Anda di halaman 1dari 10

PERSEBARAN KERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA

A.   Budaya dan Kebudayaan

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk


jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran,
akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata
budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia.

Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem


mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan karya manusia yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Karya yaitu masyarakat yang menghasilkan tekhnologi
dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada keperluan masyarakat. Rasa atau karsa
yang meliputi jiwa manusia yaitu kebijaksanaan yang sangat tinggi di mana aturan
kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan nilai-nilai sehingga denga rasa itu, manusia
mengerti tempatnya sendiri, bisa menilai diri dari segala keadaannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan
bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam
hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan
kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan
moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,
khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya,
perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai-nilai budaya yang berlaku.
Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di
dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan
kemampuan individunya.

Dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu
memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain
terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang
dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa
dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.

B.   Budaya Nasional
Secara umum, budaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu budaya daerah dan
budaya nasional. Budaya daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu
yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada
ruang lingkup daerah tersebut.  Budaya daerah muncul saat penduduk suatu daerah telah
memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan
yang membedakan mereka dengan penduduk di wilayah lain. Budaya daerah sendiri mulai
terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan terdahulu. Itu dapat dilihat
dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di
Indonesia yang berbeda satu sama lain. Dari bermacam-macam budaya daerah tersebut maka
muncullah sesuatu yang disebut Budaya Nasional.
Budaya nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut.
Budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara
akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari negara tersebut.
Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan
perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua
daerah di negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya
daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu
Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh
seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan
Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap
daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka
tunggal ika”.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak
dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.
Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.

KONSEP KERAGAMAN BUDAYA NASIONAL


Keragaman budaya atau “cultural diversity” di Indonesia adalah sesuatu yang tidak
dapat dipungkiri keberadaannya. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 200
juta orang, mereka tinggal tersebar di pulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami
wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan,
pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat
peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.
Berkaitan dengan sejarah, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia
mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu.
Interaksi Bukan hanya antar kelompok sukubangsa yang berbeda, tetapi meliputi antar
peradaban yang ada di dunia.
Di Indonesia pada saat itu adalah sebuah wilayah dari kerajaan besar Mataram dan
Kerajaan Sriwijaya mempengaruhi penyebaran agama Hindu-Budha sampai akhirnya agama
Islam masuk dan banyak dipeluk oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, ini juga menjadi
faktor penentu beragamnya budaya di Indonesia. Selain itu, labuhnya kapal-kapal Portugis di
Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup
pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir
Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang
ada di Indonesia.
Di samping karena sejarah demikian, letak Indonesia secara umum juga menjadi
penyumbang kenapa terdapat beranekaragam budaya di Indonesia. Wilayah Indonesia yang
terbentang dari Sabang sampai merauke menyimpan begitu banyak budaya. Hal inilah yang
selanjutnya akan dipelajari pada sub materi selanjutnya.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap
dan bervariasi.  Indonesia memang banyak dikenal dengan keanekaragaman budaya yang
ada. Terdapat begitu banyak budaya yang ada. Kebudayaan itu sendiri sangat bermacam-
macam, mulai dari teknologi, bahasa, kesenian, dongeng, atau tradisi daerah yang beragam.
Setiap daerah di Indonesia, memiliki kebudayaan-kebudayaan itu dengan ciri khas masing-
masing. 
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA

A. Keragaman Suku Bangsa


Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman suku bangsa terbesar
di dunia. Terdapat setidaknya 400 kelompok etnis yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau.
Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda, seperti
bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya.

Asal-muasal bangsa Indonesia bermula pada saat  periode zaman es akhir (20.000 –


14.000 tahun yang lalu), ketika pada jaman es, samudera di sekitar kutub
membeku,  sehingga mengakibatkan volume air di wilayah khatulistiwa berkurang.
Akibatnya, laut wilayah Indonesia jatuh hingga 135 meter dengan laju penurunan 7-9 mm per
tahun. Laju penurunan ini masih di luar persepsi manusia namun dalam jangka waktu panjang
dapat terlihat jelas. Dalam 150 tahun misalnya, bibir pantai telah tertarik jauh karena
penurunan 1 meter permukaan laut. Sumatera, Jawa, dan Kalimantan menyatu menjadi satu
daratan yang terhubung langsung dengan benua Asia. Daratan ini disebut sebagai
Dangkalan/Paparan Sunda. Hal yang sama terjadi di wilayah timur tepatnya di Nusa
Tenggara. Laut di wilayah mereka jatuh dan membuat wilayah ini menyatu dengan Australia
membentuk apa yang disebut sebagai Paparan Sahul.

Di sebelah barat dan selatan paparan Sunda dibatasi oleh rangkaian pegunungan
berapi yang membentang dari Sumatera hingga Jawa. Laut Jawa dan Selat Karimata yang
mengering berubah menjadi padang rumput terbuka, dataran banjir, dan rawa-rawa. Hutan
yang ada tidak terlalu lebat karena iklim cenderung kering akibat penumpukan es yang besar
di belahan utara dan selatan Bumi.

Papapan Sunda adalah sebuah daratan yang luas. Sungai-sungai begitu panjang.
Sungai Kapuas dan sungai Musi misalnya, bermuara di Laut China Selatan, jauh di utara
dekat Vietnam sana. Sementara itu, sungai-sungai dari Jawa dan Kalimantan Tengah dan
Selatan bermuara di Laut Flores. Di bagian muara ke Laut Flores, sungai muncul berliku-liku
karena platform yang penuh rawa. Wilayah ini penuh dengan reptil seperti ular dan buaya
sehingga kemungkinan besar tidak dihuni manusia.

Manusia menghuni wilayah Paparan Sunda yang ada dalam segitiga Sumatera-Jawa-
Kalimantan. Masyarakat ini berasal dari daratan benua Asia, masuk lewat Thailand atau
Semenanjung Malaya. Mereka menghuni wilayah khususnya di tepian sungai besar. Di sini
mereka berburu mamalia, burung, dan ikan dengan alat-alat sederhana seperti tombak kayu
dan sebagainya yang termasuk barang-barang dari kayu atau batu yang tidak terlalu keras.
Hal ini disebabkan sumber utama batu yang umum digunakan dalam peradaban zaman batu
seperti batu untuk bahan dasar kapak, parang, dan mata panah terdapat hanya di satu titik
yaitu di daerah Bangka Belitung.

Masyarakat ini disebut masyarakat Austro-Melanesia dan telah hidup di wilayah ini
bahkan sebelum zaman es terjadi. Masyarakat Austro-Melanesia ini telah tinggal setidaknya
sejak 35 ribu tahun lalu. Jadi leluhur orang Indonesia yang pertama dapat dipandang berasal
dari masyarakat Austro-Melanesia ini. Karena udara yang kering dan banyaknya padang
rumput, kebakaran hutan kerap terjadi. Wilayah Kalimantan merupakan wilayah yang paling
sering mendapat kebakaran hutan dan Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di
Kalimantan Timur terdorong untuk mengungsi menyeberang ke Sulawesi, tepatnya di 
Tonasa dan Kapposang.
Ketika zaman es berakhir (14.000-6.000 tahun yang lalu), kutub kembali mencair dan
air kembali memenuhi lautan yang kering. Air laut memasuki Paparan Sunda dan
memisahkan Kalimantan dengan Sumatera dan Jawa yang masih menyatu dan akhirnya
terpisah oleh Selat Sunda. Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di paparan terpaksa
menyebar ke dalam tiga arah. Ke Sumatera di barat mereka menjadi leluhur Batak dan
Minang. Ke Jawa di selatan mereka menjadi leluhur orang Sunda dan Jawa. Ke Kalimantan
di timur, mereka menjadi leluhur orang Dayak. Mereka masuk ke pulau-pulau baru ini lewat
sungai-sungai besar. Mereka pada umumnya tinggal di gua-gua besar di pegunungan seperti
di wilayah Bandung, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Ketika jumlah populasi telah besar,
gua tidak cukup menampung, dan mereka menyebar ke sekeliling. Indonesia dipenuhi hutan
lebat karena masuknya nutrisi dari kutub dan berubahnya iklim menjadi lebih hangat.

