Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU

PATUH PADA ATURAN SEKOLAH DI KELAS XII IPS 2

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
Rahmania asyira
XII IPS 2

SMAS BUDI MULIA UTAMA


DKI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh
teman sebaya terhadap aturan sekolah di kelas xii ips2.” dengan baik. Adapun tujuan
dari penyusunan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh teman sebaya dalam menaati aturan sekolah.
Berbagai hambatan saya temui dalam proses penyusunan proposal ini. Akan
tetapi, berkat dukungan berbagai pihak, terutama Ibu Rafidah Zahra selaku Walikelas
saya, akhirnya saya dapat menyelesaikan proposal ini. Melalui kesempatan ini saya
ucapkan terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil yang telah semua
pihak berikan.

Saya menyadari bahwa hasil proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya selaku penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan dari semua pihak. Harapan
penulis, semoga proposal ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Jakarta, Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................8

2.1 Hakikat Musik.....................................................................................................8

2.1.1 Pengertian Musik..........................................................................................8

2.1.2 Perkembangan Musik dan Media yang digunakan.......................................8

2.2 Hakikat Belajar..................................................................................................10

2.2.1 Pengertian Belajar.......................................................................................10

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar......................................10

2.3 Musik Dalam Pembelajaran...............................................................................11

2.3.1 Manfaat Mendengarkan Musik Saat Belajar..............................................11

2.3.2 Pengaruh Musik Terhadap Perkembangan Individu..................................12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................14

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................................14

3.2 Populasi dan Sampel..........................................................................................14

3
3.2.1 Populasi......................................................................................................14

3.2.2 Sampel........................................................................................................14

3.3 Instrumen Penelitian..........................................................................................15

3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................................15

3.4.1 Angket........................................................................................................15

3.5 Teknik Analisis Data.........................................................................................16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................17

A. Hasil Penelitian...............................................................................................17

B. Pembahasan.....................................................................................................19

BAB V PENUTUP......................................................................................................22

A. Kesimpulan..........................................................................................................22

B. Saran....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN.............................................................25

DOKUMENTASI........................................................................................................27

4
BAB Ι
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan dengan tujuan
memberikan pengajaran serta mengelola dan mendidik para siswa
melalui bimbingan yang diberikan oleh para pendidik, memiliki fungsi
sebagai sarana untuk bersosialisasi. Dengan karakter dasar yang telah
diperoleh dari lingkungan keluarganya, sekolah mempunyai peran
untuk mengembangkan dan mengarahkan karakteristik peserta didik
agar sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum pada Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu “Mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”

Kegiatan belajar dan mengajar di sekolah berperan dalam


memenuhi kebutuhan pengetahuan peserta didik guna menunjang
kehidupannya. Proses belajar dan mengajar itu tidak hanya sekedar
memberikan ilmu pengetahuan, melainkan juga untuk membudikan
karakter dan memenuhi kebutuhan moral peserta didik. Melalui
penanaman nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat, maka
pengetahuan yang telah diberikan pada peserta didik akan
terimplementasikan dengan apik di ranah sosial yang lebih luas dari
sekolah. Bersamaan dengan penanaman nilai-nilai moral tersebut, maka

5
sekolah juga harus menetapkan peraturan-peraturan untuk membiasakan
peserta didik menjadi insan yang mulia.

Sekolah disebut sebagai sarana bersosialisasi karena di dalamnya


terdapat interaksi antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa
dengan sisa, serta adanya penanaman nilai dan mora, dan
diberlakukannya peraturan. Dari hal itulah karakter seorang siswa
dapat terbentuk. Pada umumnya, remaja mengalami pencarian jati diri
sebagai masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial,
fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka. Dalam proses pencarian
jati diri tersebut, para remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah yang sebagian besarnya melibatkan interaksi antar teman sebaya
seperti saat di sekolah, bimbingan belajar, dan waktu bermain. Dalam
hal ini, teman sebaya jelas memiliki peran penting dalam menemukan
jati diri dan pembentukan karakter.

