pada masa ini, remaja juga
mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua mereka untuk memenuhi peran sosial
baru mereka sebagai orang dewasa. Periode ini berlangsung antara usia 12 dan 22 tahun.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2013 mengenai sistem pendidikan


nasional, dimana siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri
mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa


adalah individu yang bersekolah untuk memperoleh dan mempelajari pendidikan untuk
mengembangkan diri mereka. siswa ini lah yang menjadi salah satu faktor yang paling
penting dalam dunia pendidikan dan untuk berjalanya sistem belajar-mengajar.

2.4 Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang telah
mencakup semua perkembangan yang berkaitan dengan persiapan menuju masa
dewasa. Menurut Santrock ( 2006 ) istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescence yang berarti “tumbuh” menjadi dewasa. Istilah Adolescence seperti yang
dipergunakan saat ini, mempunyai arti luas, yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Sedangkan menurut Ericson, masa remaja merupakan masa- masa krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan tersebut diperkuat oleh James Marcia bahwa
karakteristik remaja yang sedang mencari jati diri seringkali menimbulkan masalah bagi diri
remaja.

Menurut Monks (2008), masa remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju
dewasa. Fase remaja mencerminkan pemikiran anak muda dalam koridor berpikir konkrit,

12
keadaan ini disebabkan oleh proses pematangan yang terjadi pada masa tersebut. Periode ini
berlangsung dari usia 12 hingga 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.


b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 15-18 tahun
c. Masa remaja terakhir (late adolescent) umur 18-21 tahun.

Menurut Hurlock (2007) remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami
masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan
akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak
lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan
ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan
pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh,
minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut,
serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena
sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak
orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan
dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di
dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan
kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat di simpulkan bahwa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya

13
perubahan secara fisik, psikis, dan psikososial. Dengan rentang usia 12 - 21 tahun. Adanya
perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami
masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

2.5 Hubungan Antar Variabel


Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang telah
mencakup semua perkembangan yang berkaitan dengan persiapan menuju masa
dewasa. Menurut Santrock ( 2006 ) istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescence yang berarti “tumbuh” menjadi dewasa. Istilah Adolescence seperti yang
dipergunakan saat ini, mempunyai arti luas, yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Sedangkan Menurut Ericson, masa remaja merupakan masa- masa krisis
identitas atau pencarian identitas diri.

Menurut Degenova & Rice (dalam Hakim, 2014) pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat mengenal satu sama lain. sedangkan Santrock (2003) mengatakan bahwa memilih dan
menentukan pasangan untuk dinikahi disebut dengan kencan. Hubungan pacaran yang
dilakukan oleh remaja memiliki arti penting bagi remaja yang berpacaran. Manfaat secara
umum seseorang berpacaran adalah menikmati kebersamaan bersama orang lain (Santrock,
2003).

Nitko dan Brookhart (2011) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
perkembangan siswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dicapai/diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi belajar salah satu penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode
tertentu.

Sehingga perilaku pacaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa remaja. Pada
masa remaja tersebut mereka dalam proses pencarian jati diri dan selalu ingin melakukan hal
baru. Dengan begitu di duga terdapat hubungan antara perilaku pacaran dengan prestasi
belajar. Remaja berharap dengan adanya perilaku pacaran dapat menjadi motivasi agar lebih
giat belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar, sehingga hal tersebut dapat
membanggakan orang tua.

14
2.6 Kerangka Konseptual
Berdasarkan penjelasan dari hubungan antar variabel diatas maka kerangka
konseptual yang dapat digambarkan pada penelitian mengenai "Pengaruh perilaku pacaran
terhadap prestasi siswa kelas XI di SMA X" sebagai berikut:

Faktor yang
Perilaku
mempengaruhi Motivasi Prestasi belajar
Pacaran
prestasi belajar

2.7 Hipotesis
Menurut Arikunto (2006) Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap penelitian,
sampai terdapat bukti dari data yang telah diperoleh. Sehingga dapat diketahui bahwa
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak Adanya Pengaruh perilaku pacaran dengan prestasi belajar siswa kelas Xl Di
SMA X

Ha : Adanya Pengaruh perilaku pacaran dengan prestasi belajar siswa kelas Xl di SMA X

15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan adalah bentuk penelitian kuantitatif yaitu
melaksanakan penelitian dengan cara yang sistematis, terkontrol dan empiris. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, dan datanya berwujud bilangan
(skor atau nilai, peringkat, dan frekuensi).

