Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TINGKAT SD / SMP

Dosen Pengampu :

Giyarsi, S.Sy., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 8:

1. Demi Susanti (2111210003)

2. Khodijah Rahma (2111210012)

3. Izzah Ulfa (2111210023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Senantiasa Kita Panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya dan karunianya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah "Karakteristik Peserta Didik
Tingkat SD/ SMP ".

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Pembelajaran PAI Di Sekolah yang telah
memberikan tugas terhadap Penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang Sesungguhnya. Oleh
karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa penulis harapkan semoga makalah ini dapat berguna
bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bengkulu, 20 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 6
BAB II................................................................................................................................. 8
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 8
a) Karakteristik Anak Sekolah Dasar ......................................................................... 8
b) Karakteristik Anak usia SMP................................................................................ 12
c) Karakteristik Peserta Didik di Era Industri Society 5.0 Yang Tidak Sesuai Pada
Umumnya...................................................................................................................... 14
D. Solusi Atas Permasalahan Yang Telah Terjadi Di Era Society 5.0 ...................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu
yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk
memenuhi sumberdaya manusia tersebut. pendidikan memiliki peran yang
sangat penting.

Hal ini Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Salah satu komponen dalam unsur pendidikan ialah adanya peserta


didik. Karena seorang tidak akan bisa disebut sebagai pendidik jika tidak
ada peserta didik yang dididiknya. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya sebagai seorang peserta didik, pastinya ia memiliki
sebuah potensi yang akan berkembang suatu saat nanti, baik potensi secara
akademik (pelajaran) maupun potensi non-akademik (bukan pelajaran).

Keanekaragaman sifat (karakter), golongan, lingkungan dan kekuatan


berfikir dari individu tersebut (sebagai peserta didik) kadang dapat
menjadi suatu hambatan bagi pendidik untuk mengembangkan potensi

4
yang dimiliki oleh peserta didiknya. Dimana sebagai seorang pengajar
harus mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi anak didiknya,
baik secara akademik maupun membekalinya dengan moral akhlak yang
baik, agar potensinya tidak disalahgunakan oleh peserta didik tersebut saat
dia besar kelak.

Disinilah peran penting seorang pendidik, dimana ia harus bisa


mengembangkan potensi anak didiknya yang memiliki karakter-karakter
yang berbeda, mungkin dengan cara ia masuk pada dunia anak didiknya
demi mengetahui bagaimana karakter setiap individu yang diajarnya.
Sehingga nantinya anak didik diharapkan tersebut menjadi generasi yang
maju, ulet, juara, rajin dan berbudi luhur demi memajukan perkembangan
kehidupan bangsa.

Karakteristik perkmbangan peserta didik anak usia sekolah dasar (SD)


adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Anak-anak usia ini memiliki
usia yang muda ia sangat senang bermain, senang bergerak, senang
bekerja, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Sedangkan anak usia SMP berada pada tahap perkembangan pubertas
berkisar umur 10-14 tahun. Masa remaja 12-21 tahun disebut juga masa
peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa keidupan orang
dewasa. Karakteristik usia SMP/SMA sering dikenal dengan pencarian jati
diri (ego identity).

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang penting ditanamkan


pada setiap orang terutama pada usia anak sekolah dasar untuk membina
generasi bangsa yang berprilaku baik sesuai dengan norma dan atauran
yang berjalan dalam masyarakat. Namun, saat ini pendidikan karakter
belum dijadikan peran utama dalam pendidikan sebagaimana yang telah
kita ketahui bersama bahwa saat ini kita sedang berda di era society 5.0
dimana semua teknologi merupakan bagian dari kita artinya internet bukan

5
hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengambil informasi melainkan
sudah menjadi suatu kebutuhan

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memudahkan semua


orang dalam mengaksesnya tidak menutup kemungkinan pada anak-anak
sekolah dasar yang sudah mahir dalam menggunakan handphone.
Perubahan teknologi seperti diharapkan mempunyai hal positif namun
faktanya lebih banyak berdampak negatif pada anak sekolah dasar yang
menggunakan teknologi tanpa pengawasan orang tua.

Salah satu dampaknya adalah minimnya nilai karakter yang seharusnya


tertanam pada anak-anak sekolah dasar Oleh karena itu, pembentukan
karakter harus ditanamkan sedini mungkin pada generasi selanjutnya yang
diawali dengan kegiatan yang mudah dan dikenalkan pada usia sekolah
dasar untuk mencetak generasi yang menganut nilai-nilai, moral, serta
norma yang berlaku sehingga menjadi cerminan jati diri masyarakat
Indonesia. Dan memberikan pengenalan teknologi pada era society 5.0
yang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan umurnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Karakter Umum Peserta Didik Sekolah Dasar / SD ?

2. Bagaimana Karakter Umum Peserta Didik Sekolah Menengah


Pertama ?

