Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rizki Rahmat Sonjaya

NIM : 1197060074

Kelas : Fiqih 5C

Dosen Pengampu : Dr. H. M. Jaenudin


Mata Kuliah Fiqih
 Pengertian fiqih

Fiqih berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan yang berarti pemahaman. Pemahaman
sebagaimana dimaksud di sini adalah pemahaman tentang agama Islam. Secara ringkas fiqih
adalah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum
Tuhan. Secara ringkas fiqih adalah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid dalam
usahanya menemukan hukum Tuhan. (Fathurrahman Djamil, 1997)
Secara istilah, fiqh adalah :

Artinya: “Ilmu tentang hukum-hukum Syar’i yang bersifat amali yang digali dari dalil-dalil yang
terperinci”. (Wahab Khallaf: 1977, 11).

 Pengertian Qonun

Qonun dalam Kitab Mu’jam Al-Wasîth menyebutkan bahwa qânûn adalah setiap perkara
yang bersifat kulliy (menyeluruh) yang relevan dengan seluruh juz’iyyah (bagianbagian)-nya,
yang darinya hukum-hukum juz’iyyah tersebut dikenal. Bisa disebut pula, qânûn ialah kumpulan
hukum produk manusia yang digunakan untuk menyelesaikan dan memutuskan perkara manusia
yang berselisih.
Dalam hal ini ulama salaf memberikan definisi qânûn sebagai kaidah-kaidah yang bersifat
kulliy (menyeluruh) yang di dalamnya tercakup hukum-hukum juz’iyyah (bagian-bagian). Jika
kata qânûn disebutkan bersamaan dengan kata syariah, tidak lain maksudnya adalah suatu hukum
yang dibuat manusia untuk mengatur perjalanan hidup dan hubungannya dengan sesama manusia
yang lain, baik secara individu, masyarakat, dan negara. Dasar syariat adalah wahyu Allah,
sedangkan dasar qânûn adalah rakyu (produk manusia).
 Pengertian Syariat/ Syariah

Syari’at atau ditulis juga syari’ah secara etimologis adalah “Jalan tempat keluarnya sumber
mata air atau jalan yang dilalui air terjun” yang kemudian diasosiasikan oleh orang-orang Arab
sebagai at-thariqah al-mustaqîmah artinya sebuah jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap umat
muslim. Sedangkan, Secara terminologis (istilah) syarî’ah diartikan sebagai tata aturan atau
hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk diikuti.
Syariah pada mulanya diartikan dengan agama, namun kemudian lebih dispesifikkan untuk
hukum amaliah saja. Pengkhususan makna syariah dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
bahwa sejatinya Agama hanya satu dan cakupannya lebih luas (universal), sedangkan Syariah
dapat berbeda-beda antar satu umat dengan umat lainnya. Syariat merupakan norma hukum dasar
yang ditetapkan Allah, dan kemudian wajib diikuti oleh umat Islam berdasar keyakinan dan
disertai akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah (hablun min Allah), dengan sesama
manusia (hablun min an-nas), dan juga alam semesta (hablun min al-alam).

 Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam merupakan terjemahan dari islamic law dalam literatur Barat. Kata hukum
secara etimologi berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu hakama-yahkumu yang kemudian
bentuk mashdar-nya menjadi hukman. Lafadz al-hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk
jamak al-ahkâm. Makna “mencegah atau menolak” juga menjadi salah satu arti dari lafadz hukmu
yang memiliki akar kata hakama tersebut. Mencegah ketidakadilan, mencegah kedzaliman,
mencegah penganiayaan, dan menolak mafsadat lainnya. Al-Fayumi dalam buku Zainudin Ali, ia
menyebutkan bahwa “َHukum bermakna memutuskan, menetapkan, dan menyelesaikan setiap
permasalahan.
Sedangkan, islam adalah bentuk mashdar dari akar kata aslama-yuslimu-islâman dengan
mengikuti wazn af’ala-yuf’ilu-if’âlan yang mengandung arti ketundukan dan kepatuhan serta bisa
juga bermakna Islam, damai, dan selamat.
Kata islam juga bermakna sebagai sebuah ketundukan dan penyerahan diri seorang hamba
saat berhadapan dengan Tuhannya. Hal ini berarti bahwa manusia dalam berhadapan dengan
Tuhannya (Allah) haruslah merasa kerdil, bersikap mengakui kelemahan dan membenarkan
kekuasaan Allah swt. Kemampuan akal dan budi manusia yang berwujud dalam ilmu pengetahuan
tidaklah sebanding dengan ilmu dan kemampuan Allah swt. Kemampuan manusia bersifat kerdil
dan sangat terbatas, semisal hanya terbatas pada kemampuan menganalisis, menyusun kembali
bahan-bahan alamiah yang telah ada untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, tetapi tidak mampu menciptakan dalam arti mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada
(invention).
 Ruang lingkup studi Fiqh dapat dikelompokkan menjadi:
1. Ibadah
2. Ahwalusy Syakhshiyyah
3. Muamalah Madaniyah
4. Muamalah Maliyah
5. Jinayah dan ’Uqubah (pelanggaran dan hukuman)
6. Murafa’ah atau Mukhashamah
7. Ahkamud Dusturiyyah
8. Ahkamud Dualiyah (hukum internasional)

 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan Manfaat mempelajari Ilmu Fiqh, Tujuan dari fiqih adalah menerapkan hukum-
hukum syari’at terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Sedangkan, manfaat dari fiqih Untuk
mencari kebiasaan faham dan pengertian dari agama Islam, Untuk mempelajari hukum-hukum
Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia , danKaum muslimin harus bertafaqquh baik
dalam bidang aqaid dan akhlaq maupun dalam bidang dan muamalat.
Antara fiqh, syariat, dan hukum islam ada satu persamaan yang mengaitkan antara
ketiganya. Fiqh adalah aturan yang baru diterapkan pada zaman nabi Muhammad. Syariat adalah
aturan Allah yang telah diterapkan sejak nabi terdahulu Adam, As. Hingga sekarang dan berlaku
sangat umum. Sedangkan Hukum lebih ditekankan kepada analisis suatu peristiwa pada dasar
hukum al-Qur’an dan as-Sunnah
Sumber Literatur :

Harisudin M.Noor, 2013. Pengantar Ilmu Fiqih. Surabaya : Buku Pena Salsabila

M. Hasbi As-Shiddieqy, 1978. Pengantar Ilmu Fiqhi hal.20. Jakarta: Bulan Bintang

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:


Pustaka Progressif.

Rohidin, 2016. Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Books

Anda mungkin juga menyukai