Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan
bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam
hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan
kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan
moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,
khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya,
perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai-nilai budaya yang berlaku.
Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di
dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan
kemampuan individunya.
Dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu
memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain
terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang
dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa
dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
B. Budaya Nasional
Secara umum, budaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu budaya daerah dan
budaya nasional. Budaya daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu
yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada
ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah muncul saat penduduk suatu daerah telah
memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan
yang membedakan mereka dengan penduduk di wilayah lain. Budaya daerah sendiri mulai
terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan terdahulu. Itu dapat dilihat
dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di
Indonesia yang berbeda satu sama lain. Dari bermacam-macam budaya daerah tersebut maka
muncullah sesuatu yang disebut Budaya Nasional.
Budaya nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut.
Budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara
akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari negara tersebut.
Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan
perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua
daerah di negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya
daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu
Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh
seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan
Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap
daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka
tunggal ika”.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak
dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.
Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.
Di sebelah barat dan selatan paparan Sunda dibatasi oleh rangkaian pegunungan
berapi yang membentang dari Sumatera hingga Jawa. Laut Jawa dan Selat Karimata yang
mengering berubah menjadi padang rumput terbuka, dataran banjir, dan rawa-rawa. Hutan
yang ada tidak terlalu lebat karena iklim cenderung kering akibat penumpukan es yang besar
di belahan utara dan selatan Bumi.
Papapan Sunda adalah sebuah daratan yang luas. Sungai-sungai begitu panjang.
Sungai Kapuas dan sungai Musi misalnya, bermuara di Laut China Selatan, jauh di utara
dekat Vietnam sana. Sementara itu, sungai-sungai dari Jawa dan Kalimantan Tengah dan
Selatan bermuara di Laut Flores. Di bagian muara ke Laut Flores, sungai muncul berliku-liku
karena platform yang penuh rawa. Wilayah ini penuh dengan reptil seperti ular dan buaya
sehingga kemungkinan besar tidak dihuni manusia.
Manusia menghuni wilayah Paparan Sunda yang ada dalam segitiga Sumatera-Jawa-
Kalimantan. Masyarakat ini berasal dari daratan benua Asia, masuk lewat Thailand atau
Semenanjung Malaya. Mereka menghuni wilayah khususnya di tepian sungai besar. Di sini
mereka berburu mamalia, burung, dan ikan dengan alat-alat sederhana seperti tombak kayu
dan sebagainya yang termasuk barang-barang dari kayu atau batu yang tidak terlalu keras.
Hal ini disebabkan sumber utama batu yang umum digunakan dalam peradaban zaman batu
seperti batu untuk bahan dasar kapak, parang, dan mata panah terdapat hanya di satu titik
yaitu di daerah Bangka Belitung.
Masyarakat ini disebut masyarakat Austro-Melanesia dan telah hidup di wilayah ini
bahkan sebelum zaman es terjadi. Masyarakat Austro-Melanesia ini telah tinggal setidaknya
sejak 35 ribu tahun lalu. Jadi leluhur orang Indonesia yang pertama dapat dipandang berasal
dari masyarakat Austro-Melanesia ini. Karena udara yang kering dan banyaknya padang
rumput, kebakaran hutan kerap terjadi. Wilayah Kalimantan merupakan wilayah yang paling
sering mendapat kebakaran hutan dan Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di
Kalimantan Timur terdorong untuk mengungsi menyeberang ke Sulawesi, tepatnya di
Tonasa dan Kapposang.
Ketika zaman es berakhir (14.000-6.000 tahun yang lalu), kutub kembali mencair dan
air kembali memenuhi lautan yang kering. Air laut memasuki Paparan Sunda dan
memisahkan Kalimantan dengan Sumatera dan Jawa yang masih menyatu dan akhirnya
terpisah oleh Selat Sunda. Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di paparan terpaksa
menyebar ke dalam tiga arah. Ke Sumatera di barat mereka menjadi leluhur Batak dan
Minang. Ke Jawa di selatan mereka menjadi leluhur orang Sunda dan Jawa. Ke Kalimantan
di timur, mereka menjadi leluhur orang Dayak. Mereka masuk ke pulau-pulau baru ini lewat
sungai-sungai besar. Mereka pada umumnya tinggal di gua-gua besar di pegunungan seperti
di wilayah Bandung, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Ketika jumlah populasi telah besar,
gua tidak cukup menampung, dan mereka menyebar ke sekeliling. Indonesia dipenuhi hutan
lebat karena masuknya nutrisi dari kutub dan berubahnya iklim menjadi lebih hangat.
Pada saat zaman es berakhir, sekelompok masyarakat pelaut dari Yunan, Cina Selatan
datang ke Indonesia. Dikatakan masyarakat pelaut karena mereka datang dengan melindasi
perairan selat antara Yunan, Cina Selatan (Taiwan), kepulauan Philipina, dan Laut Sulawesi.
Mereka datang ke Indonesia dalam tiga aliran.
