Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rila Mahudha

NIM : 202111084 A
Kelas : HES 3C

UAS FILSAFAT HUKUM ISLAM


1. Pendapat ulama mengenai pertumbuhan dan perkembangan filsafat hukum Islam dibagi
menjadi dua yaitu:
 Sejak zaman Rasulullah
Para ulama mempercayai bahwa filsafat hukum Islam ada sejak zaman Rasulullah
dari hadits dibawah ini :
‫ يختصمان في‬:‫ قال‬،‫ سمعت أم سلمة عن النبي صلى هللا عليه وسلم بهذا الحديث‬:‫ قال‬،‫عن عبدهللا بن رافع‬
‫ إني إنما أقضى بينكم برأيي فيما لم ينزل علي فيه (رواه أبو د وود وأمي‬:‫ فقال‬،‫مواريث وأشياء قد درست‬
)‫سلمه‬

Artinya: Dari Abdillah bin Rafi’, berkata: saya mendengar Ummi Salamah dari
Rasulullah Saw. Dalam hadis ini, berkata: “sungguh saya memberi keputusan di
antara kamu tidak lain adalah dengan pendapatku ketika tidak turun wahyu
kepadaku”. (HR. Abu Daud dari Ummi Salamah).

‫ إنما أنا بشر فما حد ثتكم عن هللا فهو حق وما قلت فيه من قبل نفسى فإ‬:‫فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫نما أنا بشر أخطئ وأصيب‬
Artinya: Rasulullah Saw. bersabda: “saya adalah manusia juga, maka segala yang
saya katakan kepadamu dari Allah (wahyu) adalah benar, dan segala yang saya
katakan dari diri saya sendiri, karena saya tidak lain adalah manusia juga, maka
bisa salah dan bisa benar”.

Dapat diketahui bahwasanya filsafat hukum Islam telah lahir sejak masa Rasulullah
saw. Hal ini disebabkan filsafat hukum islam itu sendiri diidentikkan dengan ijtihad
seseorang dalam menetapkan sebuah hukum yang dilandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadis.

 Sejak zaman Khulafa'Ar-Rasyiddin


Alasan yg kedua dari pendapat bahwa ijtihad sejak zaman kahulafa ar-Rasyidin ialah:

‫وما اتاكم الرسول فخذه وما نهاكم عنه فنتهوا‬...

Artianya: “Segala apa yg datang dr Rasulullah kepadamu, maka ambillah, dan apa
yg dilarang bagimu maka tinggallah”
2. Empat Teori Kebenaran :
 Teori Korespondensi, menurut teori ini kebenaran merupakan kesesuaian antara
pernyataan atau statemen dengan fakta atau realita.
 Teori Koherensi, menurut teori ini menyatakan bahwa kebenaran ditegakkan atas
hubungan keputusan kebenaran baru dengan keputusan-keputusan kebenaran
yang telah diketahui kebenarannya terlebih dahulu.
 Teori Pragmatisme, teori ini menyatakan bahwa sesuatu secara hakiki dinyatakan
benar apabila ia berlaku sesuai zatnya, berfaedah dan memuaskan.
 Teori Religiusme, Teori ini menyatakan bahwa sesuatu dinyatakan benar karena
secara subyektif keimanan atau keyakinan, semakin iman seseorang maka
semakin benarlah sesuatu yang diyakini tersebut.
Hubungan antara teori tersebut dengan perkembangan hukum islam adalah mereka
saling membutuhkan. Kebenaran merupakan suatu kesetiaan ataupun keputusan atas
fakta. Keempat teori ini tentu mempunyai kelemahan dan kelebihan, namun hal tersebut
justru menjadi kekuatan untuk saling melengkapi agar dapat mengkaji dan mengikuti
perkembangan hukum islam.
3. Pemahaman Tekstual : Pemahaman Tekstual ialah suatu paradigma seseorang dimana
dalam mengambil dan memahami maksud dan tujuan nash-nash Al-Qur’an maupun hadis
menekankan pada makna harfiyah atau teks itu sendiri.Seperti, kata: yaduh (tangan),
wajhun, (wajah), qatha’a (memotong) dan lain-lain.

Contoh : Pembahasan tentang teks Qur’an, tidak bisa dilepaskan dari konsep wahyu dan
budaya Arab pra-Islam dan ketika Islam muncul, karena sebagaimana diyakini oleh umat
Islam, Qur’an merupakan teks yang di wahyukan Allah kepada Muhammad melalui
malaikat jibril, dengan menggunakan bahasa Arab.

Pemahaman Kontekstual : Pemahaman Kontekstual ialah suatu paradigm seseorang


mujtahid dalam mengambil keputusan hukum dari nash-nash di samping memahami
ketentuan teks-teks keagamaan, tapi juga mempertimbangkan konteks social-budaya dan
maqasid al-syariah serta hikmah-hikmah diteteapkanya suatu hukum.

Contoh : Meninggalkan pemahaman harfiyah terhadap Al-Qur’an dan menggatikanya


dengan pemahaman berdasarkan semangat dan jiwa Al-Qur’an.

Soal Wajib
5.
 Maqashid syariah untuk melindungi agama
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi agama merupakan hak memeluk dan
meyakini seseorang boleh dan berhak memeluk agama yang diyakini secara bebas
dan tanpa gangguan.
Contoh: penjagaannya adalah dengan melaksanakan shalat dan zakat. Sedangkan dari
segi pencegahan dilakukan dengan jihad atau hukuman bagi orang-orang yang
murtad.
 Maqashid syariah untuk melindungi jiwa
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi jiwa merupakan landasan dan alasan yang
menyatakan bahwa seorang manusia tidak boleh disakiti, dilukai, apalagi dibunuh.
Contoh: penerapannya adalah dengan makan dan minum. Sedangkan dari segi
pencegahan dilakukan dengan cara qisas dan diyat.
 Maqashid syariah untuk melindungi pikiran
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi pikiran atau akal. Berangkat dari hal ini,
maka segala hal yang menyebabkan hilangnya akal menjadi tidak boleh. Termasuk di
dalamnya mengonsumsi narkoba atau minuman keras. Termasuk dalam hal ini juga
adalah kebebasan berpendapat secara aman bagi setiap orang.
Contoh: penerapannya dalam bentuk penjagaan dilakukan dengan makan dan mencari
makan. Sedangkan dalam bentuk pencegahan dilakukan dengan menegakkan hukum
bagi pengonsumsi narkoba.
 Maqashid syariah untuk melindungi harta
Maqashid syariah untuk melindungi harta menjamin bahwa setiap orang berhak
memiliki kekayaan harta benda dan merebutnya dari orang lain merupakan hal yang
dilarang. Baik dalam bentuk pencurian, korupsi, dan lain sebagainya.
Contoh: penerapan hal ini dilakukan dengan cara melaksanakan jual beli dan mencari
rizki. Sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan hukum potong tangan bagi
pencuri dan menghindari riba.
 Maqashid syariah untuk melindungi keturunan
Maqashid syariah untuk melindungi keturunan membuat maka zina menjadi terlarang
karena dapat memberikan dampak negatif. Baik secara biologis, psikologis, ekonomi,
sosial, nasab, hukum waris, dan lain sebagainya Karena itu, penjagaannya dilakukan
dalam bentuk pernikahan, sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan
menegakkan hukum bagi orang yang berzina dan yang menuduh orang lain berzina
tanpa adanya bukti.
6.
Hubungan antara Maqasid al syariah dengan kelima teori ijtihad ialah membantu dalam
menyelesaikan suatu perkara yang belum diketahui nashnya. Dan juga merupakan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penetapan hukum yang berguna bagi
kemslahatan umat manusia.
Contoh :
 Ijma’ : Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang
diprakarsai oleh sahabat Utsman bin Affan r.a. pada masa kekhalifahan beliau.
Para sahabat lainnya tidak ada yang memprotes atau menolak ijma’ Beliau
tersebut dan diamnya para sahabat lainnya adalahtanda menerimanya mereka atas
prakarsa tersebut.
 Qiyas : Contoh penggunaan qiyas adalah meminum khamar (arak) adalah
perbuatan yang telah ditetapkan oleh nash, yaitu haram.
 Istihsan : Air sisa binatang buas itu najis. Bagaimana sisa burung yang buas?
Bedasarkan Istihsan sisa burung yang buas tidak najis karena burung minum
dengan paruhnya jadi air liur tidak mengenai air.
 Mashlahah al-Mursalah : Tuntunan beribadah di masa pandemi Covid-19 seperti
tidak melakukan sholat Jumat dan sholat tarawih berjamaah di masjid, menutup
masjid untuk sementara, dan sholat menggunakan masker.
 Sadu al-Dzari’ah : ‫ك َزيَّنَّا لِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة‬ َ ِ‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ فَيَ ُسبُّوا هَّللا َ َع ْد ًوا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َك َذل‬
)108( َ‫َع َملَهُ ْم ثُ َّم ِإلَى َربِّ ِه ْم َمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
Artinya :“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka akan memaki Allah dengan melampui batas
tanpa pengetahuan.”(al An’am : 108) Mencaci berhala tidak dilarang Allah
SWT, tetapi ayat ini melarang kaum muslimin mencaci dan menghina berhala,
karena larangan ini dapat menghalangi atau mencegah ke arah tindakan orang-
orang musyrik mencaci dan memaki Allah secara melampaui batas

Anda mungkin juga menyukai