Anda di halaman 1dari 22

IJTIHAD

IN ISLAMIC
TEACHING
Oleh : Mu’ammar, S.Sos.I.,M.Pd.I
 Tertutup dan Terbukanya pintu Ijtihad
Aktifitas ijtihad sesungguhnya telah dimulai sejak masa Nabi, bahkan
tindakan nabi dalam memberikan fatwa yang kemudian dibenarkan oleh wahyu
dipandang sebagai bentuk ijtihad oleh mereka yang beranggapan bahwa Nabi sah
sah saja melakukan ijtihad, seperti kasus tawanan perang badar, di mana setelah
beliau bermusyawarah dengan para sahabat lantas beerijtihad dan memutuskan
untuk membebaskan tawanan dengan membayar tebusan.
Terbukanya pintu ijtihad ini diperkuat dengan penjelasan as-Suyuthi
dalam karyanya “Ar-Radd ila man akhlada ilal ardl”. Dalam karyanya tersebut ia
menyebutkan pendapat seluruh mujtahid atas kewajiban mengerahkan segenap
kemampuan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan agama dengan
melakukan penggalian hukum dari sumbernya serta mencela perilaku taqlid.
PENGERTIAN IJTIHAD

‫جهاد‬ ‫جهد‬

‫اجتهاد‬

BEKERJA KERAS DAN SUNGGUH SUNGGUH UNTUK


MENYELESAIKAN PEKERJAAN BERAT
IJTIHAD
Ijtihad berasal dari bahasa arab dari bentuk fi’il madli yaitu ijtahada, bentuk fi’il
mudlarek yaitu yajtahidu, dan bentuk masdar yaitu ijtihadan yang artinya telah
bersungguh-sungguh, mencurahkan tenaga, menggunakan pikiran, dan bekerja
semaksimal mungkin.

Sedangkan menurut istilah, ijtihad adalah suatu pekerjaan yang menggunakan segala
kesanggupan rohaniah untuk mendapatkan hukum syara’ atau menyusun pendapat dari
seluruh masalah hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Orang yang
melakukan ijtihad disebut mujtahid, perlu dipahami bahwa hasil ijtihad dari seorang
mujtahid bersifat relative, sehingga tidak jarang terjadi perbedaan hasil ijtihad satu
dengan yang lainnya.
SYARAT MELAKUKAN IJTIHAD ANTARA LAIN :
 Mengerti dan memahami isi kandungan Al-Qur’an, juga hadis yang berhubungan dengan
hukum-hukum.
 Mampu berbahasa arab dengan baik, sebagai kelengkapan dan kesempurnaan dalam
menafsirkan Al-Qur’an dan hadis.
 Memahami ilmu ushul fiqih (cara mengambil hukum syari’at yang bertolak dari Al-Qur’an dan
Hadis) dengan baik.
 Mengerti dan memahami soal-soal ijma’ (kesepakatan semua ahli ijtihad pada suatu masa atas
suatu hukum syara’), sehingga mujtahid tidak memberikan fatwa yang berlainan dengan hasil
ijma’ terdahulu.
 Memahami nasikh dan mansukh, sehingga seorang mujtahid tidak mengeluarkan hukum
berdasarkan dalil yang sudah dimansukh (dibatalkan).
BENTUK IJTIHAD YANG DIKENAL DALAM SYARI’AT ISLAM :
1. Ijma’
Kesepakatan para ulama’ dalam menentukan hukum suatu masalah yang timbul di
kalangan umat Islam, karena belum adanya ketentuan dalam Al-Qur’an maupun hadis.
Contoh Ijma: keputusan para alim ulama bahwa vaksinasi dan imunisasi
diperbolehkan.
2. Qiyas
Menetapkan hukum suatu pemasalahan yang timbul dikalangan umat Islam dengan cara
mencari persaman sifat hukum yang baru dengan sifat hukum yang yang sudah ada
ketentuannya dalam Al-Qur’an ataupun hadis.
Contoh Qiyas: menganalogikan narkotika, yang pada zaman Nabi Muhammad
tidak ada, dengan khamr (minuman memabukkan)
BENTUK-BENTUK IJTIHAD YANG MASIH DIPERSELISIHKAN

1. Istihsan
Menetapkan hukum masalah yang tidak ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an maupun hadis
yang didasarkan atas kepentingan umum (kemaslahatan) umum dan demi keadilan.
2. Maslahah mursalah
Kemaslahatan atau kebaikan yang yang tidak disinggung-singgung syara’ untuk mengerjakan
atau meninggalkannya, sedangkan jika dilakukan akan membawa manfa’at dan terhindar dari
keburukan.
3. Istishab
Meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan ditetapkan karena adanya suatu dalil
sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut.
4. Urf (adat kebiasaan)
Segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan suatu masyarakat dan dijalankan terus menerus,
baik itu berupa perkata’an maupun perbuatan.
5. Madzhab sahabi
Perkataan sahabat yang bukan didasarkan atas pikiran semata-mata adalah menjadi hujjah umat
Islam.
6. As-Syar’u man qablana
Kebiasaan orang-orang terdahulu yang masih diteruskan oleh generasi berikutnya dan hal itu
tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
• Ruang Lingkup Ijtihad
• Secara garis besar ruang lingkup ijtihad dibagi menjadi 2 bagian:
1. Peristiwa yang ketepatan hukumnya masih dzanny ( perkiraan
/sangkaan/ antara benar dan salah )
Contohnya adalah bersentuhan antara laki-laki dengan perempuan
yang bukan muhrimnya

2. Peristiwa yang belum ada nash nya ( ketetapan Hukum) sama sekali
Contoh masalah ini adalah, hukum bayi tabung, keluarga berencana,
dan lain sebagainya.
IJTIHAD
KEDUDUKAN DAN FUNGSI IJTIHAD
 Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-
Qur’an dan hadis. Kedudukan ijtihad begitu penting dalam ajaran islam, karena ijtihad
telah dibuktikan kemampuannya dalam menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
umat Islam mulai dari zaman Rasulullah saw sampai sekarang. Melalui ijtihad masalah-
masalah.yang tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam Al-Qur’an maupun hadis
dapat dipecahkan, sehinnga ajaran Islam terus berkembang sedemikian rupa menuju
kesempurna’annya, bias dikatakan ijtihad merupakan daya gerak kemajuan umat
Islam. Artinya ijtihad merupakan kunci dinamika ajaran Islam.
.
IJTIHAD
KEDUDUKAN DAN FUNGSI IJTIHAD
Selain memang diperintahkan Al-Qur’an, ijtihad merupakan proses alamiah bahwa manusia
harus menggunakan fikirannya semaksimal mungkin. Apalagi pada masa sekarang yang
mana banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi umat Islam, bolehkah kita
berijtihad?Boleh ! dengan catatan, syarat-syarat mujtahid sebagaimana yang telah diuraikan
diatas terpenuhi. Oleh sebab itu di Indonesia terdapat lembaga yang kita kenal dengan
Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) yang melakukan ijtihad secara kolektif atas hal-hal yang
terjadi di Indonesia yang berhubungan dengan syari’at Islam, terutama dalam hal muamalah
Contoh Ijtihad dalam Kehidupan Sehari Hari
1. Penentuan 1 Syawal, para ulama berkumpul untuk berdiskusi mengeluarkan
argumen masing-masing untuk menentukan 1 Syawal, juga penentuan awal
Ramadhan.
2. Bayi tabung. Para ulama telah merujuk kepada hadist-hadist agar dapat
menemukan hukum yang telah dihasilkan teknologi bayi tabung dan menurut
MUI menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum suami-isteri yang
sah hukumnya mubah karena merupakan ikhtiar yang berdasarkan agama.
3. Mengecat uban dengan warna hitam. Seseorang sangat dianjurkan untuk tampil
paling baik di depan pasangannya. Mengecat rambut warna hitam itu hukumnya
haram, kecuali untuk orang yang akan berperang dan untuk pasangan suami-
istri yang ingin tampil baik di depan pasangannya.
• PENGERTIAN IJTIHAD
Imam Ghozali menyebutkan bahwa
syarat terhadap seorang mujtahid
ada dua, diantaranya adalah sebagai
berikut :
- Seorang mujtahid harus
mengetahui tentang hukum syara’
- Seorang mujtahid harus adil dan
juga harus menjauhi perbuatan
maksiat yang bisa menghilangkan
sifat keadilan seorang mujtahid
Imam malik ibn anas Imam Ahmad Ibn
Hambal

1 2 3 4

Imam Abu Hanafi


Imam Asy Syafi'i
• PERBEDAAN
• Mahmud Isma’il Muhammad Misy’al
menyebutkan ada empat sebab pokok terjadinya ikhtilaf:
(a)Perbedaan dalam penggunaan kaidah ushuliyah dan
penggunaan sumber-sumber istinbath (penggalian)
(b)Perbedaan yang mencolok dari aspek kebahasaan dalam
memahami suatu nash,
(c) Perbedaan dalam ijtihad tentang ilmu hadis
(d)Perbedaan tentang metode kompromi hadis (al-jam’u) dan
mentarjihnya (al-tarjih) yang secara zahir maknanya bertentangan.
HUKUM TAKLIFI
 Menurut bahasa adalah hukum pemberian beban sedangkan menurut
istilah Adalah ketentuan Allah yang menuntut mukallaf (baligh dan
berakal sehat) yang berkaitan dengan perintah untuk melakukan atau
untuk meninggalkan suatu perbuatan.atau pilihan untuk mengerjakan
atau meninggalkan.
HUKUM TAKLIFI
HUKUM TAKLIFI DIBAGI MENJADI LIMA KATEGORI :
1. Wajib adalah segala perintah Allah swt yang harus kita kerjakan, dan apabila
ditinggal akan berdosa..Macam-macam hukum wajib adalah sebagai berikut.
 Wajib ain, Wajib kifayah, Wajib syar’I, Wajib aqli, Wajib aqli nazari, Wajib aqli daruri,
Wajib muaiyyah, Wajib mukhayyar, Wajib mutlaq,
Wajib ain Fardu/wajib ain adalah status hukum dari sebuah aktivitas
dalam Islam yang wajib dilakukan oleh seluruh individu yang telah
memenuhi syaratnya. Dalam Islam, meninggalkan aktivitas yang
hukumnya fardu ain adalah berdosa. Termasuk dalam aktivitas ini
adalah: Shalat Fardhu.Puasa Ramadhan.Zakat.Haji bila mampu

Wajib kifayah, status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam


yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain
maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong
fardu kifayah: Menyalatkan jenazah muslim. Belajar ilmu tertentu
(misalnya kedokteran, ekonomi)

Wajib syar’I, Wajib aqli, Wajib aqli nazari, Wajib aqli daruri, Wajib muaiyyah,
Wajib mukhayyar, Wajib mutlaq
2. Sunah adalah perkara yang apabila dikerjakn mendapatkan pahala dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa. Macam-macam hukum sunah adalah
 Sunah muakkad, sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan
salat sunah thawaf.
 Sunah ghairu muakkad, sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya
dikerjakan ketika terjadi gerhana)
 Sunah haiat (Perkara perkara yang disunahkan didalam shalat, yang apabila
ditinggalkan tidak perlu untuk menggantinya dengan sujud sahwi)
 Sunah ab’ad,
HUKUM TAKLIFI
HUKUM TAKLIFI DIBAGI MENJADI LIMA KATEGORI :

 Haram adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan berdosa dan apabila
ditinggalkan mendapat pahala, seperti meminum minuman keras, mencuri,
dan berjudi.
 Makruh adalah sesuatu yang tidak disukai atau diinginkan oleh Allah
swt,akan tetapi apabila tidak dikerjakan tidak berdosa dan jika ditinggalkan
mendapat pahala. Contohnya makan bawang mentah. tidur setelah sholat
shubuh, makan petai atau jengkol,berbicara ketika berwudhu, makan sambil
berdiri
 Mubah adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan
tidak mendapatkan pahala maupun tidak berdosa.cth; makan, minum,
memilih warna baju, bercanda, tertawa, dan lain sebagainya
HUKUM WAD’I
 Adalah ketentuan Allah swt yang mengandung pengertian
bahwa terjadinya sesuatu merupakan sebab, syarat, atau
penghalang adanya suatu hukum.
Misalnyan shalat, menjadi sebab adanya kewajiban berwudlu terlebih
dahulu, (Q.S. Al-Maidah:6).
Adanya kemampuan (istata’ah) adanya menjadi syarat wajibnya
menunaikan ibadah haji (Q.S. Ali-Imran: 97).
Adanya perbedaan agama antara pewaris dan ahli waris, menjadi
penghalang dalam hal pembagian harta waris.
PETA KONSEP
1. AL QUR’AN
SUMBER 2. AL HADITS
3. IJTIHAD

HUKUM ISLAM

MACAM 1. TAKLIFI
MACAM 2. WAD’I

Anda mungkin juga menyukai