Teman sebaya terdiri atas beberapa orang dengan usia yang sama
dan sering terlibat melakukan tindakan bersama-sama. Di dalam
kelompok teman sebaya itulah seseorang mulai menerapkan prinsip
hidup bersama di luar lingkungan keluarganya. Mereka juga dapat
bekerja sama dengan teman-teman sebaya dalam berbagai hal. Jalinan
antarindividu antara teman sebaya ini sangat kuat di mana perilaku
kelompok tersebut akan mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu yang
menjadi anggotanya sehingga individu tersebut akan membentuk pola perilaku dan
nilai-nilai yang baru, kemudian lahirlah nilai dan norma tertentu yang dijunjung
tinggi dalam pergaulan mereka. Tidak jarang mereka menggunakan
simbol-simbol tertentu sebagai identitas kelompok.

Adanya kesetaraan umur di dalam suatu kelompok teman sebaya


memberikan pengaruh yang cukup besar karena pada umumnya teman

6
sebaya akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama dan
terbangunlah suatu hubungan akrab. Hubungan akrab itu akan
memberikan kenyamanan bagi individu, di mana mereka dapat terbuka
dan bercerita dengan teman sebayanya mulai dari masalah pribadi,
pengalaman, hingga mendiskusikan masalah lainnya. Kenyamanan yang
mereka rasakan saat bersama teman-temannya itu didasarkan pada
pandangan atau pemikiran yang sama karena orang dengan kesamaan
usia biasanya mengalami tingkat perkembangan atau tingkat
kedewasaan yang tidak jauh beda. Kemudian memungkinkan timbulnya
pemikiran bahwa mereka adalah satu kesatuan yang terkait dan saling
mendukung. Hal itu memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam
menentukan perilaku karena kelompok teman sebaya dianggap sebagai
referensi utama dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan
gaya hidup seperti contohnya persoalan penampilan.

Pengaruh yang didapatkan dari pergaulan antar teman sebaya


juga berperan dalam terwujudnya suatu nilai. Bisa saja nilai yang
sebelumnya dianggap baik berubah menjadi nilai yang buruk setelah
interaksi yang dialaminya dalam pergaulan, namun hal itu tergantung
pada pendirian masing-masing individu, apakah ia akan tetap bertahan
dengan nilai yang selama ini dianutnya atau akan merubahnya. Apabila
seseorang tidak mampu mendalami norma yang ada di sekitarnya
sehingga ia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, maka proses sosialisasi dapat dianggap tidak berhasil.
Proses sosialisasi yang tidak sempurna itu merupakan salah satu
penyebab dari timbulnya perilaku menyimpang. Dikatakan sebagai
salah satu penyebab perilaku menyimpang karena proses sosialisasi
yang tidak sempurna terjadi akibat kurangnya komunikasi atau edukasi
mengenai norma yang baik dan benar. Hal ini membuat individu tidak
tahu apa yang menjadi harapan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena

7
itu, perilaku yang dihasilkannya merupakan perilaku yang jauh dari
harapan masyarakat.

Sekolah memiliki sejumlah peraturan atau tata tertib berisi


berbagai perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh seluruh siswa
demi terciptanya kenyamanan dalam proses kegiatan belajar dan
mengajar. Dampak dari pergaulan teman sebaya yang sudah dibahas
sebelumnya tentu memberikan pengaruh dalam hal mematuhi sejumlah
peratuan tersebut.

Melalui pengamatan yang telah kami lakukan di lingkungan


sekolah, kami melihat ada berbagai perilaku yang muncul dari
pengaruh teman sebaya. Berdasarkan pengamatan kami, kelompok
siswa yang tidak terlalu bergaul dengan teman sebayanya memiliki
sifat pendiam dan malu-malu dalam berinteraksi. Sementara itu,
kelompok siswa yang sering menghabiskan waktu bersama teman
sebayanya memiliki perilaku yang kurang bagus seperti melanggar
peraturan sekolah yang di antaranya malas ke sekolah, malas masuk
belajar di kelas, sering mengganggu temannya, tidak memakai atribut
sekolah lengkap, membawa barang-barang yang dilarang dibawa ke
sekolah, serta tidak mengerjakan tugas.

