Anda di halaman 1dari 20

Istihsan & Mashlahah

Mursalah dan Penerapannya


dalam Keuangan Syariah

Anggota :
Rika Hery Rosita : 210105020159
Puput Novia Rahmawati : 210105020158
Istihsan
1. Pengertian Istihsan
Secara etimologis, istihsan berasal dari kata kerja bahasa Arab Istahsana yastahsinu istihsanan yang
berarti “mencari kebaikan” atau menganggap baik sesuatu Baik fisik, nilai, maupun Keduanya. Ia
merupakan bentukan dari kata hasuna yahsunu husnanatau hasanan yang berarti “baik” atau “bagus”.

Secara Terminologi Memandang lebih baik, sesuai Dengan tujuan syari’at, untuk Meninggalkan
ketentuan dalil Khusus, dan mengamalkan Ketentuan dalil umum.
Definisi yang lebih jelas dan mudah difahami dikemukakan oleh Prof. Dr. Mukhtar Yahya dan Prof. Drs.
Fatchurrahman. Menurutnya, “istihsan adalah meninggalkan qiyas yang nyata untuk menjalankan Qiyas
yang tidak nyata (samar-samar) atau meninggalkan hukum kulli untuk menjalankan hukum istisna`i
(pengecualian) disebabkan Ada dalil yang menurut logika membenarkannya.Definisi terakhir ini
menegaskan bahwa istihsan menyangkut salah satu di antara dua hal. Pertama, meninggalkan qiyas jali
(nyata) Untuk menggunakan qiyas khafi (samar), atau kedua, meninggalkan Hukum kulli untuk
menggunakan hukum istisna`i. Semua itu Dilakukan karena ada dalil yang mendukung. Dalil tersebut
bersifat Logis dan bisa dipertanggungjawabkan secara hukum.
2. Bentuk bentuk Istihsan
Ulama Hanafiyah membagi istihsan menjadi dua macam
:
Pertama, al-istihsan al-qiyâsi, yaitu mentarjihkan qiyas yang Tidak nyata (samar-samar/khafi) atas
qiyas yang nyata (jali) berdasarkan suatu dalil, seperti contoh di atas. Istihsan dalam bentuk Ini terjadi
apabila dalam satu permasalahan terdapat dua macam Qiyâs, salah satunya zahir disebut qiyâs
isthilâhi dan kedua khafi Yang memerlukan sandaran kepada asal yang lain.
Kedua, yang menjadi illat bukan kuat atau lemahnya pengaruh Qiyâs, tetapi ada pengaruh luar
yang berperan di dalamnya. Istihsan Dalam bentuk ini terbagi kepada tiga macam:

• Istihsan sunnah, yaitu apabila ada ketetapan dari sunnah Yang mewajibkan untuk menolak qiyâs.
Misalnya, sahnya Puasa seseorang yang makan atau minum dalam keadaan Lupa.
• Istihsan ijma’, yaitu meninggalkan qiyâs pada permasalahan Yang telah menjadi ijma’ walaupun
memiliki hukum yang Berbeda dengan qiyâs tersebut.
• Istihsan dharûrah, yaitu apabila dalam suatu permasalahan Terdapat bahaya yang dapat
mengancam.
3. Syarat-Syarat Istihsan

Terdapat syarat- syarat Istihsan selaku dasar hukum Islam yang Dikemukakan oleh
para Ulama, antara lain :

1. Tidak berlawanan dengan syariat, baik dalil khulli ataupun juz’i Yang qath‟i
wurud serta dalalahnya, dari nash Al- Qur’ an serta Al- Sunnah.
2. Kemaslahatan tersebut wajib bertabiat rasional, maksudnya wajib Terdapat riset
dan ulasan, hingga percaya terhadap perihal tersebut memberikan manfaat
ataupun menolak kemudaratan, bukan Kemaslahatan yang dikira- kirakan.
3. Kemaslahatan tersebut bertabiat universal.
4. Penerapannya tidak memunculkan kesusahan yang tidak normal.
4. Kehujjahan Al-Istihsan
Husain Hamid menerangkan, jika dasar penggunaan Istihsan untuk mazhab Maliki
sebagai berikut :
1. Kaedah Istihsan ialah kaedah yang diperoleh dari nashnash atau hukum syara’ dengan
metode induksi yang Diberikan faedah qat’i bukan ide semata ataupun hawa Nafsu.
2. Terdapatnya kaedah Istihsan menjadikan mujtahid kembali Pada hukum syara’ yang
diambil dari induksi nash-nash Syariat.
Sedangkan guna mendukung kehujjahan Istihsan, golongan Hanafiah
Mengutarakan faktor atau dalil Al-Qur’an, Sunnah serta Ijma’. Dalil dari Al-
Qur’an yang mereka utarakan ialah sebagai Berikut :
1. Surat al-Zumar (39) ayat 17 yang berbunyi:
Artinya : “ (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang
paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat”.

2. Surat al- Zumar (39) ayat 55 yang berbunyi :

Artinya : “Dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan Kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang azab kepadamu Dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”.

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah swt. Memuji golongan Manusia yang apabila
dihadapkan kepada mereka perkaraperkara yang baik dan lebih baik, mereka memilih
perkara yang Lebih baik.
• Ijma` para ulama yang diterapkan di masyarakat. Misalnya, Kebiasaan tidak
membayar saat masuk kamar mandi umum dan Meminum air di tempat umum
yang telah disediakan. Hal ini Merupakan kebiasaan yang menunjukkan
kebolehan. Masalah Ini disebut sebagai ijma’ atau kebiasaan umum (‘urf ‘am)
dengan Mengesampingkan qiyas.
5. kelompok yang Menolak Kehujjahan.

Istihsan Mazhab Syafi’ i menolak mengenakan Istihsan, Sebab baginya,


memakai istihsan berarti menetapkan hukum Bersumber pada hawa
nafsu, sehingga dipandang keluar dari Dorongan syarak. Perihal ini tidak
sejalan dengan firman Allah Swt. Dalam QS. Al- Qiyamah (75): 36 :
Artinya : “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan Begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban)? ”

Mazhab Syafi’i menerangkan, kalau kata sudah dalam ayat Di atas, merupakan
suatu yang tidak diperintahkan serta tidak Dilarang. Siapa yang berfatwa ataupun
menetapkan hukumdengan suatu yang tidak diperintahkan Allah serta Rasul- Nya,
Berarti dia sudah membiarkan dirinya kedalam jenis sudan. Sementara itu Allah
melarang orang buat berbuat percuma, Tanpa pertanggungjawaban.
6. Penerapan Istihsan di dalam Keuangan Syariah
a. Jual beli salam
Jual beli salam adalah jual beli pesanan. Pembayaran harga Barang
dilakukan terlebih dahulu; sementara barangnya belum Ada pada saat
transaksi terjadi. Barang baru diserahkan beberapa Hari kemudian
berdasarkan perjanjian.

b. Wakaf Uang
wakaf haruslah berbentuk barang atau benda Yang tahan lama dan
bermanfaat, seperti tanah, bangunan, Properti, mushhaf Alquran, senjata
untuk perang di jalan Allah, dan binatang.. Barang atau bendanya tidak
hancur atau lenyap Dalam waktu lama, sedangkan manfaatnya dapat
dirasakan oleh Orang yang menggunakan.
MASLAHAH
1. Pengertian Maslahah MURSALAH

Secara etemologi kata al-Maslahah sama dengan al-salah yang merupakan kata benda
(isim) yang berarti lawan dari kerusakan, selamat dari cacat, kebaikan, benar, istiqomah
atau dipergunakan untuk menunjukkan seseorang atau sesuatu itu baik, benar, sempurna,
teratur, terpuji, berguna, jujur, tulus.
Dalam mengartikan maslahah secara definitif terdapat perbedaan rumusan dikalangan
ulama yang kalau dianalisis ternyata hakikatnya adalah sama.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa menurut asalnya maslahah itu berarti sesuatu yang
mendatangkan manfaat (keuntungan) dan menjauhkan mudarat (kerusakan), namun
hakikat dari maslahah adalah
Artinya : Memelihara tujuan syara’(dalam menetapkan hukum)

Sedangkan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum itu ada lima, yaitu: Memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Dari beberapa defenisi tentang maslahah dapat disimpulkan bahwa maslahah


itu adalah sesuatu yg dipandang baik oleh akal sehat karena mendatagkan
kebaikan dan menghindari keburukan ( kerusakan) bagi manusia, sejalan
dengan tujuan syara’i dalam menetapkan hukum.
2. Macam-Macam Maslahah

Para pakar usul fiqih menjelaskan bahwa pembagian maslahah jika dilihat dari beberapa
spek. Jika dilihat dari aspek kualitas dan kepentingan kemaslahatan itu, maslahah terbagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Al-Maslahah adh-Dharuriyyah
2. Al-Maslahah al-Hajiyah
3. Al-Maslahah at-Tahsîniyyah

Dilihat dari segi kandungan maslahah, para ulama usul fikih


membaginya kepada:

1. Al-Maslahah al-‘Ammah
2. Al-Maslahah al-Khasshah
Menurut Imam As-Suyuti, dilihat dari segi keberadaan
maslahah terbagi menjadi:
1. Al-Maslahah al-Mu’tabarah,
2. Al-Maslahah al-Mulghah,

3. Syarat-Syarat Maslahah
Menurut Jumhurul Ulama bahwa maslahah mursalah dapat sebagai
sumber legislasi hukum Islam bila memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Maslahah tersebut haruslah “maslahah yang haqiqi” bukan hanya yang berdasarkan
prasangka merupakan kemaslahatan yang nyata. Artinya bahwa membina hukum
berdasarkan kemaslahatan yang benar-benar dapat membawa kemanfaatan dan
menolak kemadharatan.
2. Kemaslahatan tersebut merupakan kemaslahatan yang umum, bukan kemaslahatan
yang khusus baik untuk perseorangan atau kelompok tertentu,
3. Kemaslahatan tersebut tidak bertentangan dengan kemaslahatan yang terdapat
dalam Alqur’an dan al-Hadits baik secara dzahir atau batin.
4. Kehujjahan al-Mashlahah al-Mursalah

Menurut At-Tayyib as-Sanûsî Ahmad, sejak zaman sahabat, maslahah


mursalah telah dijadikan sebagai dalil untuk menetapkan suatu masalah yang
terjadi pada waktu itu, sementara Rasulullah telah wafat. Contoh masalah
yang ditetapkan berdasarkan metode maslahah mursalah, misalnya,
pengumpulan al-Quran ke dalam satu mushaf pada zaman Abû Bakar dan
‘Uœmân. ‘Umar b Khattab diketika menjadi khalifah, juga menjadikan penjara
sebagai alat untuk menghukum para kriminal, di mana cara seperti ini belum
pernah diterapkan oleh Rasulullah saw. Bahkan ‘Uœmân yang menjadikan dua
azan pada hari jum`at merupakan contoh penggunaan maslahah mursalah
sebagai dalil hukum menetapkan suatu masalah yang dihadapi oleh mereka.
Begitu juga ketentuan hukuman cambuk 80 kali bagi peminum, penetapan
penanggalan tahun Islam dimulai dari hijrah Nabi ke Madinah merupakan
contoh penetapan dengan memakai metode maslahah mursalah.
Para ulama belum secara bulat tentang kehujjahan
maslahahmursalah sebagai metode untuk menetapkan suatu hukum
untuk kasus-kasus yang secara eksplisit tidak disebutkan di dalam
nas. Menurut ulama Hânafiyah,2maslahah mursalah dapat dijadikan
sebagai metode untuk menetapkan hukum baru dengan syarat
didukung oleh ayat, hadis atau ijma‘ yang menunjukkan bahwa sifat
yang dianggap sebagai kemaslahatan itu merupakan ‘illat (motivasi
hukum) dalam penetapan suatu hukum, atau jenis sifat yang menjadi
motivasi hukum tersebut dipergunakan oleh nas sebagai motivasi
suatu hukum.
6. Penerapan al-Mashlahah al-Mursalah dalam Keuangan Syariah
Beberapa contoh penggunaan mashlahah mursalah dalam keuangan syariah sebagai
berikut:

1. Pendirian lembaga keuangan syariah/bank Bank sudah merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan masyarakat di era modern saat ini. Bank dengan segala
produknya telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern. Bank di
antaranya menjadi media sarana tolong menolong sesama umat manusia, baik
menabung, meminjam uang, membayar tagihan listrik, telepon, uang kuliah, transfer,
bahkan menjadi penyalur dana bantuan bagi masyarakat yang terkena musibah.
2. Intervensi Pasar oleh Pemerintah Islam memandang mekanisme pasar sebagai
suatu alamiah sehingga intervensi tidak diperlukan. Dalam ekonomi Islam
penentuan harga dilakukan oleh kekuatan pasar yaitu permintaan dan penawaran,
harus terjadi secara sukarela, dan tidak ada pihak yang teraniaya atau merasa
terpaksa untuk bertransaksi.
3. Kartel dan Monopoli Kartel  adalah sekelompok produsen pasar independen
yang bekerja sama satu sama lain untuk meningkatkan keuntungan dan
mendominasi pasar.  Kartel  biasanya merupakan asosiasi dalam bidang bisnis
yang sama, dan merupakan aliansi para pesaing. Kesepakatan antar kelompok
produsen ini dapat berupa pembatasan/kuota produksi, daerah penjualan maupun
kesepakatan harga.

Dalam ekonomi Islam, kartel merupakan tindakan yang akan merugikan


konsumen, dan sangat potensial untuk menciptakan persaingan usaha yang tidak
sehat.

Manfaat dari pelarangan kartel dan monopoli yang merupakan kemaslahatan bagi
pembeli menggunakan dalil hukum mashlahah mursalah, karena kondisi ini tidak
diatur secara spesifik oleh Alquran maupun sunnah.
4. Kartu Kredit Syariah Kartu kredit syariah atau syariah card dalam istilah
keuangan syariah dikenal dengan sebutan bithaqah al-itiman. Bithaqah
maknanya kartu, sedangkan itiman berarti kondisi aman dan saling percaya.

Menurut definisi DSN MUI dalam fatwa Nomor 54/ DSN-MUI/X/2006 Tentang Syariah
Card, Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan
hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip
syariah.  

Kartu kredit syariah merupakan salah satu produk bank syariah yang dikeluarkan
dengan prinsip kemudahan dan maslahah. Dalam menetapkan fatwa tentang kartu
kredit syariah ada beberapa kaidah maslahah yang dipakai MUI, di antaranya:
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai