Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

MATA PELAJARAN FIKIH


KELAS XII IPA, IPS, DAN KEAGAMAAN

SUMBER HUKUM ISLAM YANG MUKHTALAF (TIDAK DISEPAKATI)

Istihsan

1. Pengertian Istihsan
Menurut bahasa istihsan berarti menggap baik. Sedang menurut istilah ialah berpindahnya seorang
mujtahid dari hukum yang dikehendaki oleh qiyas jaly (jelas) kepada hukum yang dikehendaki oleh
qiyas khafi (samar-samar), atau dari hukum kully (umum) kepada ketentuan hukum jaz’i (khusus),
karena ada dalil (alasan) yang lebih kuat menurut pandangan mujtahid.

2. Macam-macam istihsan
a) Menguatkan qiyas khafy atas qiyas jaly dengan dalil. Misalnya, menurut ulama Hanafiyah
bahwa wanita yang sedang haid boleh membaca Al-Qur’an berdasarkan istihsan tetapi
haram menurut qiyas.
Qiyas: wanita yang sedang haid itu diqiyaskan kepada junub dengan illat sama-sama tidak
suci. Orang junub haram membaca Al-Qur’an, maka orang haid juga haram membaca Al-
Qur’an.
Istihsan: haid berbeda dengan junub, karena haid waktunya lama, maka wanita yang sedang
haid diperbolehkan membaca Al-Qur’an, sebab bila tidak, maka karena haid yang panjang itu
wanita tisak memperoleh pahala ibadah apapun, sedang laki-laki dapat beribadah setiap saat.
Pengecualian sebagian hukum kully dengan dalil. Atau meninggalkan hukum kulli kepada
hukum istihsan. Misalnya, jual beli salam (pesanan) berdasarkan istihsan diperbolehkan.
Menurut dalil kully, syara’ melarang jual beli yang barangnya tidak ada pada waktu akad.
Alasan istihsan ialah manusia berhajat kepada akad seperti itu dan sudah menjadi kebiasaan
manusia.

b) Beralih dari nas yang umum pada hukum yang bersifat khusus, atau ketentuan hukum kuliy
(umum) kepada ketentuan hukum juz’i (khusus).
Contoh kebolehan dokter melihat aurat wanita dalam proses pengobatan. Menurut kaidah
umum seseorang dilarang melihat aurat orang lain. Tapi dalam keadaan tertentu seseorang
harus membuka bajunya untuk di diagnose penyakitnya.
Contohnya penerapan sanksi hukum terhadap pencuri. Menurut ketentuan umum, Al-Qur’an
menghukuminya dngan potong tangan sesuai dengan Surah Al-Ma’idah/5: 38. Ayat tersebut
menjelaskan bahwa seorang pencuri tangannya harus dipotong. Namun, jika pencurian itu
dilakukan pada masa peceklik atau karena kelaparan, hukum potong tangan tersebut tidak
berlaku, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab. Cara ini disebut istihsan
khas

c) Beralih dari tuntutan hukum kulli (umum) kepada tuntutan hukum istina’i (pengecualian)
karena adanya maslahat.Contoh: bersumpah tidak akan makan daging. Di kemudian hari
ternyata makan ikan. Dengan istihsan, tidak dinyatakan melanggar sumpah meskipun ikan
dalam Al-Qur’an termasuk daging. Alasannya , ‘urf (kebiasaan) yang berlaku dalm sehari-
haritidak memasukkan ikan dalam kategori daging.
3. Dasar Hukum Istihsan
Ulama yang memakai istihsan mengambil dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah, di antaranya:
Qs. Az-Zumar/39 : 18
        
      
18. yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.

Ayat ini menurut mereka bahwa pujian Allah SWT., bagi hamba-Nya yang memilih dan mengikuti
perkataan yang terbaik, dan pujian tentu tidak di tujukan kecuali untuk sesuatu yang disyariatkan
oleh Allah SWT.

Qs. Az-Zumar/39:55
          
     
55. dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu[1315] sebelum datang azab
kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,

4. Kedudukan istihsan sebagai sumber hukum Islam


Para ulama berbeda pendapat tentang kehujjahan istihsan:
a. Jumhur ulama menolak berhujjah dengan istihsan, sebab berhujjah dengan istihsan berarti
menetapkan hukum berdasarkan hawa nafsu’
b. Golongan Hanafiyah membolehkan berhujjah dengan istihsan.

Imam Syafi’i dan mazhabnya menentang istihsan dan tidak menjadikannya sebagai dasar
hujah. Imam Syafi’i berkata: “Siapa yang berhujah dengan istihsan berarti ia telah menetapkan
sendiri hukum syarak berdasarkan keinginan hawa nafsunya, sedang yang berhak menetapkan
hukum syarak hanyalah Allah Swt.”

Mashalih Al-Mursalah
Pengertian
Mashalih bentuk jamak dari maslahah, yang artinya kebaikan, kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan,
keselarasan, kepatutan. Mursalah berarti terlepas. Dengan demikian mashalih al-mursalah berarti
kemaslahatan yang terlepas. Maksudnya ialah penetapan hukum berdasarkan kepada kemaslahatan,
yaitu manfaat bagi manusia atau menolak kemudharatan atas mereka, sedangkan dalam syara’ (nash)
belum atau tidak ada ketentuannya.

Menurut Abd WAhab Khalaf secara istilah maslahah mursalah adalah maslahah yang tidak ada dalil
syara’ dating untuk mengajuianya dan menolaknya

Contoh: mashalih mursalah misalnya, dalam mensyari’atkan adanya penjara, dicetaknya mata uang,
ditetapkannya pajak penghasilan dan kemaslahatan-kemaslahatan yang lain yang diadakan berdasarkan
keperluan dalam kehidupan.
Kedudukan mashalih mursalah sebagai sumber hukum
1. Jumhur ulama yang menolaknya sebagai sumber hukum, dengan alasan: bahwa dengan nash-
nash dan qiyas yang dibenarkan, syariat senantiasa memperhatikan kemaslahatan umat manusia
2. Imam Malik membolehkan berpegang kepadanya secara mutlak. Namun menurut imam Syafi’i
boleh berpegang kepada mashalih al-mursalah apabila sesuai dengan dalil kully atau dalil juz’iy
dari syara’.
Syarat-syarat berpegang pada Mashlahah Mursalah

1. Kebaikan dan kemaslahatan yang dimaksud harus jelas dan pasti dan bukan hanya berdasarkan
kepada prasangka
2. Maslahat itu bersifat umum, bukan untuk kepentingan pribadi
3. Hukum yang ditetapkan berdasarkan maslahah mursalah ini tidak bertentangan dengan hukum
atau prinsip yang telah ditetapkan dengan nash atau ijma’.

Istishab
Pengertian
Dilihat dari segi bahasa artinya selalu menemani atau menyertai. Menurut istilah Istishab adalah
menjadikan hukum yang tetap pada masa lampau terus berlaku sampai sekarang karena tidak diketahui
adanya dalil yang merubahnya.

Istihsab menurut Imam Asy-Syaukani adalah apa yang perna berlaku secara tetap pada masa lalu pada
prinsipnya berlaku pada masa selanjutnya.

Misalnya, seorang merasa sudah berwudu, ia ragu-ragu apakah sudah batal atau belum? Dalam
keadaan seperti ini, ia harus melihat hukum asalnya, apaka sudah berwudu atau belum? Bila belum,
maka ketentuan sebaiknya adalah berpegang kepada ”belum wudu”, karena hukum asalnya adalah
belum wudu. Tetapi apabila ia merasa yakin sudah berwudu, lalu ia ragu kebatalannya, maka
dihukumkan bahwa ia telah wudu.

Macam-macam istishab
1. Istishab kepada hukum akal dalam hukum ibadah atau baraatul ashliyah (kemurnian menurut
aslinya).
Contoh: setiap makanan dan minumanyang tidak ditetapkan oleh sesuatu dalil yang
mengharamkannya adalah mubah hukumnya. Hal ini disebabkan Allah SWT., menciptakan segala
sesuatu yang ada di bumi ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh manusia.
2. Istishab kepada hukum syara’ yang sudah ada dalil yang mengubahnya.
Contoh: seseorang yang tidak diketahu kabar beritanyaapakah ia masih hidup atau sudah
meninggal dunia, dan tidak diketahui pula tempat tinggalnya, orang seperti ini secara hukum
ditetapkan sebagai orang yang masih hidup, sampai ada bukti yang menunjukkan kematiannya.