Berdasarkan penjelasan di atas, latar belakang kami menulis


karya tulis ini adalah untuk mengetahui apakah pergaulan teman sebaya
di kelas XII IPS 2 SMAS BUDI MULIA UTAMA dapat memberikan
pengaruh dalam hal mematuhi peraturan sekolah.

8
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kasus pelanggaran tata tertib oleh siswa-siswi.
2. Kurangnya kepekaan siswa-siswi terhadap pengaruh negatif
dari pergaulan teman sebaya.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap perilaku patuh
pada aturan sekolah di kelas XII IPS 2?

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menambah masukan bagi siswa-siswi agar menerapkan sikap
disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menjadikan kehidupan siswa-siswi lebih tertata sehingga
mudah dalam mencapai tujuan.
3. Menumbuhkan sikap patuh dan disiplin terhadap aturan yang
telah ditetapkan.
4. Tumbuhnya kepedulian terhadap sikap disiplin membuat
siswa-siswi mempunyai integritas, bias memikul tanggung
jawab dan dapat memecahkan masalah

9
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 TEORI
A. TEMAN SEBAYA
a. Pengertian Teman Sebaya
John. W. Santrock (2007), mengartikan teman sebaya
sebagai orang dengan tingkat usia, pola pikir, dan tingkat
kematangan yang sama. Menurut Hurlock (1997), teman
sebaya adalah suatu kumpulan orang yang kurang lebih
berusia sama dan bertindak bersama-sama. Menurut
Damsar (2011), teman sebaya adalah suatu kelompok dari
orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama,
dengan siapa umumya seseorang berhubungan atau
bergaul. Sedangkan menurut Stelf, teman sebaya
merupakan suatu interaksi yang terjadi oleh sekelompok
orang dan memiliki kecenderungan untuk meniru satu
sama lain.

Dari beberapa pengertian teman sebaya di atas,


dapat disimpulkan bahwa teman sebaya merupakan suatu
kelompok yang terdiri dari orang-orang dengan kesamaan
usia, pola pikir, dan tingkat kematangan yang umumnya
bergaul dan bertindak secara bersama serta memiliki
kecenderungan untuk meniru sesama.

b. Karakteristik Teman Sebaya


Menurut Santoso (2009), teman sebaya memiliki
karakteristik sebagai berikut :

10
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.
Teman sebaya terbentuk secara spontan dan tidak
mempunyai struktur organisasi yang jelas karena
semua anggota mempunyai kedudukan dan fungsi
yang sama, tetapi umumnya tetap ada satu orang di
antara anggota yang dianggap sebagai seorang
pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan
paling mendominasi dalam kelompok.

2. Bersifat sementara. Teman sebaya bukan merupakan


suatu organisasi resmi dan kemungkinan tidak
bertahan lama karena tidak ada struktur organisasi
yang jelas terlebih lagi jika kepentingan setiap
anggota berbeda-beda dan tidak mencapai
kesepakatan. Mereka juga dapat dipisahkan karena
keadaan seperti saat lulus sekolah, di mana masing-
masing anggotanya melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang berbeda-beda.

3. Teman sebaya mengajarkan individu tentang


kebudayaan luas. Setiap anggota teman sebaya
berasal dari lingkungan yang berbedan dan
mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda
pula. Dalam teman sebaya, mereka akan saling
memperkenalkan kebiasaan masing-masing sehingga
mereka akan saling belajar. Secara tidak langsung,
kebiasaan-kebiasaan yang beraneka ragam tersebut
dipilih dan disesuaikan dengan kelompok untuk
dijadikan sebagai kebiasaan kelompok.