3. Apa Saja Contoh Karakteristik Peserta Didik di era industri society 5.0
Yang tidak sesuai pada umumnya ?

4. Solusi Seperti apa yang dapat diberikan atas permasalahan yang telah
terjadi di era society 5.0 ?

C. Manfaat Penulisan
1. Memberikan Wawasan bagi pembaca mengenai Karakter Umum
peserta didik Sekolah Dasar / SD

6
2. Memberikan Wawasan bagi pembaca mengenai Karakter Umum
peserta didik Sekolah Menengah Pertama / SMP

3. Memberikan Wawasan bagi pembaca mengenai Contoh Karakteristik


Peserta Didik di era industri society 5.0

4. Memberikan Wawasan bagi pembaca mengenai Solusi yang dapat


diberikan atas permasalahan yang telah terjadi di era society 5.0

7
BAB II

PEMBAHASAN

a) Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 sampai


12 tahun, yang dalam fase perkembangan disebut fase kanak-kanak.
Krakteristik anak usia 6 sampai 12 tahun adalah adanya peningkatan
pemahaman terhadap lingkungan terjadi peningkatan yang cepat dari
masa sebelumnya. Pada masa ini anak mulai mengenal teman sebaya dan
belajar mengenal lingkunganya. Kemampuan memusatkan perhatian
pada suatu macam aktivitas yang sedang dilakukan makin meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsentrasi yang cukup tinggi pada anak
yang terlibat dalam aktivitas yang dilakukannya.
Perkembangan sosialnya makin baik yang ditunjukkan dengan
luasnya pergaulan dengan semakin mendalamnya pergaulan dengan
teman sebayanya. Perbedaan perilaku antara anak laki-laki dengan anak
perempuan semakin jelas, ada kecenderungan kurang senang bermain
dengan lawan jenisnya. Ini semakin memperjelas bentuk aktivitas yang
dominan dilakukan oleh anak laki-laki dengan anak perempuan.
Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu dan
semangat berkompetisi tinggi. Hampir seluruh aktivitas anak besar
didominasi oleh bermain. Aktivitas bermain yang dilakukannya dapat
dilaksanakan baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok.1

1Soedjatmiko, Atip Nurcahyani. Pembetukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Mengunakan Pendidikan
Jasmani dan Olahraga. Journal of Physical Education, Health and Sport. Universitas Negeri Semarang 2015.
Hal 3

8
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik
bawaan adalah karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik
yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis
cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan
dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Untuk karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu
diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik
khususnya di tingkat Sekolah Dasar.
Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang
pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang
perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik.
Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai
berikut:
1. Karakteristik Pertama anak SD adalah senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas
rendah. Guru SD merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi
santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling
antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan
pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan
jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa
dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan

9
anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi
untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang
Senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan
kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam
proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab,
belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan
dan demokrasi.
4. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan
atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau
dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia
belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-
konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD,
penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika
anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh
bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung
dalam proses pembelajaran.2

2Mutia.2021. Characteristics of children age of basic educacian ) karakteristik Anak usia pendidikan dasar)
Aceh : Fitrah. Vol : 3 No: 1. Terbit : 2021. Hal 5-6

10
5. Karakteristik yang kelima Senang Berimajinasi & Berkarya.
Anak-anak senang dengan segala sesuatu yang menarik, sehingga
tidak heran jika anak di usia pertumbuhan senang menonton
kartun animasi yang penuh dengan dunia fantasi dan imajinasi.
Anak di masa ini juga senang membuat karya kreatif dengan
berbagai bahan, seperti menggunakan flour clay, lego, Puzzle dan
sebagainya. Sehingga guru harus memastikan dalam aktivitas
pembelajaran bisa memfasilitasi anak untuk bisa berkarya
sekaligus mampu mengembangkan kreativitas dan imajinasi
siswa. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti memadukan
pembelajaran dengan tugas praktis membuat pra karya dengan
memanfaatkan bahan dan alat yang ada. Guru juga diharapkan
bisa memberikan contoh yang lebih sederhana dan sesuai dengan
tingkat berpikir siswa dari materi yang disampaikan, sehingga
diharapkan dapat menstimulus siswa untuk berpikir dan
berimajinasi.
6. Karakteristik yang keenam Senang Melakukan Sesuatu Secara
Langsung.Siswa pada usiang perkembangan berada pada tahapan
kognitif pra operasional dan operasional konkret. Ciri utama
siswa pada tahapan ini adalah ketika memahami suatu hal atau
konsep membutuhkan stimulus langsung atau praktik, Guru bisa
melakukan demonstrasi atau memberikan contoh kasus yang ada
di sekitar siswa. Bisa juga dengan memberikan video interaktif
yang menunjukkan prosedur dan contoh nyata dari konsep yang
dijelaskan.
7. Karakteristik yang ketujuh. Suka Menganggu dan Ingin
Diperhatika. Siswa ketika di dalam kelas umumnya senang untuk
mencari perhatian, apalagi siswa putra. Bentuknya juga
bermacam-macam, Seperti membuat keributan, memanggil nama
teman, sampai datang menganggu siswa lainnya. Kondisi ini
memang hal yang wajar, karena diusia perkembangan siswa
11
cenderung ingin menonjol dan menjadi pusat perhatian. Tetapi
sebagai guru harus memastikan apa yang dilakukan siswa tersebut
dalam batas wajar. Tentu jika sudah menganggu kenyamanan dan
ketertiban kelas,sebaiknya guru mengambil tindakan seperti
menegur atau memberikan tugas tambahan. Lebih baik lagi jika
bentuk ekspresi yang berlebihan tersebut bisa dialihkan untuk
kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti menyuruh siswa tampil di
depan kelas lalu menunjukkan bakatnya, seperti dance atau
bernyanyi.
8. Karakteristik yang kedelapan Suka Mencoba Hal Baru, Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, siswa diusia sekolah selalu
senang mencoba hal baru. Siswa selalu punya cara sendiri untuk
mengetahui berbagai hal yang baru. Sehingga tidak heran jika
banyak anak yang suka bertanya. Anak juga cenderung akan
bereksperimen dengan segala yang ada di sekitarnya. Sehingga
Guru perlu menkondisikan pembelajaran agar siswa bisa
melakuan eskperimen dan menyalurkan kreativitasnya tanpa batas.
Metode seperti project based learning, eksperimen dan studi kasus
merupakan cara yang tepat agar siswa bisa bebas dalam
melakukan percobaan, praktik dan menciptakan solusi baru.3

b) Karakteristik Anak usia SMP

Karakteristik anak usia SMP (10-14 tahun) pada tahap


perkembangan pubertas. ditandai dengan adanya ketidakseimbangan
tinggi dan berat badan, terjadinya ciri-ciri seks sekunder, dan cenderung
menyendiri dengan keinginan sosial. Adapun Dilihat dari tahapan

3Afandi, Majdid. 2021. Karakter siswa yang wajib diketahui oleh guru. Blong kerjacinta. Link Artikel :
https://blog.kejarcita.id/berikut-7-karakter-siswa- di-kelas-yang-wajib-dipahami-oleh-guru/amp/

12
perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas
(10-14 tahun). Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa karakteristik
peserta didik usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara lain:
1. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat
2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder
3. Kecenderungan ambivalensi,
4. keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul
5. keinginan utuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan
dan bantuan dari orang tua.
6. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau
norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang
dewasa.
7. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan
sifat kemurahan dan keadilan Tuhan
8. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil
9. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia social
10. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas

Adanya Karakteristik anak usia SMP yang demikian maka guru


menerapkan Pola Pembelajaran sebagai berikut:

1. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan


wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi
dan fisiologi
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan
minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif
3. Pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual
atau kelompok kecil
4. Meningkatkan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat untuk
mengembangkan potensi siswa
13
5. Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tanggung jawab
7. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi bahaya menyimpang seksual dan penyalahgunaan
narkotika
8. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan
9. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa dan bersedia
mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya
10. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
berpikir kritis reflektif dan positif.4

c) Karakteristik Peserta Didik di Era Industri Society 5.0 Yang


Tidak Sesuai Pada Umumnya

1. Definisi Society 5.0


Society 5.0 Adalah konsep yang Memungkinkan Umat Manusia
Menggunakan ilmu pengetahuan berbasis teknologi modern seperti
AI dan Robot Untuk memenuhi kebutuhan dan mempermudah
kehidupan manusia.
Seiring Berjalannya Waktu, Teknologi Yang Dibuat Oleh
manusia semakin berkembang. Salah satunya ialah Society 5.0 yang
digagas oleh negara Jepang. Konsep ini memungkinkan kita
menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, Robot,
IoT) untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat
hidup dengan nyaman.
Society 5.0 Sendiri baru saja digagas 2 tahun yang lalu, pada 21
Januari 2019 dan dibuat sebagai resolusi atas resolusi industri 4.0.
4 Dra. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal 37-38

14
Konsep revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 sebenarnya tidak
memiliki perbedaan yang jauh, akan tetapi konsep society lebih
fokus pada konteks terhadap manusia. Jika revolusi industri
menggunakan AI, dan kecerdasan buatan sebagai komponen
utamanya sedangkan Society 5.0 menggunakan teknologi modern
hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.
Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-
konsep yang ada sebelumnya. Di mana seperti kita ketahui, Society
1.0 adalah pada saat manusia masih berada di era berburu dan
mengenal tulisan, Society 2.0 adalah era pertanian dimana manusia
sudah mengenal bercocok tanam, Society 3.0 sudah memasuki era
industri yaitu ketika manusia sudah mulai menggunakan mesin untuk
membantu aktivitas sehari-hari, Society 4.0 manusia sudah mengenal
computer hingga internet dan Society 5.0 era di mana semua
teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan
hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk
menjalani kehidupan.
Dalam Society 5.0 di mana komponen utamanya adalah manusia
yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan
teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia
dan masalah ekonomi di kemudian hari. Memang rasanya sulit
dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia, namun bukan
berarti tidak bisa dilakukan karena saat ini negara Jepang sudah
membuktikannya sebagai negara dengan teknologi yang paling
maju. 5 Saat ini, salah satu negara yang telah berhasil menerapkan
Society 5.0 adalah Jepang.6

5Binus university online, "Mengenal Lebih Jauh Tentang Society 5.0", Binus online, 19 Apr 2021,
https://onlinelearning.binus.ac.id/category/whats-on/

6Debora, "Society 5.0 Adalah: Pengertian dan Penerapannya", detik Bali,Rabu, 14 Des 2022 14:48 WIB ,
https://www.detik.com/bali/berita

15
2. Contoh Karakteristik Peserta Didik di era industri society 5.0
Yang tidak sesuai pada umumnya
a) Kasus Siswi SD Lompat dari Lantai Empat
kasus siswi Sekolah Dasar (SD) berinisial SR jatuh dari
lantai empat dari gedung sekolahnya di kawasan Petukangan,
Jakarta Selatan. Fakta baru yang ditemukan siswi SD itu bukan
terjatuh melainkan melompat ke bawah.
"Korban atas nama SR ini loncat dari ketinggian di mana
ketinggian ini lantai empat dari sekolah dasar ini," ujar Kepala
Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, Ajun
Komisaris Besar Polisi Bintoro kepada awak media, Rabu
(27/9/2023).
Menurut Bintoro, fakta baru tersebut didapat usai pihaknya
melakukan pemeriksaan terhadap empat saksi. Kemudian
pihaknya juga telah memeriksa rekaman kamera pengawas atau
closed circuit television (CCTV) di sekitar tempat kejadian
perkara (TKP) . Disebutnya kamera pengawas tersebut merekam
kejadian naas tersebut.
"Kami mendapatkan di TKP ada barang bukti berupa
tempat duduk yang mana digunakan yang bersangkutan
memanjat dan melompat. Kami juga mendapatkan CCTV yang
ada kaitannya dengan kejadian tersebut," ujar Bintoro.
Insiden siswi SD inisial SR yang awalnya diduga terjatuh
itu sempat viral di media sosial. Dalam video yang beredar
terlihat siswi SD yang mengenakan seragam merah dan putih
tergeletak di lapangan sekolahnya. Peristiwa itu terjadi pada
Selasa (26/9/2023) sekitar pukul 08.00 WIB7
Peristiwa bunuh diri anak cenderung meningkat akhir-akhir
ini. Tidak hanya di Jakarta, kasus ini juga terjadi di beberapa
7Rejogja, "Polisi Temukan Fakta Baru Kasus Siswi SD Lompat dari Lantai Empat", Hot Topics, Rabu , 27
Sep 2023, 11:00 WIB, https://rejogja.republika.co.id/nasional-repjogja