Pada saat zaman es berakhir, sekelompok masyarakat pelaut dari Yunan, Cina Selatan
datang ke Indonesia. Dikatakan masyarakat pelaut karena mereka datang dengan melindasi
perairan selat antara Yunan, Cina Selatan (Taiwan), kepulauan Philipina, dan Laut Sulawesi.
Mereka datang ke Indonesia dalam tiga aliran.

Aliran pertama berpisah di Pulau Palawan Philipina mengambil jalur ke Sabah di


Kalimantan. Mereka berasimilasi dengan masyarakat Austro-Melanesia yang telah ada lebih
dahulu sehingga masyarakat Dayak yang ada sekarang dapat dipandang sebagai campuran
antara Austro-Melanesia  dan orang pelaut ini. Gelombang kedua berpisah dengan aliran
ketiga di wilayah Sangir Talaud. Dari Mindanau mereka menyeberang ke Sangir Talaud lalu
mengambil dua arah. Arah pertama menuju ke Sulawesi Utara terus ke selatan memenuhi
seluruh Sulawesi seperti Buton dan Bugis. Masyarakat pelaut yang mencapai wilayah
Sulawesi Selatan berasimilasi dengan penduduk Austro-Melanesia yang telah lebih dahulu
hadir dari Kalimantan. Mereka dapat dipandang sebagai leluhur Bugis. Karena konflik,
kompetisi, atau letusan gunung, mereka meneruskan perjalanan dari Sulawesi menuju
Takabonerate, menyeberangi Laut Flores, dan tiba di Nusa Tenggara, tepatnya di Flores.
Flores merupakan wilayah yang sering diterjang tsunami dan kemungkinan ini pula yang
mendorong mereka untuk menyeberang lebih jauh ke selatan yaitu ke Pulau Sumba dan ke
Timor.

Arah kedua menyeberang ke Halmahera menuju ke Papua. Mereka pertama mendarat


di wilayah Papua Utara. Papua Utara dan Selatan dihalangi oleh Pegunungan Jayawijaya
yang tinggi dan tertutup salju. Seiring semakin menghangatnya iklim, salju tertarik menuju
puncak dan jalan lembah menuju ke selatan terbuka. Mereka sebagian menyeberang ke
selatan dan memenuhi Papua Selatan. Menariknya catatan prasejarah mengenai penemuan
cara membuat api ditemukan di Danau Hogayaku, Papua dan berasal dari 14 ribu tahun yang
lalu.

Pada zaman resen (6.000 tahun yang lalu – sekarang), seluruh pulau besar di
Indonesia relatif telah berpenghuni. Masyarakat pelaut dan Austro-Melanesia telah
berasimilasi sehingga membentuk berbagai kebudayaan unik di seluruh penjuru Nusantara.
Penyebaran ini didukung oleh teknologi pelayaran yang baik. Sebagian dari masyarakat
pelaut menyebar hingga ke Australia dan berasimilasi dengan penduduk Aborigin yang telah
tinggal lama di sana, mungkin juga berasal dari Austro-Melanesia. Mereka juga menyebar ke
Selandia Baru dan mungkin menjadi leluhur orang Maori. Ke barat, mereka menyeberang
hingga ke Afrika Timur. Di Madagaskar misalnya, ditemukan bahasa yang memiliki
kemiripan dengan bahasa daerah salah satu etnik Dayak di Kalimantan. Diduga masyarakat
Dayak telah menyebar dan mengkoloni Madagaskar sejak abad ketiga sebelum masehi.

Masyarakat Dayak yang tinggal di pesisir Kalimantan (barat dan utara) pada masa
1500 tahun lalu menjadi leluhur orang Melayu di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Mereka menyeberang karena didorong oleh perdagangan dan teknologi pelayaran yang cukup
maju.