11
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Teman
sebaya yang terbentuk secara spontan in
beranggotakan individu-individu dengan kesamaan
usia dan posisi sosial.

c. Jenis-jenis Teman Sebaya


Menurut Hurlock (1997), model pertemanan pada masa
anak-anak dibagi menjadi tiga klasifikasi utama di mana
masing-masingnya mempengaruhi sosialisasi pada periode
berbeda. Adapun jenis-jenis teman sebaya tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kawan. Kawan adalah orang yang memuaskan
kebutuhan anak akan teman melalui keberadaannya
di lingkungan si anak. Anak dapat mengamati dan
mendengarkan mereka tetapi tidak memiliki
interaksi langsung dengan mereka. Kawan bisa
terdiri dari beberapa usia dan jenis kelamin.

2. Teman bermain. Teman bermain adalah orang yang


melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan si
anak. Teman bermain dapat terdiri dari berbagai usia
dan jenis kelamin, tetapi biasanya anak memperoleh
kepuasan yang lebih besar dari mereka yang
memiliki usia dan jenis kelamin yang sama, serta
mempunyai minat yang sama. Menurut Upton
(2012), keuntungan teman bermain bagi
perkembangan anak adalah tanpa intervensi orang
dewasa, anak-anak belajar mengatur sendiri
permainan dan ruang di lapangan bermain.

12
3. Sahabat. Sahabat adalah orang yang tidak hanya
bermain dengan anak, tetapi juga berkomunikasi
melalui pertukaran ide, rasa percaya, permintaan
nasehat dan kritik. Anak yang mempunyai usia, jenis
kelamin dan taraf perkembangan sama lebih dipilih
menjadi sahabat. Papalia (2014) menjelaskan bahwa
persahabatan yang kuat melibatkan komitmen yang
sama dan perhatian saling memberi dan menerima.

d. Status Teman Sebaya


Santrock (2011), membedakan status teman sebaya,
sebagai berikut :
1. Anak-anak popular, yaitu anak yang sering
didominasikan sebagai teman terbaik dan jarang
tidak disukai teman sebayanya.

2. Anak-anak biasa, yaitu anak yang menerima jumlah


rata-rata baik nominasi positif dan nominasi negatif
dari teman sebayanya.

3. Anak-anak terabaikan, yaitu anak yang jarang


didominasikan sebagai seorang sahabat tetapi bukan
tidak disukai oleh teman sebayanya.

4. Anak-anak yang ditolak, yaitu anak yang jarang


didominasikan sebagai seorang sahabat dan secara
aktif tidak disukai oleh teman sebayanya.

13
5. Anak-anak kontroversial, yaitu anak yang sering
dicalonkan baik sebagai sahabat terbaik maupun
yang tidak disukai.

e. Peran Teman Sebaya


Menurut Santrock (2011), peranan teman sebaya dalam
proses perkembangan sosial anak antara lain sebagai
sahabat, stimulasi, sumber dukungan fisik, sumber
dukungan ego, fungsi perbandingan sosial, dan fungsi
kasih sayang. Peran teman sebaya juga dikemukakan oleh
Yusuf (2010) yaitu memberikan kesempatan berinteraksi
dengan orang lain, mengontrol perilaku sosial,
mengembangkan keterampilan dan minat sesuai dengan
usianya, serta saling bertukar pikiran dan masalah.

f. Faktor yang mempengaruhi hubungan teman sebaya


Menurut Semiawan (1998), terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hubungan teman sebaya, yaitu :
1. Kesamaan usia. Anak yang memiliki kesamaan usia
dengan anak lain akan memiliki kesamaan pula
dalam hal minat, topik pembicaraan serta aktivitas-
aktivitas yang mereka lakukan. Hal-hal tersebut
memungkinkan anak-anak untuk menjalani hubungan
yang lebih baik dan erat dengan anak yang memiliki
tingkat usia yang sama dengannya.

