Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Maha suci Allah, tiada kata yang pantas kita ucapkan selain puji dan
syukur kehadirat Ilahi Rabbi, dengan Rahmat dan Hidayah-Nya sampai saat
ini kita masih dapat merasakan nikmat-Nya. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curah kepada Nabi kita Muhammad Rasulullah SAW., kepada
keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Harapan saya semoga karya tulis ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi karya tulis ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Karya tulis ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat sedikit. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan karya tulis ini.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini, oleh sebab itu penyusun ingin sampaikan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Adiyusman dan Ibu Amalia yang
telah memberikan nasihat, do’a dan dukungan moril maupun materil
untuk penulis.
2. Bapak Eko Prasetyo, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan
dukungan terkait penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Siswa-siswa kelas IX-I SMP AL-WASHLIYAH 26 MEDAN yang telah
mendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat
terselesaikan tepat pada waktunya..
4. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
sudah membantu menyelesaikan karya ilmiah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Medan,22 Maret 2018
Penulis

Ryan Pramana
DAFTAR ISI
KATA PENGAHANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4. Metode Penulisan...........................................................................................3
1.5. Manfaat Penulisan..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Etika................................................................................................................5
2.2. Moral...............................................................................................................5
2.3. Contoh-contoh perilaku penurunan moral......................................................5
2.4. Sebab-sebab penurunan moral......................................................................6
2.5. Dampak penurunan moral..............................................................................7
2.6. Upaya meminimalisir penurunan moral..........................................................8
2.7. Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar..................................9
2.8. Fungsi dan tujuan moral dan etika.................................................................9
2.9. Tujuan Etika dan moral di sekolah.................................................................9
2.10. Nilai-nilai Moral dan Etika di sekolah...........................................................9
2.11. Proses perencanaan pembentukan sikap etika siswa.................................10
2.12. Peran guru dalam membentuk Etika siswa.................................................14
2.13. Penyimpangan Moral pada siswa................................................................15
2.14. Cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa................16

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................17
3.2. Saran..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA 18

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Sedangkan etika menurut filsafatdapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa
tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik
dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam
usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-
masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang
berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu,
objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif,
yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila.
Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
kemajuan tersebut tidak diikuti dengan majunya perilaku siswa. Penyebabnya
sistem pendidikan kita yang mayoritas menilai kelulusan hanya kecerdasan
intelektual saja alias angka-angka yang ada di raport dan ijazah. Padahal secara
sederhana tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan kecerdasan intelektual
dan emosional atau spiritual. Saat ini perilaku pelajar sangat mengkhawatirkan
seperti menjauh dari ajaran agama, kurangnya rasa hormat terhadap orang yg lebih
tua, siswa yang merokok, model pakaian, hingga perbuatan yang menjurus asusila.
Saat ini jika diperhatikan hanya sedikit pelajar yang melaksanakan ibadah
berjamaah. Mereka cenderung lebih suka berkumpul dengan teman-teman sebaya
sekalipun waktu solat telah tiba. Apalagi yang mengaji dan ibadah lainnya. Selain itu

1
perilaku pelajar saat ini terlihat kurang menghormati orang tua seperti berani
membentak, melawan, bahkan melakukan kekerasan fisik. Sesuatu yang benar-
benar tidak sesuai dengan budaya kita sebagi orang timur.
Program 5S yaitu program yang membentuk etika siswa dengan cara
senyum, sapa , salam, sopan, santun
Perilaku lainnya yang mengkhawatirkan adalah meningkatnya jumlah pelajar
yang merokok dari tahun ke tahun. Saat ini sudah dapat kita temui pelajar kelas 4
SD yang sudah bisa bahkan terbiasa merokok.Dua puluh tahun yang lalu pelajar
yang merokok mayoritas mereka yang berstatus pelajar SMA Untuk masalah satu
ini,, mereka tidak dapat disalahkan seutuhnya karena mereka melihat perilaku orang
tua mereka yang merokok bahkan terbiasa disuruh membeli rokok sehingga mereka
ingin mencobanya.
Model pakaian pelajar wanita sekarang sungguh memprihatinkan karena tidak
sedikit yang berpakaian ketat dan rok di atas lutut yang terlalu tinggi naiknya.
Pakaian seperti itu juga tidak nyaman dilihat. Menurut saya ini salah satu efek
negatif globalisasi karena model pakaian seperti itu berasal dari luar. Hal ini juga
tidak sesuai budaya pakaian kita yang cenderung lebih tertutup dan sopan. Saya
rasa pelajar yang berpakaian seperti itu hanya berpikir pendek. Sebagian hanya
ingin memamerkan tubuh mereka dan supaya dikenal oleh sekeliling mereka.
Mereka tidak berpikir akibat buruk yang ditimbulkan. Pelajar sekarang sudah biasa
melakukan hal-hal asusila mulai berciuman, ML, bahkan harus aborsi. Bahkan tidak
sedikit pelajar yang putus sekolah karenaMBA. Sangat disayangkan jika masa
depan yang cerah menjadi rusak karena kenikmatan sesaat.
Maraknya penerapan pendidikan karakter di sekolah – sekolah sebagai upaya
untuk menangulangi kemerosotan moral dan tingkah laku anak bangsa dan remaja
SMA pun dilakuakan. Perbaikan demi perbaikan moral dan prilaku anak bangsa dan
remaja SMA pun semakin gencar dilakukan. Selamatkan anak bangsa dari
kehancuran moral karena masuknya budaya – budaya asing yang mengancam
generasi muda.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa sebab-sebab terjadinya penyimpangan Moral tersebut ?
2. Bagaimana Dampak yang ditimbulkan akibat Penurunan Moral ini ?
3. Bagaimana upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan
karakter tersebut?
4. Bagaimana pengaruh penyimpangan karakter ini pada prestasi siswa ?

2
5. Bagaimana Fungsi dan tujuan Program 5S?
6. Bagaimana nilai-nilai Moral di sekolah?
7. Faktor apa yang mempengaruhi moral dan etika para pelajar?
8. Solusi apa untuk mengatasi masalah penurunan moral dan etika?
9. Bagaimana Etika di sekolah?
10. Bagaimana program perencanaan etika dan moral di sekolah menengah
pertama?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk diri sendiri agar selalu meningkatkan moral saat dirumah, disekoh dan
dimasyarakat.
2. Untuk para pelajar agar selalu membudayakan 5S dimana pun.
3. Untuk orang tua agar mengajarkan tentang budaya ketimuran , 5S dan
tingkah laku.
4. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku anak bangsa yang terpuji dan
sejalan dengan Moral bangsa Indonesia.

1.4 Metode penulisan


1. Observasi.
2. Kajian Pustaka.
3. Internet

1.5 Manfaat Penulisan


1. Hasil Karya ini diharapkan menumbukan sifat yang sopan sesuai dengan
moral bangasa Indonesia bagi siswa sekolah.
2. Menambah pengetahuan bagi Penulis dan pembaca serta agar para orang
tua mengajarkan tingkah laku anak yang mencerminkan budaya kesopanan
dan etika saat berbicara.
3. Hasil karya ilmiah ini di harapkan menjadi tolak ukur guru untuk meningkatkan
perilaku yang sopan bagi siswa.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Sedangkan etika menurut filsafatdapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa
tentang tingkah laku manusia.Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah
mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat
tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami
kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan
buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.Secara metodologi, tidak setiap
hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis,
metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan
suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik
dan buruk .

2.2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila.
Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

2.3. Contoh-contoh perilaku penurunan moral


Ada beberapa peristiwa yang tergolong penyimpangan karakter di negeri ini.
Contoh kecil saja, di zaman yang sudah modern ini banyak orang yang lupa
beretika, lupa menjaga sopan santun, tak mau saling tolong menolong, tak
bertanggung jawab, tidak tahu batas-batas pergaulan dan masih banyak lagi. Hal
sekecil itu saja sudah tak terkendali, apalagi hal yang besar.Realitanya, banyak
makelar kasus, penggelapan pajak, korupsi, kejahatan yang dilakukan oleh oknum-

4
oknum tak bertanggung jawab dan yang amat sangat memprihatinkan adalah
perilaku remaja Indonesia yang masih berada di usia sekolah.
Menurut survey, pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia
sekitar 18.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja
melakukan hubungan seksual di luar nikah, 21% diantaranya melakukan aborsi dan
sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta
diantaranya adalah pelajar tingkat SMP hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang
membuat keadaan negeri ini semakin buruk.

