Anda di halaman 1dari 5

Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum

atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-
Quran dan As-Sunnah.

Menurut bahasa, ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam


mencurahkan pikiran. Sedangkan, menurut istilah,  ijtihad adalah
mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-
sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Oleh  Secara terminologis,
berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari
syariat melalui metode tertentu. Ijtihad dipandang sebagai sumber
hukum Islam yang ketiga setelah Al-Quran dan hadis, serta turut
memegang fungsi penting dalam penetapan hukum Islam. Telah
banyak contoh hukum yang dirumuskan dari hasil ijtihad ini. Orang
yang melakukan ijtihad disebut mujtahid. ijtihad tidak bisa dilakukan
oleh setiap orang, tetapi hanya orang yang memenuhi syarat yang
boleh berijtihad.[1]
 
1. FUNGSI IJTIHAD
 
1. Terciptanya suatu keputusan bersama antara para ulama dan ahli agama
(yang berwenang) untuk mencegah kemudharatan dalam penyelesaian
suatu perkara yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh Al
Qur’andanHadist.
2. . Tersepakatinya suatu keputusan dari hasil ijtihad yang tidak
bertentangan dengan All Qur’an dan Hadist..
3. Dapat ditetapkannya hukum terhadap sesuatu persoalan Ijtihadiyah atas
pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan
syari’at berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam. [2]
1. DASAR DASAR IJTIHAD
            Adapun yang menjadi dasar ijtihad ialah Al-Qur’an dan Al-
Sunnah. Diantara ayat Al-qur’an yang menjadi dasar ijtihad adalah
sebagai berikut:

 
Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang berkhianat.(Q.S.
an-Nisa [4]:105).
Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad diantaranya hadits ‘Amr
bin al-‘Ash yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad
yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad bersabda :

‫اذاحكمالحاكمفاجتهدفاصابفلهاجرانواذاحكمفاجتهدثماخطأفلهاجرواحد‬.

Artinya: apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad,


kemudian benar maka ia mendapatkan dua pahala. Akan tetapi, jika ia
menetapkan hukum dalam ijtihad itu salah maka ia mendapatkan satu
pahala.(Muslim,II, t.th:62).[3]
1. SYARAT SYARAT MUJTAHID
Syarat-syarat yang harus dimiliki seorang mujtahid ialah orang yang
mampu melakukan ijtihad melalui cara istimbath (mengeluarkan
hukum dari sumber hukum syari’at dan tathbiqh / penerapan hukum) :

1. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,


2. HUKUM IJTIHAD
1. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usul
fiqh, dan tarikh (sejarah),
2. Mengenal cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan
qiyas,
3. Memiliki akhlaqul qarimah.
Ulama berpendapat bahwa jika seorang muslim dihadapkan pada
suatu peristiwa, atau ditanya tentang suatu masalah yang berkaitan
dengan hukum syara’ , maka hukum ijtihad bagi orang tersebut
bisa wajib ‘ain, wajib kifayah,sunah, atau haram, tergantung pula
kapasitas orang tersebut.
Pertama, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang
diminta fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi dan ia khawatir
peristiwa itu akan hilang begitu saja tanpa kepastian hukumnya, atau
ia sendiri yang mengalami peristiwa yang tidak jelas hukumnya dalam
nash, maka hukum ijtihadnya menjadi wajib ‘ain.
Kedua, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtihad yang
diminta fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi, tetapi ia
mengkhawatirkan peristiwa itu hilang dan selain dia masih ada
mujtahid lainnya, maka hukum ijtihadnya menjadi wajib kifayah.
Ketiga, hukum ijtihad menjadi sunah jika dilakukan atas persoalan-
persoalan yang tidak ada atau belum terjadi.

Keempat, hukum ijtihad menjadi haram dilakukan atas peristiwa-


peristiwa yang sudah jelas hukumnya secara qathi’ , baik dalam Al-
Quran maupun al-Sunah atau ijtihad   yang hukumnya telah
ditetapkan secara kesepakatan ijma’. (Wahbah Al Juhaili 1978:498-9
dan Muhaimin dkk, 1994:189)[4]
 
1. CONTOH IJTIHAD YANG PERNAH DILAKUKAN OLEH UMAR
BIN KHATTAB
suatu peristiwa di zaman Khalifah Umar ibn Khattab, di mana para
pedagang Muslim bertanya kepada Khalifah berapa besar cukai yang
harus dikenakan kepada para pedagang asing yang berdagang di
negara Khalifah. Jawaban dari pertanyaan ini belum dimuat secara
terperinci dalam Al-Quran maupun hadis, maka Khalifa Umar ibn
Khattab selanjutnya berijtihad dengan menetapkan bahwa cukai yang
dibayarkan oleh pedagang adalah disamakan dengan taraf yang
biasanya dikenakan kepada para pedagang Muslim oleh negara
asing, di mana mereka berdagang.[5]
1. METODE IJTIHAD
Berdasarkan berbagai sumber, ada beberapa macam ijtihad yang
patut diketahui. Beberapa macam ijtihad yang dimaksud antara lain :

 Ijma
Ijma adalah salah satu jenis ijtihad yang dilakukan para ulama dengan
cara berunding, berdiskusi, lalu akhirnya muncul suatu kesepakatan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
Keputusan bersama ini tentu saja tidak begitu saja dilakukan, semua
harus bersumber pada Al-Quran dan juga hadits. Hasil dari ijtihad ini
sering kita sebut sebagai fatwa, dan fatwa inilah yang sebaiknya
diikuti oleh umat Islam. Kesepatan dari para ulama ini tentu saja
merupakan hasil akhir dari berbagai diskusi yang telah dilakukan,
sehingga semestinya tidak mengandung pertentangan lagi.
 Qiyas
Salah satu macam ijtihad adalah Qiyas, yaitu upaya mencari solusi
permasalahan dengan cara mencari persamaan antara masalah yang
sedang dihadapi dengan yang ada di dalam sumber agama (Al-Quran dan
hadits).
Bila masalah yang sedang dihadapi dianggap mirip dengan yang ada
di dalam kitab suci maupun hadits, maka para ulama akan
menggunakan hukum yang ada di dalam sumber agama tersebut
untuk menyelesaikan masalah. Namun tidak mudah pula mencari
kemiripan satu masalah yang terjadi jaman sekarang dengan yang
terjadi pada masa lalu. Di sinilah sebenarnya kenapa seorang
mujtahid atau yang melakukan ijtihad diperlukan memiliki keluasan
pengetahuan tentang agama dan masalah-masalah lain yang terkait
dengannya.

 Istihsan
Istihsan adalah salah satu macam ijtihad yang dilakukan oleh pemuka
agama untuk mencegah terjadinya kemudharatan. Ijitihad ini dilakukan
dengan mengeluarkan suatu argumen beserta fakta yang mendukung
tentang suatu permasalahan dan kemudian ia menetapkan hukum dari
permasalahan tersebut. Dalam penetapan hukum ini bisa jadi pada
akhirnya akan memunculkan pertentangan dari yang tidak sepaham.
 Istishab
Upaya untuk menyelesaikan suatu masalah yang dilakukan para pemuka
agama dengan cara menetapkan hukum dari masalah tersebut. Namun,
bila suatu hari nanti ada alasan yang sangat kuat untuk mengubah
ketetapan tersebut, maka hukum yang semula ditetapkan bisa diganti,
asalkan semuanya masih dalam koridor agama Islam yang benar.
 Maslahah murshalah
Salah satu dari macam ijtihad yang juga dilakukan untuk kepentingan
umat adalah maslahah murshalah. Jenis ijtihad ini dilakukan dengan cara
memutuskan permasalahan melalui berbagai pertimbangan yang
menyangkut kepentingan umat. Hal yang paling penting adalah
menghindari hal negatif dan berbuat baik penuh manfaat.
 Urf
Ijtihad ini dilakukan untuk mencari solusi atas permasalahan yang
berhubungan dengan adat istiadat. Dalam kehidupan masyarakat, adat
istiadat memang tak bisa dilepaskan dan sudah melekat dengan
masyarakat kita.
Ijtihad inilah yang menetapkan apakah adat tersebut boleh dilakukan
atau tidak. Apabila masih dalam koridor agama Islam, maka boleh
dilaksanakan. Namun bila tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka
harus ditinggalkan.[6]
 

Anda mungkin juga menyukai