2. Situasi. Situasi atau keadaan memiliki imbas dalam


menentukan sesuatu yang akan dimainkan secara

14
bersama-sama dengan teman sebayanya. Sebagai
contoh, jika mereka berada dalam lapangan terbuka,
mereka akan terdorong untuk menggunakan
permainan yang bersifat kooperatif dan tak luput
dari penggunaan simbol atau orang. Saat anak
berada dengan temannya dengan jumlah yang cukup
banyak, anak akan lebih terdorong dengan
melakukan permainan yang kompetitif, dibandingkan
permainan kooperatif.

3. Keakraban. Keakraban dapat menciptakan suasana


yang kondusif dalam hubungan sosial, termasuk
hubungan dengan teman sebaya. Anak akan merasa
canggung jika diharuskan bekerja sama dengan
teman sebaya yang kurang begitu akrab, sehingga
jika diharuskan mereka melakukan kerja sama, maka
masalah yang akan dihadapi akan terselesaikan
dengan kurang baik dan efisien.

4. Ukuran kelompok. Jumlah anak yang saling


berinteraksi juga dapat mempengaruhi hubungan
teman sebaya. Semakin besar jumlah anak yang
terlibat dalam suatu pergaulan dalam kelompok,
interaksi yang terjadi akan semakin rendah, kurang
akrab, kurang fokus, dan kurang memberikan
pengaruh.

5. Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif


dalam hal ini merupakan keterampilan
menyelesaikan masalah. Semakin baik kemampuan

15
kognitif yang dimiliki anak, yang berarti semakin
pandai seorang anak dalam membantu anak lain
dalam memecahkan permasalahan dalam kelompok
teman sebaya, maka persepsi anak lain kepadanya
akan semakin positif. Dengan demikian mereka
cenderung menunjuk anak tersebut sebagai
pemimpin dalam kelompok.

g. Pengaruh Teman Sebaya


Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku.
Perilaku tersebut dapat berupa positif dan negatif.
Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika individu
bersama teman-temannya melakukan aktivitas yang
bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan
patuh pada norma serta nilai yang berlaku. Sedangkan
pengaruh negatif yang dimaksud dapat berupa pelanggaran
norma-norma sosial dan pada lingkungan sekola berupa
pelanggaran terhadap aturan sekolah.

Hubungan teman sebaya yang baik diperlukan untuk


perkembangan sosio-emosional yang normal. Anak-anak
yang ditolak oleh teman sebaya atau menjadi korban
temannya akan merasa kesepian dan beresiko menjadi
depresi. Anak-anak yang agresif terhadap teman sebayanya
beresiko terlibat dalam sejumlah masalah termasuk
penyimpangan dan putus sekolah.

Dampak positif dan negatif teman sebaya dijabarkan


oleh Destina (2009) ssebagai berikut :
1. Positif

16
1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui teman
sebaya, anak belajar bagaimana memecahkan
berbagai pertentangan dengan cara lain selain
dengan tindakan agresif.

2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial dari


teman sebaya untuk menjadi lebih independen.
Dorongan yang diperoleh dari teman sebaya
membantu mengurangi bergantungnya anak pada
keluarga.

3) Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan


kemampuan penalaran, dan belajar mengekspresikan
perasaan dengan cara yang baik.

4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan


perilaku peran jenis kelamin. Anak belajar mengenai
perilaku dan sikap yang mereka asosiasikan dengan
menjadi laki-laki dan perempuan.

5) Meningkatkan harga diri, yaitu dengan menjadi


orang yang disukai oleh teman-temannya membuat
anak merasa senang tentang dirinya.

2. Negatif
1) Anak yang ditolak atau diabaikan oleh teman
sebayanya akan memunculkan rasa kesepian atau
bahkan permusuhan.

17
2) Budaya dari teman sebaya bisa jadi merupakan suatu
bentuk kejahatan yang merusak nilai dan kontrol
orang tua.

3) Teman sebaya dapat mengenalkan anak kepada hal-


hal yang menyimpang seperti merokok, alkohol,
narkoba, dan sebagainya.

B. Tata Tertib Sekolah


a. Pengertian Tata Tertib Sekolah
Tata tertib sekolah secara umum merupakan
seperangkat peraturan ataupun ketentuan yang mengikat
setiap komponen sekolah supaya tujuan yang telah
ditetapkan oleh sekolah dapat tercapai. Sementara menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998), tata tertib
sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah
laku para siswa selagi mereka bersekolah untuk
menciptakan suasana yang mendukung.

a. Tujuan Tata Tertib Sekolah


Tata tertib sekolah dibentuk untuk mengatur
kegiatan sekolah supaya tercipta suasana tata kehidupan
sekolah yang santun dan sehat yang nantinya akan
menjamin kelancaran proses belajar mengajar. Adapun
tujuan tata tertib sekolah adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan suasana yang aman dan tentram.
2. Menciptakan sebuah kondisi yang mencerminkan
keserasian, keselarasan, serta keseimbangan, baik pada

18
tata ruang, tata kerja, tata pergaulan, dan lain
sebagainya di lingkungan sekolah.
3. Untuk membina hubungan yang baik di antara para
siswa, guru, dan warga sekolah lainnya yang
mencerminkan sikap saling menghormati dan tenggang
rasa.

b. Fungsi Tata Tertib Sekolah


Adapun fungsi tata tertib sekolah adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai alat untuk mengatur perilaku
Tata tertib sekolah memuat hal-hal yang diwajibkan
maupun hal-hal yang dilarang di lingkungan sekolah.
Jika terjadi pelanggaran tata tertib oleh para siswa
maupun warga sekolah lainnya, maka pihak sekolah
mempunyai kewenangan untuk memberikan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan begitu,
siswa dan warga sekolah lainnya akanberperilaku sesuai
dengan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan
untuk menghindari sanksi.

2. Sebagai sarana pendidikan


Tata tertib sekolah memperkenalkan siswa pada
perilaku yang disetujui dan tidak disetujui oleh suatu
lingkungan, sehingga saat mereka berada di lingkungan
yang lebih luas di luar lingkungan sekolah, mereka
akan terbiasa berperilaku sesuai yang diharapkan
masyarakat.

3. Sebagai pedoman perilaku siswa

19
Tata tertib sekolah dapat menjadi pedoman bagi para
siswa untuk dapat berperilaku atau bertindak sesuai
dengan harapan sosial.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
terkait bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap perilaku
patuh pada aturan yang telah ditetapkan di SMAS BUDI MULIA
UTAMA.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAS BUDI MULIA
UTAMA, tepatnya di kelas XII IPS 2 pada hari Rabu, 11 Januari
2023.

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Pengertian teknik pengumpulan data menurut Ridwan
(2010) merupakan teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Sedangkan menurut Djaman Satori
dan Aan Komariah (2011), teknik pengumpulan data merupakan
prosedur sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan.
Lalu, Sugiyono (2013) mengungkapkan teknik pengumpulan data
sebagai langkah yang paling strategis dalam penelitian dengan
tujuan utama penelitian adalah pendapatkan data.

20
Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
pengumpulkan data antara lain adalah observasi (pengamatan),
kuesioner (angket), interview (wawancara), dan studi dokumen.
Pada penelitian ini, kami memilih teknik kuesioner yang menurut
Dewa Ktut Sukardi (1983) merupakan metode penelitian dengan
tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber
data, dan menurut Bimo Walgito (1987) merupakan daftar
pertanyaan dalam penelitian yang diharuskan untuk dijawab oleh
responden atau informan. Kuesioner dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. Kuesioner tertutup ( closed questionnaire )
Menurut Arikunto (2010), arti kuesioner tertutup adalah
daftar pertanyaan dalam jenis angket yang dibuat untuk
menyediakan pilihan jawaban dari responden dengan
menyediakan opsi jawabannya. Sementara menurut Suharsini
(1995), angkat tertutup adalah kuesioner yang disajikan dalam
bentuk tidak ada opsi jawaban lain selain memberikan centang
(√) pada kolom atau tempat yang sesuai.