16
daerah, seperti Tanah Toraja, Sulawesi Selatan; Kebumen, Jawa
Tengah; dan Banyuwangi, Jawa Timur. ”Kecenderungan ini
harus menjadi perhatian serius,” ujarnya.
Peran media sosial sangat berpengaruh dalam mendorong
seorang anak melakukan tindakan bunuh diri. Dalam beberapa
kasus, ada beberapa anak melihat cara-cara bunuh diri di
internet sebelum menerapkannya di kehidupan nyata.
”Bahkan, pada mereka yang kesehatan mentalnya kurang
baik bisa saja akan melakukan percobaan bunuh diri berkali-
kali,” ujarnya. Kasus seperti ini sangat rentan terjadi pada saat
anak beranjak remaja (prapubertas).8
b) Kasus Remaja di Makassar Bunuh Bocah untuk Jual
Organ Tubuhnya di Internet
Terobsesi dengan transaksi jual beli organ tubuh yang
dilihat di internet serta tergiur untuk mendapatkan sejumlah
uang, 2 remaja di Makassar tega menculik dan membunuh
bocah 11 tahun bernama Fadli. Korban dibunuh untuk dijual
organ tubuhnya.
Pelaku AR (17) dan AF (14), membunuh korban di sebuah
rumah setelah sebelumnya mengajak korban untuk membantu
membersihkan rumahnya di Jalan Ujung Bori. Ketiganya lalu
menuju rumah AR di Jalan Batua Raya 14 untuk dieksekusi.
"Pelaku mengaku tergiur oleh harga jual penjualan organ
manusia untuk mendapatkan uang," kata Kasi Humas Polsek
Panakkukang Aipda Ahmad Halim dilansir detikSulsel, Rabu
(11/1/2023).
Aipda Ahmad menjelaskan, kronologi di TKP AR
mencekik korban dari belakang serta membenturkan korban ke

8Metropolitan, "Kisah Tragis Anak Periang di SDN 06 Petukangan yang Diduga Bunuh Diri", kompas.id, 28
September 2023 17:47 WIB, https://www.kompas.id/baca/metro/2023/09/28/kasus-bunuh-diri-anak-
meningkat-akibat-pembulian

17
tembok sebanyak 3 sampai 5 kali lalu pelaku mengikat kaki
korban dan memasukkannya ke dalam kantong plastik warna
hitam lalu dibuang di bawah jembatan di Jalan Inspeksi Pam
Timur Waduk Nipa-Nipa Kecamatan Moncongloe, Kabupaten
Maros.
Kasus penculikan tersebut terungkap berawal dari laporan
orang hilang dari orang tua korban. Polisi kemudian mencari
tahu keberadaan korban dengan mengecek sejumlah CCTV.
Polisi lalu menemukan mayat Fadli pada Minggu (8/1/2023) dan
mengungkap kasus tersebut sebagai kasus penculikan disertai
pembunuhan berencana.
Selanjutnya polisi mengidentifikasi AR dan AF sebagai
pelaku. Keduanya lalu ditangkap sekitar pukul 03.00 WITA,
dini hari.9
c) Kasus Pacaran Kebablasan, Siswi SMP di Sragen Ketahuan
Hamil 7 Bulan
Kisah miris pergaulan bebas pelajar di Sragen kembali
menyeruak. Seorang siswi sebuah SMP swasta di Sragen
terpaksa harus menanggung aib setelah ketahuan hamil tujuh
bulan. Siswi mungil yang duduk di bangku kelas III SMP itu
kini terpaksa harus berhenti sementara dari bangku sekolah.
Ironisnya, pelaku yang menghamilinya terdeteksi adalah
pacarnya sendiri yang juga masih berstatus pelajar SMA di
Sragen.
Kasus kehamilan di bangku sekolah itu terbongkar setelah
orangtua korban menyerahkan putrinya yang tengah hamil itu
untuk diberikan pendampingan ke Aliansi Peduli Perempuan
Sukowati (APPS).

9 Tim detiksulsel - detiksumut, "Ngeri, 2 Remaja di Makassar Bunuh Bocah untuk Jual Organ Tubuhnya di
Internet", detik.com, Rabu, 11 Jan 2023 10:27 WIB, https://www.detik.com/sumut

18
“Kemarin dari orangtua siswi itu datang dan meminta agar
putrinya dishelter dan diberikan pendampingan sampai
melahirkan. Kondisinya memprihatinkan memang, masih kecil
wong baru SMP. Tahunya sudah hamil tujuh bulan,” papar
Koordinator APPS, Sugiarsi, Jumat (12/10/2018).10
d) Kasus bulliying
Kegagalan Penanaman karakter juga jelas terjadi dalam
contoh konstekstul berikut yang terjadi di Cilacap menetapkan
dua siswa SMP Negeri 2 Cimanggu sebagai tersangka kekerasan
dalam kasus bullying atau perundungan. peristiwa penganiayaan
siswa SMP itu terekam dalam video yang viral di media sosial.
Dalam video tersebut, terdapat beberapa anak sekolah yang
sedang berkumpul. Namun, penganiayaan dan perundungan,
Pelaku menganiaya korban dengan memukul, menyeret,
menginjak, dan menendang berkali-kali hingga tersungkur,
Sementara korban tidak melawan sekali pun, Dia tampak tidak
berdaya dan merintih kesakitan.
Kegagalan pendidikan karakter tersebut juga disebabkan
oleh peran guru yang kurang maksimal mendidik karakter anak
didik atau peserta didik yang harus dilakukan sebagai guru
dalam mengatasi perundungan (bullying) Bullying dapat terjadi
pada semua orang, dan dapat dihentikan oleh semua orang.11
bersama semua pihak. Kaitannya dengan industri 5.0 adalah
guru usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan

10Puspo Wardoyo, "Miris.. Pacaran Kebablasan, Siswi SMP di Sragen Ketahuan Hamil 7 Bulan. Pelakunya
Terdeteksi Masih SMA", Joglosemar news, https://joglosemarnews.com/

11Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), Hal. 75-76.

19
dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Penanaman-penanaman nilai karakter tersebut dapat
diimplementasikan dan dijadikan budaya sekolah. Proses yang
efektif untuk membangun budaya sekolah adalah dengan
melibatkan dan mengajak semua pihak atau pemangku
kepentingan untuk bersama-sama memberikan komitmennya.
Banyak nilai yang dapat dan harus dibangun di sekolah, seperti
nilai peduli dan kreatif, jujur, tanggung jawab, disiplin, sehat
dan bersih, saling peduli antar sesama.
Pembentukan Karakter terbentuk dari kegiatan yang
dilakukan secara berulang dan menjadi sebuah kebiasaan.
Kebiasaan inilah yang menempel dan menjadi karakter
seseorang.Penanaman dan pengembangan karakter di
lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab bersama bukan
hanya guru namun juga kerjasama dari murid dan
orangtua.Bagaimanapun juga perkembangan karakter di sekolah
hanya menjadi „suplemen‟ bagi peserta didik.Sementara
„makanan pokok‟ perkembangan karakter yang sebenarnya
ialah di rumah.Dimana keluarga memiliki tanggung jawab besar
dalam mendidik seorang anak di rumah.12

D. Solusi Atas Permasalahan Yang Telah Terjadi Di Era Society 5.0

1. Mewujudkan Pelajar Pancasila sebagai upaya penguatan


pendidikan karakter

12Priscila, Natalia Kezia. Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital. Jurnal:
Pendidikan Tambusai vol 2. No. 2 (2021). Hal 4

20
Pendidikan karakter dipandang sebagai salah satu upaya
dalam membentuk karakter peserta didik yang tidak mudah
tergoyahkan oleh adanya konflik berbasis ras, suku dan
keagamaan. Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan
peserta didik mengenai hal yang benar dan salah semata
namun juga menanamkan kebiasaan (habituation) yang baik.
Hal tersebut dilakukan untuk membangun suatu pemahaman
kepada peserta didik untuk dapat merasakan dan melakukan
hal yang baik Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang disusun
dengan tetap mengutamakan pendidikan karakter. 13 yang bertuuan
untuk mengembangkan aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan penerapan kurikulum
merdeka yakni untuk mengembangkan profil peserta didik agar
memiliki jiwa serta nilai-nilai yang terkandung pada sila
Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan mengaitkan
Pancasila sebagai dasar negara dan pembangunan karakter
bangsa, maka hal tersebut akan menghasilkan kehendak negara
dan pemerintah untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa
yang cakap dan mumpuni dalam menghadapi perubahan jaman.
Leonard dalam Tunas Pancasila 2022 kemudian
mengemukakan bahwa munculnya profil pelajar Pancasila
merupakan manifestasi dari keinginan tersebut dan ditanamkan
dalam pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
KebudayaanTahun 2020-2024 mengemukakan bahwa pelajar
Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia yang merupakan
pelajar sepanjang hayat yang berkompeten, berkarakter dan

13Lickona, T., & Wamaungo, J. A. (2012). Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk
Karakter : Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat Dan Bertanggung
Jawab (U. Wahyudin & Suryani (Eds.); Ed. Ke-1). Bumi Aksara.

21
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Sepanjang hayatnya
pelajar Indonesia akan memiliki kemampuan untuk memaknai
hidupnya yang fana dalam mencapai kedudukannya secara
paripurna.

Profil pelajar Pancasila adalah sebuah profil ideal yang


diharapkan dapat berkembang dan diwujudkan pada pelajar di
Indonesia dengan bantuan semua pihak melalui enam
kompetensi sebagai dimensi kunci. Keenam kompetensi
tersebut saling berkaitan dan menguatkan sehingga dalam
mewujudkan profil pelajar Pancasila yang utuh tersebut,
keenam dimensi ini harus berkembang bersamaan. Keenam
dimensi tersebut yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia; berkebhinekaan global;
bergotong royong; mandiri; bernalar kritis dan kreatif.

Dalam kurikulum merdeka, Menteri Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem
Anwar Makarim menyatakan bahwa penguatan pendidikan
karakter peserta didik akan dimanifestasikan oleh
Kemendikbudristek melalui berbagai strategi yang berpusat
pada upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila14. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan hadirnya proyek penguatan
profil pelajar Pancasila. Proyek penguatan ini hadir sebagai
sebuah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan
memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan
sekitarnya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis proyek (project-based learning).

