Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGAMA ISLAM

Tentang : IJTIHAD
Dosen Pengampu : Nurjaya S.Pd.I.,M.Pd.I.

NAMA KELOMPOK : 1. ERMANDA DEWI FEBRIANTI 221011200337


2. FAIZAL MAULANA 221011200987
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telahmelimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Al-Qur’an sebagai sumber hukum.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuandari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untukitu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
adakekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembacaagar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


Latar Belakang ...................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................ 2
Manfaat dan Tujuan ............................................................................. 2
Kedudukan Ihtijhad............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
Pengertian Ijtihd…..........................………............................................... 3
Fungsi Ihtihad…..…….......……................................................................. 3
Macam-Macam Ihtijhad …….................................................................. 4
Mengetahui Dalil-Dalil tentang Ihtijhad.................................................6
Kedudukan Ihtijhad................................................................................7
Tingkatan-Tingkatan Ihtijhad.................................................................8
Contoh Ihtijhad.................. ……………………………………………….…………..…8
Tujuan Ihtijhad…..................................………………………........................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9
Kesimpulan......…..................................…………………….......................... 9
Saran...............…..................................……………………........................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut bahasa, ijtihad berarti berusaha dengan penuh kesungguhan. Secara istilah
ijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari dan menemukan status
hukum dari sesuatu yang belum ditetapkan dalam al-Quran maupun hadis. Orang yang
melakukan ijtihad disebut dengan mujtahid.

Secara historis, ijtihad muncul dalam Islam karena tuntutan realitas kehidupan
manusia. Melalui ijtihad, masalah baru yang ketetapannya tidak ada dalam al-Qur’an
dan hadis dapat dipecahkan dengan menggunakan akal pikiran. Melalui ijtihad ajaran
Islam akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman, Sebaliknya, kaum muslimin akan
mengalami kemunduran ketika ijtihad sirna dari kehidupan mereka. Muhammad Iqbal
(penyair dan filosof dari Pakistan) berpendapat bahwa ijtihad adalah prinsip dasar gerak islam

1
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan keterangan di atas, penulis akan membahas masalah Ijtihad dalam empat bahasan,
yaitu:
a. Apa itu Ijtihad?
b. Apa saja syarat-syarat Ijtihad?
c. Macam-Macam Ijtihad
d. Contoh Ijtihad
e. Tujuan Ijtihad
f. Tingkatan Ijtihad
g. Dalil Hukum Ijtihad

1.3.Manfaat dan Tujuan


Mengetahui apa itu Ijtihad dan membahas Pemahanan,syarat-syarat,Jenis-jenis hukum yang terdapat
dalam Ijtihad.

1.4.Kedudukan Ijtihad
Kedudukan Ijtihad

Hasil ijtihad menjadi sumber hukum yang ketiga setelah Al-Quran dan hadis. Hal

ini didasarkan pada dialog antara Nabi Muhammad Saw. dengan seorang sahabat

yang bernama Mu'az bin Jabal ketika diutus ke Yaman sebagai seorang Haki, la

ditanya oleh Nabi Muhammad Saw. tentang cara menetapkan hukum apabila ada

suatu perkara yang dihadapkan kepadanya

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Ijtihad
Menurut etimologi, Ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam
mencurahkan perhatian. Sedangkan menurut terminology, Ijtihad adalah
mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk
menetapkan suatu hukum. Secara umum, pengertian Ijtihad adalah sebuah usaha
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memutuskan suatu perkara yang
tidak dibahas dalam Al-Qur'an dan Hadist dengan syarat menggunakan akal sehat
dan juga pertimbangan matang.
Ijtihad dipandang sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al Qur’anul Qareem,
dan Al Hadits, serta turut memegang fungsi penting dalam penetapan hulum Islam.
Adapun orang yang melakukan Ijtihad disebut Mujtahid. Ijtihad tidak bisa dilakukan oleh
setiap orang, tetapi hanya dapat dilakukan oleh orang yang memenuhi syarat untuk
melakukannya.

2. Fungsi ijtihad adalah:


1) Terciptanya suatu keputusan antara para ulama dan para ahli agama (yang
berwenang) untuk mencegah kemudharatan dalam penyelesaian suatu
perkara yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh Al Qur’an dan Hadits.
2) Tersepakatinya suatu keputusan dari hasil Ijtihad yang tidak bertentangan
dengan Qur’an dan Hadits.
3) Dapat ditetapkannya hukum terhadap suatu persoalan Ijtihadiyah atas
pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan
syariat berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran islam.

3
3. Macam-Macam Ijtihad
Bentuk- bentuk ijtihad dapat dibedakan menjadi 7 metode antara lain:

● Ijma’ (kesepakatan) : Adalah kesepakatan para ahli ijtihad di kalangan umat Islam
terhadap suatu hukum pada suatu masa setelah Rasulullah Saw. wafat. Contoh hasil
ijma' adalah kesepakatan sahabat pada masa Umar bin Khatab untuk menjatuhkan
hukum cambuk sebanyak 80 kali terhadap orang yang meminum minuman keras.

● Qiyas : Menurut ulama ushul fikih qiyas adalah menentukan status hukum terhadap
satu kasus yang tidak ada ketentuannya dalam al-Quran dan Hadis dengan cara
membandingkannya (menganalogikannya) dengan kasus yang ada ketentuannya dalam
al-Quran maupun hadis. Misalnya, diharamkannya narkoba seperti ekstasi dan ganja.
Haramnya narkoba diqiyaskan dengan khamar yang terdapat dalam Al-Quran surat al-
Maidah/5 ayat 90 karena antara keduanya ada persamaan illat (alasan) yaitu sama-sama
memabukkan.

● Maslahah mursalah : Adalah sesuatu yang mendatangkan kebaikan dan manfaat


(maslahat) bagi manusia dan menolak segala yang mendatangkan keburukan atau
bahaya (mudharat). Contoh: membukukan dan menterjemahkan al-Quran, anjuran
memakan makanan bergizi, Memperkuat pertahanan dan keamanan. Di antara
tujuannya adalah untuk menjaga lima hal dasar (al-Maqashid al-Syariah) yaitu:
alMaqashid al-Syariah pertama, memelihara agama (hifzhuddin), kedua,memelihara
jiwa (hifzhunnafs), ketiga,memelihara akal (hifzul ‘aqli), keempat,memelihara keturunan
(hifzunnasl), dan kelima, memelihara harta (hifzhulmal).

4
● Sududz Dzariah : Pengertian sududz dzariah adalah memutuskan suatu yang mubah
makruh atau haram demi kepentingan umat.

● Istishab : Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan
yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang
perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di
perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan
semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri orang sehingga

● ‘Urf : Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan al-quran dan
Hadis. Contoh: tradisi mandi keramas (balimau) di Sumatera Barat dalam menyambut
bulan suci Ramadhan.

● Istihsan : Pengertian istihsan adalah tindakan dengan meninggalkan satu hukum kepada
hukum lainnya disebabkan adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk
meninggalkannya.

5
4. Mengetahui Dalil-Dalil Tentang Ijtihad

a) Al-Quran

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya) dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunahnya) ..." (Qs.

An Nisa'/4: 59)

 Ulil Amri pada ayat di atas dimaknai oleh Imam al-Alusi di dalam kitab tafsirnya

Ruh al-Ma’ani dengan beberapa pengertian, Pertama, pemimpin kaum

muslimin (umara al-muslimin) pada masa Rasul dan sesudahnya, kedua, ahlulilmi
(cendekiawan) yang memberikan fatwa dalam hukum syara’.

 "Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pela-jaran, hai orang-orang yang

mernpunyai pandangan." (Qs. Al Hasyr/59: 2)

Ayat di atas merupakan dalil yang memerintahkan para ulama supaya melakukan

Ijtihad

b) Hadis

" Jika seorang hakim berijtihad dalam menetapkan suatu hukum, ternyata

hukumnya benar, maka hakim tersebut akan mendapatkan dua pahala, & apabila

dia berijtihad dalam menetapkan suatu hukum, namun dia salah, maka dia akan

mendapatkan satu pahala.." (HR. Muslim no. 3240)

Hadis di atas memberikan penghargaan yang tinggi kepada ilmuwan muslim

untuk melakukan ijtihad.

6
5. Kedudukan Ijtihad

Hasil ijtihad menjadi sumber hukum yang ketiga setelah Al-Quran dan hadis. Hal

ini didasarkan pada dialog antara Nabi Muhammad Saw. dengan seorang sahabat

yang bernama Mu'az bin Jabal ketika diutus ke Yaman sebagai seorang Haki, la

ditanya oleh Nabi Muhammad Saw. tentang cara menetapkan hukum apabila ada

suatu perkara yang dihadapkan kepadanya. Mu'az menjawab :

"Saya akan menetapkan hukum dengan al-Quran.” Rasul bertanya lagi, "Kalau

seandainya tidak ditemukan ketetapannya dalam Al Quran?" Mu'az menjawab,

"Saya akan ' tapkan dengan hadis." Rasul bertanya lagi, "Kalau seandair, tidak

ditemukan dalam Al-Quran dan hadis?" Mu'az menjawab, "Saya akan berijtihad

dengan pendapat saya sendiri." Kemudian Rasulullah menepuk-nepuk bahu Mu'az

bin Jabbal tanda setuju.” (HR. Abu Dawud)

Keterangan tersebut di atas adalah dalil tentang kebolehan menetapkan hukum

berdasarkan ijtihad. Hal ini disebabkan ijtihad merupakan sumber hukum yang

ketiga setelah al-Quran dan hadis. Ijtihad sangat dibutuhkan dalam Islam guna

memenuhi tuntutan realitas kehidupan manusia sekaligus menjawab tantangan

zaman yang berubah begitu cepat.

7
6. Tingkatan- tingkatan Ijtihad

 IjtihadMuthlaq

Ijtihad Muthlaq adalah kegiatan seorang mujtahid[4] yang bersifat mandiri dalam
berijtihad dan menemukan sebab-sebab hukum dan ketentuan hukumnya dari teks Al-
Qur'an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan
syara', serta setelah lebih dahulu mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-
disiplin ilmu.

 Ijtihadfial-Madzhab

Seorang ulama berijtihad mengenai hukum syara', dengan menggunakan metode


istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan
masalah-masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya,
meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun untuk
memberikan fatwa hukum yang disesuaikan kepada masyarakatnya

7. Contoh Ijtihad
ijtihad dalam perkara muamalah kontemporer adalah hukum transaksi pinjaman
di bank. Di masa Nabi Muhammad SAW, tidak ada bank seperti sekarang. Karena itulah,
perlu dilakukan penggalian hukum syariat, apakah halal atau haram meminjam sejumlah
uang di bank.Berdasarkan ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 1 Tahun 2004,
melakukan transaksi pinjaman ke bank konvensional dengan bunga tertentu termasuk
dalam konteks riba yang diharamkan Islam.Hal ini disampaikan Rasulullah SAW sebagai
berikut:"Sungguh akan datang kepada umat manusia suatu masa di mana tak ada
seorang pun di antara mereka [terbiasa] memakan riba. Barang siapa tidak
mengambilnya, ia terkena debunya.

“(H.R. Ibnu Majah)”

8. Tujuan Ijtihad
ijtihad adalah untuk menentukan hukum dari perkara yang baru, demi
memenuhi keperluan umat muslim akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah

8
di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu. Orang yang melakukan ijtihad
disebut mujtahid.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ijtihad adalah mencurahkan segala kesanggupan dan kemampuan seorang ahli fiqh dalam
menetapkan (istinbath) hukum yang berhubungan dengan amal perbuatan dari dalilnya
secara terperinci.

Dalil Hukum Ijtihad ada beberapa dasar hukum diharuskannya ijtihad, diantaranya :

Al-Qur’andalil hukum ijtihad “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. “(QS.An-nisa:59)”

Orang yang melakukan Ijtihad disebut Mujtahid. Fungsi Ijtihad diantaranya adalah untuk
terciptanya suatu keputusan antara para ulama dan para ahli agama (yang berwenang)
untuk mencegah kemudharatan dalam penyelesaian suatu perkara yang tidak ditentukan
secara eksplisit oleh Al Qur’an dan Hadits.Taqlid adalah mengambil kesimpulan dari
perkataan orang lain tanpa dalil.Taqlid ada 3 hukum; taqlid yang diharamkan, yang
dibolehkan, dan taqlid yang diwajibkan.

B. Saran

Dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami sebagai penulis menghargai berbagai kritik dan saran dari rekan-rekan
semua, agar dalam penulisan makalah berikutnya dapat lebih baik. Terima kasih.

9
Daftar Pustaka
Alaiddin Koto. 2004. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-ijtihad-fungsi-contoh-ijtihad

http://bijehpade.blogspot.co.id/2011/10/kekeliruan-ijtihad-kontemporer.html

https://faridahbahiyah.wordpress.com/2011/02/04/ijtihad/

http://islamicinemaker.blogspot.co.id/2012/01/pendapat-4-imam-madzhab-tentang-
sikap_29.html

https://lzaieda.wordpress.com/2014/09/28/makalah-ijtihad-sebagai-sumber-ajaran-islam/

http://pengertianedefinisi.com/pengertian-ijtihad-definisi-fungsi-bentuk-dan-contoh

http://www.islamcendekia.com/2014/01/pengertian-ijtihad-dan-syarat-syarat-
mujtahid.html

Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin. 2009. Kamus Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Bumi
Aksara

10
1

Anda mungkin juga menyukai