2. Kuesioner terbuka ( open questionnaire )


Arikunto (2010), mengartikan kuesioner terbuka sebagai
daftar pertanyaan yang dipergunakan dalam penelitian dengan
memberikan kesempatan bagi responden untuk menjawab
kalimatnya sendiri. Sedangkan menurut Azwar (2009),
kuesioner terbuka adalah pedoman pertanyaan dalam
pembuatan arti angket yang dilakukan untuk penemuan survei
awal dengan tujuan memastikan responden mengalami
beberapa indikasi yang akan dijadikan bahasan topik
penelitian.

21
3. Kuesioner campuran ( closed and open questionnaire )
Kuesioner campuran menurut Arikunto (2010) adalah adanya
perpaduan antara jenis kuesioner terbuka dan tertutup yang
disusun sesuai dengan topik penelitian mendalam guna
mendapatkan serangkaian data-data penelitian berupa angka
dan wawancara secara verbal.

Setelah membandingkan ketiga jenis kuesioner tersebut


dengan melihat situasi dan kondisi, kami para peneliti sepakat
untuk memilih kuesioner tertutup karena kuesioner tertutup
cenderung lebih mudah diolah dan tidak memerlukan banyak
waktu serta cukup efektif.

3.4 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data yang kami gunakan pada
penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Metode analisis
deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, serta menyajikan data
kuantitatif secara deskriptif. Dalam metode deskriptif, data dapat
disajikan dalam bentuk grafik seperti tabel atau digram dan juga
bisa disajikan dalam bentuk numerik seperti perhitungan rata-
rata atau standar deviasi. Dalam menganalisis data, peneliti akan
menganalisis setiap butir instrumen di mana dari hasil kuesioner
yang sudah diberikan kepada responden, peneliti akan
menjelaskan berapa banyak frekuensi dari jawaban yang telah
kami berikan. Berikut tahapan pengolahan data penelitian dengan
pendekatan kuantitatif yang akan kami gunakan :

22
1. Editing
Editing merupakan suatu proses yang dilakukan peneliti untuk
memeriksa kembali data yang telah terkumpul. Hal-hal yang
harus dicermati pada saat melakukan proses editing data yaitu
kelengkapan, kejelasan, kecocokan, dan kesesuaian jawaban
responden terkait dengan pertanyaan dalam kuesioner. Pada
tahap ini, peneliti tidak diperbolehkan untuk mengganti,
memperbaiki, dan mengubah apapun dalam kuesioner baik itu
pertanyaan maupun jawaban yang diberikan responden dengan
maksud dan tujuan tertentu.

2. Coding
Coding atau pengkodean adalah kegiatan menggolongkan dan
mengklasifikasikan jawaban responden menurut kategori yang
sudah ditentukan oleh peneliti. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan jawaban responden sehingga dapat
dianalisis dan diterjemahkan dengan mudah. Coding
dilakukan dengan memberikan simbol berupa angka pada
setiap data atau jawaban responden yang telah terkumpul.

Contohnya untuk pertanyaan “Saya lebih banyak


menghabiskan waktu di rumah yang sebagian besarnya
melibatkan interaksi antar teman sebaya.”, maka tabel c oding
akan dituliskan seperti tabel di bawah ini Cara tersebut dilakukan
karena anggota populasi dianggap homogen. Oleh karena itu, berdasarkan
teknik pengambilan sampel yang digunakan, sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas dua belas Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS BUDI
MULIA UTAMA) Jakarta yang secara acak mengisi instrumen penelitian
dengan jumlah lingkup yang tidak ditentukan.

23
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sebuah tes yang dimiliki karakteristik
mengukur informan dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan dalam
penelitian yang bisa dilakukan dengan membuat garis besar tujuan penelitian
(Sukmadinata, 2010). Instrumen penelitian akan digunakan dalam penelitian
ini terlampir dalam Lampiran 1.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian diperoleh dan dikumpulkan menggunakan teknik dan alat
berupa angket.
3.4.1 Angket
Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberi formulir yang berisi pernyataan tertulis yang akan dijawab oleh
responden. Responden akan mendapat pernyataan yang dapat dijawab dengan
memilih salah satu dari pilihan yang telah disediakan. Indikator dari angket ini
merupakan pengumpulan data pandangan siswa mengenai kegiatan
mendengarkan musik saat belajar. Angket akan disebarkan kepada subjek
penelitian (siswa kelas dua belas) yang diambil sebagai sampel penelitian
secara acak.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan dalam suatu proses pelaksanaan yang dimulai
sejak awal sampai akhir penelitian. Semua informasi dan data dapat segera disusun
dan dianalisis.
Analisis data adalah proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

24
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2014:244).
Data yang diperoleh dari penyebaran angket akan dirangkum dan diseleksi
berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan dan ditetapkan, sekaligus proses
penyusunan data. Selanjutnya data dianalisis kembali dengan penyusunan atau
penyajian dalam bentuk uraian yang sistematis. Hasil pengolahan data dan proses
penyajian data, secara langsung akan dapat dipahami pengolahan bahan penelitian
yang sudah disajikan sehingga dapat ditarik kesimpulan dan mencapai tujuan
penelitian melalui poin-poin penting hasil analisis tersebut.
No Frekuensi Persentase
1. Ya = 16 42,1%
Tidak = 22 57,9%

1. Tabulating
Setelah melalui proses editing dan coding, tahap selanjutnya
adalah mengorganisasikan data melalui tabulasi. Tabulating
adalah kegiatan memasukkan dan menyusun data yang
diperoleh ke dalam bentuk tabel. Kegiatan ini dilakukan agar
tampak lebih sederhana, ringkas, dan mudah dipahami.

Berikut contoh diagram yang akan digunakan dalam penelitian


ini.

25
No Pertanyaan Ya Tidak

BAB IV
LAPORAN PENELITIAN

4.1 Profil Sekolah


Sekolah Menengah Atas Swasta Perguruan Rakyat 2 Jakarta
adalah Sekolah Menengah Atas yang berada di Jalan AD
Lampiri Raya No. 28 RT 4/RW 12, Pondok Kelapa, Duren
Sawit, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Sekolah dengan
akreditasi A dan berstatus unggulan di DKI Jakarta ini
setiap tahunnya menerima kurang lebih 200 murid baru.
SMA Perguruan Rakyat 2 Jakarta tidak hanya
mengedepankan nilai-nilai akademik saja dalam
pembelajarannya, tetapi nilai non-akademik seperti
organisasi sekolah dan ekstrakulikuler juga ditekankan

1. Jumlah Guru dan Karyawan


Jumlah guru di SMAS Perguruan Rakyat 2 adalah 48
orang dan karyawan di SMAS Perguruan Rakyat 2
berjumlah 12 orang.

2. Siswa

26
Jumlah keseluruhan siswa kelas X, XI, XII di SMAS
Perguruan Rakyat 2 adalah 555 orang.

3. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan untuk sistem pembelajaran
dii SMAS Perguruan Rakyat 2 adalah K13 Revisi
tetapi sudah melakukan uji penyesuaian agar dapat
berpindah menjadi Kurikulum Merdeka.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Profil Kelas XI MIPA 1
Kelas XI MIPA 1 merupakan salah satu kelas yang
berjurusan IPA di SMA Perguruan Rakyat 2.

2. Wali Kelas XI MIPA 1


Ibu Septi Triana Putri, S.Pd. merupakan guru yang
mewakili dan membimbing serta bertanggung jawab
atas kelas XI MIPA 1. Selain itu, beliau juga
merupakan guru mata pelajaran Ekonomi dan PKWU
di SMA Perguruan Rakyat 2.

3. Siswa/siswi kelas XI MIPA 1


Siswa/siswi di kelas XI MIPA 1 berjumlah 39 orang
dengan siswa laki-laki berjumlah 18 orang dan siswa
perempuan berjumlah 21 orang.

27

Anda mungkin juga menyukai