14Ismail, S., Suhana, S., & Zakiah, Q. Y. (2021). Analisis Kebijakan Pengautan Pendidikan
Karakater Dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosisl, 2(1), hal
76–84

22
Dengan mengembangkan proyek ini, peserta didik
akan dapat memperkuat karakter dan mengembangkan
kompetensi yang mereka miliki sebagai warga dunia yang
aktif; berpartisipasi merencanakan pembelajaran secara aktif
dan berkelanjutan; mengembangkan keterampilan, sikap dan
pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengerjakan proyek pada
periode waktu tertentu; melatih kemampuan pemecahan masalah
dalam beragam situasi belajar; memperlihatkan tanggung jawab
dan kepedulian terhadap isu di sekitar mereka sebagai salah
satu bentuk hasil belajar; serta menghargai proses belajar dan
bangga dengan hasil pencapaian yang telah diupayakan secara
optimal. 15

2. Peran Lingkungan Untuk Pengembangan Pendidikan


Karakter Terkhusus Pada Bullying
Pola pertemanan yang baik akan membawa anak pada
tempat yang baik pula, menanamkan rasa empati sejak dini pada
diri anak sehingga dapat bersikap empati pada temannya dapat
memebantu anak untuk perkembangannya terkait dengan
pembentukan karakter anak.16
Dalam hal ini terdapat solusi untuk mengatasi aksi bullying yaitu
adanya kerjasama antara orang tua, guru, masyarakat yang baik
untuk mencapai Pendidikan karakter yang baik pula. Dalam hal ini
terdapat upaya sebagai orang tua untuk menghindari aksi bullying
menurut sebagai berikut :
a) Dapat membangun konsep diri yang baik

15Mery, Martono, Siti Halidjah, Sinergi Peserta Didik dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,
Jurnal Basicedu Vol 6 No 5 Tahun 2022, hal 7845

16 Elmahera . D. (2018). Analisis Bullying Pada Anak Usia Dini. Prosiding Seminar dan Diskusi Nasional
Pendidikan Dasar. 1 – 4

23
b) Orang tua yang mendukung minat dan bakat anak
c) Mengajarkan anak perlunya mengatakan tidak pada hal –
hal yang tidak disukainya.
d) Memberikan dukungan penuh terhadap anak
e) Mencegah anak menjadi pelaku bullying, dan
f) Membangun rasa empati pada anak17

Hal tersebut dibutuhkan peran orang tua yang dapat


membentuk karakter anak menjadi lebih baik serta adanya
lingkungan yang mendukung dalam pembentukan karakter.
Lingkungan yang dapat mendukung penuh pembentukan karakter
yaitu lingkungan keluarga yang dimana berpeluang lebih besar
untuk mencapai keberhasilan pembentukan karakter sejak dini.
Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwasanya orang tua
harusnya memberikan dasar – dasar yang tepat untuk anak dalam
pembentukan karakter.18

Oleh karena itu, upaya awal yang dilakukan untuk


pembentukan karakter yaitu interaksi orang tua dengan guru harus
aktif karena komunikasi yang pasif tidak akan berdampak positif
19
pada perkembangan anak. Dari pernyataan di atas dapat di
jelaskan bahwasannya sebagai orang tua harus pandai berinteraksi
dengan guru terkait perkembangan anak dirumah, karena dari
adanya interaksi tersebut guru mengetahui terkait perkembangan
anak sehingga guru dapat mengambil langkah awal yang baik
untuk pembentukan karakter anak. Dalam pembentukan karakter
17Tirmidziani , A., Farida,. & dkk. (2018). Upaya Menghindari Bullying Pada Anak Usia Dinimelalui
Parenting. Jurnal Pendidikan : EarlyChildhood. 2(1) . 1 – 8

18Muna’amah , M., Masitoh , S & Setyowati, S. (2021). PeranGurudalam Optimasi Perkembangan Sikap
Disiplin Anak Usia Dini. Jurnal PendidikanAnak Usia Dini Undiksha. 9(3). 356 – 362.

19Shobihah , I , F., & Walidah , P , Z. (2021). Internalisasi Orang Tua, Guru Dan Anak Dalam Pembentukan
Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Plus Darul Falah Jombang. Journal of early childhood islamic. 8 (1). 20 -
27

24
tidak hanya orang tua sepenuhnya yang dapat melakukan
Pendidikan karakter, namun dari Lembaga sekolah lebih tepatnya
guru mempunyai kewajiban untuk memberikan Pendidikan
karakter dalam cara apapun yang baik dilakukan untuk Pendidikan
karakter. Guru dapat memberikan Pendidikan karakter pada saat
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar,melalui budaya
sekolah dan sebagai guru dapat melihatkan nilai – nilai moral yang
menstimulasi perkembangan yang baik bagi anak terutama pada
pembentukan karakter20.

3. Pentingnya Keterampilan Tenaga Pendidik


Guru abad 20 di masyarakat harus menjadi pemimpin yang
“gutamakan siswa”, “mengambil inisiatif untuk “mengubah
siswanya”, “bertindak tanpa disuruh”, “terus memperbaiki”, dan
“berdiri bersama siswa”. banyak orang yang bertanya apakah
teknologi dapat menggantikan kebijaksanaan seorang guru. Namun,
guru memiliki perhatian lain yang tidak terkait dengan teknologi,
seperti percakapan berkelanjutan dengan siswa, ikatan emosional
antara guru dan siswa, pengembangan karakter, dan keteladanan
guru21.

Sebagai guru di Era Masyarakat 5.0, guru harus memiliki


kecakapan digital dan berpikir kreatif. Siapapun bisa menggunakan
teknologi, namun penggunanya, terutama pelajar, harus bisa
menciptakan makna yang positif. Upaya untuk memperoleh
keterampilan tersebut dapat dimulai dengan memperbaiki sistem
rekrutmen guru. Guru direkrut secara selektif dan terstandarisasi

20Salsabilah . A . S., Dewi D. A. & Furnamasari . Y . F. (2021). Peran Guru Dalam Mewujudkan Pendidikan
Karakter. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 7158-7163.

21 Asih, Asni and Widana, “Profil Guru Di Era Society 5.0, “Widyadari, 23(1), (2022), 85–93

25
sesuai dengan kebutuhan perkembangan teknologi. Model
rekrutmen tidak hanya menguji kemampuan intelektual calon guru,
tetapi juga psikologi dan kepribadian calon guru dalam mengatasi
segala tantangan era Revolusi Industri 5.022.

4. Intenalisasi nilai nilai agama pada peserta didik

Pada masyarakat keterbaharukan era 5.0 dibutuhkan,


ditawarkan, dan dilatih cara berpikir sesuai dengankondisi zaman,
berupa berpikir analisis, kreatif, serta kritis. Hal ini yang
dinamakan cara berpikir Higher Order Thinking Skills (HOTS),
berpikir yang kompleks, berjenjang, dan sistematis Berikut ini
sebuah hadits tentang berpikir kritis dari H.R At-Tirmidzi :
“ Órang yang mampu mengendalikan diri dan
beramal, dialah orang yang cerdas. Dia akan
berpikir untuk kehidupan setelah mati Orang lemah
yaitu orang yang hanya mengikuti hawa nafsu. Dia
berharap kepada Allah dengan harapan kosong,
harapan yang sia-sia”
Kemampuan dan perkembangan moral dan agama pada
anak yaitu kemampuan anak dalam hal bersikap dan bertingkah
laku. Islam banyak mengajarkan nilai positif yang bermanfaat
dalam kehidupan bermasyarakat seorang anak kelak. Oleh karena
itu sangatlah diperlukan penanaman dan pengembangan
pendidikan moral dan agama. Islam banyak membahas penanaman
pendidikan moral dan agama yang dapat diaplikasikan secara tepat
Perihal mendidik anak serta menanamkan nilai agama
dan moral padanya telah banyak dilakukan tokoh-tokoh muslim
terdahulu, misalnya Nabi dan Lukmanul-Hakim. Lukman

22Pangestu and Rahmi, “Metaverse: Media Pembelajaran di Era Society 5.0 untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan, “Journal of Pedagogy and Online Learning, 1(2), (2022), 52–61.

26
berpesan bahwa menyayangi dan mendidik anak hendaknya
dilakukan sesuai tingkatan usia dan development task-nya. Nabi
dan Al-Qur’an pun telah merumuskan pendidikan anak sesuai
Islam, yaitu:

a) Memperdengarkan Al-Qur’an sejak lahir.


Memperdengarkan bacaan Al-Qur’an ini dilakukan
semenjak anak dalam kandungan sampai anak lahir.
Setelah bayi lahir secara teratur memperdengarkan
bacaan Al-Qur’an setiap hari;
b) Mengajarkan dasar-dasar Islam. H.R Ibnu Abbas
mengungkapkan bahwa langkah awal
mengenalkan anak pada kebesaran Allah. Pada
umur 3 tahun mengajari anak dengan ‘lailaha
illallah’, mengajarkan kalimat Muhammadar
Rasulullah;
c) Memberi contoh dan mengajarkan salat. Hal ini
tertera dalam H.R Ahmad dan Abu Dawud
untuk menyuruh anak salat berumur tujuh tahun;
d) Mengajarkan tauhid;
e) Mengajarkan puasa, dilakukan dengan cara
mengenalkan dan mengajarkan kepada anak berkah
dan manfaat dari berpuasa;
f) Memberi nama anak dan nama panggilan yang
baik.

Pentingnya keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan


untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya dalam
memberikan stimulan serta arahan yang tepat agar tercipta
muslim yang unggul dan tangguh. Dengan bimbingan, arahan
dari para orang dewasa, anak dapat berproses dalam hal
mengenal siapa Allah, sifat-sifat Allah, bagaimana kewajiban
27
manusia terhadap Allah, dsb. Mendidik anak dengan tiga perkara,
sebagaimana hadits Nabi

“Mendidik melalui tiga hal, meliputi: mencintai


Nabi, cinta keluarga, dan membaca Al-Qur’an. Diharapkan anak
sejak dini hingga dewasa kelak selalu dilindungi; Allah bersama
dengan Nabi dan orang suci lainnya”.

Program dan kegiatan membentuk perilaku juga kegiatan


yang disarankan perlu dilakukan terus dalam kehidupan anak. Hal
ini dilakukan agar anak memiliki kebiasaan yang baik. Perilaku
yang dibentuk dengan cara pembiasaan belajar hidup
bermasyarakat dan berdisiplin. Hal ini bertujuan guna menyiapkan
anak agar dapat memiliki sikap dan perilaku dengan didasari nilai-
nilai moral dan agama. Ayah dan ibu berperan dan bertanggung
jawab penuh pada pendidikan anak dalam keluarga. Aspek
spiritualitas merupakan aspek yang pertama, utama, dan
terpenting sebagai landasan nilai hidup anak kelak di kemudian
hari.23

23Lille Madyawati, Marhumah, Ahmad Rafiq Drgen Nilal Agam oral Anak pada Era SocAl Hikmah: Jurnal
Agama Dan Ilmu Pengetahuan Vol 18 No.2, Oktober 2021

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Siswa pada jenjang Sekolah Dasar adalah mereka yang berusia antara 6-
12 tahun, yang dalam fase perkembangan disebut fase kanak kanak.
Adapun beberapa karakter siswa SD yaitu senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, merasakan, melakukan, dan
memeperagakan sesuatu secara langsung, senang berimmajinasi, dan
senang mencoba hal baru.
2. Karakteristik anak usi Sekolah Menengah Pertama mereka yang berusia
10-14 tahun pada tahap perkembangan puberts ditandai dengan adanya
tidak keseimbangamn tinggi dan berat bada, terjadinya ciri ciri sekes
sekunder dan cenderung menyendiri dengan keinginan sosial, mulai
mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi sifat kemurahan dan
keadilan tuhan, kecenderuangan minat dan pilihan karier relatif lebih jelas
3. Beberapa contoh kasus yaitu kasus siswi SD lompat dari lantai 4, kasus
remaja di makassar bunuh bocah untuk jual organ tubuhnya di internet,
kasus pacaran kebablasan siswi SMP di sragen ketahuan hamil 7 bulan,
dan kasus bullying
4. Adapaun solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi permasalahan
karakteristik permasalahan peserta didik saat ini yaitu dengan
mewujudkan pelajar pancasila sebagai upaya penguatan pendidikan
karakter, peran lingkungan untuk pengembangan pendidikan karakter
terkhusus pada bullying, pentingnya keterampilan tenaga peniddik, dan
internalisasi nilai nilai agama pada peserta didik.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga
29
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

30
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Majdid. 2021. Karakter siswa yang wajib diketahui oleh guru. Blong
kerjacinta. Link Artikel : https://blog.kejarcita.id/berikut-7-karakter-siswa-
di-kelas-yang-wajib-dipahami-oleh-guru/amp/

Asih, Asni and Widana, “Profil Guru Di Era Society 5.0, “Widyadari, 23(1),
(2022), 85–93

Binus university online, "Mengenal Lebih Jauh Tentang Society 5.0", Binus
online, 19 Apr 2021, https://onlinelearning.binus.ac.id/category/whats-on/

Debora, "Society 5.0 Adalah: Pengertian dan Penerapannya", detik Bali,Rabu, 14


Des 2022 14:48 WIB , https://www.detik.com/bali/berita

Dra. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan peserta Didik. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya. Hal 37-38

Elmahera . D. (2018). Analisis Bullying Pada Anak Usia Dini. Prosiding Seminar
dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar. 1 – 4

Ismail, S., Suhana, S., & Zakiah, Q. Y. (2021). Analisis Kebijakan


Pengautan Pendidikan Karakater Dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila.
Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosisl, 2(1), hal 76–84

Lickona, T., & Wamaungo, J. A. (2012). Educating For Character:


Mendidik Untuk Membentuk Karakter : Bagaimana Sekolah Dapat
Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat Dan Bertanggung Jawab
(U. Wahyudin & Suryani (Eds.); Ed. Ke-1). Bumi Aksara.

Lille Madyawati, Marhumah, Ahmad Rafiq Drgen Nilal Agam oral Anak pada
Era SocAl Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan Vol 18 No.2,
Oktober 2021

Mery, Martono, Siti Halidjah, Sinergi Peserta Didik dalam Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila, Jurnal Basicedu Vol 6 No 5 Tahun 2022, hal 7845

Metropolitan, "Kisah Tragis Anak Periang di SDN 06 Petukangan yang Diduga


Bunuh Diri", kompas.id, 28 September 2023 17:47 WIB,
https://www.kompas.id/baca/metro/2023/09/28/kasus-bunuh-diri-anak-
meningkat-akibat-pembulian

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Agama Islam di


Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Hal. 75-76.

Muna’amah , M., Masitoh , S & Setyowati, S. (2021). PeranGurudalam Optimasi


Perkembangan Sikap Disiplin Anak Usia Dini. Jurnal PendidikanAnak Usia
Dini Undiksha. 9(3). 356 – 362.

Mutia 2021. Characteristics of children age of basic educacian ) karakteristik


Anak usia pendidikan dasar) Aceh : Fitrah. Vol : 3 No: 1. Terbit : 2021. Hal
5-6

Pangestu and Rahmi, “Metaverse: Media Pembelajaran di Era Society 5.0 untuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan, “Journal of Pedagogy and Online
Learning, 1(2), (2022), 52–61.

Priscila, Natalia Kezia. Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah


Dasar di Era Digital. Jurnal: Pendidikan Tambusai vol 2. No. 2 (2021).
Hal 4

Puspo Wardoyo, "Miris.. Pacaran Kebablasan, Siswi SMP di Sragen Ketahuan


Hamil 7 Bulan. Pelakunya Terdeteksi Masih SMA", Joglosemar news,
https://joglosemarnews.com/

Rejogja, "Polisi Temukan Fakta Baru Kasus Siswi SD Lompat dari Lantai Empat",
Hot Topics, Rabu , 27 Sep 2023, 11:00 WIB,
https://rejogja.republika.co.id/nasional-repjogja

Shobihah , I , F., & Walidah , P , Z. (2021). Internalisasi Orang Tua, Guru Dan
Anak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Plus Darul
Falah Jombang. Journal of early childhood islamic. 8 (1). 20 – 27

Soedjatmiko, Atip Nurcahyani. Pembetukan Karakter Siswa Sekolah Dasar


Mengunakan Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Journal of Physical
Education, Health and Sport. Universitas Negeri Semarang 2015. Hal 3

Tim detiksulsel - detiksumut, "Ngeri, 2 Remaja di Makassar Bunuh Bocah untuk


Jual Organ Tubuhnya di Internet", detik.com, Rabu, 11 Jan 2023 10:27 WIB,
https://www.detik.com/sumut
Tirmidziani , A., Farida,. & dkk. (2018). Upaya Menghindari Bullying Pada Anak
Usia Dinimelalui Parenting. Jurnal Pendidikan : EarlyChildhood. 2(1) . 1 –
8

Anda mungkin juga menyukai