B. Keberagaman bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf
membagi rumpun bahasa ini ke dalam subrumpun:
1.   Bahasa-bahasa Austronesia barat atau Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
·       Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia barat)  meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo,
Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda,
Madura, Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba,
Sabu.
·   Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan,
Halmahera Selatan-Irian Barat.
2.  Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
·    Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian) Melanesia (dari bahasa
Yunani “pulau hitam”) adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai
ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
·   Bahasa-bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia).

C. Keberagaman religi
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Keanekaragaman agama di
Indonesia merupakan identitas alamiah yang sudah ada sejak dulu. Kemerdekaan beragama di
Indonesia dijamin oleh negara yang tertuang dalam Undang-Undang dasar 1945, tepatnya
pada pasal 29 ayat 2. Kemajemukan agama ini hendaknya dipelihara dan disyukuri dengan
sikap tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, baik terhadap orang yang beragama
sama dengan diri kita maupun bebeda agama, baik terhadap kelompok minoritas maupun
mayoritas. Agama yang tumbuh dan berkembang dinusantara adalah agama Islam, Kong Hu
Cu, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama  resmi negara, namun sejak pemerintahan masa Abdurrahman Wahid istilah
agama resmi dihapuskan.
Perbedaan agama menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya keragaman
kebudayaan Indonesia, contohnya kebudayaan besar seperti kebudayaan Tiong Hoa,
kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran
agama Hindu dan Budha di negara Indonesia jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-
kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada
abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai
pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi
perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara( Sriwijaya) .
Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari
daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk
lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan
seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di
Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.         
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-
pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang
berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk Kebudayaan Barat dan membentuk
kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem
organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti perekonomian, dan
sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam
masyarakat.

D. Keberagaman seni dan budaya


Suku bangsa yang beragam di Indonesia tentu menghasilkan kebudayaan yang
beragam pula. Salah satu wujud itu adalah kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni musik,
seni drama, seni rupa dan sebagainya.
  