Kedudukan istishab sebagai sumber hukum Islam.


1. Menjadikan istishab sebagai pegangan dalam menentukan hukum sesuatu peristiwa yang belum
ada hukumnya, baik dalam Al-Qur’an, As-Sunah maupun ijma’. Ulama yang termasuk kelompok
ini adalah Syafi’iyah, Hambaliyah, Malikiyah, Dhahiriyah, dan sebagian kecil dari ulama
Hanafiyah seta ulama Syi’ah.
Dalil yang mereka jadikan alasan, antara lain:
Firman Allah SWT
.…
”... Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan” (Qs. Yunus/10: 36)

2. Ulama Mutakallimin (Ahli Kalam) berpendapat bahwa Istishab tidak bias dijadikan dalil, karena
yang ditetapkan pada masa lampau menghendaki adanya dalil.
Sadduz-Zara’i (menutup jalan kemungkaran)
Menurut bahasa sadduz berarti menutup, dan -zara’i artinya jalan. Maka sadduz-zara’i menutup jalan
menuju maksiat
Menurut istilah sadduz-zara’i adalah sesuatu yang secara lahiriah hukumnya boleh, namun hal itu akan
menuju pada hal-hal yang dilarang.

Contoh kasus
1. Pemberian hadiah kepada hakim. Seorang hakim haram menerima hadiah dari pihak yang
berperkara sebelum perkara itu diputuskan. Sebab pengharaman ini adalah kekwatiran akan
adanya ketidakadilan hakim dalam memutuskan perkara yang sedang ditanganinya. Padahal,
pada dasarnya menerima pemberian dari orang lain hukumnya boleh.
2. Petani anggur menjual anggur hasil panennya kepada pabrik pengolahan minuman keras, itu
boleh-boleh saja dan tidak mesti pula anggur yang dijual itu dijadikan minuman keras. Namun
menurut kebiasaan, pabrik minuman keras membeli anggur untuk diolah menjadi minuman
keras

Kedudukan sadduz-zara’i :
1. Menurut Imam Malik, sadduz-zara’i dapat dijadikan sebagai sumber hukum karena meskipun
mubah, tetapi dapat mendorong dan membuka perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.
2. Menurut Imam Hanafi dan Imam Syafi’i, sadduz-zara’i tidak dapat dijadikan sumber hukum
karena sesuatu yang menurut hukum asalnya mubah, tetap diperlakukan sebagai yang mubah.

‘Urf (adat kebiasaan)


‘Urf berati sesuatu yang dikenal / adat kebiasaan
Adapun secara istilah Abu Zahra berpendapat, ‘ufr adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
manusia dalam pergaulan serta sudah mantap dan melekat dalam urusan-urusan mereka.

Macam-macam ‘Urf:
Dilihat dari segi sifatnya:
1. ‘Urf amaly, yaitu urf yang didasrkan kepada praktik atau perbuatan yang belaku dalam
masyarakat scara terus menerus. Contohnya
2. ‘Urf qauliy, yaitu kebiasaan masyarakat dalam menggunakan ungkapan atau ucapan tertentu.
Contohnya
Dilihat dari segi wujudnya
1. ‘Urf Sahih, yaitu kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang, diterima oleh orang banyak,
tidak bertentangan dengan norma agama, sopan santun, dan budaya luhur.
2. ‘Urf Fasid, yaitu adat atau kebiasaan yang berlaku disuatu tempat meskipun merata
pelaksanaannya, tetapi bertentangan dengan agama, undang-undang negara, dan sopan santun.

Kedudukan ‘Urf dalam penetapan hukum


Menurut Imam Malik, ‘urf bisa dijadikan sumber hukum

Syar’u Man Qablana


Syar’u Man Qablana atau syariat umat sebelum kita ialah syariat Allah yang diturunkan kepada umat
sebelum Nabi Muhammad Saw., yaitu ajaran agama sebelum Islam.

Pembagian dan hukum Syar’u Man Qablana


1. Apa yang disyariatkan kepada mereka juga ditetapkan kepada umat Nabi Muhammad Saw.,
(dianggap syariat kita melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah), baik penetapannya melalui perintah
melaksanakan (seperti puasa) maupun melalui kisah (seperti qisas). )
2. Apa yang disyariatkan kepada mereka tidak disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad Saw.
(dinasakh syariat kita) .
Misalnya, syariat Nabi Musa a.s. tentang dosa orang jahat yang tidak akan terhapus selain
membunuh dirinya sendiri dan pakaian yang terkena najis hanya dapat disucikan dengan
memotong bagian yang terkena najis.

Kedudukan Syar’u Man Qablana


1. Jumhur ulama yang terdiri dari kebanyakan ulama Hanafiyah, sebagian ulama Malikiyah dan
sebagian ulama Syafi’iyah, menetapkan bahwa hukum tersebut harus dipakai, sebab
hukum tersebut telah diberikan kepada umat sekarang dengan kisahnya.
2. Sebagian ulama yang lain menyatakan tidak wajib diamalkan. Alasan yang dikemkakan adalah,
apabila hukum tersebut wajib, maka tentunya ada perintah yang jelas dicantumkan dalam Al-
Qur’an.

Mazhab Sahabi
Mazhab sahabi ialah pendapat sahabat Rasulullah SAW., tentang suatu kasuns dimana hukumnya tidak
dijelaskan secara tegas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dinyatakan setelah Rasulullah SAW.,
wafat.

Berikut ini adalah beberapa defenisi sahabat :


1. Ahli Hadis, sahabat adalah setiap muslim yang melihat Rasulullah SAW., walau sesaat
2. Said bin Al-Masib. Sahabat adalah orang yang tinggal bersama Nabi Muhammad SAW., satu
tahun, atau dua tahun bersamanya dan ikut serta dalam perang satu atau dua kali
3. Al-Jahizh. Sahabat adalah orang yang kumpul bersama Rasulullah SAW., dalam waktu yang
cukup lamaserta menimbah ilmu dari Rasulullah SAW.
4. Ibnu Jabir. Sahabat adalah setiap musliam yang bertemu Rasulullah SAW., beriman kepadanya
dan meninggal dalam keadaan Islam.

Contoh kasus
Para sahabat telah sepakat bahwa bagian waris untuk nenek adalah 1/6

Kehujjahan Mazhab sahabi


1. Mazhab sahabi dapat dijadikan hujjah. Pendapat ini berasal dari Imam Malik, Abu BAkar Ar-
Razi, Abu Said, Imam Syafi’I dalam qaul qadim, dan Imam Ahmad bin Hanbal
2. Mazhab sahabi secara mutlak tidak dapat dijadikan hujjah. Pendapat ini berasal dari Asya’riyah
dan Mu’tazilah
Uji Komperensi

Nama : …………………………………………
Kelas : …………………………………………
Tanggal : …………………………………………

A. Pilih dan lingkarilah salah satu jawaban berikut ini dengan benar!
1. Sebagai salah satu sumber hukum yang diperselisihkan, istihsan memilih beberapa penerapan,
salah satunya adalah menguatkan qiyas khafi atas qiyas jali, yang dapat dicontohkan dengan ....
A. Melarang permainan judi tanpa uang
B. Silaturahmi pada saat hari raya
C. Kewajiaban umrah disamakan dngan haji
D. Kebolehan jual beli sistem salam
E. Air sisa minum burung buas tidak najis

2. Salah satu bentuk istihsan adalah menguatkan qiyas khafi atas qiyas jalli.
Berikut ini yang merupakan contoh dari bentuk istihsan tersebut adalah ....
A. Kebolehan pelaksanaan jual beli saham
B. Seorang pemboros bisa melakukan transaksi wakaf
C. Tempat melontar jumrah disebut dua tingkat
D. Pengumpulan Al-Qur’an setelah perang Yamamah
E. Wanita haid boleh membaca Al-Qur’an

3. Ahmad menikahi Fatimah secara sah. Namun karena ada masalah, Ahmad meninggalkan
Fatimah tanpa proses perceraian yang sah. Datanglah Ghozali ingin menikahi Fatimah, namun
tidak diperbolehkan karena status Fatimah masih istri sah Ahmad. Penetapan hukum seperti ini
dikenal dengan istilah ....
A. ‘Urf
B. Istihsan
C. Istishab
D. Dilalah iqtiran
E. Mahab shahabi

4. Pernyataan yang tepat untuk dijadikan contoh syaddu dzariat adalah ....
A. Membuat kwitansi untuk transasi utang iutang
B. Menyertakan dua orang saksi dalam setiap transaksi utang piutang
C. Melarang pemain kartu karena dikhatirkan menyebabkan perjudian
D. Melarang minum minuman keras karena sama dengan minum khamar
E. Membuat uang sebagai ganti alat jual beli dengan cara barter

5. Super market bermunculan bagai jamur dimusim penghujan. Tidak hanya diperkotaan
melainkan di wilayah kecamatan bahkan di desa. Sistem jual beli pun lebih mudah tanpa
menggunakan penawaran seperti di pasar tradisional. Peristiwa ini merupakan contoh dari ....
A. Urf shohih
B. Urf fasid
C. Maslahah mursalah
D. Dalalatul iqtiron
E. Saddu dzariah
6. Di desa Sandungrejo, ketika panen raya selalu melakukan sedekah bumi. Sedekah bumi itu
dilakukan disekitar makam dengan memuji-muji pada penguasa penghuni makam tersebut.
Karena kuatnya kepercayaan, maka acara tersebut merupakan acara rutin yang dilakukan
masyarakat sekitar wilayah itu. Peristiwa ini merupakan contoh dari ....
A. Urf shohih
B. Urf fasid
C. Maslahah mursalah
D. Dalalatul iqtiron
E. Saddu dzariah

7. Syariat yang diturunkan kepada orang-orang yang sebelum kita, yaitu ajaran agama sebelum
datangnya agama Islam, dalam istilah fikih disebut ....
A. Syar’u man Qablana
B. Mashalih al Mursalah
C. Mazhab shahabi
D. Dilalah Iqtiran
E. Saddu al Dzari’ah

8. Penetapan bagian warisan 1/6 untuk nenek adalah contoh dari ....
A. Syar’u man Qablana
B. Mashalih al Mursalah
C. Mazhab shahabi
D. Dilalah Iqtiran
E. Saddu al Dzari’ah

9. Seseorang yang berwudlu saat hendak melaksanakan shalat merupakan perintah yang datang
dari nash (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Apabila seseorang merasa tidak yakin bahwa wudlunya
batal atau tidak, orang tersebut tidak perlu mengambil wudlu kembali. Hal tersebut merupakan
contoh ....
A. Urf
B. Mazhab sahabi
C. Dalalatul iqtiran
D. Istishab
E. Istihsan

10. Pada masyarakat muslim Indonesia dikenal tradisi halal bihalal setelah bulan Ramadhan usai,
padahal syari’at Islam tidak mengkhususkan mengatur masalah tersebut.
Contoh ‘urf tersebut merupakan ....
A. ‘urf fasid dan tidak boleh dilaksanakan
B. ‘urf fasid dan boleh dilaksanakan
C. ‘urf shahih dan boleh dilaksanakan
D. ‘urf shahih dan tidak boleh dilaksanakan
E. ‘urf khash dan tidak boleh dilaksanakan
B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Mengapa istihsan dapat dijadikan sumber hukum Islam? Jelaskan berdasarkan pendapat ulama
yang membolehkannya ataua menerimanya!
2. Berikan 2 contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan maslahah mursalah sebagai
sumber hukum Islam!
3. Mengapa istishab dapat dijadikan sumber hukum Islam? Jelaskan berdasarkan pendapat ulama
yang membolehkannya ataua menerimanya!
4. Berikan 2 contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan urf sebagai sumber hukum
Islam!
5. Berikan 2 contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan sadduz dzari’ah sebagai
sumber hukum Islam!
6. Berikan 2 contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan syar’u man qablana sebagai
sumber hukum Islam!

. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Anda mungkin juga menyukai