• Bagi umat Islam, ijtihad adalah suatu kebutuhan dasar, bukan saja ketika Nabi sudah tiada, tapi bahkan
ketika Nabi masih hidup. Hadits riwayat Mu'adz Ibn Jabal adalah buktinya. Nabi tidak saja mengizinkan,
tetapi menyambut dengan gembira campur haru begitu mendengar tekad Mu'adz untuk berijtihad,
dalam hal-hal yang tidak diperoleh ketentuannya secara jelas dalam al-Qur'an maupun Hadits.
• Ijtihad diperlukan karena permasalahan selalu berkembang. Sejak abad ke II dan ke III Hijriyah
permasalahan hukum Islam telah mulai perumusan hukum, diantaranya hasil dari Al-Madzahibul–
Arba’ah baik dalam ibadah maupun mu’amalah. Contohnya, dalam berwudlu’, bila ada ijtihad, maka
tidak akan keluar dari pendapat madzab empat atau al-madzhibul arba’ah
Posisi Ijtihad
.
• Bagi umat Islam, ijtihad adalah suatu kebutuhan dasar, bukan saja ketika Nabi sudah tiada, tapi bahkan
ketika Nabi masih hidup. Hadits riwayat Mu'adz Ibn Jabal adalah buktinya. Nabi tidak saja mengizinkan,
tetapi menyambut dengan gembira campur haru begitu mendengar tekad Mu'adz untuk berijtihad,
dalam hal-hal yang tidak diperoleh ketentuannya secara jelas dalam al-Qur'an maupun Hadits.
• Ijtihad diperlukan karena permasalahan selalu berkembang. Sejak abad ke II dan ke III Hijriyah
permasalahan hukum Islam telah mulai perumusan hukum, diantaranya hasil dari Al-Madzahibul–
Arba’ah baik dalam ibadah maupun mu’amalah. Contohnya, dalam berwudlu’, bila ada ijtihad, maka
tidak akan keluar dari pendapat madzab empat atau al-madzhibul arba’ah
Ada beberapa yang boleh
berijtihad
Masalah ijtihadiyah bukan Bahwa nash yang sudah ada Masalah yang mengandung
yang telah ada dalam nash tentang masalah ini adalah dua unsur yang berbeda jika
secara qoth’i atau sudah ada nash yang memungkinkan dipahami dari maksud syar’i
kepakatan ulama tentang itu. untuk dita’wil. menetapkannya.
Mazhab dalam fiqh
Ahlussunnah wal Jama’ah berhaluan salah satu Madzhab yang empat. Seluruh ummat Islam di
dunia dan para ulamanya telah mengakui bahwa Imam yang empat ialah Imam Hanafi, Imam
Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hambal telah memenuhi persyaratan sebagai Mujtahid.
• Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir pada
tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab ini dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal)
karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas. Beliau
termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca Al-Qur’an.
• Madzhab Maliki
Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H
dan wafat pada tahun 179 H. Beliau sebagai ahli hadits di Madinah dimana Rasulullah SAW hidup
di kota tersebut. Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan
perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan oleh perorangan).
Lanjutan...
• Madzhab Syafi’i
Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di
Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada tahun 204 H. Beliau belajar kepada Imam
Malik yang dikenal dengan madzhabul hadits, kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama
Irak yang dikenal sebagai madzhabul qiyas.
• Madzhab Hanbali
Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani, lahir di Baghdad
Th 164 H dan wafat Th 248 H. Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak
pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir.
KESIMPULAN
Ijtihad adalah sebuah ussaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan berbagai
metode yang diterapkan beserta syarat-syarat yang telaah ditentukan untuk menggali dan
mengetahui hukum islam untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Tujuan ijtihad dilakukan adalah upaya pemenuhan kebutuhan akan hukum
karena permasalahan manusia semakin hari semakin kompleks dimana membutuhkan
hukum islam sebagai solusi terhadap problematiak tersebut.
Sejak dulu hingga sekarang, ijtihad setantiasa tetap diperlukan, karena banyak kasus yang
tidak ditetapkan hukumnya secara tegas oleh al-qur’an dan as-sunnah. Mujtahid memilki
tingkatan-tingkaatan sebagai berikut: Mujtahid fi al-syar’I, Mujtahid fi almazhab, Mujtahid
fi al-masail, dan Mujtahid muqoyyad.
TERIMAKASIH...
Any question???