Pada zaman resen (6.000 tahun yang lalu – sekarang), seluruh pulau besar di
Indonesia relatif telah berpenghuni. Masyarakat pelaut dan Austro-Melanesia telah
berasimilasi sehingga membentuk berbagai kebudayaan unik di seluruh penjuru Nusantara.
Penyebaran ini didukung oleh teknologi pelayaran yang baik. Sebagian dari masyarakat
pelaut menyebar hingga ke Australia dan berasimilasi dengan penduduk Aborigin yang telah
tinggal lama di sana, mungkin juga berasal dari Austro-Melanesia. Mereka juga menyebar ke
Selandia Baru dan mungkin menjadi leluhur orang Maori. Ke barat, mereka menyeberang
hingga ke Afrika Timur. Di Madagaskar misalnya, ditemukan bahasa yang memiliki
kemiripan dengan bahasa daerah salah satu etnik Dayak di Kalimantan. Diduga masyarakat
Dayak telah menyebar dan mengkoloni Madagaskar sejak abad ketiga sebelum masehi.
Masyarakat Dayak yang tinggal di pesisir Kalimantan (barat dan utara) pada masa
1500 tahun lalu menjadi leluhur orang Melayu di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Mereka menyeberang karena didorong oleh perdagangan dan teknologi pelayaran yang cukup
maju.
B. Keberagaman bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf
membagi rumpun bahasa ini ke dalam subrumpun:
1. Bahasa-bahasa Austronesia barat atau Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
· Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia barat) meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo,
Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda,
Madura, Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba,
Sabu.
· Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan,
Halmahera Selatan-Irian Barat.
2. Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
· Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian) Melanesia (dari bahasa
Yunani “pulau hitam”) adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai
ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
· Bahasa-bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia).
C. Keberagaman religi
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Keanekaragaman agama di
Indonesia merupakan identitas alamiah yang sudah ada sejak dulu. Kemerdekaan beragama di
Indonesia dijamin oleh negara yang tertuang dalam Undang-Undang dasar 1945, tepatnya
pada pasal 29 ayat 2. Kemajemukan agama ini hendaknya dipelihara dan disyukuri dengan
sikap tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, baik terhadap orang yang beragama
sama dengan diri kita maupun bebeda agama, baik terhadap kelompok minoritas maupun
mayoritas. Agama yang tumbuh dan berkembang dinusantara adalah agama Islam, Kong Hu
Cu, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara, namun sejak pemerintahan masa Abdurrahman Wahid istilah
agama resmi dihapuskan.
Perbedaan agama menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya keragaman
kebudayaan Indonesia, contohnya kebudayaan besar seperti kebudayaan Tiong Hoa,
kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran
agama Hindu dan Budha di negara Indonesia jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-
kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada
abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai
pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi
perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara( Sriwijaya) .
Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari
daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk
lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan
seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di
Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-
pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang
berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk Kebudayaan Barat dan membentuk
kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem
organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti perekonomian, dan
sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam
masyarakat.
C. Kesenian
Budaya Indonesia tak lepas dari aspek kesenian daerah. Kesenian itu sendiri adalah
ekspresi manusia yang bisa dinikmati oleh mata dan telinga. Di Indonesia, ada bermacam-
macam kesenian diantaranya :
1. Sastra (bahasa)
Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Di Indonesia, kita bisa menemukan macam-
macam budaya bahasa, seperti bahasa Jawa, bahasa Bali, dan masih banyak lagi. Semua
memiliki pengucapan yang berbeda-beda dan disatukan oleh bahasa nasional Indonesia.
Seni sastra juga mencakup cerita atau dongeng rakyat, biasanya berkaitan erat dengan
asal-usul suatu daerah atau cerita kerajaan zaman dahulu. Misalnya cerita Tangkuban Perahu,
Timun Mas, atau cerita Malin Kundang yang sangat sarat akan pesan moral.
2. Lagu
Pernah dengar lagu Apuse? Ampar-Ampar Pisang atau Cing Cangkeling? Semua lagu-
lagu dengan bahasa daerah itu merupakan budaya kesenian yang melekat hampir di seluruh
penduduk Indonesia.
3. Tarian
Di berbagai daerah, terdapat kesenian berupa tari-tarian sebagai wujud ekspresi manusia
terhadap berbagai hal. Misalnya terhadap perang, penyambutan tamu, atau rasa syukur saat
panen tiba. Contoh macam-macam budaya tari adalah tari saman dari Aceh, tari pendet dari
Bali, atau tari lulo dari Sulawesi Tenggara.
4. Alat musik
Lagu dan tarian tak akan lengkap tanpa musik. Di Indonesia, musik-musik daerah
dimainkan oleh beragam alat musik yang memiliki suara indah. Contohnya adalah angklung
yang terbuat dari bambu, gamelan yang dibuat dari besi, atau sasando yang merupakan alat
musik petik dengan suara indah.
Itu adalah beberapa contoh dari macam-macam budaya yang ada di Indonesia. Kekayaan
kita yang berharga ini hendaknya dilestarikan agar tidak tenggelam oleh perkembangan
zaman.
Jika disatukan maka berbagai budaya tersebut dapat diwilayahkan sesuai dengan
persebarannya. Region budaya di Indonesia biasanya dibagi berdasar budaya suatu suku/ras
yang besar, misalnya Region Budaya Jawa, Region budaya Sunda, Region Budaya Melayu,
dan lain-lain. Budaya mempunyai cakupan yang luas, sehingga region budaya dapat dibuat
berdasarkan unsur budaya tersebut, misalnya unsur bahasa, kesenian, mata pencaharian, adat-
istiadat, makanan khas, bentuk tempat tinggal, dan lain-lain.
1. Region Budaya Batak
Region Budaya Batak sebagian besar mendiami daerah pegunungan Sumatera Utara,
mulai dari perbatasan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah utara sampai ke
perbatasan provinsi Riau dan provinsi Sumatra Barat disebelah selatan. Kehidupan
masyarakat Batak dipengaruhi oleh beberapa agama seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu
dan Budha. Agama Kristen dan Islam sejak abad ke-19 telah masuk dan mempengaruhi
masyarakat Batak. Menurut kepercayaan nenek moyangnya, orang-orang Batak mengenal
tiga konsep jiwa atau roh yaitu tondi, sahala dan begu. Suku bangsa Batak menganut sistem
kekerabatan patrilineal yaitu mengikuti garis keturunan dari pihak bapak atau laki-laki.
Dalam hal kesenian,seperti yang telah ada pada tabel 1, kesenian Batak sangat kaya mulai
dari seni tari hingga bangunan tradisional. Kesenian suku Batak juga tercermin dari motif-
motif khas pada kain ulos, upacara kematian, pakaian adat dan lagu-lagu daerah.
2. Region Budaya Minangkabau
Region ini berada di wilayah Sumatera Barat, Separuh Daratan Riau, Bagian Utara
Bengkulu, Bagian Barat Jambi, Pantai Barat Sumatera Utara, Barat Daya Aceh . Masyarakat
Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari agama
Islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat
Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang” sepanjang adat.
Suku Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal yaitu mengikuti garis
keturunan dari pihak ibu atau perempuan. Kedudukan ayah berada diluar keluarga istri dan
anak-anaknya. Kekuasaan dan kekayaan sepenuhnya di pihak istri dan anak-anaknya
walaupun suaminya yang mencari nafkah.
3. Region Budaya Sunda
Berasal dan bertempat tinggal di daerah Pasundan, Jawa Barat. Daerah kebudayaan
suku bangsa sunda secara geografis di sebelah timur di batasi oleh sungai Cilosari dan sungai
Citanduy yang merupakan batas bahasa Sunda dengan bahasa Jawa. Dalam dialek bahasa
sunda mengenal tingkatan dari yang paling halus sampai yang paling kasar. Masyarakat
sunda sebagian besar memeluk agama islam. Orang-orang sunda di kenal cukup ta’at dalam
menjalankan ajaran agama islam. Namun di daerah-daerah pedesaan masih ada orang-orang
sunda yang percaya pada hal-hal yang bersifat ghaib dan takhayul. Sistem kekerabatan suku
bangsa sunda ialah parental yaitu mengikuti garis keturunan dari kedua orang tua (ayah dan
ibu). Seni pertunjukan tradisional seperti calung, angklung, gendang pencak, debus,
sisingaan,wayang golek dan sebagainya. Seni tari seperti tari jaipong, merak dan patilaras.
4. Region Budaya Jawa
Daerah kebudayaan suku bangsa jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau
Jawa. Berdasarkan tingkatannya terdapat dua macam dialek bahasa Jawa, yaitu bahasa Jawa
Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Bahasa Jawa ngoko digunakan kepada orang yang dikenal
secara akrab, orang yang lebih muda dan orang yang lebih rendah status sosialnya. Bahasa
Jawa karma dipakai untuk berbicara dengan orang yang belum dikenal secara akrab orang
yang sebaya dalam usia maupun derajat, serta orang yang lebih tua umur dan status sosialnya.
Suku bangsa Jawa umumnya memeluk agama Islam. Selain itu, orang Jawa percaya
pada suatu kekuatan yang disebut kesakten, seperti percaya kepada arwah leluhur, makhluk
halus, jin, benda keramat dan sebagainya. Mereka yang percaya bahwa makhluk halus selain
dapat mendatangkan keselamatan juga menimbulkan malapetaka. Untuk menghindarinya
mereka berpuasa, mengadakan selamatan dan bersaji. Sistem kekerabatan suku Jawa
adalah bilateral dengan Corak kesenian masyarakat jawa mencerminkan pengaruh seni
budaya luar. Orang jawa memiliki sejumlah pakaian adat, seperti pakaian adat solo, pakaian
adat Yogyakarta dan pakaian adat Surakarta.