Sugiyono (2014) memaparkan bahwa Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan


sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pacaran (variabel independen) dengan prestasi
belajar (variabel dependen) siswa kelas XI di SMA X.

3.2 Identifikasi Variabel


Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dua variabel, yaitu:

1. Variabel terikat atau dependent variable (Y) pada penelitian ini adalah Prestasi
belajar. Variabel dependent adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui
besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Besar efek tersebut diamati dari ada
tidaknya, timbul hilangnya, besar-mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak
sebagai akibat perubahan pada variabel lain termaksud (Azwar, 2007: 62).
2. Variabel bebas atau independent variable (X) pada penelitian ini adalah perilaku
pacaran. Variabel independent yaitu suatu variabel yang variasinya mempengaruhi
variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang
pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Variabel ini dipilih dan sengaja

16
dimanipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain tersebut dapat diamati
dan diukur (Azwar, 2007: 62).

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui variabel-

variabel yang akan diteliti sehingga memudahkan dalam pengumpulan data yang akan

digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu Pengaruh Perilaku

Pacaran terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI di SMA X. maka dapat dirumuskan definisi

operasional variabel sebagai berikut:

1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari penguasaan dan
keterampilan yang dikembangkan oleh siswa setelah dilakukan proses belajar
mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot yang dapat
diketahui setelah dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebutlah yang dapat
memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ini
merupakan bagian penting dari pembelajaran karena dapat dijadikan bahan acuan
keterampilan siswa setelah melaksanakan proses belajar.
Sehingga prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi yang telah dicapai
seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau rapor setelah mengalami proses belajar mengajar diakhir semester ganjil 22 - 23.
2. Perilaku pacaran
Perilaku pacaran merupakan serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai
keintiman serta adanya ketertarikan emosi antara pria dan wanita yang belum
menikah dengan tujuan saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain
sebagai pertimbangan sebelum menikah.
Berdasarkan Pengertian diatas, pacaran yang akan diteliti dalam penelitian ini
yaitu mengumpulkan data mengenai aktifitas berpacaran yang terjadi di kalangan
siswa dan siswi kelas XI di SMA X dan menganalisis hubungan timbal balik yang
berdampak terhadap prestasi belajar siswa tersebut di sekolah.
3. Siswa
Siswa adalah individu yang bersekolah untuk memperoleh dan mempelajari
pendidikan untuk mengembangkan diri mereka. siswa ini lah yang menjadi salah satu

17
faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan dan untuk berjalanya sistem
belajar-mengajar. Berdasarkan penjelasan diatas, Siswa yang akan dijadikan subjek
adalah siswa kelas XI SMA X.

3.4 Populasi dan Teknik Sampling


3.4.1 Populasi
Arikunto (2006) berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan Subjek
penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2014) populasi dapat didefinisikan sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau Subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya, Maka populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA X yang
berjumlah 192 siswa.

3.4.2 Teknik Sampling


Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan sampel
dalam penelitian. Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagai atau populasi wakil
dari populasi yang diteliti. Jika kita hanya ingin meneliti sebagai dari populasi, maka
penelitian tersebut disebut penelitian populasi. Pengambilan sampel yang dapat
dilakukan adalah, jika subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, jika
Subjeknya lebih dari 100 atau lebih besar, maka dapat diambil antara 10% - 15% atau
20% - 25% atau lebih. Karena jumlah populasi pada penelitian ini lebih dari 100, maka
peneliti akan mengambil acak pada setiap kelas sebanyak 15% dari jumlah siswa per
kelas. Untuk,menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti
menggunakan Simple Random Sampling. Teknik sampling sederhana adalah teknik yang
dilakukan dengan jalan memilih sampel secara acak. Adapun cara pengambilan sampel
dengan melakukan pengundian dari kelas XI IPA 1- 3 , XI IPS 1-2 dan XI Bahasa 1.
Adapun rincian subjek penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rincian Subjek Penelitian