SEBARAN KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA
A. Sosial
Keragaman budaya Indonesia dipengaruhi oleh keadaan sosial yang ada. Keadaan
sosial ini berkaitan erat dengan ras dan suku bangsa. Banyaknya pulau menjadikan Indonesia
menjadi negara yang memiliki banyak ras dan suku.  Berikut beberapa suku bangsa yang ada
di Indonesia yang bersumber dari http : //wikipedia.org/wiki/ suku_bangsa_indonesia.
B. Teknologi
Kebudayaan teknologi yang dimaksud adalah budaya masyarakat dalam menemukan
beberapa hal penting sebagai penunjang hidup. Masyarakat akan selalu mencari dan
menciptakan teknologi yang lebih maju sejalan dengan perkembangan otak serta
meningkatnya kebutuhan hidupnya. Macam-macam budaya teknologi adalah :
1.   Senjata
Senjata adalah teknologi ciptaan manusia yang berfungsi untuk melukai, digunakan baik
dalam hal menyerang ataupun melindungi diri dari ancaman. Di Indonesia sendiri, tiap
daerahnya punya senjata dengan ciri khas bentuk masing-masing. Misalnya, rencong dari
Aceh, keris dari Jawa Tengah, atau Mandau dari Kalimantan. Selain itu, senjata juga
diperlukan untuk membantu manusia menjalankan aktivitas sehari-hari misalnya untuk
memotong kayu. Senjata mungkin dikenal dengan kemampuannya untuk melukai namun
senjata yang dihasilkan oleh masing-masing daerah yang ada di Indonesia justru menjadi
hasil budaya yang memperkaya budaya Indonesia.
2.  Pakaian
Pakaian merupakan salah satu teknologi ciptaan manusia yang berfungsi menutup atau
melindungi tubuh. Setiap daerah di Indonesia punya pakaian adat yang memiliki keunikan
sendiri-sendiri. Contoh macam-macam budaya pakaian adalah baju bodo dari Sulawesi atau
kebaya dari Jawa.  Pakaian yang memang memiliki fungsi dasar untuk menutupi tubuh
manusia juga dipengaruhi oleh sistem masyarakat yang ada. Sebut saja sebagai baju bodo
yang berasal dari Sulawesi masih menunjukkan pengaruh agama Islam dimana memang pada
jaman dahulu kebanyakan masyarakat Sulawesi memeluk agama Islam. Lain halnya dengan
pakaian tradisional dari Bali dimana bentuknya sangat dipengaruhi oleh agama Hindu. Hal ini
menunjukkan bahwa penciptaan pakaian banyak dipengaruhi oleh hal-hal lain dalam
kehidupan manusia.
Tak hanya pakaian itu sendiri, Indonesia memiliki beragam kain unik yang menjadi
bahan utama pakaian. Misalnya saja kain batik atau kain songket, semua kain memiliki corak
dan cara pembuatan yang berbeda-beda. Indonesia memang dikenal sangat kaya dengan hasil
budaya pakaian ini. Sebut saja batik dengan beragam motif dan corak yang telah dikenal
dunia internasional dan mengharumkan nama Indonesia.
3.  Sistem transportasi
Teknologi yang satu ini diciptakan untuk memudahkan manusia untuk mencapai suatu
tempat tujuan dengan lebih mudah. Di Indonesia ada beberapa kendaraan khas, misalnya
perahu pinisi dan andong/dokar yang menggunakan tenaga kuda. Bentuk-bentuk alat
transportasi yang ada juga mengikuti kondisi alam yang ada di daerah setempat. Misalnya
daerah Kalimantan yang bentuk geografisnya banyak memiliki sungai maka kebanyakan alat
transportasi yang diciptakan dan digunakan adalah bentuk perahu atau kapal.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berupa dataran rendah maka alat transportasinya
andong. Selain dipengaruhi oleh letak geografis, bentuk alat transportasi ini pun juga
dipengaruhi oleh  faktor kepercayaan dan tradisi masyarakat yang ada.
4.  Rumah/bangunan
Indonesia memiliki begitu banyak rumah adat dengan ciri khas masing-masing daerah.
Macam-macam budaya rumah adat misalnya rumah joglo dari Jawa, rumah gadang dari
Sumatera Barat, atau tongkonan dari Sulawesi Selatan. Itu hanyalah sebagian contoh, dan
masih banyak rumah-rumah adat yang lainnya di Indonesia yang digunakan sebagai tempat
tinggal.
Bentuk dan motif rumah juga dipengaruhi oleh letak geografis daerah masing-masing.
Sebut saja rumah Panggung yang dibuat bertingkat untuk menghindari serangan hewan buas
dan datangnya banjir.
Bentuk rumah juga dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan yang ada. Sebut saja rumah
Lamin yang dibuat besar untuk seluruh anggota kampung karena  beranggapan bahwa semua
anggota kampung adalah satu keluarga yang harus tinggal dalam satu rumah.

C. Kesenian
Budaya Indonesia tak lepas dari aspek kesenian daerah. Kesenian itu sendiri adalah
ekspresi manusia yang bisa dinikmati oleh mata dan telinga. Di Indonesia, ada bermacam-
macam kesenian diantaranya :
1.   Sastra (bahasa)
Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Di Indonesia, kita bisa menemukan macam-
macam budaya bahasa, seperti bahasa Jawa, bahasa Bali, dan masih banyak lagi. Semua
memiliki pengucapan yang berbeda-beda dan disatukan oleh bahasa nasional Indonesia.
Seni sastra juga mencakup cerita atau dongeng rakyat, biasanya berkaitan erat dengan
asal-usul suatu daerah atau cerita kerajaan zaman dahulu. Misalnya cerita Tangkuban Perahu,
Timun Mas, atau cerita Malin Kundang yang sangat sarat akan pesan moral.
2.  Lagu
Pernah dengar lagu Apuse? Ampar-Ampar Pisang atau Cing Cangkeling? Semua lagu-
lagu dengan bahasa daerah itu merupakan budaya kesenian yang melekat hampir di seluruh
penduduk Indonesia.
3.  Tarian
Di berbagai daerah, terdapat kesenian berupa tari-tarian sebagai wujud ekspresi manusia
terhadap berbagai hal. Misalnya terhadap perang, penyambutan tamu, atau rasa syukur saat
panen tiba. Contoh macam-macam budaya tari adalah tari saman dari Aceh, tari pendet dari
Bali, atau tari lulo dari Sulawesi Tenggara.
4.  Alat musik
Lagu dan tarian tak akan lengkap tanpa musik. Di Indonesia, musik-musik daerah
dimainkan oleh beragam alat musik yang memiliki suara indah. Contohnya adalah angklung
yang terbuat dari bambu, gamelan yang dibuat dari besi, atau sasando yang merupakan alat
musik petik dengan suara indah.
Itu adalah beberapa contoh dari macam-macam budaya yang ada di Indonesia. Kekayaan
kita yang berharga ini hendaknya dilestarikan agar tidak tenggelam oleh perkembangan
zaman. 
Jika disatukan maka berbagai budaya tersebut dapat diwilayahkan sesuai dengan
persebarannya. Region budaya di Indonesia biasanya dibagi berdasar budaya suatu suku/ras
yang besar, misalnya Region Budaya Jawa, Region budaya Sunda, Region Budaya Melayu,
dan lain-lain. Budaya mempunyai cakupan yang luas, sehingga region budaya dapat dibuat
berdasarkan unsur budaya tersebut, misalnya unsur bahasa, kesenian, mata pencaharian, adat-
istiadat, makanan khas, bentuk tempat tinggal, dan lain-lain.
1. Region Budaya Batak
Region Budaya Batak sebagian besar mendiami daerah pegunungan Sumatera Utara,
mulai dari perbatasan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah utara sampai ke
perbatasan provinsi Riau dan provinsi Sumatra Barat disebelah selatan. Kehidupan
masyarakat Batak dipengaruhi oleh beberapa agama seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu
dan Budha. Agama Kristen dan Islam sejak abad ke-19 telah masuk dan mempengaruhi
masyarakat Batak. Menurut kepercayaan nenek moyangnya, orang-orang Batak mengenal
tiga konsep jiwa atau roh yaitu tondi, sahala dan begu. Suku bangsa Batak menganut sistem
kekerabatan patrilineal yaitu mengikuti garis keturunan dari pihak bapak atau laki-laki.
Dalam hal kesenian,seperti yang telah ada pada tabel 1, kesenian Batak sangat kaya mulai
dari seni tari hingga bangunan tradisional. Kesenian suku Batak juga tercermin dari motif-
motif khas pada kain ulos, upacara kematian, pakaian adat dan lagu-lagu daerah.
2. Region Budaya Minangkabau
Region ini berada di wilayah Sumatera Barat, Separuh Daratan Riau, Bagian Utara
Bengkulu, Bagian Barat Jambi, Pantai Barat Sumatera Utara, Barat Daya Aceh . Masyarakat
Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari agama
Islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat
Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang” sepanjang adat.
Suku Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal yaitu mengikuti garis
keturunan dari pihak ibu atau perempuan. Kedudukan ayah berada diluar keluarga istri dan
anak-anaknya. Kekuasaan dan kekayaan sepenuhnya di pihak istri dan anak-anaknya
walaupun suaminya yang mencari nafkah.
3. Region Budaya Sunda
Berasal dan bertempat tinggal di daerah Pasundan, Jawa Barat. Daerah kebudayaan
suku bangsa sunda secara geografis di sebelah timur di batasi oleh sungai Cilosari dan sungai
Citanduy yang merupakan batas bahasa Sunda dengan bahasa Jawa. Dalam dialek bahasa
sunda mengenal tingkatan dari yang paling halus sampai yang paling kasar.  Masyarakat
sunda sebagian besar memeluk agama islam. Orang-orang sunda di kenal cukup ta’at dalam
menjalankan ajaran agama islam. Namun di daerah-daerah pedesaan masih ada orang-orang
sunda yang percaya pada hal-hal yang bersifat ghaib dan takhayul. Sistem kekerabatan suku
bangsa sunda ialah parental yaitu mengikuti garis keturunan dari kedua orang tua (ayah dan
ibu). Seni pertunjukan tradisional seperti calung, angklung, gendang pencak, debus,
sisingaan,wayang golek dan sebagainya. Seni tari seperti tari jaipong, merak dan patilaras.
4. Region Budaya Jawa
Daerah kebudayaan suku bangsa jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau
Jawa.  Berdasarkan tingkatannya terdapat dua macam dialek bahasa Jawa, yaitu bahasa Jawa
Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Bahasa Jawa ngoko digunakan kepada orang yang dikenal
secara akrab, orang yang lebih muda dan orang yang lebih rendah status sosialnya. Bahasa
Jawa karma dipakai untuk berbicara dengan orang yang belum dikenal secara akrab orang
yang sebaya dalam usia maupun derajat, serta orang yang lebih tua umur dan status sosialnya.
Suku bangsa Jawa umumnya memeluk agama Islam. Selain itu, orang Jawa percaya
pada suatu kekuatan yang disebut kesakten, seperti percaya kepada arwah leluhur, makhluk
halus, jin, benda keramat dan sebagainya. Mereka yang percaya bahwa makhluk halus selain
dapat mendatangkan keselamatan juga menimbulkan malapetaka. Untuk menghindarinya
mereka berpuasa, mengadakan selamatan dan bersaji. Sistem kekerabatan suku Jawa
adalah bilateral dengan Corak kesenian masyarakat jawa mencerminkan pengaruh seni
budaya luar.  Orang jawa memiliki sejumlah pakaian adat, seperti pakaian adat solo, pakaian
adat Yogyakarta dan pakaian adat Surakarta.

Seni bangunan tradisional Jawa memiliki bentuk-bentuk yang berbeda diantaranya


bentuk joglo adalah rumah adat Jawa Tengah sedangkan bangsal kencono adalah bentuk
keraton Yogyakarta. Jenis tarian yang paling terkenal, antara lain tari serimpi (tarian keratin
pada masa lalu), tari kendalen (tarian keprajuritan), tari merak (tarian yang mengisahkan
keindahan), tari jejer (tarian untuk menyambut tamu), tarian sacral bedhaya ketawang (tarian
agar budaya keratin terus lestari), dan sebaginya.  Seni pertunjukan traisional Reog ponorogo.
5. Region Budaya Bali
Perbedaan pengaruh budaya Hindu-Jawa di daerah Bali pada zaman Majapahit
dahulu, menyebabkan terbentuknya dua golongan masyarakat, yaitu Bali-Aga dan Bali-
Majapahit. Bali-Aga kurang begitu dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Jawa. Sebaliknya,
Bali-Majapahit sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha.
Suku Bali umumnya menganut agama Hindu-Bali. Ajaran agama Hindu-Bali
mengandung unsur-unsur asli kebudayaan Bali yang telah lama berkembang. Orang Bali
percaya pada satu konsep satu Tuhan dalam satu Trimurti, yaitu Brahma (dewa
pencipta), Swiya (dewa penghancur), dan Wisnu (dewa pelindung).Semua ajaran itu
tercantum pada kitab suci yang bernama Weda. Perkawinan di Bali  ditentukan oleh kasta.
Wanita dari kasta tinggi tidak boleh menikah menikah dengan laki-laki dari kasta rendah
begitupun sebaliknya. Seni bangunan  di Bali ampak pada bangunan candi yang banyak
terdapat di Bali, seperti Gapura  Candi Bentar sedangkan tari tradisional bali antara lain tari
sanghyang, tari barong, tari kecak dan sebagainya serta upacara keagamaan  yang terkenal
adalah ngaben.
6. Region Budaya Dayak
Suku bangsa Dayak terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Selatan. Mereka biasanya hidup di pedalaman. Suku Dayak terkenal
dengan kepandaian menganyam kulit rotan yang berupa tikar, topi dan keranjang. Sistem
religi suku bangsa dayak ialah Kaharingan (air kehidupan). Dalam mitologi kuno masyarakat
dayak, air kehidupan itulah yang member kehidupan kepada manusia. Orang-orang dayak
yang menganut agama tersebut mempercayai bahwa alam semesta itu penuh dengan
makhluk-makhluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati batu-batu besar, pohon-
pohon besar, hutan belukar, sungai, danau, dan sebagainya. Sistem kekerabatan suku bangsa
dayak adalah ambilineal, yaitu  garis keturunan dari laki-laki dan perempuan yaitu
memungkinkan individu untuk memilih garis keturunan mereka sendiri. Sejak dulu, orang
dayak dikenal pandai membuat kain tenun dari kapas dan kulit kayu. Pakaian adat asli laki-
laki dayak disebut ewah (cawat) yang dibuat dari kulit kayu, sedangkan kau wanitanya
menggunakan kain sarung dan baju yang juga terbuat dari kuit kayu.   Rumah adat orang
Dayak dinamakan rumah panjang.  Tarian orang dayak banyak jenisnya, antara lain tari
balean dades, tari tambun, dan tari bungai.
7. Region Budaya Bugis-Makassar
Daerah kebudayaan Bugis-Makassar meliputi daerah Sulawesi Selatan dan dibagi lagi
menjadi empat suku bangsa yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Suku bangsa Bugis
menggunakan bahasa Ugi dan suku bangsa Makassar menggunakan bahasa Mangasara.
Sistem kepercayaan suku Bugis dibagi menjadi dua yaitu kepercayaan Lo Tang dan Agama
Islam. Kepercayaan Lo Tang dalam bahasa bugis adalah kepercayaan yang menyembah
Dewata Sawwa sebagai Tuhan. Sistem kekerabatan masyarakat bugis  disebut dengan
assiajingeng yang tergolong bilateral/parental yitu sistem kekerabatan yang mengikuti
lingkungan  pergaulan hidup dari ayah maupun dari pihak ibu atau garis keturunan
berdasarkan kedua orang tua. Hubungan kekerabatan ini menjadi sangat luas disebabkan
karena selain ia menjadi anggota keluarga ibu, ia juga menjadi anggota keluarga dari pihak
ayah. Kerajinan rumah tangga yang khas adalah tenunan sarung sutra dari Mandar dan Wajo.
Tenunan sarung samarinda dari bulukumba sangat terkenal tidak hanya di Nusantara, tetapi
juga sampai keluar negeri.
8. Region Budaya Papua
Suku di Papua adalah suku-suku yang tinggal di pulau Papua, mereka satu rumpun
dengan penduduk benua Australia asli yaitu suku/orang Aborigin. Suku papua yang berada di
Indonesia yang menempati sisi sebelah barat Pulau Papua/West New Guinea terdiri atas 466
suku bangsa. Diantaranya yang terbesar jumlahnya adalah Dani, Ahmad, Bauzi,Asmat,
dan Amungme. Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat ialah daerah pegunungan yang lebat
di bagian Selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yang disebut
bahasa Asmat, yang merupakan rumpun bahasa non-Melanesia (bahasa Irian-Papua). Suku
bangsa Asmat mempercayai bahwa mereka merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia
gaib di seberang laut di belakang ufuk matahari yang terbenam setiap hari.  Suku bangsa
Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi dengan
arwah leluhurnya. Upacara menghorati arwah leluhurnya dahulu berkaitan erat dengan
menghias perisai dan mengukir topeng. Pembuatan patung dimeriahkan dengan pesta makan,
nyanyian, dan tarian semalam suntuk.  Garis keturunan ditarik secara patrilineal (garis
keturunan pria) dengan adat menetap sesudah menikah yang virilokal. Adat virilokal adalah
yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap disekitar kediaman kaum
kerabat suami.

Anda mungkin juga menyukai