2.4. Sebab-sebab penurunan moral


Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sekaligus orang
pertama yang memberikan kasih sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam
kandungan. Contohnya saja seorang ayah mengumandangkan adzan dengan lirih di
telinga sang anak ketika ia baru saja dilahirkan, itulah bekal awal untuk mengawali
hidup dengan kebaikan. Sedangkan, ketika sang anak hendak tidur, ibulah yang
menenangkan atau membacakan dongeng untuknya. Tidak hanya itu, ayah dan ibu
juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan mulai berkomunikasi dengan
orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi bekal utama dalam megendalikan
anaknya untuk menjadi anak yang baik.Namun, kenyataannya ada orang tua yang
belum mengerti bagaimana cara mengasuh anak dengan penuh cinta dan kasih
sayang. Buktinya, ada saja orang tua yang menitipkan anaknya kepada babby sitter
atau pembantu rumah tangga. Sehingga, anak tersebut mendapatkan
pendampingan tumbuh dan berkembang bukan dari orang tua yang sudah
berkeahlian mengurus anak dan tidak pula orang tua itu menjadi pendamping
terindah ketika anaknya tumbuh. Ada saja alasan yang dijadikan para orang tua
untuk memutuskan menitipkan anak kepada babby sitter. Salah satu alasan
andalannya adalah karena harus mencari nafkah untuk membiayai anak itu,
padatnya jam kerja dan lain sebagainya. Seharusnya tidak begitu. Boleh saja
bekerja, tanpa melupakan tugas utama sebagai orang tua.Ada pepatah bilang,
bahwa “segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, tunggulah
saat kehancurannya.” Berarti harusnya para orang tua harus memiliki kemampuan
dalam hal mengurus anak.Tidak hanya itu, bentuk perlakuan yang diterima anak dari
orang tua dan lingkungan, menentukan kualitas kepribadian seorang individu.
Seseorang yang memiliki kepribadian lemah karena ia kurang mendapat perhatian

5
penuh dari orang tua, kurang rasa aman, sering dimanjakan. Sebaliknya, seseorang
yang memiliki kepribadian yang kuat karena ia telah mendapat perhatian penuh dari
orang tua, kehangatan jiwa dan pemberian pengalaman hidup dari orang
tuanya.Peran kedua sebagai seseorang yang mengembangkan karakter anak
adalah guru. Sebagai seorang guru, hendaknya memiliki kemampuan dalam
mendidik siswanya terutama sering-sering mengecek siswanya. Tidak hanya
sekedar menghabiskan bab-bab pada buku pelajaran, sekedar menyampaikan
informasi atau mengejar target kurikulum.

Menurut pengakuan salah satu siswa, ada saja penyakit guru yang dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, diantaranya :
1. Tidak punya selera mengajar
2. Kurang memperkaya materi (lemah sumber)
3. Kurang disiplin
4. Asal masuk kelas
5. Tidak bisa computer
6. Kurang terampil
7. Asal sampaikan materi, urutan tidak akurat
8. Di kelas diremehkan anak
Hal yang seperti inilah yang bisa menjadi salah satu penghambatnya.
Peran ketiga adalah masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau
bergaul. Anak bisa terkontaminasi kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar.
Sehingga, sedini mungkin orang tua harus bisa menjaga anak-anaknya dari
pengaruh luar yang negative.

2.5. Dampak penurunan moral


1. Banyak anak berperilaku anarkis
2. Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain
3. Tidak mau tolong menolong dengan sesame
4. Tidak menghargai sesuatu
5. Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang
tuanya
6. Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, social dan budaya
7. Jati diri bangsa Indonesia luntur

2.6. Upaya meminimalisir penurunan moral


1. Bagi para orang tua, sebaiknya mulai sekarang belajar bagaimana
mengasuh anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting
education
2. Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak dalam situasi apapun

6
3. Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja
padat
4. Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam suatu mata pelajaran.
5. Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat
memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian
rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga
kebersihan.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin
melakukan upacar bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran,
mengucap salam bila bertemu guru atau teman.
7. Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya
menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran
berlangsung
8. Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu
teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga
9. Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya ddan karakter
bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak
sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih.
10. Sekolah sebaiknya membuat program 5S yaitu sapa, senyum, sopan,
salam, santun.
11. Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik
menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita

2.7. Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar


Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan
seseorang dalam meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia,
Daniel Goleman yang menyatakan bahwa “80% kesuksesan seseorang ditentukan
oleh kecerdasan emosinya (emotional quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh
IQnya.” Disinilah pembentukan karakter itu sangat berperan untuk meraih
kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa etika dan moral dapat dijadikan obat
agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada siswa.

2.8. Fungsi dan tujuan moral dan etika

7
Fungsi dan tujuan moral dan etika Berfungsi untuk:
1. mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
2. memperkuat dan membangun perilaku siswa yang multikultur.
3. meningkatkan peradaban siswa yang kompetitif dalam pergaulan.

2.9. Tujuan Etika dan moral di sekolah


Tujuan pendidikan karakter yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
, berakhlak mulia dan berbudi luhur. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
moral , etika dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

2.10. Nilai-nilai Moral dan Etika di sekolah


Nilai- nilai di bawah ini belum dilaksanakan secara optimal. Nilai – nilai moral siswa
seharusnya seperti :

8
1 Religius 10 Semangat Kebangsaan
2 Jujur 11 Cinta Tanah Air
3 Toleransi 12 Menghargai Prestasi
4 Disiplin 13 Bersahabat/Komunikatif
5 Kerja Keras 14 Cinta Damai
6 Kreatif 15 Gemar Membaca
7 Mandiri 16 Peduli Lingkungan
8 Demokratis 17 Peduli Sosial
9 Rasa Ingin Tahu 18 Tanggung Jawab

Nilai-nilai Etika yang seharusnya dilaksanakan secara optimal bagi siswa


1 Salam
2 Sapa
3 Senyum
4 Sopan
5 Santun

2.11. Proses perencanaan pembentukan sikap etika siswa


Seperti bagan diatas, Program 5S serta Moral dan Etika dimulai dari membentuk
watak/karakter itu sendiri. Karakter meliputi : konsep moral, sikap moral, perilaku
moral. Pertama, harus membentuk konsep-konsep pendidikan karakter. Karena
sebelum membuat rencana,harus membuat konsepnya terlebih dahulu.
Selanjutnya,setelah menbuat konsep,kita harus menentukan sikap yang akan kita
lakukan. Setelah itu,melakukan sikap dengan perilaku atau perbuatan.Selanjutnya,
dalam membangun karakter seorang siswa, pihak sekolah perlu memperhatikan
aturan dan tata tertib yang berlaku. Di era globalisasi ini, banyak sekolah yang
sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan
antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya siswa yang
acuh tak acuh dengan keberadaan guru, tidak menghormati guru, dan lain-lain. Oleh
karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter
masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan intelektualisme dan
profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter
pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib yang dapat menumbuhkan
karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat kantin kejujuran. Dalam hal ini,
sekolah dapat menumbuhkan karakter kejujuran pada setiap siswa.

 Menurunnya etika dan moral di atas disebabkan oleh beberapa faktor :

9
1. Longgarnya pegangan terhadap agama . Sudah menjadi tragedi dari dunia
maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu
pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan
kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan
tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran
agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang
dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun
biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam
diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar
tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka
dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan
hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag
yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang
iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran
yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta
menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya
pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah
memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah
suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan
nilai moral.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga,
sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga
institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya.
Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak
masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak
lahir, belum mengertyi man auang benar dan mana yang salah, dan belum
tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam
lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik
untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal
moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara
menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan

10
harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu
pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan
hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun
dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik.
Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi
pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping
tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan.
Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-
anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek
kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang
demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama
yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan
moral.Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita.
Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam
pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar
dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya
keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga
lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama,
dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita
dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah
menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat,
gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda
tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat
merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola
hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu
dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa
dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis
yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan,
siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus
budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang

11
semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan
kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi
kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk
faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja
dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah
yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya
manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang
sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang
demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa
yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya
dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang
hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik
memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak
terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral
bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang
disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah
kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian
itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan.
Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah
seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa
dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
5. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin
terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah
mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti
narkoba dan seks bebas.
6. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat
pelarian.
7. Kurangnya pendidikan Agama dan moral.
 Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini,
arus informasi menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak
dapat menyaring informasi ini dapat menggangguetika dan moral remaja.
Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan
tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah.

12
 Untuk mengatasi masalah ini, penulis memberikan beberapa solusi :

1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih
teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika,
moral, dan akhlak.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari
orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya
perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk
menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan
merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan
kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan,
merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif
maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi
dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal
sholeh.

2.12. Peran guru dalam membentuk Etika siswa.


Selain guru mengajar dan mendidik siswanya, prilaku dan tingkah laku guru
biasanya ditiru oleh siswa. Perilaku ini akan membentuk karakter siswa. Contohnya :
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki
ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli)

2.13. Penyimpangan Moral pada siswa.

13
Meskipun guru telah mengajarkan nilai-nilai Moral dan Etika yang baik kepada
siswa, kadangkala siswa tidak menuruti atau tidak mematuhi nilai karakter tersebut.
Contohnya :
a. Siswa tidak jujur ketika mengerjakan soal ujian.
b. Tidak disiplin ketika mengikuti upacara bendera (tidak memakai atribut yang
lengkap)
c. Tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan.
d. Bertengkar karena suatu permasalahan (merupakan contoh siswa yang tidak
cinta damai) .Dll.

 Upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan Moral dan


Etika pada siswa antara Lain:
a. Bagi orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan anaknya
b. Orangtua mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam
kerja padat
c. Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
suatu mata pelajaran.
d. Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi
contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata
sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.
e. Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin
melakukan upacara bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran,
mengucap salam bila bertemu guru atau teman.
f. Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur
ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung.
g. Melaksanak Program 5S di sekolah agar para pelajar dapat selalu beretika
dengan baik serta memiliki moral yang bagus pula.
h. Memuji perbuatan yang baik , misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu
teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga.
i. Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya dan karakter
bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah
terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih.
j. Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik
menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita.

2.14. Cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.


a. Dibekali dengan ilmu pengetahuan
b. Meningkatkan motivasi siswa dalam meraih prestasi.
14
c. Memberi ruang kepercayaaan pada diri bahwa karakter yang tidak baik bisa
diubah menjadi karakter yang baik.
d. Antara siswa dengan guru sering berinteraksi,di dalam kelas maupun di luar
kelas.
e. Berani mengakui kesalahan dan mau berubah.
f. Harus menyelesaikan setiap persoalan yang masih belum terselesaikan.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Sedangkan etika menurut filsafatdapat disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada
dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
2. Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai
susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
3. Perilaku siswa tergantung dari didikan orang tua dan guru
4. Pendidikan berkarakter akan membentuk siswa berbudi luhur.

3.2. Saran
1. Untuk seluruh siswa agar tetap melaksanakan program 5S.
2. Untuk Sekolah lain agar membuat program perencanaan moral dan etika
dengan menggutamakan kennyamanan pelajar dan orang tua murid.
3. Hendaknya penanaman nilai-nilai moral dan etika di sekolah harus
dilaksanakan secara optimal oleh semua warga sekolah.
4. Hubungan kerjasama/timbal balik antara Kepala sekolah-Guru,Guru-
Siswa,Guru-Orang tua lebih ditingkatkan lagi.
5. Dan setiap sekolah khususnya SMP Sederajat agar membudayakan 5S di
setiap sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Oemar Seno.1991. Etika Profesional Hukum. Jakarta: Erlangga.


Agoes Sukrisno, Ardana I Cenik. (2009) Etika Mahasiswa. Jakarta : Salemba Empat.
K. Bertens, 1994 Etika. Jakarta: Utama Gramedia.
Edward Shill Tanpa tahun. Etika Akademis. Terjemahan oleh Parsudi Suparlan.
1993. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

16
Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.

17

Anda mungkin juga menyukai