Kelas Jumlah Jenis Kelamin 15%


LK PR
IPA 1 32 12 20 5
IPA 2 32 14 18 5
IPA 3 34 16 18 5
IPS 1 32 16 16 5
IPS 2 32 16 16 5
BAHASA 30 12 18 5

18
Total 192 30

3.5 Alat Ukur Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam penelitian karena dapat
menentukan keberhasilan penelitian. Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas alat
pengumpulan data yang valid. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:

1. Angket (Kuesioner) sebagai Alat Ukur Perilaku Pacaran


Menurut Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini angket
(kuesioner) digunakan unruk mengetahui pengaruh perilaku pacaran terhadap perestasi
belajar siswa kelas XI di SMA X. Kuesioner dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
pernyataan yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan indikator
variabel Perilaku Pacaran berikut :
Skala Varibel Perilaku Pacaran di adaptasi dari Abdul Haris, 2015
Tabel 3.2 Blue Print Perilaku Pacaran

Variabel Indikator Pernyataan


Positif Negatif
Perilaku 1. Proses Sosialisasi 1, 5, 30, 31, 40 2, 4, 12, 16, 36
Pacaran 2. Menjalin Keakraban 6, 7, 17, 18, 23, 9, 10, 14, 15, 37
dengan Lawan Jenis
3. Hiburan Semata 11, 13, 19, 27, 33 20, 21, 29, 32, 34,
35
4. Pemilihan Teman Hidup 3, 8, 22, 28, 38 24, 25, 26, 39
Total 20 20

Mengukur nilai dari variabel penelitian agar dapat menghasilkan data yang lebih
akurat, efesien dan komunikatif. Maka penelitian ini menggunakan skala dalam bentuk
angka. Skala yang digunakan pada skala ini adalah skala likert dengan 4 alternatif
jawaban. Alternatif jawaban positif adalah sangat sering, sering, jarang, tidak pernag.
Alternatif jawaban negatif adalah tidak pernah, jarang, sering, sangat sering. Menurut

19
Sugiono (2014) skala likert digunakan untuk mengukur sikap atau pendapat seseorang
atau sejumlah kelompok terhadap fenomena sosial dimana jawaban setiap item
mempunyai gradasi positif sampai negatif.

Tabel 3.3 Kategori Alternatif Jawaban Skala Perilaku Pacaran

Alternatif Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah


Jawaban
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4

2. Dokumentasi sebagai Alat Ukur Prestasi Belajar


Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Untuk prestasi belajar tidak ditentukan indikator karena pengumpulan data variabel
Prestasi Belajar diukur melalui dokumentasi sehingga untuk mengetahui prestasi belajar
siswa angsung diketahui dari hasil rata – rata nilai rapot akhir semester genap tahun
ajaran 2022 – 2023.

3.6 Validitas dan Reliabilitas

3.7 Teknik Analisis Data

20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta CV
CDC (Center for Disease Control). (2011). Reproductive Health: Teen Pregnancy. Diakses
dari laman web tanggal 18 April 2023 dari:
http://www.cdc.gov/TeenPregnancy/index.htm.
Djamaroh, S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
DeGenova, M.K & Rice, P. (2005). Human Intimacy: Marriage, The Family and It’s
Meaning New Edition. Boston: McGraw Hill.

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia.

Harefa, D. (2017). Pengaruh Presepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Dan
Minat belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Survey
pada SMK Swasta di Wilayah Jakarta Utara). Horison Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Lingusitik, 7(2), 49–73.
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif Referensi Guru Dalam Menentukan Model
Pembelajaran. PT. Media Persada.
Nana Sudjana. (2016). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Santrock, J.W. (2003). Remaja. Edisi 11 jilid 2. Penerjemah: Benedictine Widyasinta.
Jakarta: Erlangga

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

Syafi'i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang prestasi belajar siswa
dalam berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal Komunikasi
Pendidikan, 2(2), 115-123.

21
Sujana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Syah, M. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai